Anda di halaman 1dari 52

AKIBAT KEPAILITAN

Utang harus dilunasi ketika telah jatuh tempo


Prinsip dan dapat ditagih, kecuali jika kreditur setuju
untuk menunda waktu pelunasan

Pailit

Keadaan dimana seluruh harta debitur


diletakkan dalam status sita umum, akibat dari
tidak membayar minimal satu utang yang
Konsekuensi
telah jatuh tempo dan dapat ditagih , serta
juga memiliki minimum satu kreditur lainnya
(punishment for failing to pay)

2
Akibat Kepailitan

Sejak tanggal putusan pernyataan pailit


diucapkan maka Debitor demi hukum
kehilangan haknya untuk menguasai
dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit.
(Pasal 24 ayat (1) UUKPKPU)

*pengecualian: Pasal 22 UUKPKPU


Pasal 24 UU No.37/2004
1. Debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai
dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta
pailit sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.

2. Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat.

3. Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan


telah dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga
selain bank pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) transfer tersebut wajib diteruskan.

43
AKIBAT HUKUM KEPAILITAN

• Meliputi seluruh harta kekayaan debitur pada


saat putusan dijatuhkan dan segala sesuatu
yang diperoleh selama kepailitan, kecuali :
1. Benda yang benar- benar dibutuhkan oleh
debitur karena pekerjaannya, alat medis utk
kesehatannya, tempat tidur dan bahan
makanan untuk 30 hari.
2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur sebagai
penggajian karena jabatannya, ditentukan oleh
hakim pngawas.
3. Uang yang untuk membayar upah yang
ditentukan oleh UU
TERHADAP HARTA TERSEBUT

• Debitur kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai,


sejak tanggal putusan pailit dijatuhkan.
• Semua perikatan yang dibuat oleh debitur setelah pailit
tidak dapat dibayar dengan harta pailit, kecuali
menguntungkan harta pailit.
• Harta pailit akan diurus oleh kurator dan diawasi oleh
hakim pengawas.
JENIS-JENIS HARTA PAILIT
• Kas atau sejenis.
• Benda Tidak Bergerak (tanah dan bangunan serta
mesin-mesin yang melekat dengan tanah)
• Benda Bergerak (mobil, barang dagangan, peralatan
kantor dll)
• Tagihan-Tagihan (A/R) kepada Pihak lain.
Semuanya harus diinventarisasi, dicatat dan
Diamankan.
 Ranjang dan Pakaian
 Peralatan yang digunakan seorang pekerja dalam perusahaannya
 Uang atau gaji tahunan yang tidak dapat disita oleh pewaris atau
penjamin
 Hak cipta
 Upah, honorarium atau pensiun (sejauh ditentukan oleh hakim
 Biaya anak debitur pailit
MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN
HARTA PAILIT
• Data-data harta pailit tidak tersedia;
• Harta pailit di kuasai oleh pihak lain;
• Harta Pailit tidak diketahui keberadaannya
• Harta Pailit mudah rusak,
• Harta Pailit mudah dipindah-tangankan.
• Dokumen kepemilikan tidak lengkap (Mis. Tanah atas nama Pemegang
Saham, tetapi tercatat sebagai Asset Debitur dalam Neraca).
• HGU atau HGB atau Hak Pakai telah berakhir
PENCABUTAN EKSEKUSI
PUTUSAN PAILIT

PUTUSAN PAILIT

UPAYA
HUKUM
Pelaksanaan Eksekusi
Wewenang Melaksanakan Pengurusan Harta Pailit

Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan


harta pailit (Pasal 69 UUKPKPU)
dan
Tugas Hakim Pengawas mengawasi pengurusan dan pemberesan
harta pailit (Pasal 65 UUKPKPU)
Pelaksanaan Eksekusi
• Dalam perkara perdata umum, eksekusi dilakukan atas perintah dan dibawah
pimpinan KPN yang dulu memeriksa dan memutus perkara tersebut dalam
tingkat pertama
• Sedangkan dalam perkara perdata niaga, yang melaksanakan putusan pailit
adalah Kurator bukan KPN dan dalam perkara kepailitan tidak ada yang
memimpin eksekusi, sebab UU hanya menyatakan bahwa dalam melakukan
pemberesan dan pengurusan harta pailit, Kurator diawasi oleh Hakim
Pengawas.
Tata Cara Eksekusi

1. Panitia Kreditor
Panitia Kreditor adalah pihak yanmewakili
pihak Kreditor
Pasal 79 s.d 112 UUKPKPU
Tata Cara Eksekusi

2. Pencocokan Utang/Verifikasi
Piutang-piutang Kreditor atau utang-utang Debitor yang
dinyatakan pailit didata oleh Kurator untuk dicocokkan
mengenai benar tidaknya pengakuan sebagai Kreditor,
besarnya piutang Kreditor maupun kedudukannya sebagai
Kreditor.
Hal ini berguna untuk melindungi Debitor pailit terhadap
tagihan-tagihan yang tidak ada dasarnya dan bagi pihak
Kreditor sebagai perlindungan terhadap kemungkinan
utang-utang fiktif yang dibuat oleh Debitor
Pasal 113 s.d 143 UUKPKPU
Tata Cara Eksekusi

3. Pemberesan Harta Pailit


Pelaksanaan Pemberesan oleh Kurator
Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan
rencana perdamaian, rencana perdamaian yang
ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian
ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada
dalam keadaan insolvensi atau keadaan tidak mampu
membayar.
Sejak insolvensi terjadi maka dimulailah proses
pengurusan dan pemberesan harta pailit .
Pasal 178 s.d 203 UUKPKPU
Tata Cara Eksekusi

Penjualan di muka umum harta pailit (Lelang)


Dilakukan oleh Kurator/Balai Harta Peninggalan (BHP)
dengan perantaraan Kantor Lelang Negara (juru lelang)
dengan seizin Hakim Pengawas (penjualan di bawah tangan
dapat dilakukan hanya dengan izin Hakim Pengawas)
Pengajuan permohonan lelang ke Kantor Lelang Negara
oleh Kurator/BHP harus dilampirkan salinan putusan pailit
dan bukti-bukti kepemilikan atas harta pailit yang akan
dilelang tersebut dan apabila harta pailit tersebut berupa
tanah juga dilengkapi dengan Surat Keterangan Tanah (SKT)
dari Kantor Pertanahan setempat
Pasal 185 UUKPKPU
Pasal 26

1. Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang


menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau
terhadap Kurator.

2. Dalam hal tuntutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diajukan atau diteruskan oleh atau
terhadap debitur pailit maka apabila tuntutan
tersebut mengakibatkan suatu penghukuman
terhadap Debitur pailit, penghukuman tersebut
tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta
pailit.
45
Pasal 27
Selama berlangsungnya kepailitan
tuntutan untuk memperoleh perikatan
dari harta pailit yang ditujukan terhadap
debitur pailit, hanya dapat diajukan
dengan mendaftarkannya untuk
dicocokkan

46
• Pasal 42 UU Kepailitan
• Apabila perbuatan hukum yang merugikan Kreditor dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan
pailit diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan Debitor, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dan
pihak dengan siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut
akan mengakibatkan kerugian bagi Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), dalam hal perbuatan tersebut:
• a. merupakan perjanjian dimana kewajiban Debitor jauh melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian tersebut dibuat;

• b. merupakan pembayaran atas, atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo dan/atau belum atau tidak dapat
ditagih;

• c. dilakukan oleh Debitor perorangan, dengan atau untuk kepentingan:


• 1) suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya sampai derajat ketiga;
• 2) suatu badan hukum dimana Debitor atau pihak sebagaimana dimaksud pada angka 1) adalah
• anggota direksi atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama,
• ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih
• dari 50% (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut.

• d. dilakukan oleh Debitor yang merupakan badan hukum, dengan atau untuk kepentingan:
• 1) anggota direksi atau pengurus dari Debitor, suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai
• derajat ketiga dari anggota direksi atau pengurus tersebut;
• pertama.
• 2) perorangan, baik sendiri atau bersama-sama dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, yang ikut serta
secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan pada Debitor lebih dari 50% (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut;
• 3) perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau keluarganya sampai derajat ketiga, ikut serta secara langsung atau tidak langsung
dalam kepemilikan pada Debitor lebih dari 50% (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut.

• e. dilakukan oleh Debitor yang merupakan badan hukum dengan atau untuk kepentingan badan hukum lainnya, apabila:
• 1) perorangan anggota direksi atau pengurus pada kedua badan usaha tersebut adalah orang yang sama;
• 2) suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari perorangan anggota direksi atau pengurus Debitor yang juga
merupakan anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya;
• 4) Debitor adalah anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya;
• 5) badan hukum yang sama, atau perorangan yang sama baik bersama, atau tidak dengan suami atau istrinya, dan atau para anak
angkatnya dan keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua badan hukum
tersebut paling kurang sebesar 50% (lima puluh persen) dari modal yang disetor.

• f. dilakukan oleh Debitor yang merupakan badan hukum dengan atau terhadap badan hukum lain dalam satu grup dimana Debitor
adalah anggotanya;

• g. ketentuan dalam huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f berlaku mutatis mutandis dalam hal dilakukan oleh Debitor dengan atau
untuk kepentingan:
• 1) anggota pengurus dari suatu badan hukum, suami atau istri, anak angkat atau keluarga sampai derajat ketiga dari anggota
pengurus tersebut;
• 2) perorangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga yang
ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pengendalian badan hukum tersebut.
Actio Pauliana

Actio Pauliana adalah hak yang diberikan kepada


seorang kreditur untuk memajukan dibatalkannya
segala perbuatan yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan oleh debitur tersebut, sedangkan debitur
tersebut mengetahui bahwa dengan perbuatannya itu
kreditur dirugikan
Tujuan

 Melindungi hak kreditur


 Membatasi perbuatan hukum debitur pailit
 Melindungi harta-harta debitur pailit untuk tidak
disalahgunakan oleh debitur atau pihak ketiga
 Pasal 1131 BW
Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah
ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan.

 Pasal 1341 BW
…, tiap orang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan
yang dilakukan oleh si berutang dengan nama apapun juga, yang merugikan orang orang
berpiutang, asal dibuktikan, ketika perbuatan dilakukan, baik siberutang maupun orang dengan
atau untuk siapa si berutang itu berbuat,mengetahui bahwa perbuatan itu membawa akibat yang
merugikan orang yang berpiutang
Syarat
Kepentingan harta pailit
Perbuatan hukum debitur yang merugikan kreditur
Dimintakan pembatalan atas Perbuatan yang dilakukan sebelum penetapan
pailit
Harus dapat dibuktikan bahwa perbutan hukum tersebut mangakibatkan
kerugian bagi kreditur
Pengecualian terhadap perbuatan hukum yang wajib dilakukanya berdasarkan
perjanjian atau karena undang-undang
 Jangka waktu perbuatan yang dilakukan dalam 1
tahun sebelum putusan
– Dalam Faillissementsverordering jangka waktu 40 hari
– Dalam UU No.37 Tahun 2004 jangka waktu 1 tahun sejak
putusan pengadilan.

Perikatan yang melebihi kewajiban debitur

 Pembayaran atau pemberian jaminan untuk utang


yang belum jatuh tempo dan belum dapat ditagih
 Debitur perorangan dengan individu
 Debitur Badan Hukum terhadap individu
 Debitur Badan Hukum terhadap Badan hukum lain
Pasal 25

Semua perikatan yang terbit sesudah


putusan pernyataan pailit tidak lagi
dapat dibayar dari harta pailit, kecuali
perikatan tersebut menguntungkan
harta pailit

44
KEWENANGAN KURATOR MENGAKHIRI
KONTRAK
Landasan Pertimbangan:
Semata-mata Harus untuk mempertahankan
dan atau
meningkatkan nilai budel pailit
KEWENANGAN MENGAKHIRI KONTRAK
(CONT’ED)
● Menghentikan Sewa Menyewa, dengan
memperhatikan kelaziman yang berlaku
ditempat tersebut. (Pasal 38 ayat 1 UU
Kepailitan)
● Menghentikan Perjanjian Kerja (Pasal 39 dan
252 UU Kepailitan)
● Menggugurkan perkara yang sedang berjalan
(pasal 28 UU Kepailitan)
PERJUMPAAN UTANG (SET OFF) MENURUT
KUH PERDATA.(PS 1425 DAN 1427)
• Kedua belah pihak harus saling menjadi kreditor dan debitor
( si A mempunyai tagihan kepada B dan B mempunyai tagihan
kepada A).
• Kedua tagihan harus merupakan tagihan keuangan atau
tagihan barang yang dapat diganti (terdapat kesesuaian kedua
tagihan)
• Kedua Tagihan harus sudah jatuh tempo dan harus dibayar.
• Besarnya kedua tagihan harus dapat ditentukan.
Menurut pasal 1426 KUH Perd., Set Off terjadi demi hukum
(tidak perlu suatu tindakan tertentu).
PERJUMPAAN UTANG (SET OFF) MENURUT UU
KEPAILITAN
Dapat dilakukan (pasal 52, 53, 54 dan
248 UUKepailitan) dengan ketentuan:
✔ Piutang dan Utang telah ada sebelum putusan pailit
diucapkan.
✔ Merupakan akibat dari transaksi yang dilakukan dengan
Debitor pailit
✔ Bukan piutang atau utang yang diambil alih setelah
terjadinya Kepailitan atau Penundaan Pembayaran Utang.
PERJUMPAAN UTANG (SET OFF)
MENURUT UU KEPAILITAN (cont’ed)

■ Lebih longgar dibanding ketentuan KUH Perd.


■ Utang tidak harus telah jatuh tempo.
■ Utang Piutang tidak harus dalam mata uang
yang sama, karena semuanya harus
menggunakan mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI.
Pemberesan Harta Debitor Pailit
1. “Going Concern” (melanjutkan usaha Debitor Pailit)
a. Kurator atau Kreditor dapat mengusulkan supaya perusahaan Debitor Pailit
dilanjutkan. (Pasal 179 Ayat 1 UUK)
b. Usul untuk melanjutkan perusahaan wajib diterima apabila usul tersebut
disetujui oleh Kreditor yang mewakili lebih dari 1/2 (satu perdua) dari semua
tagihan yang bersifat konkuren. (Pasal 179 UUK)
c. Dalam hal perusahaan dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda yang
termasuk harta pailit, yang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan.
(Pasal 184 Ayat 2 UUK)

2. Penjualan seluruh harta Debitor Pailit


a. Atas permintaan Kreditor atau Kurator, Hakim Pengawas dapat memerintahkan
supaya kelanjutan perusahaan dihentikan. (Pasal 183 Ayat 1UUK)
b. Kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu
memperoleh persetujuan atau bantuan Debitor. (Pasal 184 Ayat 1 UUK)
c. Semua benda harus dijual di muka umum melalui KPKNL (Pasal 185 Ayat 1 UUK)
Demi hukum debitur kehilangan hak untuk menguasai dan
mengurus harta pailit
Semua perjanjian yang dilakukan sesudah putusan pailit
tidak dapat dibayarkan dari harta pailit
Semua tagihan/tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang
menyangkut harta pailit harus diajukan melalui kurator
Akibat Sita Segala gugatan terhadap debitur gugur sejak putusan pailit
Umum diucapkan
Kewajiban untuk menyerahkan barang yang telah
disepakati batal, yang dirugikan dapat mengajukan hak
tagihnya tersebut kepada kurator sebagai kreditur konkuren

Gugatan yang diajukan oleh debitur dan sedang berjalan


selama kepailitan berlangsung atas permohonan tergugat
ditangguhkan untuk memberi kesempatan kepada kurator
mengambil alih perkara dalam jangka waktu yang
ditentukan hakim, jika kurator tidak mengindahkan maka
tergugat dapat meminta agar perkara dinyatakan gugur

Pekerja atau kurator dapat memutuskan hubungan kerja


Keseluruhan harta debitur berada dalam pengurusan
dan pemberesan kurator

Tidak dapat dilakukan pembayaran terhadap kreditur


tertentu saja

Konsekuensi
Atas semua sita jaminan, sita eksekusi maupun sita
hukum atas revindikasi harus diangkat / dihapus
Kepailitan

Harta debitur yang masih berada di bawah


kekuasaan pihak lain, harus dikembalikan kepada
boedel

Penahanan yang telah dilakukan terhadap debitur


pailit harus segera dilepas
• Pasal 402
• Barang siapa dinyatakan dalam keadaan jelas tak mampu atau jika bukan pengusaha, dinyatakan
dalam keadaan pailit atau dibolehkan melepaskan budel, diancam dengan pidana penjara pa!ing
lama lima tahun enam bulan. jika yang bersangkutan secara curang mengurangi hak-hak
pemiutang dengan mengada-ada pengeluaran yang tak ada, maupun menyembunyikan
pendapatan, atau menarik barang sesuatu dari budel ataupun telah melijerkan barang sesuatu
dengan cuma-cuma atau terang di bawah harganya, atau di waktu ketidakmampuannya,
pelepasan budelnya atau kepailitannya. atau pada saat di mana diketahuinya bahwa salah satu
dari keadaan tadi tak dapat dicegah, menguntungkan salah seorang pemiutang dengan sesuatu
cara.
• Pasal 396
• Seorang pengusaha yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau yang diizinkan melepaskan budel
oleh pengadilan, diancam karena merugikan pemiutang dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan:
• 1. jika pengeluarannya melewati batas;
• 2. jika yang bersangkutan dengan maksud untuk menangguhkan kepailitannya telah meminjam
uang dengan syarat-syarat yang memberatkan sedang diketahuinya bahwa pinjaman itu tiada
mencegah kepailitan;
• 3. jika dia tak dapat memperlihatkan dalam keadaan tak diubah buku-buku dan surat- surat untuk
catatan menurut pasal 6 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan tulisan- tulisan yang harus
disimpannya menurut pasal itu.
• Pasal 398
• Seorang pengurus atau komisaris perseroan terbatas, maskapai andil Indonesia atau
perkumpulan koperasi yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau yang
diperintahkan penyelesaian oleh pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan:
• 1. jika yang bersangkutan turut membantu atau mengizinkan untuk melakukan
perbuatan- perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasar, sehingga oleh
karena itu seluruh atau sebagian besar dari kerugian diderita oleh perseroan,
maskapai atau perkumpulan,
• 2. jika yang bersangkutan dengan maksud untuk menangguhkan kepailitan atau
penyelesaian perseroan, maskapai atau perkumpulan. turut membantu atau
mengizinkan peminjaman uang dengan syarat-syarat yang memberatkan, padahal
diketahuinya tak dapat dicegah keadaan pailit atau penyelesaiannya;
• 3. jika yang bersangkutan dapat dipersalahkan tidak memenuhi kewajiban yang
diterangkan dalam pasal 6 ayat pertama Kitab Unclang-undang Hukum Dagang dan
pasal 27 ayat pertama ordonansi tentang maskapai andil Indonesia, atau bahwa
buku- buku dan surat-surat yang memuat catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang
disimpan menurut pasal tadi, tidak dapat di perlihatkan dalam keadaan tak diubah.
• Pasal 400
• Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enan bulan, barang siapa yang
mengurangi dengan penipuan hak-hak pemiutang:
• 1. dalam hal pelepasan budel, kepailitan atau penyelesaian atau pada waktu diketahui akan
terjadi salah satu di antaranya dan kemudian sungguh disusul dengan pelepasan budel. kepailitan
atau penyelesaian menarik barang sesuatu dari budel atau menerima pembayaran baik dari
hutang yang tak dapat di tagih maupun yang dapat ditagih, dalam hal terakhir dengan
diketahuinya bahwa kepailitan atau penyelesaian penghutang sudah dimohonkan, atau akibat
rundingan dengan penghutang;
• 2. di waktu verifikasi piutang-piutang dalam hal pelepasan budel, kepailitan atau penyelesaian.
mengaku adanya piutang yang tak ada atau memperbesar jumlah piutang yang ada.
 Pasal 403
 Seorang pengurus atau komisaris perseroan terbatas. maskapai andil
Indonesia atau perkumpulan koperasi di luar ketentuan pasal 398,
turut membantu atau mengizinkan dilakukan perbuatan yang
bertentangan dengan anggaran dasar, dan oleh karena itu
mengakibatkan perseroan, maskapai atau perkumpulan tak dapat
memenuhi kewajibannya, atau harus dibubarkan, diancam dengan
pidana denda paling banyak seratus lima puluh ribu rupiah.
• Pasal 396
• Seorang pengusaha yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau yang diizinkan melepaskan budel
oleh pengadilan, diancam karena merugikan pemiutang dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan:
• 1. jika pengeluarannya melewati batas;
• 2. jika yang bersangkutan dengan maksud untuk menangguhkan kepailitannya telah meminjam
uang dengan syarat-syarat yang memberatkan sedang diketahuinya bahwa pinjaman itu tiada
mencegah kepailitan;
• 3. jika dia tak dapat memperlihatkan dalam keadaan tak diubah buku-buku dan surat- surat untuk
catatan menurut pasal 6 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan tulisan- tulisan yang harus
disimpannya menurut pasal itu.
Pengaturan Hukum Kepailitan Internasional dalam UU K-PKPU

 Dalam UU K-PKPU mengatur keadaan pembagian budel pailit berupa


barang debitor peilit yg berada di luar Indonesia, sedangkan debitornya
dinyatakan pailit menurut hukum kepailitan Indonesia.

 Pengaturan mengenai hal tersebut diatur dalam Pasal 212 sampai dengan
Pasal 214 UU K-PKPU. Pasal 212 menyebutkan kreditor yg setelah putusan
pernyataan pailit debitornya diucapkan, mengambil pelunasan seluruh atau
sebagian piutangnya dan benda yang termasuk harta pailit yg berada di luar
wilayah NKRI. Yang tidak diperikatkan kepadanya dengan hak untuk
didahulukan, harus mengganti kepada budel pailit segala yg telah
diperolehnya tersebut.

43
Pengaturan Hukum Kepailitan Internasional dalam UU K-PKPU..lanjutan

 Tampak dari ketentuan di atas bahwa debitornya di Indonesia diputus pailit oleh
pengadilan yang berwenang di Indonesia yaitu pengadilan niaga. Kreditornya
sendiri tidak dipersoalkan apakah di Indonesia atau di luar Indonesia, tetapi
harta atau barang yg termasuk budel pailit berada di luar Indonesia.

 Kemudian pasal 213 ayat (1) UU K-PKPU menentukan bahwa kreditor yg


memindahkan seluruh atau sebagian piutangnya terhadap debitor pailit kepada
pihak ke tiga, dengan maksud supaya pihak ketiga mengambil pelunasan secara
didahulukan daripada orang lain atas seluruh atau sebagian piutangnya dan
benda yang termasuk buel pailit yg terletak di luar wilayah NKRI, diwajibkan
mengganti kepada budel pailit apa yang telah diperolehnya tersebut.

44
TIMBULNYA JAMINAN KARENA TERDAPAT
PERJANJIAN UTAMA YAITU UTANG-PIUTANG

JENIS JAMINAN:
1. JAMINAN UMUM
• PASAL 1131 KUHP: SEMUA BARANG DEBITUR MENJADI
JAMINAN ATAS UTANGNYA
• PASAL 1132 KUHP: SEMUA BENDA TERSEBUT MENJADI
JAMINAN BERSAMA-SAMA BAGI SEMUA KREDITUR, KECUALI
ADA ALASAN YANG SAH UNTUK DIDAHULUKAN
2. JAMINAN KHUSUS
• JAMINAN PERORANGAN: BORGTOCH
• JAMINAN KEBENDAAN
a) GADAI
b) HIPOTIK
c) FIDUCIA
d) HAK TANGGUNGAN
e) CREDITVERBAND
Jaminan Perorangan

Jaminan Korporasi Jaminan Pribadi


(Corporate Guarantee) (Personal Guarantee)

Menjamin kepastian pelaksanaan prestasi dari


debitur kepada pihak kreditur

Hak istimewa penjamin pasal 1340, 1831, 1833,


1837 dan 1847 KUHPerdata

Karena hak untuk meminta pertanggungjawaban


penjamin perorangan adalah hak kreditur, maka
kurator tidak berhak mengajukan permohonan pailit
terhadap penjamin pribadi
KEKUATAN EKSEKUTORIAL

• ADALAH KEKUATAN MENJUAL


SENDIRI BARANG JAMINAN, TANPA
PROSES BERACARA PERDATA DI
PENGADILAN
• PADA HAK TANGGUNGAN TERDAPAT
PADA SERTIFIKAT “DEMI KEADILAN
BERDASAR KETUHAHAN YANG MAHA
ESA”
Asas Jaminan
• Jaminan Harta Debitur
Pasal 1131 BW
Segala Harta Kekayaan Debitur, baik Yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun baru yang akan ada dikemudian
hari, menjadi jaminan untuk segala perikatan debitur. (Prinsip jaminan)

• Harta Kekayaan Debitur Sebagai Agunan


Pasal 1132 BW
Harta Kekayaan Debitur menjadi agunan bersama sama bagi semua
krediturnya; hasil penjualan harta kekayaan tersebut dibagi bagi
menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar kecilnya
tagihan masing masing kreditur, kecuali apabila diantara para kreditur
itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan dari pada kreditur
lainnya
(Prinsip Pari paso pro rata parte)

48
Jaminan Harta Debitur

• Harta kekayaan debitur untuk menjamin segala


kewajiban yang timbul dari perikatan Debitur.

• Harta kekayaan Debitur juga menjadi agunan dari


kewajiban yang timbul dari perikatan lainnya

49
Harta Kekayaan Debitur Sebagai Agunan

• Setiap Kreditur memiliki kedudukan yang sama

• Pengecualian hak kreditur dengan alasan-alasan yang


sah, antara lain hak-hak khusus yang diatur oleh
undang undang

50
Penangguhan
• Penangguhan hak eksekusi kreditor separatis (pemegang hak agunan)
[p. 56.1]
• Permohonan kreditor separatis atau pihak ketiga untuk mengangkat
atau merubah syarat penangguhan hak eksekusi [p.57.2, p.57.3]
• Pemanggilan para kreditor atau pihak ketiga pada sidang
pemeriksaan permohonan pengangkatan atau perubahan syarat
penangguhan [p.57.4]
• Keputusan Hakim Pengawas atas permohonan pengangkatan atau
perubahan syarat penangguhan [p. 57.5-6]
• Pemberian perlindungan kepentingan pemohon pengangkatan atau
perubahan syarat penangguhan [p.58.2]
• Pengajuan perlawanan ke Pengadilan Niaga atas putusan Hakim
Pengawas atas permohonan pengangkatan atau perubahan syarat
penangguhan [p.58.3]
• Putusan Pengadilan Niaga atas Pengajuan perlawanan tersebut
[p.58.3]

51
8. Eksekusi Hak Agunan
• Penjualan harta pailit yang diagunkan oleh Kurator [p.59.2]
• Penjualan harta pailit yang diagunkan oleh kreditor separatis
[p.59.1]
• Penjualan barang agunan yang diserahkan oleh kreditor separatis
karena lewatnya jangka waktu eksekusi [p.59.2]
• Pembebasan barang yang menjadi agunan oleh Kurator [p.59.3]
• Pertanggungjawaban hasil penjualan barang agunan oleh Kreditor
Separatis [p.60.1]
• Penuntutan penyerahan bagian hasil penjualan barang agunan
[p.60.2]

52

Anda mungkin juga menyukai