2. Bankruptcy Insolvency
Suatu keadaan dimana perusahaan memiliki utang
yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan fair
value asetnya.
• Voluntary bankruptcy proceedings (Sukarela)
– Diajukan oleh Debitur/ Pihak yang berutang
• Involuntary bankruptcy proceedings (Tidak Sukarela)
– Diajukan oleh Kreditur (Pihak Pemberi Utang) atau grup
kreditor
• Court action
– Membebaskan/menghilangkan kasusnya
– Menerima surat permohonan
– Berubah bentuk
Trustee adalah pihak ketiga yang mengurusi proses likuidasi
perusahaan (ganti rugi dan sebagainya)
Kewajiban trustee adalah:
• Dalam kasus likuidasi
Menyelidiki urusan keuangan debtor (pihak yang berhutang)
Menyediakan informasi
Memeriksa klaim dari kreditor
Melaporkan berkas-berkas dalam perwalian
Jika diotorisasi untuk menjalankan bisnis debtor, maka
dibutuhkan laporan di periode selanjutnya
• Dalam kasus reorganisasi, sebagai tambahan kewajiban trustee
untuk yang di atas adalah:
Mengarsipkan rencana reorganisasi atau pernyataan
mengapa salah satu tidak bisa terpenuhi
Undang-Undang yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan kepailitan adalah Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (“UU Kepailitan”).
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan
Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Syarat dan Putusan Kepailitan
• Menurut UU Kepailitan adalah jika suatu perusahaan memenuhi
syarat-syarat yuridis kepailitan.
• Syarat-syarat tersebut menurut Pasal 2 UU Kepailitan meliputi:
adanya debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih.
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan.
Kreditor dalam hal ini adalah kreditor baik konkuren, kreditor separatis
maupun kreditor preferen.
Sedangkan utang yang telah jatuh waktu berarti kewajiban untuk
membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihan sesuai perjanjian
ataupun karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase.
• Permohonan pailit menurut UU Kepailitan dapat diajukan oleh
debitor, satu atau lebih kreditor, jaksa, Bank Indonesia, Perusahaan
Efek atau Perusahaan Asuransi.
Prosedur permohonan Pailit pada Pengadilan Niaga sebagai
berikut:
1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua
Pengadilan melalui Panitera. (Pasal 6 ayat 2).
2. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit
kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 (dua) hari setelah
tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu 3
(tiga) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan,
pengadilan menetapkan hari sidang.
3. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan (pasal 6).
4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit
diajukan oleh Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan (Pasal 8).
Prosedur permohonan Pailit sebagai berikut:
5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan
oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan pailit telah
dipenuhi (Pasal 8).
6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat
tercatat paling lama 7 hari sebelum persidangan pertama
diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).
7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila
terdapat fakta terbukti bahwa persyaratan pailit telah terpenuhi dan
putusan tersebut harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari
setelah didaftarkan (Pasal 8).
8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat
secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut berikut pendapat dari majelis hakim dan harus diucapkan
dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya
hukum (Pasal 8 ayat 7).
Prosedur permohonan Pailit oleh Debitur sebagai berikut:
• Menyerahkan dokumen:
Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada
ketua pengadilan negeri/niaga yang bersangkutan;
Izin pengacara yang telah dilegalisasi
Surat kuasa khusus;
Kartu Identitas Penduduk (KTP) dari suami atau istri yang
masih berlaku;
Persetujuan dari suami atau istri yang dilegalisasi;
Daftar asset dan tanggung jawab; dan
Neraca pembukuan terakhir (dalam hal perseorangan
memiliki perusahaan).
Prosedur permohonan Pailit oleh Kreditur sebagai berikut:
• Menyerahkan dokumen:
Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua
pengadilan negeri/niaga yang bersangkutan;
Izin pengacara yang dilegalisasi/kartu pengacara;
Surat kuasa khusus;
Akta pendaftaran/yayasan/asosiasi yang dilegalisasi oleh kantor
perdagangan paling lambat satu minggu sebelum permohonan
didaftarkan;
Surat perjanjian utang;
Perincian utang yang tidak dibayar;
Nama serta alamat masing-masing debitor;
Tanda kenal debitor;
Nama serta alamat mitra usaha;
Terjemahan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris oleh
penerjemah resmi (jika menyangkut unsur asing);
LIKUIDASI
Tugas Kurator dalam Kasus Likuidasi
P 18-4