Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANNISA LARASATI

NIM : 044440188

MAPEL : ADMINISTRASI PERPAJAKAN/ADB4330

Tugas 1

1. Sebutkanlah penggolongan tarif pajak yang anda ketahui serta jelaskan secara
singkat mengenai perbedaannya dan analisa dari masing-masing tarif
tersebut apakah masih cocok diterapkan dimasa sekarang serta sebutkan tarif
yang sering digunakan dalam penghitungan perpajakan di Indonesia !

Tarif pajak dibagikan menjadi 6 yaitu,

• Tarif Tetap
Merupakan tarif yang jumlah pajaknya dalam rupiah atau dollar bersifat
teap walaupun jumlah Objek pajaknya. Misalnya tarif Bea materai yang
berdasarkan pada UU.No.13 Tahun 1985 sebagai berikut.
a) Bea Materai untuk cek dan bilyet giro yang dikenakan bea
materai sebesar Rp.3000,-
b) Nilai Kuitansi Rp.250.000,- s.d Rp.1000.000,- dikenakan biaya
materai Rp.3000,-
c) Nilai kuitansi atau tanda terima uang RP.1000.000,
Rp.100.000,Rp.10.000.000 dan setrusnya dikenakan Bea
Materai Rp.6000,-
• Tarif Proporsional
Merupakan tarif yang presentasenya tetap walaupun jumlah objek
pajak nya berubah.
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai/PPN dimana semua harga
barang ditingkat akhir dikenakan pajak PPN adalah sama besar 10 %.
• Tarif Progresif
Tarif pajak yang semakin besar jika dasar pengenaan pajak nya
meningkat. Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan
perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif
proporsional dibedakan menjadi 3,
a) Tarif Progresif-Proporsional
Merupakan tarif pajak dimana presentasi semakin meningkatnya
dan besarnya peningkatan dari tarifnya sama besar.jumlah pajak
yang terutang akan berubah sesuai dengan perubhan tarif dan
perubahan dasar pengenaan pajaknya. Yang terdiri dari Tarif
Progresif Proporsional Absolu dan Tarif Progresif Proporsional
Berlapis.
Tarif ini pernah ditetapkan di Indonesia untuk menghitung pajak
penghasilan mulai tahun 1984 – 1994 diatur dalam Pasal 17 UU
N0.7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kalinya denagn UU No.
38 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan khusus nya untuk
Wajib Pajak Pribadi.
b) Tarif Progresif-Progresif
Yakni semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak dan
kenaikanpresentase tersebut juga semakin meningkat.
Tarif ini mulai diberlakukan mulai tahun 1995 sampai tahun
2000 diatur dalam pasal 17 No. 10 Tahun 2004
c) Tarif Progresif-Degresif
Tarif berupa presentase tertentu yang semakin meningkat
dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak,tetapi kenaikan
presentase tersebut semakin menurun.
• Tarif Regresif
Merupakan tarif pajak yang semakin tinggi objek pajaknya maka makin
rendah presentase tarifnya. Regressive Tax adalah suatu jenis pajak
yang tidak memperhatikan keadaan subjek pajak. Sebagai contoh, Pajak
Penambahn Nilai dengan tarif umum sebesar 10% dikenakan pada
consumen kaya dan miskin tanpa perbedaan.
• Tarif Degresif/Menurun
Dikatakan degresif jika presentase semakin menurun dengan semakin
besarnya taxable capcity-nya (potensi pendapatan wajib pajak atau
kemampuan membayar/ability to pay) wajib pajak. Dengan perkataan
lain semakin besar kemampuan bayar wajib pajak,semakin kecil pula
jumlah pajak yang harus dibayar sesuai kenaikan objek pajak,namun
besarnya presentase kenaikan pajak semakin menurun dari tingkat ke
tingkat.
• Tarif Betham
Tarif pajak ini dterapkan atas penghasila Kena Pajak (PKP), yaitu suatu
jumlah yang berasal dari pengahsilan kotor setelah dikurangi berbagai
potongan yang diperkenalkan oleh Undang-Undang.

Menurut saya pajak pajak diatas masih cocok digunakan diindonesia selebih
dari pengertin dan contoh contoh yang say abaca di buku modul.

Serta tarif yang masih sering dipakai yaitu tarif progresif, tarif degresif, tarif
proporsional, tarif tetap atau regresif.

2. Reformasi perpajakan saat ini sering dilakukan pemerintah diantaranya


membuat sistem administrasi perpajakan modern ? apakah reformasi
perpajakan yang dilakukan pemerintah efektif dalam meningkatkan
penerimaan pajak di Indonesia ! jelaskan secara ringkas beserta contohnya
aplikasi dari sistem perpajakan yang ada saat ini!

Sistem administrasi perpajakan modern sendiri merupakan sistem


administrasi perpajakan yang terus mengalami penyempurnaan atau
perbaikan kinerjanya, baik dari sisi internal maupun eksternal institusi
perpajakan yang tujuan untuk memberikan pelayanan pajak yang prima
sekaligus meningkatkan penerimaan pajak.

Perkembangan sistem administrasi pajak ini setidaknya memberikan


beberapa pengaruh terhadap pelayanan pajak.

• Pertama, dengan menerapkan sistem administrasi yang berbasis


teknologi terkini, pelayanan pajak yang diberikan bisa lebih efisien
sekaligus meringankan beban fiskus dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan ini pula wajib pajak juga lebih mudah dan praktis dalam
melakukan kewajibannya.

Hal ini terlihat dari bagaimana saat ini Ditjen Pajak telah menerapkan sistem
pelayanan secara online, seperti pembuatan nomor pokok wajib pajak secara
online (e-registration), pembayaran online (e-billing), SPT online (e-SPT),
hingga fatur pajak elektronik (e-faktur).Dengan e-SPT misalnya. Sistem yang
dibuat dapat mengurangi kesalahan wajibp ajak pada saat mengisi SPT.
Pengisian SPT yang dilakukan dengan menggunakan kertas biasanya sering
terjadi kesalahan karena banyak wajib pajak yang belum paham mengenai
cara pengisian SPT secara manual. Adanya aplikasi pengisian SPT secara
komputer ini dapat mempermudah wajib pajak.

• Kedua, melalui sistem pelayanan pajak modern, integrasi data yang


diperoleh otoritas pajak dapat menjadi alat bantu untuk memonitoring
kepatuhan pajak. Dalam hal ini otoritas pajak dapat mengawasi secara
intensif sehingga masyarakat terdorong untuk jujur dan taat dalam
memenuhi kewajiban pajaknya.

Terakhir, sistem administrasi pajak yang modern juga dapat dimanfaatkan


oleh otoritas pajak untuk memetakan wajib pajak. Untuk wajib pajak tertentu,
misalnya yang memiliki sumber penghasilan yang beragam dan berpotensi
besar bagi penerimaan, membutuhkan perhatian yang lebih besar mengingat
wajib pajak tersebut biasanya memiliki pergerakan penghasilan yang dinamis
dan cukup luas, tak hanya lingkup domestik, melainkan juga internasioanl.
Administrasi pajak yang dapat mengakomodasi hal ini tentunya akan menjadi
alat yang ampuh dalam mendongkrak penerimaan ke depannya.

Selai itu, dengan sistem administrasi perpajakan modern ini, dapat mendukung
pemerintah dalam mengupayakan terciptanya Good Corporate
Governance. Wajib pajak juga dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik
karena didukung oleh sarana danprasarana yang memadai serta pegawai
yang profesional. Permasalahan wajib pajak dapat diselesaikan secara lebih
cepat dengan kepastian hukum yang terjamin.

(Referensi buku modul administrasi perpajakan dan


https://news.ddtc.co.id/pentingnya-sistem-administrasi-pajak-yang-modern-
11642)

Anda mungkin juga menyukai