Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pailit dan kepailitan berawal dari ketidakmampuan membayar—namun dalam
praktiknya sering menjadi ketidakmauan—debitor untuk membayar utang-utangnya
yang telah jatuh waktu tempo dan dapat ditagih. Jika debitor berada dalam kondisi
demikian, maka debitor, kreditor ataupun pihak lain yang ditentukan didalam
peraturan perundang-undangan dapat mengajukan permohonan pailit ke
pengadilan.1 Pernyataan pailit ini haruslah dengan putusan pengadilan. Dan
pengadilan yang berwenang ialah Pengadilan Niaga untuk tingkat pertama dan
Mahkamah Agung untuk tingkat kasasi.
Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha)
secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan,
membayar semua utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan
kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi. Berhentinya persekutuan sebagai
bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis persekutuan yang disebut entitas
likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan mencakup konversi aktiva bukan kas
menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi, pembayaran
kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan
keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang
meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini
juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui
pengadilan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kapailitan?
2. Apa pengertian likuidasi?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kapailitan
2. Menjelaskan pengertian likuidasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KAPAILITAN
Suatu perusahaan dikatakan pailit atau istilah populernya adalah “bangkrut”
manakala perusahaan tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar hutang-
hutangnya. Oleh karena itu, daripada pihak kreditur ramai-ramai mengeroyok debitur
dan saling berebutan harta debitur tersebut, hukum memandang perlu mengaturnya,
sehingga hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepailitan adalah suatu sitaan umum
yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus, dengan permohonan khusus, atas seluruh
aset debitur yang mempunyai lebih dari 1 (satu) hutang/kreditur dimana debitur
dalam keadaan berhenti membayar hutang-hutangnya, sehingga debitur segera
membayar hutang-hutangnya tersebut.Agar seorang debitur dapat dinyatakan oleh
pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, maka berbagai persyaratan yuridis harus
dipenuhi.
Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Debitur tersebut haruslah mempunyai lebih dari 1 hutang.
2. Minimal 1 hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih.
3. Permohonan pailit dimintakan oleh pihak yang diberikan kewenangan untuk itu,
yaitu pihak-pihak sebagai berikut:
4. Pihak debitur.
5. Pihak kreditur.
6. Pihak jaksa (untuk kepentingan umum).
7. Bank Indonesia, jika debiturnya adalah bank.
8. Bapepam, jika debiturnya adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek Lembaga Kliring
dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
9. Menteri Keuangan, jika debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang kepentingan publik.

2
Setelah permohonan pailit dikabulkan oleh hakim, maka segera diangkat pihak-
pihak sebagai berikut:
1. Panitia kreditur jika diperlukan.
2. Seorang atau lebih kurator.
3. Seorang hakim pengawas.
Kepailitan atas debitur tersebut baru akan berakhir manakala:
1. Setelah adanya perdamaian yang telah dihomologasikan.
2. Setelah insolvensi dan pembagian.
3. Atas saran kurator karena harta debitur tidak ada atau tidak cukup.
4. Dicabutnya kepailitan atas anjuran hakim pengawas.
5. Jika putusa pailit dibatalkan di tingkat kasasi atau peninjauan kembali.
6. Jika seluruh hutang di bayar lunas oleh debitur.

Prosedur Kepailitan
Prosedur untuk kepailitan adalah di pengadilan khusus, yaitu di Pengadilan
Niaga dengan tata cara dan prosedur yang khusus pula. Tata cara berperkara dengan
prosedur khusus tersebut pada prinsipnya menyimpang dari prosedur hukum acara
yang umum. Akan tetapi jika tidak diatur secara khusus dalam hukum acara
kepailitan tersebut, maka yang berlaku adalah hukum acara perdata yang umum.
Adapun yang merupakan kekhususan dari hukum acara kepailitan dibandingkan
dengan hukum acara perdata yang umum adalah sebagai berikut:
1. Di tingkat pertama hanya pengadilan khusus yang berwenang, yaitu Pengadilan
Niaga.
2. Adanya hakim-hakim khusus di Pengadilan Niaga.
3. Jangka waktu berperkara yang singkat dan tegas.
4. Prosedur perkara dan pembuktiannya simpel.
5. Tidak mengenal upaya banding, tetapi langsung kasasi dan peninjauan kembali
ke Mahkamah Agung.
6. Adanya badan-badan khusus yang berhak mengajukan permohonan pailit untuk
perusahaan tertentu.
7. Adanya lembaga hakim pengawas, panitia kreditur dan kurator.
8. Penangguhan hak eksekusi dari pemegang hak jaminan.
 

3
Konsekuensi Yuridis dari Kepailitan

Kepailitan membawa konsekuensi yuridis tertentu, baik terhadap kreditur


maupun debitur. Di antara konsekuensi-konsekuensi yuridis tersebut yang
terpenting adalah sebagai berikut:

1. Berlaku penangguhan eksekusi selama maksimum 90 hari.


2. Boleh dilakukan kompensasi antara hutang debitur dengan piutang debitur.
3. Kotrak timbal balik boleh dilanjutkan.
4. Demi hukum berlaku sitaan umum atas seluruh harta debitur.
5. Kepailitan berlaku juga terhadap suami/istri.
6. Debitur atau direksi dari debitur kehilangan hak mengurus.
7. Perikatan setelah debitur pailit tidak dapat dibayar.
8. Gugatan hukum haruslah oleh atau terhadap kurator.
9. Semua perkara pengadilan ditangguhkan dan diambil alih oleh kurator.
10. Pelaksanaan putusan hakim dihentikan.
11. Semua penyitaan dibatalkan.
12. Putusan pailit dan hakim bersifat serta-merta.
13. Berlaku juga ketentuan pidana bagi debitur.

Korator adalah pihak yang memiliki peran sentral dalam suatu proses
kepailitan. Setelah ditunjuk oleh pengadilan maka kuratorlah yang mengurus dan
membereskan proses kepailitan sampai akhir. Jadi kurator hanya ada dalam proses
kepailitan, sedangkan dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
semacam peran kurator dilaksanakan oleh pihak yang disebut dengan “pengurus”
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kurator dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Balai Harta Peninggalan.
2. Kurator swasta, yang dapat berupa:
3. Lewyer
4. Akuntan Publik

Apabila para pihak tidak menunjuk kurator, maka Balai Harta Peninggalan
bertindak menjadi kurator. Akan tetapi, jika kurator swasta yang dipilih, maka dia

4
tidak boleh mempunyai kon =Zlik kepentingan dengan kreditur maupun debitur.
Disamping kurator (kurator tetap), terdapat juga apa yang disebut dengan kurator
sementara (interim receiver). Kurator sementara ini dapat diangkat (tetapi tidak
wajib) dan penunjukkannya dilakukan sebelum putusan pailit dijatuhkan, dengan
tujuan agar harta perusahaan yang akan pailit tersebut ada yang mengurusnya dan
tidak disalahgunakan oleh pihak debitur. Setelah pailit, tidak diperlukan lagi kurator
sementara dan posisinya digantikan oleh kurator tetap. Kurator mempunyai tugas
utama untuk membereskan harta pailit sampai tuntas, mulai dari menghitung
kewajiban debitur pailit, membuat pengumuman dan pemberitahuan-pemberitahuan,
menjual aset, dan membagi-bagikannya kepada kreditur yang berhak.

Kurator dapat melakukan hampir segala hal yang menyangkut dengan


pemberesan perusahaan debitur, dengan atau tanpa persetujuan pihak tertentu.
Memang dalam menjalankan tugasnya, pihak kurator adakalanya wajib memperoleh
izin dari pihak tertentu, bergantung jenis tugas yang dilakukan oleh kurator, izin
atau persetujuan tersebut adalah berupa izin atau persetujuan dari hakim pengawas
atau dari majelis hakim ataupun kadang-kadang diperlukan persetujuan dari panitia
kreditur.
Di antara kewenangan yang penting dari kurator dalam membereskan harta pailit
adalah sebagai berikut:
1. Mengalihkan harta pailit sebelum pemberesan.
2. Menjual barang-barang yang tidak diperlukan dalam melanjutkan usaha.
3. Menjual harta pailit dalam pemberesan.
4. Meminjam uang dari pihak ketiga.
5. Membebankan hak jaminan atas harta pailit.
6. Menghadap di muka pengadilan.
7. Melanjutkan usaha debitur sebelum insolvensi.
8. Melanjutkan usaha debitur setelah insolvensi.

Dalam melakukan pemberesan, salah satu pedoman yang harus selalu dipenuhi
oleh kurator adalah prinsip menguangkan sedapat mungkin seluruh harta pailit atau
yang dikenal dengan sebutan Cash is the King. Karena itu, menagih piutang dan
menjual aset debitur adalah di antara tugas-tugas kurator yang sangat penting.
Kurator berwenang menjual aset debitur dalam hal-hal sebagai berikut:

5
1. Menjual aset debitur yang hasilnya akan diserahkan kepada pihak yang
berwenang.
2. Menjual aset untuk menutupi ongkos kepailitan.
3. Menjual aset, karena menahan aset tersebut dapat mengakibatkan kerugian.
4. Menjual barang jaminan hutang dalam masa penangguhan eksekusi jaminan
hutang atau setelah masa penangguhan eksekusi jaminan hutang.
5. Menjual aset yang tidak diperlukan untuk kelangsungan usaha.

Di samping proses kepailitan atas suatu perusahaan atau atas pribadi, maka
terdapat juga prosedur lain yang disebut dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU), yang diatur satu pakrt dengan ketentuan tentang kepailitan.
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini juga dapat dijatuhkan oleh pengadilan
(Pengadilan Niaga), baik terhadap debitur pribadi maupun terhadap debitur badan
hukum.

Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini dalam bahasa Inggris
disebut dengan Suspension of Payment, atau dalam bahasa Belanda disebut
dengan Surseance van Betaling. Yang dimaksud dengan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) ini adalah suatu periode waktu tertentu yang diberikan
oleh undang-undang melalui putusan pengadilan niaga di mana dalam periode waktu
tersebut kepada kreditur dan debitur diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan
cara-cara pembayaran hutangnya dengan memberikan rencana
pembayaran (composition plan) terhadap seluruh atau sebagian hutangnya itu,
termasuk apabila perlu merestrukturisasi hutangnya tersebut. Dengan demikian,
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan
semacam moratorium, dalam hal ini legal moratorium.
Orang yang diangkat untuk mengurus harta debitur Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) adalah pihak yang disebut dengan
pengurus (administrator). Tugas pengurus dalam proses Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) mirip dengan tugas kurator (receiver) dalam proses
kepailitan. Bahkan syarat-syarat untuk menjadi pengurus sama dengan syarat-syarat
untuk menjadi kurator.

6
B. LIKUIDASI
Likuidasi perusahaan dalam bahasa Inggris adalah winding up atau liquidation.
Yang dimaksud dengan likuidasi perusahaan adalah suatu tindakan untuk
membubarkan, menutup dan menghentikan semua kegiatan dari suatu perusahaan
dan membereskannya serta membagi-bagikan aktiva tersebut kepada pihak kreditur
dan pemegang saham.
Dengan demikian, elemen-elemen hukum dari suatu likuidasi perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Penutupan atau penghentian bisnis perusahaan.
2. Pemberesan perusahaan (menjual dan membagi-bagikan aset).
3. Pembubaran (termasuk pelaporan, pendaftaran dan pengumuman tentang
pembubaran).
Likuidasi suatu perusahaan dapat terjadi karena sebab-sebab sebagai berikut:
1. Sewaktu-waktu karena kehendak dari Rapat Umum Pemegang Saham (dengan
kuorum dan voting supermajority).
2. Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir (tidak diperpanjang).
3. Berdasarka penetapan pengadilan, yakni dalam hal-hal sebagai berikut:
4. Permohonan dari pihak kejaksaan.
5. Permohonan paling sedikit 10% pemegang saham.
6. Permohonan kreditur (setelah pailit atau setelah pailit dicabut).
7. Permohonan pihak perseroan dengan alasan karena adanya cacat hukum dalam
akta pendirian.
8. Sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan (yang memerlukan
likuidasi).

Akibat hukum dari adanya likuidasi perusahaan adalah sebagai berikut:


1. Perusahaan tidak bisa berbisnis lagi.
2. Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut
dengan pemberesan kekayaannya.
3. Di belakang nama perusahaan dibubuhkan kata “dalam likuidasi”.
4. Pengangkatan likuidator.
5. Kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan.
6. Pembubaran perusahaan.

7
Dalam hal likuidasi perusahaan ini, diangkatlah seorang atau lebih likuidator
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan likuidasi ini.
Tugas likuidator dalam proses likuidasi perusahaan mirip dengan tugas kurator
dalam proses kepailitan perusahaan. Likuidator diangkat oleh:
1. Rapat Umum Pemegang Saham jika likuidasi ditetapkan oleh rapat umum
pemegang saham, atau
2. Pengadilan, jika likuidasi atas perintah pengadilan.
3. Adapun mereka-mereka yang diangkat untuk menjadi likuidator adalah sebagai
berikut:
4. Pihak dalam perusahaan, dalam hal ini direksi (ditambah dengan pihak lain,
seperti komisaris atau manajer bila perlu).
5. Pihak luar perusahaan, seperti lawyer atau akuntan publik.
6. Kombinasi antara pihak dalam dengan pihak luar perseroan.
7. Direksi (demi hukum) jika dalam suatu likuidasi ternyata tidak ditunjuk seorang
likuidator.

Seperti yang telah disebutkan bahwa seorang likuidator mempunyai tugas yang
mirip dengan tugas seorang kurator dalam proses kepailitan perusahaan. Dalam
proses pemberesan perusahaan seorang likuidator mempunyai tugas-tugas yuridis
sebagai berikut:
1. Likuidator bertugas sebagaimana layaknya seorang direksi perusahaan.
2. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perusahaan.
3. Penjualan aset-aset perseroan (jika diperlukan).
4. Penagihan piutang perseroan.
5. Melanjutkan bisnis perseroan sebelum dijual aset jika hal tersebut dianggap yang
terbaik buat perolehan perusahaan yang optimal.
6. Pemanggilan kreditur dan pemberitahuan kepada kreditur dan publik.
7. Penentuan tata cara pembagian aset perseroan sesuai aturan main yang berlaku.
8. Pembayaran kepada kreditur.
9. Pembagian sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.

8
Sedangkan dalam proses pembubaran perusahaan, para likuidator mempunyai
tugas-tugas yuridis sebagai berikut:
1. Mendaftarkan likuidasi dalam daftar perusahaan.
2. Mengumumkan likuidasi dalam berita negara.
3. Mengumumkan likuidasi dalam 2 surat kabar harian.
4. Melakukan pemberitahuan kepada Menteri Kehakiman.
5. Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terakhir dan likuidator
bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas hasil
likuidasi yang telah dilakukannya.
6. Mendaftarkan hasil akhir proses likuidasi dalam daftar perusahaan.
7. Mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam berita negara.
8. Mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam 2 surat kabar harian.

Apabila likuidaror dapat menjalankan tugasnya secara benar, maka pada


prinsipnya dia dibebaskan dari tanggung jawabnya demi hukum. Akan tetapi,
pembebasan tanggung jawab tersebut dapat juga dilakukan dengan pemberian
pembebasan tanggung jawab (etquit et de charge) dalam rapat umum pemegang
saham yang terakhir.
Jika pihak likuidator belum melakukan pendaftaran (dalam daftar perusahaan)
dan pengumuman (dalam berita negara), maka proses likuidasi beserta seluruh
konsekuensi hukumnya belum berlaku terhadap pihak ketiga, tetapi hanya berlaku
secara intern perusahaan.

9
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Suatu perusahaan dikatakan pailit atau istilah populernya adalah “bangkrut”
manakala perusahaan tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar hutang-
hutangnya. Oleh karena itu, daripada pihak kreditur ramai-ramai mengeroyok debitur
dan saling berebutan harta debitur tersebut, hukum memandang perlu mengaturnya,
sehingga hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil.
Likuidasi perusahaan dalam bahasa Inggris adalah winding up atau liquidation.
Yang dimaksud dengan likuidasi perusahaan adalah suatu tindakan untuk
membubarkan, menutup dan menghentikan semua kegiatan dari suatu perusahaan
dan membereskannya serta membagi-bagikan aktiva tersebut kepada pihak kreditur
dan pemegang saham.

B. Saran
Demikian yang kami dapat paparkan mengenai kapailitan dan likuidasi yang
berkaitan denganya, tentunya kami menyadari atas segala kekurangannya. Maka dari
itu, kami berharap para pembaca dan penyimak memberikan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4153/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

https://www.coursehero.com/file/34656881/Makalah-Likuidasipdf/
https://leninurmayanti04.wordpress.com/2014/04/06/kepailitan-dan-likuidasi-
perusahaan/

11

Anda mungkin juga menyukai