Anda di halaman 1dari 4

SPT WPOP

Sebelum dibahas lebih lanjut, pahami dulu ada 2 jenis SPT Tahunan yakni SPT Perorangan
dan juga SPT Tahunan Badan. Untuk jenis perorangan ketika akan melaporkan SPT Tahunan
dibedakan kembali dalam 3 formulir yakni SPT 1770,SPT 1700 S, dan Formulir SPT 1700
SS.

Pertama, formulir SPT 1700 digunakan oleh wajib pajak orang pribadi yang memiliki lebih
dari satu jenis pekerjaan (full time atau freelance), seseorang yang bekerja di lebih dari satu
perusahaan atau instansi dengan PPh final serta memiliki penghasilan dari dalam atau luar
negeri.

Kedua, jenis formulir SPT 1700 S digunakan wajib pajak orang pribadi dengan penghasilan
pertahun lebih dari Rp60 juta atau pekerja yang memiliki lebih penghasilan lebih dari satu
perusahaan. Terakhir, formulir SPT 1700 SS bisa digunakan bagi Anda dengan penghasilan
kurang dari atau sama dengan Rp60 juta.

Biasanya jenis formulir ini juga digunakan bagi karyawan yang bekerja hanya di satu
perusahaan selama minimal satu tahun. Lalu apa lagi yang membedakan SPT Tahunan
pribadi dan wajib pajak? Selain subjeknya, waktu pembayaran SPT perorangan dan badan
juga berbeda.

Wajib pajak orang pribadi diberikan waktu melaporkan SPT tahunan mulai dari tanggal 1-31
Maret sementara wajib pajak badan diberikan waktu lebih lama yakni mulai dari Januari
sampai 30 April.

Bagaimana jika wajib pajak masih saja terlambat melaporkan pajak? Tentunya harus
membayar denda yang bisa dicek dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Dapatkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau dokumen yang berisi besaran tagihan denda
yang harus dibayarkan karena kelalaian wajib pajak. STP bisa didapatkan dengan mendatangi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.

2. Perhatikan kode angka yang terdapat pada STP antara lain:

 Cek nomor ketetapan pada STP. Sebagai contoh jika tertera angka
01234/105/22/529/17, maka angka 105 merujuk pada kode wajib pajak pribadi
sementara angka 22 menunjukkan tahun pajak yang tertunggak/tidak dilaporkan.
 Cek jumlah tagihan denda yang harus dibayarkan karena denda untuk orang pribadi
dan badan berbeda.
3. Buat kode billing pembayaran denda secara daring melalui situs DJP. Jika belum memiliki
akun, silakan daftarkan diri Anda dengan mengikuti petunjuk yang disediakan.

Besaran Sanksi Denda Telat Lapor SPT


Aturan mengenai besaran denda telat lapor SPT telah dituangkan dalam Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Dalam Pasal 7 ayat 1 UU KUP dijabarkan sanksi
administrasi bagi wajib pajak yang tidak melaporkan SPT dibagi dalam 4 jenis yakni:

 Denda telat lapor SPT senilai Rp100.000 untuk wajib pajak perorangan per SPT masa pajak
 Denda telat lapor SPT senilai Rp1.000.000 untuk wajib pajak badan per SPT masa pajak
 Denda telat lapor SPT senilai Rp500.000 untuk jenis Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Denda telat lapor SPT senilai Rp100.000 untuk SPT masa lainnya.
Perlu diperhatikan, jika wajib pajak terlambat membayar denda telat lapor SPT, maka ada tambahan
denda lagi. Penambahan biaya denda tersebut akan mengikuti tingkat suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI) kemudian ditambahkan 5% dan dibagi 12 bulan.
Nilai tersebut naik 3% dari yang sebelumnya hanya 2% saja sesuai ketentuan di Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dengan diberlakukannya denda, wajib pajak harus memahami jika perhitungan denda telat lapor SPT
terhitung sejak tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran pajak tersebut.

Selain menetapkan denda administratif, wajib pajak yang sengaja melakukan tindak pidana
perpajakan dan tidak kooperatif dalam melaporkan pajak juga dapat dikenai sanksi pidana. Jadi
jangan sampai Anda telat lapor SPT Tahunan ya!

Di sisi lain, bicara soal pelaporan SPT Tahunan, masih banyak masyarakat yang salah kaprah dan
menganggap hanya wajib pajak yang memiliki penghasilan dengan nilai tertentu yang perlu
membayar pajak.

Padahal, sesuai dengan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP) setiap masyarakat yang memiliki NPWP dan masih bekerja/berpenghasilan wajib melaporkan
SPT Tahunan.

Berdasarkan pernyataan Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo yang dilansir dari
Kompas.com menyebutkan, tujuan dari pelaporan SPT Tahunan bukan hanya untuk melaporkan pajak
tapi juga sarana untuk melaporkan harta, utang, dan daftar keluarga yang dimiliki wajib pajak.
Jika seseorang telah memiliki NPWP namun tidak berpenghasilan bisa mengajukan permohonan non-
efektif (NE). Permohonan NE juga bisa dilakukan wajib pajak dengan penghasilan kurang dari
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Jangan lupa untuk melunasi denda keterlambatan lapor SPT Anda, agar administrasi pembelian
barang mewah di kemudian hari lebih mudah. Salah satunya seperti rumah, jika Anda ingin membeli
rumah di kawasan Duren Sawit pastikan Anda sudah membayar pajak dan lapor SPT. Cek daftar
huniannya di sini!

Cara Bayar Denda Telat Lapor SPT


Melalui pembahasan sebelumnya, Anda telah memahami besaran denda telat lapor SPT dan
jika sempat menunggak, pembayaran denda dapat dilakukan melalui situs resmi Dirjen Pajak
(DJP) atau djponline.pajak.go.id.

Agar bisa membayar denda secara daring, pastikan wajib pajak telah memiliki akun. Jika
sudah, yuk ikuti langkah-langkah di bawah ini untuk menyelesaikan pembayaran tunggakan:

1. Login situs DJP dengan memasukan NPWP/NIK, password, dan kode keamanan yang
tertera di layar
2. Di menu utama, pilih “Bayar” lalu klik e-billing
3. Isi surat setoran elektronik sesuai dengan data yang diminta
4. Pilih jenis pajak dengan kode 411125-PPh Pasal 25 OP
5. Pada kolom “Jenis Setoran” pilih kode 300-STP
6. Isi masa pajak dari Januari-Desember
7. Isi juga tahun pajak tertunggak dan nomor ketetapan sesuai dengan STP yang sudah
didapatkan
8. Isi jumlah setoran sesuai dengan STP dan pastikan seluruh data yang diisi sudah
sesuai. Jangan sampai ada data yang dipalsukan
9. Klik “Buat Kode Billing” dan isi kode keamanan
10. Terakhir, klik “Submit” dan layar Anda akan menampilkan ringkasan surat setoran
elektronik

Pengecualian Pembayaran Denda Telat Lapor


SPT
Sebelumnya masyarakat yang perlu melaporkan SPT Tahunan adalah wajib pajak yang telah
memiliki NPWP. Namun setelah RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan menjadi UU No.7
Tahun 2021 disahkan, mulai tahun 2023 Nomor Induk Kependudukan (NIK) akan dijadikan
NPWP yang berarti setiap masyarakat yang telah memiliki KTP merupakan wajib pajak.

Lalu bagaimana dengan masyarakat yang tidak bekerja atau tidak berpenghasilan? Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, warga bisa mengajukan permohonan non-efektif (NE) agar
masuk dalam kategori tidak perlu lapor SPT Tahunan.

Pemerintah pun juga memberikan pengecualian pembayaran denda telat lapor SPT bagi wajib
pajak pribadi yang telah meninggal dunia, mengalami musibah seperti bencana alam, serta
badan usaha yang dijalankan tidak lagi berkegiatan di Indonesia.

Selain itu, beberapa kondisi mendesak lain seperti musibah ledakan bom, kerusuhan massal,
sampai mengalami kegagalan administrasi penerimaan negara atau perpajakan juga juga
dapat membuat wajib pajak dikecualikan dari denda telat lapor SPT.

Anda mungkin juga menyukai