Anda di halaman 1dari 40

Oleh: Riana Mahfuroh, M.Acc.

Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 1983


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Dalam
Perubahan Ketiga, UU No 28 Tahun 2007)

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro


Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus’nya
digunakan untuk ‘public saving’ yang merupakan sumber
utama untuk membiayai ‘public investment’. (Buku Pajak
dan Pembangunan, 1974: 8)
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi


individual oleh pemerintah

Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah


daerah

Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila


dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai
public investment.
Bea Materai Bea Masuk/Keluar
(dipungut atas barang yang
Cukai
(pajak atas dokumen pungutan yang dikenakan
dimasukkan/dikeluarkan ke atas barang-barang tertentu
dengan menggunakan dalam/dari daerah pabean yang sudah ditetapkan untuk
benda meterai ataupun berdasarkan tarif ad valorum masing-masing jenis barang
alat lainnya) atau tarif spesifik) tertentu

Retribusi Iuran
pungutan yang dilakukan pungutan yang dilakukan
sehubungan dengan sesuatu sehubungan dengan sesuatu
jasa atau fasilitas yang
jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara
diberikan oleh pemerintah langsung dan nyata kepada
secara langsung dan nyata kelompok atau golongan
kepada pembayar pembayar
• Berdasarkan Golongannya

• Berdasarkan Wewenang yang Memungut

• Berdasarkan Sifatnya
1. Pajak Langsung (Direct Tax)
Dari sisi ekonomis  pajak yang dimaksudkan untuk dipikul sendiri oleh
yg membayarnya. Pajak jenis ini tidak bisa dilimpahkan kepada pihak
lain.
Contoh: PPh tidak bisa dilimpahkan atau digeser kepada orang/pihak lain
untuk menanggungnya, WP harus memikul sendiri pajak itu walaupun
pembayarannya bisa melalui pihak lain.
Ditinjau dari segi tata usaha negara  pajak yang dikenakan secara
berkala, misalnya setiap tahun, setiap bulan dsb.

2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)


Dari sisi ekonomis  pajak yg dimaksudkan dapat dilimpahkan atau
digeser oleh yg membayar kpd pihak lain atau pemikul.
Contoh: PPN dan PPnBM. Pemikul pajaknya tidak langsung yaitu
konsumen. Dalam jenis pajak ini beban pajak bisa dilimpahkan oleh
penjual kepada pembeli (pihak lain) atau sebaliknya dari pembeli kepada
penjual.
Ditinjau dari segi tata usaha negara  pajak yang pengenaannya tidak
dilakukan secara berkala.
1. Pajak negara (Pajak Pusat = Central Tax)  pajak yang
wewenang pemungutannya ada di tangan pemerintah
pusat. Pajak negara sering juga disebut pajak pusat.
Contoh: PPh, PPN &PPnBM
2. Pajak Daerah (Regional Tax)  pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah daerah untuk
kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah
daerah tersebut. Pemda dibagi dalam Pemprov dan
Pemkab / Pemkot:
Contoh : Pajak Prov: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBBKB)
Pajak Kab/Kot : Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan
1. Pajak Subyektif (Pajak Perorangan)  pajak
yang dalam pengenaannya memperhatikan
keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak.
Misalnya: Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2. Pajak Obyektif (Pajak Kebendaan)  pajak
yang dalam pengenaanya hanya
memperhatikan sifat obyek pajaknya saja. Misal
: Bea Meterai, PPN
FUNGSI BUDGETAIR / FUNGSI KEUANGAN
- Sebagai sumber penerimaan negara
- Membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan

FUNGSI REGULAREND / FUNGSI MENGATUR


- Mengatur keadaan masyarakat bidang sosial /
ekonomi / politik
Pemberlakukan tarif progresif
Pemberlakuan tarif PPh, semakin tinggi penghasilan maka semakin besar pajak
yang harus dibayarkan. Hal ini bertujuan untuk pemerataan pendapatan

Pemberlakuan bea masuk tinggi bagi barang-barang impor


untuk melindungi (proktesi) terhadap produsen dalam negeri, sehingga
mendorong perkembangan industri dalam negeri.

Pemberian fasilitas tax holiday untuk beberapa jenis industri tertentu


Mendorong atau memotivasi para investor atau calon investor untuk
meningkatkan investasinya.

Pengenaan pajak untuk jenis barang-barang tertentu


Untuk menghambat konsumsi barang-barang dan untuk menghambat
perkembangan gaya hidup mewah.
Dalam Fungsi Mengatur, terdapat:

Fungsi Alokasi
Alokasi sumber ekonomis

Fungsi Distribusi
Pemerataan hasil pembangunan (distribusi pendapatan dan kekayaan)
Fungsi Stabilisasi
Pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja; stabilisasi harga dan
kesinambungan neraca perdagangan dan pembayaran
Tax Law
What is tax law?

Tax Law is collection of rules that regulates the


relationship between government and
people as taxpayer. The government as tax
administrator and people or public as
taxpayer
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yg mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyat atau wajib pajak. Pemerintah sebagai pemungut
pajak dan wajib pajak atau rakyat sebagai pembayar pajak.

HUKUM
PAJAK

Hukum Hukum
Materiil Formil

- UU PPh - UU KUP
- UU - UU - UU PPSP
PPN/PPn BPHTB - UU PP
BM - UU Bea
1. Ajaran materiil: Hutang pajak timbul bila ada sebab-sebab
yg mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan
pajak. Hutang pajak timbul bila penuhi adanya tatsbestand,
yaitu rangkaian perbuatan, keadaan dan peristiwa yg dapat
menimbulkan hutang pajak
2. Ajaran formil: Hutang pajak timbul bila sudah ada
ketetapan pajak dari pemerintah (fiskus). Dalam ajaran ini
walaupun sudah terpenuhi adanya tatsbestand namun bila
belum ada surat ketetapan pajak dari fiskus maka berarti
belum ada hutang pajak. Surat ketetapan pajak dalam hal ini
berfungsi sebagai alat bagi fiskus untuk menghitung,
menetapkan dan memberitahukan serta menagih jumlah
pajak yang terhutang.
Perbuatan  mendirikan bangunan, melakukan kegiatan
impor, melakukan kegiatan ekspor, melakukan penjualan
Barang Kena Pajak, bepergian ke luar negeri, dsb.

Keadaan  memiliki tanah/bumi dan bangunan,


memiliki deposito, memiliki kendaraan bermotor,
memperoleh penghasilan, memiliki kekayaan, dsb.

Peristiwa atau kejadian  menang lotere, mendapatkan


hadiah undian, pembagian warisan, dsb.
Pada dasarnya penagihan pasif adalah penagihan dengan
prosedur administratif, tanpa disertai tindakan fisik

Sedang penagihan aktif adalah kelanjutan dari penagihan


administratif berupa tindakan fisik dimulai dg surat paksa dan
diteruskan tindakan sita
“Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak”.
Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat:
– nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penaggung Pajak
– besarnya utang pajak;
– perintah untuk membayar.
Dalam Pasal 7 UU No 19 Tahun 1997 disebutkan bahwa
• “Surat Paksa berkepala kata-kata: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA” mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap”.
Kemudian dalam Pasal 8 UU No 19 Tahun 1997 disebutkan bahwa: “Surat
Paksa diterbitkan apabila:
– Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
– Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atau
– Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak.”
Yg menerbitkan Surat Paksa adalah Kepala KPP a.n. Dirjen
Pajak

Eksekusi atas Surat Paksa dilaksanakan oleh Juru Sita. Juru Sita
adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dan
diangkat dengan Surat Keputusan Kepala KPP. Juru Sita sebelum
melaksanakan tugasnya diambil sumpah atau janji menurut
agama atau kepercayaannya oleh Pejabat. Pelaksanaan Surat
Paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat
waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat
Paksa diberitahukan oleh Juru Sita kepada Penanggung Pajak.
ADANYA PELUNASAN ATAU PEMBAYARAN

KOMPENSASI

DALUWARSA ATAU LEWAT WAKTU

PEMBEBASAN/PENGHAPUSAN UTANG
Syarat Syarat Syarat Syarat
Keadilan Yuridis Ekonomis Finansial

Menurut Adam Smith (1723 – 1790) dlm buku An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations, ke 4 syarat tsb
disebut “the Four Maxims” or “the Four Canons”
1.Maxim: Equality
2.Maxim: Certainty
3.Maxim: Convinience of Payment
4.Maxim: Efficiency
Teori Asuransi Teori Kepentingan Teori Gaya Pikul

Teori Kewajiban
Teori Gaya Beli
Pajak Mutlak
(Pompa)
(Bakti)
Stelsel Riil /
Stelsel Nyata

STELSEL Stelsel Fiktif


/ Stelsel
PAJAK Anggapan

Stelsel
Campuran
Asas
Domisili

ASAS
PEMUNGU-
TAN PAJAK
Asas
Asas
Kebangsa
Sumber
an
OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
Sistem yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk
menentukan jumlah pajak terutang

SELF ASSESSMENT SYSTEM


Sistem yang memberi kewenangan WP sendiri untuk
menentukan jumlah pajak terutang

WITH HOLDING SYSTEM


Sistem yang memberi kewenangan pihak ketiga untuk
menentukan jumlah pajak terutang
Untuk menghitung pajak perlu diketahui dua faktor, yaitu
1) Tarif (Tax Rate)
2) Dasar Pengenaan (Tax Base)

Ada beberapa jenis Tarif. Menurut konsep pada dasarnya ada


4 jenis tarif, yaitu:
1) Tarif Tetap
2) Tarif Proporsional
3) Tarif Progresif
4) Tarif Degresif
AKUNTANSI PERPAJAKAN & KONSULTAN
PERPAJAKAN
• Akuntansi Perpajakan  Bidang akuntansi yang menangani
perhitungan, pencatatan, dan pelaporan mengenai hal-hal
terkait perpajakan
• Tanggungjawab akuntan perpajakan  menyusun sistem
perpajakan, baik administrasi maupun strategi yang sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
• Konsultan pajak  Konsultan Pajak adalah setiap orang yang
dengan keahliannya dan dalam lingkungan pekerjaannya,
secara bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan
kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
ETIKA AKUNTAN PAJAK
Etika akuntan pajak diatur dalam Statemet on Responsibilities in Tax
Services (SRTS) yang diterbitkan oleh AICPA. Berikut merupakan poin-
point etika akuntan pajak yang tertuang dalam SRTP:
• No. 1 SRTS : Tax Return Positions
• No. 2 SRTS : Answers to Questions on Returns
• No. 3 SRTS : Certain Procedural Aspects of Preparing Returns
• No. 4 SRTS : Use of Estimates
• No. SRTS : Departure from a Position Previously Concluded in an
Administrative Proceeding or Court Decision
• No. 6 SRTS : Knowledge of Error: Return Preparation and
Administrative Proceedings
• No. 7 SRTS : Form and Content of Advice to Taxpayers
Statement on Responsibilities in Tax Services No.
1 : Tax Return Positions
Pernyataan dalam SRTS No 1 ini memuat tentang etika praktisi
pajak dalam menyiapkan atau bahkan menandatangani Surat
Pemberitahuan (Tax Return). Praktisi pajak harus Memastikan
bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disusun telah sesuai
dengan standar perpajakan. Ketika menyiapkan atau akan
menandatangani SPT, praktisi pajak harus memberitahukan
terkait sanksi dan denda serta konsekuensi lainnya yang mungkin
akan dihadapi oleh Wajib Pajak (WP). Termasuk juga memberikan
informasi mengenai peluang yang mungkin bisa didapatkan.
Statement on Responsibilities in Tax Services No.
2 : Answers to Questions on Returns
• Pernyataan ini menetapkan standar yang berlaku bagi
anggota mengenai kewajiban untuk memeriksa atau
memverifikasi data pendukung tertentu atau untuk
mempertimbangkan informasi yang berkaitan dengan wajib
pajak lain ketika menyiapkan SPT wajib pajak.
• Pernyataan: Seorang anggota harus melakukan upaya yang
wajar untuk memperoleh informasi yang diperlukan dari
wajib pajak dari jawaban wajib pajak yang sesuai atas semua
pertanyaan tentang SPT sebelum menandatangani sebagai
penyiapkan.
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3,
Certain Procedural Aspects of Preparing Returns

• Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu


anggota dengan hati jujur boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas
informasi yang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga.
Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak mengabaikan tentang
implikasi yang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat
pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada kesalahan,
tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar
lain fakta tidak diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan
atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti
pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib
pajak untuk mendukung pengurangan yang dilaporkan ke kantor pajak,
suatu anggota perlu membuat pemeriksaan yang sesuai untuk
menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada
wajib pajak.
Statement on Responsibilities in Tax Services No.
4, Use of Estimates
• Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau
menurut peraturan, suatu anggota boleh menggunakan
taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak
kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh
data tepat dan jika anggota menentukan bahwa
perkiraan yang layak adalah didasarkan pada keadaan
dan fakta saat itu yang diperlihatkan kepada anggota.
Jika perkiraan dengan taxpayer’s digunakan, mereka
harus diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak
menyiratkan ketelitian lebih besar disbanding yang ada.
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure
From a Position Previously Concluded in an Administrative
Proceeding or Court Decision

• Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item


ketika ditentukan di dalam suatu kelanjutan administratif atau
keputusan pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota
merekomendasikan dari suatu pajak yang berbeda, kemudian
memposisikannya kembali, kecuali jika wajib pajak dalam
pemeriksaan. Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk
Statement on Responsibilities in Tax Services No.1, pajak
kembalian diposisikan, anggota boleh merekomendasikan sebuah
pajak kembalian untuk memposisikan atau menyiapkan suatu
pajak kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu item
ketika disimpulkan untuk suatu kelanjutan administratif atau
meramahi keputusan berkenaan dengan suatu kembali wajib
pajak.
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6,
Knowledge of Error: Return Preparation & Administrative
Proceedings
• Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera atas suatu kesalahan di
dalam suatu pajak kembalian yang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s
untuk memfile suatu kembalian yang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan
ukuran yang diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi yang diberi dengan lisan.
Anggota tidaklah diwajibkan untuk menginformasikannya untuk mengenakan pajak otoritas, dan
suatu anggota tidak boleh melakukannya tanpa ijin taxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di
depan hukum.
• Jika suatu anggota diminta untuk kembalian untuk tahun sekarang dan wajib pajak belum
mengambil tindakan yang sesuai untuk mengoreksi suatu kesalahan utama di dalam suatu tahun
kembalian, anggota perlu mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menyiapkan kembalian
itu dan apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan ketenaga-kerjaan
dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu kembalian tahun ini, anggota perlu
mengambil langkah-langkah layak untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah diulangi.
• Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam administratifnya untuk suatu
kembalian yang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannya kepada wajib
pajak itu. Anggota perlu merekomendasikan ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya,
yang mungkin diberi dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk menginformasikan hal
itu mengenakan pajak otoritas maupun mengijinkan untuk melakukannya tanpa ijin tax payer’s,
kecuali jika yang diperlukan di depan hukum. Suatu anggota perlu meminta persetujuan tax
payer’s untuk menyingkapkan kesalahan kepada pajak authority.
Statement on Responsibilities in Tax Services No.
7 : Form and Content of Advice to Taxpayers
• Suatu anggota tidaklah diperlukan untuk mengikuti suatu bentuk
standar atau petunjuk dalam berkomunikasi lisan atau tertulisdalam
memberi petunjuk kepada suatu wajib pajak. Suatu anggota perlu
berasumsi bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak
akan mempengaruhi cara di mana berbagai hal atau transaksi yang akan
dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk semua petunjuk pajak
diberikan kepada suatu wajib pajak, suatu anggota perlu mengikuti
aturan yang baku dalam Statement on Responsibilities inTax Services
No. 1.
• Pengembangan yang berikutnya mempengaruhi petunjuk yang
sebelumnya menyajikan berbagai hal penting, kecuali sedang
membantu seorang wajib pajak di dalam menerapkan prosedur atau
rencana yang berhubungan dengan petunjuk menyajikan atau ketika
suatu anggota melakukan kewajiban ini dengan persetujuan spesifik.
KODE ETIK KONSULTAN PAJAK
Kode Etik Konsultan Pajak - Kepribadian
DO!!!
•Konsultan Pajak Indonesia wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
•Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi integritas,
martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak.
•Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan
independen.
•Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.
DON’T!!!
•Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai
negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan.
•Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.
•Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan
perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan
perpajakan.
KODE ETIK KONSULTAN PAJAK
Kode Etik Konsultan Pajak – Teman Profesi
DON’T!!!
•Menarik pelanggan yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa
pelanggan tersebut merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.
•Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi
karyawannya.
•Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa
memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus
secara jelas dan meyakinkan secara legal bahwa pelanggan tersebut
telah mencabut kuasanya dari Konsultan Pajak lain tersebut.
KODE ETIK KONSULTAN PAJAK
Kode Etik Konsultan Pajak – Wajib Pajak
DO!!!
• Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara kepercayaan
masyarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa;
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip; mampu melihat mana yang
benar, adil dan mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati – hatian.
• Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa
yang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati
kepercayaan masyarakat dan pemerintah; melaksanakan kewajibannya dengan penuh
kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
• Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati dan
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan jasanya, dan tidak
menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak
atau kewajiban legal profesional yang legal atau hukum atau atas perintah pengadilan untuk
mengungkapkannya. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf atau
karyawan maupun pihak lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta nasihat
dan bantuannya tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.
KODE ETIK KONSULTAN PAJAK
Kode Etik Konsultan Pajak – Wajib Pajak
DON’T!!!
•Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak
mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.
•Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan
dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.
•Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah
atau memilih Konsultan Pajak lain.
•Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai