Anda di halaman 1dari 2

Nama : Andi Muhamad Fajar

NPM : 041994118
Tugas 1 Administrasi Perpajakan
1. Sebutkanlah penggolongan tarif pajak yang anda ketahui serta jelaskan secara singkat
mengenai perbedaannya dan analisa dari masing-masing tarif tersebut apakah masih cocok
diterapkan dimasa sekarang serta sebutkan tarif yang sering digunakan dalam penghitungan
perpajakan di Indonesia !
Jawab :
Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.

Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh)
wajib pajak orang pribadi, seperti:

Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak
yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi.
Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat.

Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan
bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan
terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan
tetap.

Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek
pajaknya.

Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.

Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan
peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar
Rp3.000 dan Rp6.000.
Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak
2. Reformasi perpajakan saat ini sering dilakukan pemerintah diantaranya membuat sistem
administrasi perpajakan modern ? apakah reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah
efektif dalam meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia ! jelaskan secara ringkas beserta
contohnya aplikasi dari sistem perpajakan yang ada saat ini!
Jawab :
Reformasi perpajakan sebenarnya sudah dimulai sejak 1983 di mana undang-undang
perpajakan mengubah sistem official assessment menjadi self assessment. Ketika reformasi
birokrasi dijalankan, proses reformasi perpajakan juga terus berlanjut dengan mengusung
agenda Reformasi Perpajakan Jilid I. Kali ini, program reformasi yang berjalan pada 2002
hingga 2008 ini berfokus pada modernisasi administrasi perpajakan, seperti pembentukan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern (KPP Pratama dan dua KPP Wajib Pajak Besar).
Terdapat sembilan kebijakan yang dijalankan pada awal Reformasi Perpajakan Jilid III, yakni:
▪ Penyederhanaan kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Pokok-pokok
perubahannya adalah SPT PPh Pasal 25 Nihil tidak wajib lapor, SPT Masa PPh Pasal 21/26 Nihil
tidak wajib lapor kecuali Masa Desember, dan Pelaporan SPT secara elektronik (e-SPT, e-Filing,
e-Form).
▪ Penyederhanaan dan pelayanan SPT dengan perluasan channeling yakni Kantor Pelayanan,
Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan layanan di luar kantor (Pojok Pajak) dapat
menerima semua jenis SPT. Selain itu, ada penyederhanaan lampiran e-filing yang dapat
disampaikan dalam beberapa file PDF dan Surat Setor Pajak (SSP) tidak perlu dilampirkan.
▪ Layanan terpadu yaitu informasi Konfirmasi Status Wajib Pajak (I-KSWP). I-KWSP melayani
semua kebutuhan verifikasi dan konfirmasi status wajib pajak melalui DJP Online.
▪ Validasi SSP untuk pengembang dengan pokok-pokok perubahan berupa permohonan yang
dapat disampaikan secara online. Selain itu, cukup satu permohonan untuk beberapa objek
dan multipembayaran, serta validasi cukup dengan surat permohonan dan daftar pembayaran
PPh (tanpa melampirkan SSP).
▪ Host-to-host e-Faktur BUMN yang bertujuan untuk mengintegrasikan data perpajakan
sejumlah BUMN dengan DJP dan meningkatkan transparansi. Kebijakan ini juga memudahkan
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
▪ Percepatan restitusi sesuai dengan PMK-39/PMK.03/2018 tentang Tata Cara Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
▪ Kebijakan mengenai devisa hasil ekspor (DHE). Terdapat dua poin penting, yakni perluasan
kriteria yang mencakup deposito baru maupun roll-over. Penempatan deposito juga dapat
dilakukan di bank yang berbeda dengan melampirkan surat pernyataan.
▪ Kebijakan kredit pajak luar negeri yang menyederhanakan persyaratan administratif. Hanya
bukti pembayaran atau pemotongan pajak luar negeri, dan tidak perlu dilampirkan dalam SPT
Tahunan PPh, serta tidak perlu melampirkan laporan keuangan dan laporan pajak atas
penghasilan di luar negeri.
▪ Natura dan kenikmatan di daerah tertentu dapat diperoleh selama lima tahun untuk WP IUPK-
Operasi Produksi dari Kontrak Karya atau PKP2B dan dapat diperpanjang lagi sepanjang
memenuhi kriteria daerah tertentu.

Anda mungkin juga menyukai