Kelompok 2:
1) Michelle Tamana (2109112143)
2) Refiza Amanda (2109112513)
3) David Charlos (2109111430)
4) Tengku Falqih (2109112717)
Dosen Pengampu:
Ulfia Hasanah, S.H., M.Kn.
Pengertian
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan terhadap kreditur-kreditur lain.
Subyek Hak Tanggungan
1. Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang perseorangan atau badan
hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum terhadap obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan (Pasal 8
ayat (1) UUHT).
2. Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang perseorangan atau badan
hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Dalam hal
ini pemegang HT adalah perseorangan maupun badan hukum yang
menjadi kreditur (Pasal 9 UUHT).
Syarat Obyek Hak Tanggungan
1) Dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupa uang;
2) Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitor cidera
janji benda yang dijadikan jaminan akan dijual;
3) Termasuk hak yang didaftar menurut peraturan tentang pendaftaran tanah
yang berlaku, karena harus dipenuhi syarat publisitas
4) Memerlukan penunjukan khusus oleh suatu undang-undang.
Obyek Hak Tanggungan
a. Yang ditunjuk oleh UUPA (Pasal 4 ayat (1) UUHT):
• Hak Milik (Pasal 25 UUPA)
• Hak Guna Usaha (Pasal 33 UUPA)
• Hak Guna Bangunan (Pasal 39 UUPA)
b. Yang ditunjuk oleh UUHT (Pasal 4 ayat 2):
• Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya
dapat dipindahtangankan.
c. Yang ditunjuk oleh UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Pasal 27 UUHT):
• Rumah Susun yang berdiri diatas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan
oleh Negara
• Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) yang bangunannya didirikan diatas tanah Hak Milik, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara.
Ciri-ciri Hak Tanggungan
01 Memberi kedudukan yang
diutamakan kepada krediturnya
03 Memenuhi asas spesialitas dan asas
publisitas, sehingga dapat mengikat
(“droit de preference”) pihak ketiga dan memberikan
kepastian hukum pada pihak-pihak
yang berkepentingan
Pertama Kedua
Tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), HT hanya merupakan ikutan
berarti HT membebani secara utuh (“accessoir”) dari perjanjian pokok,
obyeknya dan setiap bagian daripadanya. Yaitu perjanjian yang menimbulkan
Pelunasan Sebagian utang yang dijamin hubungan hukum utang pitang.
tidak membebaskan Sebagian obyek dari Keberadaan, berakhir dan hapusnya HT
beban HT, tetapi HT tetap membebani dengan sendirinya tergantung pada utang
seluruh obyeknya untuk sisa utang yang yang dijamin pelunasannya tersebut.
belum dilunasi.
Implikasi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal
dalam Pembebanan Hak Tanggungan
a) Bangunan harus bangunan permanen
b) Tanaman harus tanaman keras
c) Hasil karya harus menjadi satu-kesatuan dengan tanahnya yang dibebani Hak
Tanggungan
d) Harus disebutkan secara jelas dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
e) Jika pemilik bangunan atau tanaman bukan sekaligus pemilik tanahnya, maka ybs
harus ikut serta menandatangani APHT.
Hukum yang Mengatur Hak Tanggungan
UUPA: Pasal 25, 33, 39 dan 51 mengenai HM, HGU dan HGB
sebagai obyek HT dan perintah pengaturan HT lebih lanjut dengan
UU
UU No. 4/1996 (UUHT) tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3/1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24/1997
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3/1996 tentang
Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan untuk Menjamin Pelunasan Kredit-kredit
Tertentu.
Prosedur Pembebanan
Hak Tanggungan
1. Tahap Pemberian Hak Tanggungan
01 Pembuatan perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok yang
didalamnya terdapat janji untuk memberikan Hak Tanggungan
sebagai jaminan pelunasan kredit.