Anda di halaman 1dari 7

HUKUM BISNIS

PERTEMUAN 8

KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Oleh:

1. Hillary Christensen Haris (1833121452)


2. Putu Eka Arya Damayanti (1833121180)
3. Mellisa Dipa (1833121316)
4. Ni Kadek Oktariani (1833121487)
5. Chalysta Kimling Romani (1833121462)
6. Octaviani Nila Permatasari (1833121026)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Warmadewa
2019
PENGERTIAN

Pasal 1 butir 1 mengartikan Kepailitan sebagai sita umum atas semua kekayaan debitor
pailit (Pasal 1 butir 4: Debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit oleh putusan
pengadilan) yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Pailit sendiri bisa disebabkan pada umumnya karena ketidakmampuan pihak


peminjam untuk mengembalikan pinjaman dan bunga pinjaman tersebut. Dengan bahasa formal,
pailit atau kepailitan adalah proses seorang debitur yang memiliki kesulitan keuangan guna
membayar hutangnya kemudian dinyatakan pailit oleh pihak pengadilan. Di sini, pihak
pengadilan adalah pengadilan niaga. Jadi, debitur (peminjam) tidak bisa membayar hutangnya.
Maka, harta debitur akan dibagi kepada para kreditur (yang meminjami) berdasarkan keputusan
atau aturan undang-undang yang berlaku.

Dengan bahasa yang lebih mudah, kata pailit atau juga disebut bangkrut  disini
ditujukan kepada orang yang meminjam sejumlah uang kemudian tidak bisa mengembalikannya.
Harta si peminjam akan dijadikan jaminan dan akan dibagi kepada yang meminjami sesuai
dengan apa yang diputuskan pengadilan.

Dalam Pasal 1 butir 6 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban
yang dinyatakan dalam jumlah uang, baik mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari karena perjanjian atau undang-
undang dan wajib dipenuhi oleh debitor, bila tidak dipenuhi kreditor berhak mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.

SYARAT PENGAJUAN KEPAILITAN

Adapun syarat dalam mengajukan kepailitan terhadap suatu perusahaan wajib memenuhi
beberapa unsur berikut ini:

1. Adanya utang.
2. Minimal satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih.
3. Adanya debitur.
4. Adanya kreditur (lebih dari satu kreditur).
5. Permohonan pernyataan pailit.
6. Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga

Lebih lanjut, keputusan pailit yang dikeluarkan oleh pengadilan niaga tersebut dapat
diperoleh dalam jangka waktu 90 hari yang dihitung semenjak permohonan pailit diajukan
sampai keputusan pailit berkekuatan hukum tetap. Kemudian hal yang paling penting ialah
harus dibuat suatu daftar utang piutang yang dimiliki oleh debitur, untuk menentukan besaran
hak yang akan diterima kreditur. Setelah itu dilakukan likuidasi, atau penjualan harta kekayaan
debitur pailit, yang dibagikan kepada kreditur konkruen, setelah dikurangi biaya-biaya.

Terakhir ialah meskipun telah ditetapkan pailit, debitur juga dapat melakukan upaya
damai dengan kreditur, hal ini dikarenakan suatu keadaan dimana debitur dinyatakan benar-
benar tidak mampu membayar disebabkan hartanya tidak sebanding dengan jumlah utangnya
atau insolvensi. Dengan demikian kepailitan dapat berakhir sehingga nama baik debitur dapat
dipulihkan setelah mendapat pengesahan dari pengadilan niaga.

AKIBAT HUKUM PAILIT

Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (UU KPKPU).

Akibat hukum putusan pengadilan terhadap debitor yang dinyatakan pailit adalah sejak
tanggal putusan pernyataan pailit, si debitor (si pailit) kehilangan hak untuk melakukan
pengurusan dan penguasaan atas harta kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit. Sejak
dinyatakan pailit pengurusan dan penguasaan harta kekayaan si pailit beralih ke tangan kurator
atau Balai Harta Peninggalan.
PIHAK PIHAK YANG TERKAIT DALAM PENGURUSAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

1. Pihak yang Dapat Mengajukan PKPU

Sama halnya dengan kepailitan, permohonan PKPU ini juga harus diajukan oleh pihak-pihak
yang memiliki kewenangan untuk itu. Permohonan PKPU diajukan oleh pihak-pihak sebagai
berikut :

a) Debitor
Debitor yang mempunyai lebih dari satu kreditor dapat mengajukan PKPU bila ia tidak
dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Maksud pengajuan oleh debitor ini ialah untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditor. Debitor yang mengajukan ini dapat berupa debitor
perorangan ataupun debitor badan hukum.
b) Kreditor
Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor
diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan debitor
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utng kepada kreditornya.
c) Bank Indonesia
Dalam hal debitor bank, maka bank Indonesia yang berwenang mengajukan PKPU.
d) Badan Pengawas Pasar Modal
Dalam hal debitor Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
e) Menteri Keuangan
Dalam debitor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, dan BUMN
yang bergerak di bidang kepentingan publik.

2. Pengurus
Dalam PKPU dikenal yang namanya Pengurus, tugasnya hampir sama dengan kurator
dalam kepailitan. Begitu putusan PKPU sementara dikabulkan, pengadilan wajib mengangkat
pengurus yang akan membantu debitor menjalankan kegiatannya. Sama halnya dengan kurator,
pengurus pun harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan kreditor atau
debitor. Bila terbukti pengurus tidak independen dikenakan sanksi pidana dan/atau perdata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan atau
kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta
Debitor. Syarat untuk menjadi pengurus ialah sebagai berikut :

a) Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang
dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit.
b) Terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai tata cara
pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator
dan Pengurus.

Dalam PKPU ini tidak dikenal adanya pengurus sementara, dan pengurus ini pun hanya
dari pengurus swasta. Balai Harta Peninggalan tidak dapat menjadi pengurus dalam PKPU.
Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan tugas
pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitor. Tentang imbalan jasa pengurus
ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 09-HT.05.10 Tahun 1998
tentang Pedoman Besarnya Imbalan Jasa Kurator dan Pengurus.

Apabila diangkat lebih dari satu pengurus, untuk melakukan tindakan yang sah dan
mengikat, pengurus memerlukan persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah pengurus.
Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, tindakan tersebut harus memperoleh
persetujuan Hakim Pengawas. Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian
pengurus, setelah memanggil dan mendengar pengurus, dan mengangkat pengurus lain dan atau
mengangkat pengurus tambahan berdasarkan:

a) Usul Hakim Pengawas;


b) Permohonan Kreditor dan permohonan tersebut hanya dapat diajukan apabila didasarkan
atas persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir dalam rapat
Kreditor;
c) Permohonan pengurus sendiri; atau
d) Permohonan pengurus lainnya, jika ada.
3. Hakim Pengawas

Selain mengangkat pengurus, setelah putusan PKPU sementara dikabulkan oleh pengadilan
maka pada saat itu juga diangkat Hakim Pengawas. Tugas Hakim Pengawas ini pada dasarnya
juga sama dengan tugas Hakim Pengawas dalam kepailitan, yaitu mengawasi jalannya proses
PKPU. Apabila diminta oleh pengurus, Hakim pengawas dapat mendengar saksi atau
memerintahkan pemeriksaan oleh ahli untuk menjelaskan keadaan yang menyangkut PKPU, dan
saksi tersebut dipanggil sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Acara Perdata. Hakim Pengawas
setiap waktu dapat memasukkan ketentuan yang dianggap perlu untuk kepentingan Kreditor
berlangsungnya penundaan kewajiban pembayaran utang tetap, berdasarkan:

 Prakarsa Hakim Pengawas;


 Permintaan pengurus;
 Permintaan satu atau lebih Kreditor.

4. Panitia Kreditor

Menurut Pasal 231, Pengadilan harus mengangkat panitia kreditor apabila:

a. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang meliputi utang yang bersifat rumit
atau banyak kreditor;
b. Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor yang mewakili paling sedikit ½ (satu
per dua) bagian dari seluruh tagihan yang diakui.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pengurus harus meminta dan


mempertimbangkan saran dari panitia kreditor ini.

5. Ahli

Setelah PKPU dikabulkan Hakim, Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk
melakukan pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta Debitor dalam jangka
waktu tertentu yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Laporan ahli harus memuat pendapat
yang disertai dengan alasan lengkap tentang keadaan harta Debitor dan dokumen yang telah
diserahkan oleh Debitor serta tingkat kesanggupan atau kemampuan Debitor untuk memenuhi
kewajibannya kepada Kreditor, dan laporan tersebut harus sedapat mungkin menunjukkan
tindakan yang harus diambil untuk dapat memenuhi tuntutan Kreditor. Laporan ahli harus
disediakan oleh ahli tersebut di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh setiap orang
dengan cuma-cuma dan penyediaan laporan tersebut tanpa dipungut biaya.

Anda mungkin juga menyukai