Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 7 Hukum Pajak

Jelaskan aturan/ketentuan yang terkait dengan wajib pajak yang alpa


dan sengaja terkait dengan kewajiban perpajakan dan sanksinya?
Jawab

Kewajiban pajak diatur dalam undang undang, Hal ini berarti bahwa kewajiban merupakan utang
kepada negara karena undang-undang, oleh karenanya penyimpangan dan kelalaian dalam
memenuhi kewajiban merupakan pelanggaran terhadap undang undang. Perbuatan demikian dalam
undang-undang dinyatakan terkena sanksi.

Sanksi yang diatur dalam undang-undang KUP di kenakan tidak hanya kepada Wajib Pajak tapi juga
dikenakan terhadap petugas pajak. Tentunya dalam hal yang berbeda. Bagi wajib pajak sanksi
dikenakan bila ada pelanggaran yang terkait dengan hal pembayaran pajak. Sementara itu, petugas
atau pejabat pajak terkait dengan pelayanan kepada masyarakat.

Sanksi administrasi yang dapat dikenakan bagi pihak wajib pajak dapat berupa sanksi bunga, denda
kenaikan pokok pajak dan jumlah tertentu.

Sanksi Tidak Melapor SPT, Alpa atau Sengaja? Bulan Januari-April adalah agenda rutin tahunan,
yaitu pelaporan SPT Tahunan Pajak . Setiap wajib pajak badan maupun orang pribadi berkewajiban
untuk melaporkan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan kepada Direktorat
Jenderal Pajak. Batas waktu pelaporan SPT Pajak bagi wajib pajak badan adalah tanggal 30 April atau
4 bulan setelah berakhirnya tahun pajak.

Di Indonesia sendiri menganut sistem perpajakan self assessment, yang berarti Wajib Pajak harus
menghitung atau memperhitungkan, membayar, dan melaporankan sendiri jumlah pajak yang
seharusnya berdasarkan peraturan perundang-undangan, akan ada aturan berlaku yang mengatur
sanksinya. Berikut akan diuraikan jenis sanksi tidak lapor SPT dan konsekuensinya.

Alpa atau Sengaja UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) membagi sanksi dan denda tidak melaporkan SPT dalam 2 kategori, yaitu karena alpa dan
karena sengaja. Untuk yang karena alpa, dibagi lagi menjadi 2, yaitu kealpaan pertama dan kealpaan
setelah kealpaan pertama

Pasal 13A mengatur kealpaan pertama. Menurut pasal ini, wajib pajak yang karena kealpaannya
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak benar/lengkap, tidak dikenai sanksi
pidana. Meski begitu, wajib pajak harus melunasi kurang bayarnya dan sanksi 200% dari kurang bayar
itu.

Pasal 38 mengatur kealpaan setelah kealpaan pertama. Pasal 38 ini hanya bisa dipakai atas
perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali seperti dimaksud Pasal 13A. Dengan kata lain, harus
ada putusan Pengadilan Pajak yang memvonis sanksi Pasal 13A terlebih dahulu sebelum memakai
pasal ini.

Sanksi di Pasal 38 ini, apabila wajib pajak karena kealpaannya tidak melaporkan SPT atau
melaporkan SPT yang isinya tidak benar/lengkap dan merugikan negara dan perbuatan itu
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, maka wajib pajak itu akan menghadapi
hukuman lebih berat.
Pasal tersebut mengatur wajib pajak terkena denda paling sedikit satu kali jumlah pajak terutang
yang tidak/kurang bayar dan paling besar dua kali jumlah pajak terutang yang tidak/kurang bayar,
atau kurungan penjara paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 tahun. Jadi, jenis hukumannya
alternatif.

Bagaimana jika keterlambatan pelaporan itu bukan karena alpa alias sengaja? Inilah kategori kedua
yang diatur Pasal 39 UU KUP. Hukumannya lebih berat ketimbang alpa. Wajib pajak yang sengaja
tidak menyampaikan SPT dan merugikan negara dipidana paling singkat 6 bulan dan paling lama 6
tahun. Apabila wajib pajak punya pajak terutang/kurang bayar, hukumannya ditambah denda paling
kecil 2 kali jumlah terutang/kurang bayar dan paling besar 4 kali jumlah terutang/kurang bayar.
Artinya, yang sengaja akan mendapatkan dua hukuman, yaitu pidana dan denda. Jadi, jenis
hukumannya kumulatif.

Sanksi Administrasi Telat Bayar dan Lapor Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan laporan pajak yang wajib disampaikan oleh Wajib Pajak
kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dalam Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, wajib bagi seluruh wajib pajak
untuk melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan dan batas lapor yang telah ditentukan.

SPT dilaporkan menggunakan formulir yang telah disediakan oleh DJP dengan format yang berbeda,
berdasarkan jenis pajak apa yang akan dilaporkan. Laporan memiliki tanggal jatuh tempo yang
berbeda-beda untuk tanggal pembayaran maupun pelaporan untuk setiap jenisnya.

Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Pajak

Periode pembayaran dan pelaporan SPT Tahunan tentunya memiliki masa waktu tenggang. Maka
dari itu, upayakan jangan sampai terlambat lapor SPT atau bahkan tidak melapor SPT hanya karena
lupa dan tidak tahu kapan batas waktu pelaporan SPT tersebut.

Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi memiliki batas waktu paling lambatnya setelah 3 bulan
batas akhir tahun pajak, berarti hingga tanggal 31 Maret. Sedangkan pelaporan SPT Tahunan PPh
Badan memiliki batas waktu paling lambat setelah 4 bulan batas akhir tahun pajak, berarti hingga 30
April. Pelajari batas waktu pembayaran dan pelaporan pajak lebih detail pada Kalender Pajakku 2021.

Sanksi berupa Denda Bagi yang Telat Lapor SPT

Bagi para Wajib Pajak yang telat melaporkan SPT, maka akan dikenakan sanksi yang berupa denda.
Setiap Wajib Pajak perlu memeriksa denda mana yang perlu dibayarkan terlebih dahulu, apakah
denda telat melaporkan SPT atau ada juga denda telat membayar pajak. Berikut denda yang harus
dibayarkan untuk wajib pajak yang telat melaporkan SPT :

1. Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu sebesar Rp 100.000 per SPT Masa
Pajak
2. Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Badan yaitu sebesar Rp 1.000.000 per SPT Tahunan
Pajak
3. Sanksi administrasi untuk SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi sebesar Rp 500.000 per
SPT Masa Pajak dan Rp 100.000 per SPT Masa Pajak untuk SPT dengan masa lainnya.
4. Denda telat bayar pajak sebesar 2% per bulan dari waktu biaya pajak yang belum dibayarkan.
Denda telat bayar pajak memiliki waktu yang dihitung dari sejak tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran pajak tersebut. Jika anda terlambat membayar dari batas waktunya
maka hitungan bayar dendanya dihitung 1 bulan penuh.
Agar terhindar dari sanksi - sanksi tersebut, WP harus mematuhi segala peraturan perpajakan yang
ada dengan mengisi SPT dengan jujur, menyetor dan melapor SPT tepat waktu, mengisi faktur
dengan lengkap, Hindari segala aktivitas yang memicu tindak pidana perpajakan, serta gunakan
aplikasi MPN Pajakku untuk melakukan pembayaran, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) semudah mengisi pulsa dan untuk pelaporan pajak secara elektronik yang real time,
dapat multi npwp dan multi pasal, dengan bukti penerimaan elektronik yang sah.

Dalam pengenaan sanksi administrasi terdapat pengecualian sanksi atas lapor Pajak Pribadi. Berikut
kondisi atau situasi yang dapat dikecualikan pengenaan sanksi administrasi :

 Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) telah dinyatakan meninggal dunia


 Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan
bebas.
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai WNA (warga negara asing) dan tidak lagi
bertempat tinggal di wilayah Indonesi.
 Bendahara yang sudah tidak lagi melakukan pembayaran
 Wajib Pajak yang terkena bencana dan ketentuannya telah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
 Wajib Pajak lain sebagaimana yang telah diatur ataupun sesuai dengan PMK (Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007).

Sumber Referensi:

EKS14202/MODUL 8 Kegiatan Belajar 1

"Sanksi Tidak Melapor SPT, Alpa atau Sengaja?".

Baca selengkapnya: https://news.ddtc.co.id/sanksi-tidak-melapor-spt-alpa-atau-sengaja-19558.

Penulis: Ringkang Gumiwang

Redaksi DDTCNews

https://www.pajakku.com/read/604738dec069d02167e9580f/Sanksi-Administrasi-Telat-Bayar-dan-
Lapor-Pajak

ARTIKELBELAJAR PAJAK

Sanksi Administrasi Telat Bayar dan Lapor Pajak

Maria, 2 tahun yang lalu

Diperbarui pada 2 bulan yang lalu

Anda mungkin juga menyukai