Anda di halaman 1dari 4

Tugas 1

Administrasi Perpajakan (ADBI4330)

Nama : Alya Jamila Rimadani


NIM : 042456224

1. Sebutkan perbedaan dari pajak,retribusi dan sumbangan !


2. Sebutkan penggolongan tarif pajak yang anda ketahui serta jelaskan secara singkat
mengenai perbedaannya!
3. Reformasi perpajakan saat ini sering dilakukan pemerintah diantaranya membuat
sistem administrasi perpajakan modern ? apakah reformasi perpajakan yang
dilakukan pemerintah efektif dalam meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia!
Jelaskan secara ringkas beserta contohnya!

Jawab !

1. a. Pajak adalah iuran seseorang atau badan usaha yang terhitung sebagai wajib
pajak (WP) kepada negara atas penghasilan dari jasa yang disediakan,
barang-barang mewah, serta harta yang dimiliki. Berdasarkan cakupannya, pajak
dibagi menjadi dua kategori, yaitu pajak pusat (dipungut oleh pemerintah pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak dan Kementerian Keuangan) serta pajak daerah.
>Pajak Negara :
- Pajak Penghasialan (PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM)
- Bea Materai
- Bea Masuk
- Cukai
>Pajak Daerah :
- Pajak kendaraan bermotor
- Bea balik nama
- Pajak bahan bakar
- Kendaraan bermotor
- Pajak air permukaan
- Pajak rokok
- Pajak hotel
- Pajak restoran
- Pajak hiburan
- Pajak reklame

b. Retribusi merupakan sejumlah uang yang dibayarkan seseorang atas fasilitas umum
yang digunakan. Namun, bedanya dengan pajak adalah dalam retribusi, pungutan
yang ditarik atas jasa atau izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan perseorangan atau badan usaha.
Berikut ini adalah beberapa jenis retribusi daerah sesuai dengan UU No. 28 tahun
2009 :
>Retribusi Jasa Umum
- retribusi pelayanan kesehatan
- retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
>Retribusi Jasa Usaha
- retribusi pemakaian kekayaan daerah
- retribusi pasar grosirdan pertokoan
>Retribusi Perizinan
- retribusi izin mendirikan bangunan (MB)
- retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
c. Perbedaan paling mencolok antara Sumbangan dengan Retribusi dan Pajak terletak
pada sifat pemungutannya. Retribusi dan pajak bersifat wajib ditunaikan, sedangan
sumbangan bersifat sukarela. Sebagai contoh dalam pengertian sumbangan, adalah
melalui lembaga-lembaga sosial biasanya melakukan penggalangan dana untuk
menganggulangi bencana nasional yang terjadi di daerah tertentu.

2. Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung
jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh
pemerintah. Ada berbagai jenis pajak dan setiap pajak pun memiliki nilai tarif pajak
yang berbeda-beda. Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang
dijadikan dasar untuk menghitung pajak terutang.
>Penggolongan Tarif Pajak :
1) Tarif Tetap adalah tarif yang jumlah pajaknya dalam rupiah (atau dolar) bersifat
tetap walauoun jumlah Objek Pajaknya. Misalnya tarif Bea meterai yang berdasarkan
pada UU No. 13 Tahun 1985 sebagai berikut :
- Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro yang dikenakan bea materai sebesar Rp 3.000.
- Nilai kuitansi Rp 250.000 s.d Rp 1.000.000 dikenakan Bea meterai Rp 3.000.
- Nilai kuitansi atau tanda terima uang Rp 1.000.000, Rp 100.000.000, Rp 10.000.000
dan seterusnya dikenakan Bea Meterai Rp 6.000.
Contoh :
Barnabas Suebu melakukan pembelian di sebuah toko elektronik berupa :
- 1 unit Air Conditioner (AC) @ Rp 6.000.000,-
- 1 unit Handphone merk Nokia @ Rp 1.900.000,-
Semua barang yang dibeli dibubuhi meterai oleh toko elektronik. Oleh karena
pembelian barang di atas Rp 1.000.000,- maka dikenakan meterai Rp 6.000 untuk satu
kuitansi pembelian.
2) Tarif Proporsional adalah tarif yang persentasenya tetap walaupun jumlah objek
pajaknya berubah-ubah. Contohnya adalah pajak pertambahan nilai/ppn di mana
semua harga barang di tingkat akhir dikenakan pajak PPN adalah sama sebesar 10%.
Contoh :
Barnabas Suebu melakukan pembelian di sebuah toko elektronik berupa :
- 1 unit AC @ Rp 6.000.000
- 2 unit HP merek Nokia @ Rp 1.900.000
Semua barang yang dibeli oleh toko elektronik dikenakan PPN 10% meskipun
Barnabas Suebu membeli barang tersebut lebih dari 1 unit. Dalam hal ini persentase
tarifnya tetap (proporsional) walaupun jumlah barang yang dibeli tidak tetep. PPN
yang harus dibayar oleh Barnabas Suebu adalah untuk AC Rp 600.000, untuk 2 HP
Rp 380.000.
3) Tarif Progresif (Meningkat) adalah tarif pajak yang semakin besar jika dasar
pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai
dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif proporsional
dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Tarif Progresif-Proporsional, merupakan tarif pajak di mana persentase semakin
meningkatnya dan besarnya peningkatan dari tarifnya sama besar.
b. Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin
meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak dan kenaikan persentase
tersebut juga semakin meningkat.
c. Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin
meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan
persentase tersebut semakin menurun.
4) Tarif Regresif merupakan tarif pajak yang makin tinggi objek pajaknya maka
makin rendah persentase tarifnya. Regressive tax adalah suatu jenis pajak yang tidak
memperhatikan keadaan subjek pajak, apakah dia itu kaya atau miskin, teteap
dikenakan tarif yang persentasenya sama.
5) Tarif Degresif/Menurun, dikatakan tarif degresif apabila persentasenya semakin
menurun dengan semakin besarnya taxable capacity-nya (potensi pendapatan wajib
pajak atau kemampuan membayar/ability to pay) wajib pajak. Dengan perkataan lain,
semakin besar kemampuan bayar wajib pajak, semakin kecil pula jumlah pajak yang
harus dibayar sesuai kenaikan objek pajak,namun besarnya persentase kenaikan pajak
semakin menurun dari tingkat ke tingkat.
6) Tarif Beham, merupakan suatu persentase tetap seperti pajak yang berlaku
terhadap pajak kekayaan. Misalnya 5% tetapi hanya dikenakan atas jumlah yang
melebihi batas minimum, yaitu Rp 80.000.000. Tarif pajak ini diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak (PKP), yaitu suatu jumlah yang berasal dari penghasilan
kotor setelah dkurangi berbagai potongan yang diperkenakan oleh undang-undang.
> Perbedaan :
- Tarif Pajak Tetap, artinya teteap tidak ada perubahaan pada setiap dasar pengenaan
pajak alias besar/jumlah yang dibayarkan itu sama.
- Tarif Proporsional, tarif pajak ini memakai persentase yang tetap untuk setiap dasar
pengenaan pajak.
- Tarif Progresif, merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.
- Tarif Regresif, tarif pajak yang memiliki besaran tarif yang tetap meskipun nilai
objek pajaknya berubah-ubah.
- Tarif Degresif, tarif pajak ini menggunakan persentase yang menurun setiap dasar
pengenaan pajaknya.

3. Reformasi Administrasi Perpajakan


Sejak dijalankannya reformasi perpajakan tahun 1983 terdapat beberapa perubahan
mendasar dalam menghadapi perpajakan Indonesia. Perubahan tersebut mencakup
kebijakan perpajakan (Reformasi Kebijakan Pajak) melalui perubahan
Undang-Undang Pajak Penghasilan (UUPH), Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (UUPPN dan PPnBM), Undang-Undang
Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB). Perubahan tujuan tersebut memberikan
kepastian hukum bagi sistem perpajakan Indonesia sehingga penerimaan pajak dapat
dioptimalkan. Reformasi pajak tersebut mencakup 3 pilar, yaitu Kebijakan Pajak,
Administrasi Pajak, dan Peraturan Pajak. Salah satu yang berjalan cukup signifikan
dan menjadi kunci dalam proses pemungutan pajak adalah administrasi perpajakan
(Reformasi Administrasi Perpajakan). Secara universal, administrasi perpajakan
merupakan kunci keberhasilan dalam suatu kebijakan pajak. Oleh karena itu,
reformasi administrasi perpajakan harus dilakukan sehingga fungsi pelayanan dapat
diberikan secara optimal kepada masyarakat. Reformasi administrasi pajak idealnya
merupakan instrumen untuk meningkatkan sukarela WP, meningkatkan kepercayaan
masyarakat, dan meningkatkan integritas aparat pajak. Dengan sistem administrasi
yang baik, diharapkan pemerintah mengoptimalkan penerimaan pajak dan
meningkatkan kepatuhan pajak. Ironisnya kepatuhan pajak Indonesia masih terbilang
rendah, yang tergambarkan dalam stagnasirasio pajak yang masih berada di bawah
negara lain padakisaran 12-13%. Capai rasio pajak Indonesia masih di bawah Filipina
14%, Malaysia 16%, Thailand 17%, Korea Selatan 25%, Afrika Selatan 27%, dan
Brasil 34%, atau rata-rata negara menegah bawah 17%. Salah satu bentuk reformasi
perpajakan yang digalakan adalah modernisasi administrasi layanan pajjak melalui
penggunaan teknologi informas dan komunikasi. Tentunya administrasi perpajakan
sudah tidak relavan lagi, untuk dapat memperoleh hasil optimal di era digital ini. Hal
tersebut penting dilakukan agar WP kesulitan dalam mematuhi kewajibannya. Salah
satu penyebab dari minimnya kepatuhan WP adalah proses adiministrasi yang sulit,
tidak efektif, dan tidak efisien sehingga menimbulkan yang tidak sedikit.

SUMBER REFERENSI :
ADBI4330
Lmatsconsuling.com

Anda mungkin juga menyukai