Anda di halaman 1dari 3

Hukum Kepailitan

13 Februari 2023

1. Dasar hukum  UU 37/2004


2. Status insolven ataupun solven dari suatu perusahaan dilihat dari laporan keuangan tahunan
3. Ketentuan mengenai hubungan pinjam-meminjam uang dalam KUHPer  Pasal 1131-1134
KUHPer
4. Pasal 1131  segala kebendaan milik si berhutang menjadi jaminan dari si pemberi hutang
(asas paritas creditorium)
5. Paritas creditorium  para kreditor mempunyai hak yang sama terhadap semua harta benda
debitor
6. Mengapa di Indonesia hanya ada 5 lembaga peradilan niaga?
Karena di zaman penjajahan kolonial itu ada lima kantor Weven-kameer atau Balai Harta
Peninggalan, yaitu di Semarang, Surabaya, Jakarta, Medan, Makassar
7. Definisi Kepailitan (Pasal 1 angka 1 UU 37/2004):
Sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
8. Perbedaan sita umum dengan jenis-jenis sita yang lain  asas dari sita umum adalah
menyita semua kekayaan si debitur, termasuk asset yang sedang diperebutkan di pengadilan,
dan seluruh jenis asset lainnya
9. Cara menarik semua harta menjadi sita umum meskipun beberapa bagian dari hartanya
sedang bermasalah  melakukan tindakan pengangkatan sita, sehingga Kurator dapat
mengambil seluruh asset si debitur dimanapun dan dalam kondisi apapun asset itu berada
10. Tugas Kurator: melakukan pengurusan dan pemberesan
11. Dasar utama kepailitan  concursus creditorium  sengketa diantara para kreditur untuk
mendapat pelunasan dari debitur, yang dalam hal ini bisa diselesaikan melalui Kuorum
Kepailitan
12. Concursus Creditorium  syarat mengenai keharusan Debitor memiliki dua Kreditor atau
lebih agar bisa dipailitkan
13. Upaya pailit  penagoihan yang tidak lazim  penagihan yang bersifat khusus, karena
dilakukan melalui lembaga pengadilan (terkhusus pengadilan niaga). Dalam hal ini, orang
yang diutus oleh pengadilan adalah Kurator dan Hakim Pengawas
14. Harta yang tidak dimiliki oleh debitur (yaitu hanya dikuasai oleh debitur semata) tentulah
tidak dapat diambil/disita oleh kreditur
15. Pasal 1132 KUHPer  mengandung asas pari pasu prorata parte
16. Asas Pari Pasu Prorata Parte  semua harta kekayaan debitor, demi hukum merupakan
jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional
antara mereka, kecuali jika antara para kreditor itu ada yang menurut undang-undang harus
didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.
17. Pasal 1133-1134 KUHPer  kreditur memiliki hak khusus untuk didahulukan
pelunasan/pembayarannya oleh karena ia memegang jaminan (kreditur
18. Pembagian kreditur:
a. Kreditur Konkuren
b. Kreditur Preferen
- Kreditur Separatis  kreditur yang memiliki jaminan (misalnya bank, lembaga
fidusia, pemegang hak tanggungan)
- Kreditur Istimewa

19. Asas freezing  selama proses pailit berlangsung, kegiatan usaha dari si debitur dihentikan
20. Asas going concern (kelangsungan usaha)  dalam forum pailit, dimungkinkan kegiatan
usaha si debitur tetap berjalan
21. Syarat-syarat pailit  Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan
Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.

22. Proses Kepailitan (berurutan):


a. Permohonan Pailit (PN Niaga)
b. Putusan Pailit, yang kemudian memberi perintah kepada dua pihak untuk melaksanakan
tindakan pemberesan, yaitu:
- Hakim Pengawas
- Kurator
c. Pengumuman Pailit, yang kemudian dilanjutkan dengan:
- Rapat Kreditor I
- Batas pengajuan Klaim
- Rapat Verifikasi

d. Usulan Perdamaian  bisa bercabang menjadi dua, yaitu:


 Apabila tidak disetujui/tidak ada perdamaian debitor dalam keadaan
insolvensi, maka langkah yang ditempuh ialah 
 Pemberesan harta pailit, dilakukan oleh:
- Kurator
- Kreditor Separatis
 Pembagian hasil pemberesan
 Disetujui homologasi/pengesahan, maka langkah yang ditempuh ialah  kepailitan
diakhiri/diangkat
Berikut adalah gambar alurnya:

23. Pihak-pihak dalam Kepailitan  Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan

24. Proses likuidasi ada dalam UU Perseroan, dimana proses likuidasi dilakukan oleh likuidator.
Di negara luar, tugas kurator menurut hukum Indonesia termasuk ke dalam tugas likuidator,
sehingga dapat dipahami bahwa tugas likuidator di negara luar mencakup tugas likuidator
dan curator menurut hukum Indonesia (di negara luar tidak mengenal istilah curator)

25. Bagaimana batasan definisi mengenai Korporasi?


Cari tau di semua UU, lalu tuliskan definisi Korporasi menurut masing-masing UU
tersebut!

Anda mungkin juga menyukai