Anda di halaman 1dari 30

1.

KADEK DINA SABINA RINI (1515351090)

2. NI MADE ANITA DEWI NATAMI (1515351092)

3. CHANDRIKA HUTAMI PRARIADENA (1515351103)

4. SYIFA PITALOKA (1515351104)

5. NI PUTU AYU INDIRA YUNI (1515351112)

6. NI MADE INTEN PRAMESTI (1515351127)

KELOMPOK 2 7. I GUSTI AYU GITA SARASWATI (1515351129)

8. I GUSTI AGUNG TRISNA DEWI (1515351130)

9. NI PUTU SHINTA OKTAVIANI (1515351131)

10. I DEWA GDE NGURAH DANANJAYA (1515351134)

11. DESAK MADE DARMAYONI (1515351151)

12. NI KADEK INDAH DWI LESTARI (151535 1161)


Pailit pada masa Hindia – Belanda tidak
dimasukkan ke dalam KUH dagang (WvK) dan
diatur dalam perauran tersendiri ke dalam
Faillissements-verordening, sejak 1906 yang
didahulu diperuntukkan bagi pedagang tetapi
kemudian dapat digunakan untuk golongan
mana saja. Masalah pailit sebagaimana
peraturan lainnya, dirasakan sangat penting
keberadaannya. Tahun 1997, krisis ekonomi
melanda Indonesia dimana hampir seluruh sendi
kehidupan perekonomian nasional rusak,
termasuk dunia bisnis dan masalah keamanan
investasi di Indonesia. Krisis tersebut membawa
makna perubahan yang sangat penting bagi
perkembangan peraturan kepailitan di Indonesia
selanjutnya.
1 2 3

Adanya penambahan pasal Mengenal istilah pengadilan


Perbaikan terhadap
yang mengatur tentang niaga, di luar pengadilan
Faillissements-
penundaan kewajiban umum untuk menyelesaikan
verordening 1906
pembayaran utang (PKPU) sengketa bisnis.
Pemerintah mengeluarkan lagi Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang yang merupakan
perbaikan terhadap peraturan
Asas Keseimbangan
perundang-undangan sebelumnya.
1

Asas Kelangsungan Usaha


4 2
Asas Integrasi

3
Asas Keadilan
Kepailitan berasal dari kata dasar pailit. Pailit adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa keadaan berhenti membayar utang -utang
debitur yang telah jatuh tempo. Si pailit adalah debitur yang mempunyai dua
orang atau lebih kreditor dan tidak mampu membayar satu atau lebih
utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
1. Debitur tersebut haruslah mempunyai lebih dari 1 utang.

2. Minimal 1 utang harus sudah jatuh tempo dan dapat


ditagih.

3. Permohonan pailit dimintakan oleh pihak yang diberikan


kewenangan untuk itu, yaitu pihak-pihak sebagai berikut:

Agar seorang debitur a) Pihak Debitur;

dapat dinyatakan pailit b) Pihak Kreditur;

oleh pengadilan, maka c) Pihak Jaksa (untuk kepentingan umum);

berbagai persyaratan d) Bank Indonesia, jika debiturnya adalah bank;

yuridis harus dipenuhi e) Bapepam, jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa
efek lembaga kliring dan penjaminan, dan lembaga
penyimpanan dan penyelesaian;

f) Menteri keuangan, jika debiturnya adalah perusahaan


asuransi, perusahaan reasuransi atau badan usaha milik
negara yang bergerak dibidang kepentingan publik.
Dalam Pasal 6, Permohonan
penyataan pailit dapat diajukan
kepada :

Ketua pengadilan dan panitera Bila terdapat dua atau lebih


mendaftarkan permohonan kreditur dan debitur tidak
pernyataan pailit pada tanggal membayar lunas sedikitpun
permohonan yang bersangkutan satu utang yang telah jatuh
ajukan. waktu dan dapat ditagih.

Bila debitur dalam keadaan


berhenti membayar (utang
pokok maupun bunganya)
Tujuan utama kepilitan adalah untuk melakukan
pembagian antara para kreditur atas kekayaan debitur oleh
kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh
kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan
bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada
semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
1
Penundaan Kewajiban Pembayaran

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


2
Dasar Hukum Terbatas

UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak TanggunganUU


Tentang 3 No. 42 Tahun 1992 Tentang Jaminan Fiducia

Kepailitan 4
Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (BW) yaitu Pasal 1131-
1134.

Dan beberapa Undang-Undang Lainnya yang


mengatur Mengenai BUMN (UU No.19 Tahun 2003),
5 Pasar Modal( UU No. 8 Tahun 1995), Yayasan
(UU No.16 Tahun 2001 ) , Koperasi (UU No. 25 Tahun
1992).
Prosedur untuk kepailitan adalah di pengadilan khusus, yaitu
di Pengadilan Niaga dengan tata cara dan prosedur yang
khusus pula. Tata cara berperkara dengan prosedur tersebut
pada prinsipnya menyimpang dari prosedur hukum acara
yang umum. Akan tetapi, jika tidak diatur secara khusus
dalam hukum acara kepailitan tersebut, maka yang berlaku
adalah hukum acara perdata yang umum.
Di tingkat pertama, hanya pengadilan khusus
1.
yang berwenang, yaitu Pengadilan Niaga.
Adanya hakim-hakim khusus di
2. Pengadilan Niaga.
Kekhususan dari Hukum Acara Jangka waktu berperkara yang singkat
Kepailitan Dibandingkan Hukum 3. dan tegas.
Acara Perdata yang Umum
Prosedur perkara dan pembuktiannya
4. simpel.

Tidak mengenal upaya banding, tetapi


5. langsung kasasi dan peninjauan kembali ke
Mahkamah Agung.
Adanya badan-badan khusus yang hanya
6. berhak mengajikan permohonan pailit untuk
perusahaan tertentu.

7. Adanya lembaga hakim pengawas,


panitia kreditur (optional) dan kurator.
Kekhususan dari Hukum Acara
Prinsip “presumsi mengetahui” dan asas
Kepailitan Dibandingkan Hukum 8.
pembuktian terbalik terhadap pengalihan
Acara Perdata yang Umum debitur dalam hal-hal tertentu
9. Penangguhan hak eksekusi (stay) dari
pemegang hak jaminan.

10. Prinsip verplichte stelling (para pihak wajib


diwakili oleh advokat).
1. Pengajuan permohonan pailit (oleh kreditur, debitur,
atau pihak lainnya).
2. Pemeriksaan perkara dan pembuktian sederhana di
Pengadilan Niaga.
3. Putusan pilit (tingkat pertama).
4. Penunjukan kurator.
5. Mulai berlaku tundaan eksekusi jaminan hutang
(stay).

Garis Besar dari 6. Putusan pailit berkekuatan tetap (putusan Mahkamah


Agung di tingkat kasasi).

Keseluruhan Proses 7. Mulai dilakukan verifikasi piutang.


8. Dicapai komposisi (akoord, perdamaian).
Kepailitan 9. Pengadilan memberikan homologasi, yakni
mengesahkan perdamaian tersebut.
10. Atau dinyatakan insolvensi (harta debitur tidak cukup
untuk membayar seluruh hutang).
11. Dilakukan pemberesan (termasuk menjual aset,
menyusun daftar piutang, dan pembagian).
12. Kepailitan berakhir.
13. Dilakukan rehabilitasi.
1. Berlaku penangguhan eksekusi selama maksimum 90 (Sembilan puluh)
hari.

2. Boleh dilakukan kompensasi (setoff) antara hutang debitur dengan piutang


debitur.

3. Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan.

4. Berlaku actio pauliana.

5. Demi hukum berlaku sitaan umum atas seluruh harta debitur.

Konsekuensi 6. Kepailitan berlaku juga terhadap suami/istri.

Yu r i d i s d a r i 7.

8.
Debitur atau direksi dari debitur kehilangan hak mengurus.

Perikatan setelah debitur pailit tidak dapat dibayar.

Kepailitan 9. Gugatan hukum haruslah oleh atau terhadap kurator.

10. Semua perkara pengadilan ditangguhkan dan diambil alih oleh kurator.

11. Pelaksanaan putusan hakim dihentikan.

12. Semua penyitaan dibatalkan.

13. Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan.

14. Balik nama atau pendaftaran jaminan utang atas barang tidak bergerak
dicegah.

15. Daluarsa dicegah.

16. Transaksi forward dihentikan.


17. Sewa-menyewa dihentikan.

18. Karyawan debitur dapat di-PHK.

19. Warisan dapat diterima atau ditolak oleh kurator.

20. Pembayaran hutang di mana pembayaran tersebut


dilakukan sebelum pailit oleh debitur dalam hal-hal
tertentu dapat dibatalkan.

Konsekuensi 21. Pembayaran hutang, di mana pembayaran tersebut


dilakukan setelah pailit dapat dibatalkan.

Yu r i d i s d a r i 22. Hak retensi tidak hilang.

Kepailitan 23. Debitur pailit atau direksinya dapat disandera.

24. Debitur pailit demi hukum dicekal.

25. Harta pailit dapat disegel.

26. Surat-surat kepada debitur pailit dapat dibuka oleh


kurator.

27. Putusan pailit bersifat serta-merta.

28. Putusan hakim pengawas bersifat serta-merta.

29. Berlaku juga ketentuan pidana bagi debitur.


Debitur kehilangan segala haknya untuk
1 2
menguasai dan mengurus atas kekayaan
harta bendanya (asetnya), baik menjual, Utang-utang baru tidak lagi dijamin
menggadai dan lain sebagainnya, serta oleh kekayaannya.
segala sesuatu yang diperoleh selama
kepailitan sejak tanggal putusan
penyataan pailit diucapkan.

3 4
Untuk melindungi kepentingan Harus diumumkan di dua surat kabar.
kreditur, selama putusan atas
permohonan pernyataan pailit belum
diucapkan
Menurut Pasal 55 UU No.37 Tahun 2004, para kreditur dapat dibagi dalam
beberapa golongan

Golongan separatisen, yaitu kreditur Golongan dengan hak privilege, yaitu


pemegang gadai, jaminan fidusia, hak orang-orang yang mempunyai tagihan
tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas yang diberikan kedudukan istimewa,
kebendaan lainnya, biasanya disebut kreditur sebagai contoh, penjual barang yang
prefen, yaitu para kreditur yang mempunyai belum menerima bayarannya, mereka ini
hak didahulukan, disebut demikian karena menerima pelunasan terlebih dahulu dari
para kreditur yang telah diberikan hak untuk pendapatan penjualan barang yang
mengeksekusi sendiri haknya dan bersangkutan setelah itu barulah kreditur
melaksanakan seolah-olah tidak ikut campur. lainnya.
1. Hakim Pengawas atau Rechter Commisaris seperti yang diatur
dalam Pasal 65 adalah hakim yang diangkat oleh pengadilan
untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.
2. Kurator

Menurut Pasal 69 UU No.37 Tahun 2004, curator memiliki tugas:


1.Melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pilih.
2.Segala perbuatan curator tidak harus mendapat persetujuan dari Debitur (meskipun
dipersyaratkan).
3.Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga (dalam rangka meningkatkan nilai harga
pailit).
4.kurator itu bisa Balai Harta Peninggalan (BHP), atau kurator lainnya. (Pasal 70 ayat 1)
Terhadap kesalahan atau kelalaian dalam
tugas pengurusan atau pemberesan yang
menyebabkan kerugian terhadap harta
pailit.
1
Kurator yang ditunjuk untuk tugas khusus
berdasarkan putusan pernyataan pailit,
berwenang untuk bertindak sendiri sebatas
tugasnya (Pasal 73 ayat 3).
Upah kurator ditetapkan berdasarkan
4 2
pedoman yang ditetapkan Menteri
Hukum dan Perundang-undangan.

Kurator harus menyampaikan kepada hakim 3


pengawas mengenai keadaan harta pailit
dan pelaksanaan tugasnya setiap tiga bulan
(Pasal 74 ayat 1).
3. Panitia Kreditur. Dalam putusan pailit atau dengan
penetapan kemudian, pengadilan dapat membentuk panitia
kreditur sementara terdiri dari tiga orang yang dipilih dari
kreditur yang dikenal dengan maksud memberikan nasihat
kepada kurator. Setelah pencocokan utang selesai
dilakukan, hakim pengawas wajib menawarkan kepada
kreditur untuk membentuk panitia kreditur tetap.
Perdamaian
Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditor.
Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera
setelah selesainya pencocokan piutang.
Keputusan rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh
lebih dari seperdua jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang
mewakili paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang
diakui atau untuk sementara diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang
hadir dalam rapat tersebut.
Harta debitur, termasuk benda Pelaksanaan perdamaian Perdamaian itu terjadi karena
untuk mana dilaksanakan hak tidak cukup terjamin. penipuan, atau persengkongkolan
untuk menahan suatu benda, dengan satu atau lebih kreditor,
atau karena pemakaian upaya lain
jauh lebih besar daripada
yang tidak jujur dan tanpa
jumlah yang disetujui dalam
menghiraukan apakah debitur atau
perdamaian. pihak lain bekerja sama untuk
mencapai perdamaian.
Insolvensi

Insolvensi merupakan fase terakhir kepailitan. Insolvensi adalah suatu


kejadian di mana harta kekayaan (boedel) pailit harus dijual lelang di
muka umum, yang hasil penjualannya akan dibagikan kepada kreditor
sesuai dengan jumlah piutangnya yang disahkan.
Melakukan pelelangan atas seluruh harta pailit
dan melakukan penagihan terhadap piutang-
piutang si pailit yang mungkin ada di tangan pihak
ketiga
1
Melanjutkan pengelolaan perusahaan si
pailit apabila dipandang menguntungkan,
namun pengelolaan itu harus mendapat
persetujuan Hakim Komisaris
4 2
Melakukan pembagian atas seluruh
harta pailit yang telah dilelang atau
diuangkan itu

Membuat daftar pembagian yang berisi: 3


jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan
selama kepailitan, nama-nama kreditor dan
jumlah tagihan yang disahkan
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

Hal yang berbeda dari peraturan kepailitan sebelumnya adalah UU No.37 Tahun 2004 sudah
lebih lengkap mengatur masalah penundaan kewajiban debitur untuk membayar utang-
utangnya dengan maksud debitur yang memiliki itikad baik untuk menyelesaikan seluruh
atau sebagian utang-utangnya dengan cara damai. Keadaan yang demikian disebut “keadaan
surseance”, di mana yang pailit dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan (niaga
atau komersial) untuk suatu pengunduran umum dari kewajibannya untuk membayar utang-
utangnya dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian, baik seluruh maupun
sebagian utang kepada kreditur.
Harus persetujuan lebih setengah kreditur
konkuren yang haknya diakui atau sementara
diakui (Pasal 229).

Hadir dan mewakili paling sedikit dua pertiga


dari tagihan yang diakui atau sementara diakui.

Keadaan Persetujuan lebih dari setengah jumlah kreditur

surseance dapat yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan


fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan
atas kebendaan
diajukan: Diumumkan di dua koran dan berita Negara RI.

Apabila PKPU tetap disetujui, penundaan tersebut


berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270
hari setelah putusan penundaan kewajiban
pembayaran utang sementara diucapkan (Pasal 228
ayat 6).
Menurut Pasal 306 UU No. 37 Tahun 2004, pengaturan pengadilan niaga
atau komersial di luar pengadilan umum, yang dikhususkan untuk kasus-
kasus bisnis/ekonomi dan HaKI, dengan demikian terhadap perkara-
perkara tersebut merupakan suatu terobosan yang baik bagi dunia
peradilan di Indonesia sehingga penyelesaian perkara diharapkan bisa
lebih cepat dan murah.
Prosedur yang diterapkan bisa
Memeriksa dan Berwenang memeriksa dan
lebih cepat dalam hal: Perkara
memutuskan permohonan memutuskan perkara lain di
selesai dalam 30 hari; Tidak ada
pernyataan pailit dan bidang perniagaan. banding, langsung kasasi ke
penundaan kewajiban Mahkamah Agung (MA),
pembayaran utang. putusan dalam 30 hari; dan
Dimungkinkan diajukan
Peninjauan Kembali (PK).
SESI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai