Anda di halaman 1dari 6

Nama : LEONTA REVORMEN SEMBIRING

NIM : 2022010461029
Kelas : REGULER Z
Ujian : UAS
Mata Kuliah : HUKUM PAJAK
Dosen Pengampu : Dr. KHALIMI, S.H., M.H.

1. a. Sebutkan dan jelaskan sistem perpajakan yang ada dan pernah berlaku di
Indonesia!
Jawaban: Sistem perpajakan di Indonesia yaitu :
1) Official Assessment,
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan
sepenuhnya oleh institusi pemungut pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat
pasif dan menunggu penyampaian utang pajak yang ditetapkan oleh institusi
pemungut pajak.
2) Semi Self Assessment,
Menurut sistem perpajakan ini pemungutan pajak, setiap awal tahun wajib
pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan
yang merupakan angsuran bagi wajib pajak yang harus disetor sendiri. Baru
kemudian pada akhir tahun pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak
yang sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh wajib pajak.
3) Self Assessment,
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh
wajib pajak. Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang dilakukan oleh wajib
pajak. Peran institusi pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui
serangkaian tindakan pengawasan maupun penegakan hukum (pemeriksaan
dan penyidikan pajak).
4) Withholding System,
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak biasanya dihitung oleh pihak
ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Sistem perpajakan yang pernah berlaku di Indonesia:
1. Semula (sebelum reformasi) adalah Official Assessment.
2. Saat ini menjadi sistem Self Assessment dan Withholding System.

b. Sebutkan dan jelaskan hak dan kewajiban wajib pajak dan hak dan kewajiban
fiskus atau petugas pajak dalam masing-masing sistem tersebut!
Jawaban:
Hak Wajib Pajak:
 Untuk mendapatkan penyuluhan/penjelasan peraturan perpajakan;
 Mendapatkan NPWP dan pengukuhan PKP;
 Mendapatkan penyuluhan, konsultasi, dan pembinaan;
 Mendapatkan sarana, cara dan penentuan tempat pembayaran;
 Mendapatkan sarana, pelayanan, dan tanda terima SPT;
 Mendapatkan surat perintah pemeriksaan data dan menerima kembali
dokumen setelah selesai diperiksa.
Kewajiban Wajib Pajak:
 Menentukan apa dan berapa obyek yang dimiliki;
 Mendaftarkan dan melaporkan PKP;
 Menghitung dan memperhitungkan pajak terhutang yang harus dibayar;
 Membayar pajak terhutang tanpa Surat Ketetapan Pajak;
 Melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan menyampaikan SPT;
 Membuat dan menyimpan pembukuan.
Hak Fiskus:
 Menentukan apa dan berapa obyek Wajib Pajak yang tidak diketahui Wajib
Pajak;
 Memberi NPWP/pengukuhan PKP secara jabatan bagi yang tidak mendaftar;
 Menetapkan pajak yang harus dibayar Wajib Pajak;
 Melakukan penagihan atas pajak terhutang yang tidak dibayar dengan STP;
 Melakukan pengawasan dengan pemeriksaan kebenaran dan kelengkapan
SPT;
 Meminta bukti - bukti dan dokumen pendukung pengisian SPT dalam
pemeriksaan.
Kewajiban Fiskus:
 Melakukan penyulihan dan pembinaan Wajib Pajak;
 Menerbitkan NPWP dan pengukuhan PKP bagi yang memenuhi syarat;
 Memberikan penyuluhan dan melakukan konseling terhadap Wajib Pajak;
 Memberikan fasilitas dan kemudahan dalam pemenuhan kewajiban membayar
pajak;
 Memberikan pelayanan, fasilitas, dan memberikan tanda terima SPT;
 Memberikan surat perintah/permintaan dan rincian data yang diminta;
 Menjaga rahasia jabatan atas data SPT.
c. Sistem perpajakan yang mana yang berlaku di Indonesia saat ini?
Jelaskan secara singkat bagaimana penerapannya!
Jawaban:
Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Self
Assessment System. Wajib pajak memiliki kewajiban untuk melaporkan
dan membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan. Sedangkan dalam penerapanya wajib pajak harus
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPT) secara tepat
waktu dan memberikan laporan keuangan yang akurat. Wajib pajak juga
berhak mendapatkan pengakuan atas hak-haknya dan perlindungan
hukum dalam perspektif perpajakan. Sistem perpajakan di Indonesia
maka pengetahuan perpajakan yang memadai merupakan salah satu syarat
yang harus dimiliki oleh Wajib Pajak agar dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya secara baik dan benar.

2. Sebutkan dan jelaskan apa objek yang dikenakan pungutan pajak (secara garis
besarnya) untuk masing-masing jenis pungutan yang berlaku di Indonesia saat ini
berupa:
a. Pungutan Berupa Pajak yaitu :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
Yaitu pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang
dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu
dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain
sebagainya.
2) Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn
&PPnBM)
Adalah Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang
tergolong mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban masyarakat.
3) Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan
atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir
seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah
baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

b. b. Pungutan lain yang bersifat memaksa yaitu :


1) Bea Materai
Adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta
Notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal di atas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
2) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah
Pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan.
3) Bea Masuk/Bea Keluar
Bea Masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang impor.
Bea Keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang
Kepabeanan yang dikenakan terhadap barang ekspor.
4) Cukai,
Adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu
yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Cukai.
3. Jelaskan penyebab timbulnya pajak terutang dan bagaimana Tata Cara
penyelesaian/pelunasan pembayarannya!
Jawaban:
Beberapa penyebab timbulnya pajak terutang:
 Pendapatan timbulnya pajak terutang terkait dengan pendapatan yang diterima
oleh Wajib Pajak. Pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan penghasilan
yang diterima dalam suatu periode tertentu;
 Transaksi jual beli pajak terutang juga timbul dalam transaksi jual beli, seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM). Pembeli harus membayar pajak atas nilai transaksi tersebut;
 Impor dan ekspor timbulnya pajak terutang juga terkait dengan impor dan ekspor
barang. Pajak impor (bea masuk dan pungutan kepabeanan) harus dibayar oleh
importir, sedangkan pajak ekspor timbul berdasarkan nilai barang yang diekspor.
Cara penyelesaiannya:
 Penentuan jumlah pajak terutang Wajib Pajak wajib menghitung jumlah pajak
yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik itu terkait dengan
penghasilan, penjualan, kepemilikan properti, atau jenis pajak lainnya;
 Pelaporan wajib pajak harus melaporkan jumlah pajak terutang kepada otoritas
perpajakan melalui surat atau formulir yang ditentukan. Ini dapat dilakukan
melalui Surat Pemberitahuan Pajak, Surat Tagihan Pajak, atau dokumen serupa;
 Masa Pajak pembayaran atau pelunasan pajak biasanya berdasarkan pada periode
waktu yang ditetapkan, dikenal sebagai masa pajak, dimana Wajib Pajak harus
membayar jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masa
pajak tersebut;
 Metode pembayaran Wajib Pajak dapat membayar pajak terutang melalui berbagai
metode pembayaran yang diizinkan, seperti transfer bank, kartu kredit, cek, atau
metode pembayaran elektronik lainnya yang telah ditetapkan oleh otoritas
perpajakan;
 Ada batas waktu yang ditetapkan untuk melakukan pembayaran atau pelunasan
pajak. Jika pembayaran tidak dilakukan tepat waktu, dapat dikenakan sanksi atau
denda sesuai dengan ketentuan perpajakan;
 Bukti pembayaran setelah pembayaran atau pelunasan dilakukan, Wajib Pajak
dapat memperoleh bukti pembayaran seperti tanda terima atau kwitansi yang akan
digunakan sebagai bukti pembayaran yang sah.

4. a. Sebutkan hal-hal penyebab timbulnya sengketa pajak, Jelaskan cara-cara


penyelesaian sengketa pajak yang dapat ditempuh oleh wajib pajak!
Penyebab timbulnya sengketa pajak:
 Perbedaan dasar hukum yang digunakan;
 Persepsi terhadap hukum berbeda; dan
 Adanya perselisihan terhadap transaksi tertentu.
Cara penyelesaian sengketa pajak yang dapat ditempuh oleh Wajib Pajak:
 Keberatan (objection),
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak
apabila ada perbedaan pendapat terkait dengan jumlah pajak yang ditentukan
oleh otoritas perpajakan. Proses keberatan biasanya melibatkan penyampaian
alasan dan bukti yang mendukung argumen wajib pajak.
 Banding (appeal),
Apabila keberatan tidak membuahkan hasil atau tidak diperoleh kesepakatan
dengan otoritas perpajakan, wajib pajak dapat mengajukan banding melalui
Badan Pengawas Pajak dan Banding (BPPB). Banding dilakukan dengan
menyampaikan permohonan banding berupa alasan-alasan hukum yang
melandasi ketidaksetujuan terhadap keputusan otoritas perpajakan.
 Mediasi,
Merupakan proses penyelesaian sengketa pajak dengan melibatkan pihak
ketiga yang netral, biasanya mediator yang ditunjuk oleh otoritas perpajakan.
Mediator bertujuan untuk membantu mencapai kesepakatan antara Wajib
Pajak dan otoritas perpajakan dengan pendekatan musyawarah dan negosiasi.
 Arbitrase,
Merupakan cara penyelesaian sengketa pajak yang melibatkan majelis
arbitrase sebagai pihak ketiga yang independen.
b. Sebutkan beberapa upaya perlawanan hukum atau penghindaran pajak yang dapat
ditempuh oleh wajib pajak!
Jawaban:
 Wajib Pajak dapat memanfaatkan negara-negara dengan sistem perpajakan
yang lebih menguntungkan, yang sering disebut sebagai tax haven. Negara-
negara ini memiliki tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak ada serta
kerahasiaan yang tinggi dalam hal informasi keuangan.
 Transfer pricing Wajib Pajak dengan anak perusahaan di berbagai negara
dapat memanipulasi harga transfer antara anak perusahaan tersebut untuk
mengurangi laba yang dikenakan pajak di negara dengan pajak tinggi dan
meningkatkan laba di negara dengan pajak rendah.

5. Untuk kerjasama/perdagangan internasional (antar negara), dimana warganya (subjek


pelakunya) tunduk pada hukum nasional yang berbeda agar saling menguatkan dan
terhindar dari kerugian seperti pajak berganda maka perlu dilakukan perjanjian
termasuk perjanjian dibidang perpajakan atau (tax treatis).
a. Sebutkan prinsip-prinsip perjanjian secara umum termasuk perpajakan!
 Netralitas Pasar Domestik
adalah kemanapun kita berinvestasi, beban pajak yang dibayar adalah sama.
 Netralitas Pasar Internasional
adalah darimanapun asal investasi, beban pajak yang dibayar adalah sama.
 National Neutrality,
Setiap negara mempunyai bagian pajak atas penghasilan yang sama. Apabila
terdapat pajak luar negeri yang tidak dapat dikreditkan dapat dikurangkan
sebagai biaya pengurang laba.

b. Sebutkan beberapa alternatif pilihan yang dapat ditempuh wajib pajak dalam
menghindari pajak berganda yang diatur dalam perjanjian perpajakan tersebut!
Jawaban:
 Langkah pertama berkonsultasi ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat
wajib pajak terdaftar;
 Langkah kedua wajib pajak bisa meminta surat keterangan domisili atau
certificate of domicile (COD) kepada KPP. Kemudian surat tersebut
diserahkan kepada kantor pajak di luar negeri sebagai tanda domisili wajib
pajak. Yang mana sejumlah negara sudah memiliki kerja sama terkait
penghindaran pajak berganda melalui Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B);
 Selanjutnya, syarat yang harus dipenuhi yaitu mampu menunjukan COD. Bagi
Wajib Pajak yang tidak menunjukan COD dipastikan akan terkena pajak
sesuai tarif yang berlaku di negara tempat bisnis berada, bahkan tarifnya bisa
lebih besar dari tarif yang berlaku di Indonesia. Jadi bila wajib pajak mampu
menunjukan COD maka akan terhindar dari pajak berganda.
 Adapun, berdasarkan Pasal 32A UU PPh, Pemerintah berwenang untuk
melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain untuk penghindaran
pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak yang lazim (Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau Tax Treaty). P3B adalah perjanjian
internasional di bidang perpajakan antar kedua negara yang mengatur
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
penduduk salah satu negara atau penduduk kedua negara dalam persetujuan
itu.

Anda mungkin juga menyukai