Anda di halaman 1dari 4

A.

HARMONISASI PAJAK

UU HPP menjadi sebuah reformasi dalam bidang perpajakan di Indonesia dengan muatan isi dan
pemberlakuan sebagai berikut:

1. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) yang berlaku untuk Tahun Pajak 2022

2. Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) yang berlaku pada 1 April 2022

3. Perubahan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yang berlaku
sejak tanggal diundangkan

4. Program Pengungkapan Sukarela yang berlaku pada 1 Januari s.d. 30 Juni 2022

5. Pajak Karbon yang mulai berlaku pada 1 April 2022

6. Perubahan Undang-Undang Cukai yang berlaku sejak tanggal diundangkan

Ringkasan Undang-Undang Harmonisasi Pajak (UU HPP) Undang-Undang Harmonisasi Pajak (RUU
HPP) disahkan oleh Presiden Republik Indonesia (UU) pada 29 Oktober 2021. UU HPP merupakan
bagian dari reformasi sektor perpajakan yang bertujuan untuk mendukung pembangunan nasional
dan pemulihan ekonomi. Perubahan dan pelengkap undang-undang HPP dan sistem hukum HPP
meliputi:

Bab 1, UU HPP menjelaskan bahwa UU HPP dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, kesederhanaan,
efisiensi, kepastian hukum, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. UU HPP diberlakukan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, membantu mempercepat pemulihan
ekonomi, mencapai sistem perpajakan yang lebih adil dan lebih aman secara hukum, dan
memperluas kewajiban pajak sukarela wajib pajak.

2. Bab 2, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) UU HPP telah menetapkan NIK sebagai
entitas tersendiri dengan tujuan untuk mengintegrasikan database kependudukan ke dalam sistem
administrasi perpajakan dan memudahkan Wajib Pajak badan untuk memenuhi hak Wajib Pajaknya
Dijelaskan untuk digunakan sebagai NPWP.

3. Bab 3, Pajak Penghasilan, UU HPP secara khusus mengatur pajak bumi dan bangunan, tarif pajak
penghasilan pribadi dan tarif pajak badan. Imbalan kerja dalam bentuk barang adalah pendapatan
karyawan yang dapat didanai oleh pemberi kerja.

4. Bab 4, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) UU HPP mengatur pembebasan PPN dan pengurangan PPN,
serta tarif PPN dan pengurangan PPN. Mengurangi pembebasan dan mitigasi PPN untuk lebih
mencerminkan dan menargetkan keadilan sekaligus melindungi kepentingan masyarakat dan bisnis.
5. Bab 5 Program Pengungkapan Sukarela (PPS) yang dilaksanakan selama 6 bulan (1 Januari 2022
sampai dengan 30 Juni 2022) memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau
mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui

6. Bab 6 Pajak Karbon mengatur, antara lain, pajak karbon yang dipungut atas pembelian barang-
barang yang mengandung karbon atau atas kegiatan-kegiatan yang menghasilkan emisi karbon
kesempatan untuk mengembalikan kerugian mereka ke pendapatan pemerintah dengan membayar
sanksi tertentu

7. Bab 7 UU HPP memberikan kewenangan penambahan cukai hasil tembakau berupa rokok elektrik,
modifikasi tata cara penambahan pengurangan jenis barang cukai, penegakan pidana cukai dengan
mengutamakan penarikan, dan cukai lainnya. dari hilangnya pendapatan pemerintah.
B. Pengertian Pajak

Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 ( KUP Konsolidasi menurut Undangundang
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pasal 1 mendefinisikan pajak; serta mengacu pada UU nomer
7 tahun 2021 tentang HPP yaitu, kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran
rakyat .

Dari definisi yang dikemukakan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua hal
penting yang melekat pada definisi pajak, yaitu:

1. Iuran dari rakyat yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh rakyat, tidak
dapat mengelak dan harus dilakukan oleh rakyat untuk membayarnya sebagai konsekuensi
berlakunya Undang-undang.
2. Tanpa jasa timbal/kontra prestasi secara langsung, artinya wajib pajak yang melakukan
pembayaran kewajiban perpajakannya atau iuran keapada negara tidak mendapat imbalan
secara langsung dari pemerintah atas pembayaran tersebut.

Tanpa jasa timbal/kontra prestasi secara langsung, artinya wajib pajak yang melakukan pembayaran
kewajiban perpajakannya atau iuran keapada negara tidak mendapat imbalan secara langsung dari
pemerintah atas pembayaran tersebut.

pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah berdasarkan
Undang-undang dan aturan pelaksanaannya.
b. Pemungutan pajak menunjukkan adanya pengalihan kekayaan dari sektor swasta (Wajib
Pajak) kepada sektor Pemerintah (Fiscus).
c. Pemungutan pajak digunakan untuk kepentingan pembiayaan pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
d. Pembayar pajak tidak menerima kontraprestasi secara langsung secara individu dari
pemerintah.
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga
berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan
ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
C. Pungutan selain Pajak
1. Bea
2. Cukai
3. Pendapatan daerah
D. Perbedaan Pajak dengan Pungutan Resmi Selain Pajak
Pajak dipungut berdasarkan UU, sedangkan pungutan resmi selain pajak dipungut
berdasarkan Peraturan Pemerintah atau para menteri atau peraturan kepada daerah. b.
Pajak tidak mendapatkan imbalan jasa (prestasi) secara langsung, sedangkan pungutan resmi
selain pajak mendapatkan imbalan secara langsung. c. Pajak perhitungannya dilakukan oleh
wajib pajak, sedangkan pungutan resmi selain pajak, perhitungannya dilakukan oleh
pemerintah. d. Pajak jatuh tempo pembayaran sesuai dengan tahun fiskal, sedangkan
pungutan resmi selain pajak pembayaran dilakukan sesuai dengan pemakaian. e. Pajak sifat
pungutan adalah paksa, sedangkan pungutan resmi selain pajak sifat pungutan sesuai
dengan kebijakan. f. Sanksi hukum pajak diatur dengan UU, sedangkan sanksi hukum
pungutan resmi selain pajak diatur melalui kebijakan pemerintah
E. Dasar Hukum Pengenaan Pajak
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
F. Fungsi pajak
1. Fungsi anggaran (budgetair) Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran pengeluaran negara.
2. Fungsi mengatur (regulerend) Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak.
3. Fungsi stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan
4. Fungsi redistribusi pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan
untuk membiayai semua kepentingan umum
G. Asas Pemungutan Pajak
1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal
“The Four Maxims”, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut;
a. Asas Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)
b. Asas Certainty (Asas kepastian hukum)
c. Asas Convinience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan)
d. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis)
2. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut;
a. Asas daya pikul , Asas manfaat, Asas kesamaan, Asas beban yang sekecil-kecilnya
3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut
a. Asas politik finansial, Asas ekonomi, keadilan, administrasi
H. TARIF PAJAK
1. Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah atau angka yang tetap. Berapapun besarnya dasar
pengenaan pajak tarifnya tidak berubah. Contoh tarif tetap yang berlaku di Indonesia
dalah bea meterai, misanya penggunaan cek atau bilyet giro untuk berapapun
jumlahnya dikenakan pajak sebesar Rp 6.000,00.
2. Tarif Proporsional, yaitu tarif berupa prosentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap
berapapun dasar pengenaan pajaknya. Contoh :

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Besarnya Utang Pajak


1 100 ribu 10%
2 2 jt
3 40 jt
4 800 jt
3. Tarif Advolerm, adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/
ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang. Contoh:
Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk yang
harus dibayar adalah: Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000 Tarif Bea
Masuk 20%, maka Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp150.000.000 =
Rp30.000.000Misalnya PT XIZYO mengimpor barang jenis “ACLEO” sebanyak 1500 unit
dengan harga per unit Rp100.000,00.
4. Tarif Spesifik, adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu
atau suatu satuan jenis barang tertentu. Contoh:
PT ANOMAN mengimpor barang jenis “Avail” sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp10.000 per unit, maka besarnya
Bea Masuk yang harus dibayar adalah: Jumlah Barang Impor = 1500 unit Tarif Bea Masuk
Rp10.000, maka Bea Masuk yang harus dibayar = Rp10.000 x 1500 = Rp15.000.000
5. Tarif Efektif Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan dibandingkan
dengan jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak. Contoh:
Tuan Arman mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun 2013 sebesar
Rp550.000.000. Pajak yang harus dibayar adalah: Dengan tarif progresif menurut UU No.
36 Tahun 2008 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp200.000.000 = Rp
30.000.000 25% x Rp250.000.000 = Rp 62.500.000 30% x Rp50.000.000 = Rp 15.000.000
Jumlah pajak terutang Rp 110.000.000 Dengan tarif efektif = 110.000.000 x
100%:550.000.000 = 20%

Anda mungkin juga menyukai