Anda di halaman 1dari 63

SELAMAT DATANG

HUKUM KEPAILITAN

Oleh :
HUKUM KEPAILITAN
• Apakah Pailit itu?
• Ketidakmampuan debitur untuk membayar utangnya
yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Seseorang
debitur baru dapat dikatakan berada dalam keadaan
pailit, jika ia telah diputus oleh Pengadilan.
• Hari : hari kalender. Jika jatuh hari Minggu atau libur,
berlaku hari berikutnya.
• Tenggang waktu : dihitung tanpa memasukkan hari
mulainya.
HUKUM KEPAILITIAN
• Kepailitan : sita umum atas semua kekayaan
debitur pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas.
• Kurator : BHP atau orang perorangan yang
diangkat oleh Pniaga untuk mengurus dan
membereskan harta debitur pailit di bawah
pengawasan Hakim Pengawas.
TUJUAN KEPAILITAN
• Kepailitan : Lembaga Hukum Perdata Eropa,
realisasi dua asas pokok Ps 1131 dan 1132
KUHPerdata.
HUKUM KEPAILITAN (lanjutan)
• Yang berhak mengajukan pailit?
1. Debitur sendiri;
2. Seorang kreditur atau lebih;
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum;
4. Bank Indonesia, jika debiturnya bank;
5. Bapepam, jika debiturnya PE, Bursa Efek, LKP, LPP;
6. Menkeu, jika debiturnya Pers Asuransi, Pers
Reasuransi, Dana Pensiun, BUMN bidang
kepentingan publik.
TUJUAN KEPAILITAN (lanjutan)
• Asas yang terkandung dalam kedua Ps tersebut:
1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela
walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya
supaya melunasi utangnya atau karena tidak mampu untuk
membayar seluruh hutangnya, maka seluruh harta bendanya
disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi-bagikan kepada
semua krediturnya menurut besar kecilnya piutang masing-
masing, kecuali ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan;
2. Semua kreditur mempunyai hak yang sama;
3. Tidak ada nomor urut dari para kreditur yang didasarkan atas
timbulnya piutang mereka.
TUJUAN KEPAILITAN (lanjutan)
• Pernyataan pailit bertujuan : (1) untuk
mendapatkan penyitaan umum atas kekayaan
si berutang, yaitu segala harta benda si
debitur disita atau dibekukan untuk
kepentingan semua krediturnya; (2) Menjamin
agar budel dibagi sesuai asas pari pasu
(proporsional sesuai 1132 KUHPdt); (3)
Melindungi debitur yang beritikad baik.
TUJUAN KEPAILITAN (lanjutan)
• (4) untuk menghindarkan kreditur pada waktu bersamaan
meminta pembayaran kembali piutangnya dari si debitur;
(5) Menghindari kreditur dengan hak istimewa menuntut
hak-haknya dengan cara menjual sendiri barang milik
debitur, tanpa memperhatikan kepentingan kreditur
lainnya; (6) Menghindarkan kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh si debitur sendiri, misalnya debitur
melarikan atau menghilangkan semua harta kekayaannya
dengan maksud melepaskan tanggung jawabnya terhada
para kreditur, sehingga para kreditur tidak akan
mendapatkan apa-apa.
Kepailitan di Amerika Serikat
• Di Amerika Serikat, Bankruptcy Law dirancang untuk
memaksa agar debitur tidak dapat menggelapkan harta
kekayaannya.
• Historically the bankruptcy law was not concerned with
benefiting the debtor as much as it was its benefiting
the debtor’s creditor. In its origin, the law was designed
to compel fraudulent debtors to bring theiur property
into court and to pay it to their creditor, thus preventing
them from concealing their property on from paying it
to only some of their creditor.
Kepailitan di AS
• The Bankruptcy Act has several major purpose. One is to assure that
the debtor’s property is fairly distributed to the creditors and that
some of the creditors do not obtain unfair advantage over theothers.
At the same time, the act is designed to protect all of the creditors
against action by the debtor that would unreasinably diminish the
debtor’s assets to which they are entitled. The Act also provides the
honest debtor with a measure of protection against the demands for
payment by creditor. Under some circumstances the debtor is given
additional time to pay the creditors free of pressure that the creditors
might – otherwise exers if a debtor makes a full and honest
accounting of his or her assets and liabilities and deals fairly with the
creditors the debtor may have most. If not all, of the debts discharge
and thus have a fresh start.
SYARAT-SYARAT KEPAILITAN
• Pailit (failliet = Belanda; to fail = Inggris; bankrupt,
bankruptcy = Inggris) berarti pemogokan pembayaran atau
kemacetan pembayaran.
• Debitur akan dinyatakan pailit jika ia mempunyai dua atau
lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, atas
permohonan sendiri atau satu atau lebih kreditur.
• Putusan pailit akan diucapkan hakim, bila secara sumir
terbukti adanya peristiwa atau keadaan yang
menunjukkan adanya keadaan berhenti membayar dari
debitur.
• Sumir terbukti berarti untuk pembuktian tidak berlaku
peraturan pembuktian yang biasa (Buku IV KUHPerdata)
Kriteria Keadaan Berhenti Membayar
• Apa yang menjadi ukuran atau norma bagi “keadaan berhenti
membayar” itu?
• Pedoman yang disepakati : Untuk pernyataan kepailitan tidak perlu
ditunjukkan bahwa debitur tidak mampu untuk membayar itu sebagai
akibat dari tidak mampu atau tidak mau membayar.
• Dalam yurisprudensi : membayar tidak selalu berarti menyerahkan
sejumlah uang. Membayar berarti memenuhi suatu perikatan artinya
dapat berujud menyerahkan barang.
• Berhenti membayar tidak harus diartikan “near de letter”. Yakni
debitur berhenti sama sekali untuk membayar hutang-hutangnya,
melainkan bahwa debitur pada waktu diajukan permohonan pailit
berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya (Putusan
Pengadilan Tinggi Bandung No. 171/1973/Perd/PTB, Tgl : 31 Juli 1973).
Kriteria Keadaan Berhenti
Membayar
• Ada yang berpendapat perlu diatur batas minimum
hutang yang dapat dimintakan pailit, dengan argumen
untuk melindungi kepentingan kreditur yang lebih besar.
• Ada yang berpendapat putusan pailit seyogyanya
berdasarkan persetujuan kreditur mayoritas, dengan
argumen untuk melindungi kreditur besar atau mayoritas.
• Ada yang berpendapat seyogyanya yang dapat dipailitkan
adalah debitur yang benar-benar dalam keadaan
insolvensi (seperti AS), untuk melindungi kepentingan
kreditur lain.
Asas yang dianut Indonesia
• Asas yang dianut UUK Indonesia sama seperti yang
dianut FV, yi : keadaan berhenti membayar berarti pada
saat dimohonkan pailit, debitur berada dalam keadaan
tidak membayar hutang.
• Tidak membayar hutang itu tidak peduli karena tidak
mampu atau tidak mau.
• Jika debitur keberatan dengan permohonan pailit
terhadap dirinya karena nilai hutangnya kecil, ia dapat
langsung menyelesaikan pada saat perkara diperiksa
hakim dan dapat mengakibatkan pailit tidak dijatuhkan.
Yurisprudensi Keadaan Berhenti Membayar

• Dalam yurisprudensi Belanda seperti HR. 22


Maret 1946, HR 26 Januari 1940, HR 17 Februari
1961, banyak keadaan yang dapat dikategorikan
sebagai “keadaan berhenti membayar”.
1. Keadaan berhenti membayar tidak sama
dengan keadaan bahwa kekayaan debitur tidak
cukup untuk membayar hutang-hutangnya
yang sudah dapat ditagih, melainkan bahwa
debitur tidak membayar hutang-hutang itu.
Yurisprudensi Keadaan Berhenti Membayar

2. Juga pernah terjadi adanya hutang-hutang yang


belum dapat ditagih, tetapi dapat dianggap debitur
dalam keadaan berhenti membayar asal pada saat
ditagih atau diminta debitur tidak membayar
hutang itu.
3. Bilamana debitur tidak membayar bukan karena
keadaan memaksa, melainkan berdasarkan
keberatan yang oleh hakim tidak segera dianggap
beralasan, maka hakim dapat menganggap bahwa
keadaan berhenti membayar itu tidak ada.
Yurisprudensi Keadaan Berhenti Membayar

4. Keadaan berhenti membayar dapat terjadi, sekalipun


kredit-kredit yang lain tidak mendesak dibayar atau
memiliki eksekusi diluar kepailitan.
5. Keadaan aktiva budel kemudian terbukti cukup untuk
membayar semua hutangnya, itu tidak menghalangi
bahwa debitur sekarang dalam keadaan berhenti
membayar.
6. Tidak membayar hutang-hutang yang sudah dapat ditagih
dan di samping itu ada hutang-hutang lain yang terbukti
dari laporan kurator, membuktikan adanya keadaan
berhenti membayar,
Bankrut secara ekonomis?
• Secara ekonomis seseorang atau suatu
perusahaan dikatakan bangkrut jika dalam
neraca menunjukkan bahwa posisi pasivanya
lebih rendah atau tidak sebanding dengan
posisi aktiva. Dengan kata lain rugi, sehingga
ada sementara pendapat yang tidak setuju jika
istilah “pailit” itu diterjemahkan dengan
“bangkrut”.
Bangkrut = istilah tidak resmi
• Istilah “bangkrut” adalah istilah yang tidak resmi
digunakan diluar undang-undang Bangkrut juga harus
diartikan bahwa debitur berada dalam keadaan berhenti
membayar, tidak peduli karena ia tidak mampu atau
tidak mau. Bangkrut tidak selalu harus ditunjukkan oleh
keadaan perusahaan yang merugi. Memang bisa terjadi
perusahaan rugi terus, kemudian ia tidak mampu
membayar hutang-hutangnya. Pada keadaan seperti ini
ia belum tentu bangkrut, ia baru dapat dikatakan
bangkrut jika memang sudah diputus demikian oleh
hakim.
Kepailitan di Inggris dan Amerika Serikat
• Bankruptcy atau kebangkrutan (Inggris) itu berarti keadaan tidak
solven dari perorangan atau organisasi atau perusahaan, yaitu
keadaan tidak mampu membayar hutang.
• Bankrupt : The state or condition of a person (individual,
partnership, corporation, etc) who is unable to pay its debts as
the are, or become, due The condition of one whose
circumstances are such that the is entitled to take the benefit of
the federal bankruptcy lawa. The term includes a person againts
whom an involuntary petition has been filed, or who has filed a
voluntary petition, or who has been adjudged a bankrupt The
word “bankrupt” is not used in the federal bankruptcy code.
“Debtor” is now the term used.
Kepailitan di Inggris dan Amerika Serikat
• Di bawah UU US ada dua jenis kebangkrutan : “tidak sukarela
(unvoluntary)” dan “sukarela (voluntary). Bangkrut secara “tidak
sukarela” terjadi bila suatu atau lebih kredditur memohon kepada
pengadilan untuk menyatakan debitor tidak solven, sedangkan
sukarela terjadi bila debitur sendiri yang memohonnya. Dalam kedua
kasus tersebut, tujuannya adalah penyelesaian yang teratur danadil
dari semua kewajiban debitur terhadap para krediturnya.
• Di US, sejak debitur dinyatakan bangkrut, pengadilan menunjuk wali
sementara (sama dengan kurator sementara – Indonesia) dengan
kekuasaan luas dan wewenang untuk membuat perubahan
manajemen, mengatur pendanaan tanpa jaminan dan
mengoperasikan bisnis debitor pada umumnya sedemikian rupa untuk
menghindari kerugian. Hanya dengan menyerahkan sesuatu jaminan
yang memadai, debitur dapat mengambil alih kendali dari wali.
Syarat mempailitkan debitur
• Berkenaan dengan reorganisasi. Debitur tetap memiliki bisnis
dan mengendalikannya, kecuali pengadilan menentukan lain.
Debitur dan kreditur diberi cukup banyak kelonggaran untuk
bekerjasama.
• Jadi : “pailit” atau “bankrupt” adalah soal debitur berada
dalam keadaan berhenti membayar (insolvency), bukan soal
“rugi”.
• Syarat untuk mempailitkan debitur?
1. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur;
2. Tidak membayar lunas satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih.
Siapa yang dapat dipailitkan
• Siapa yang dapat dipailitkan?
1. Orang perorangan : pria dan wanita; menikah atau belum menikah.
Jadi pemohon adalah debitur perorangan yang telah menikah,
maka permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami
atau isterinya, kecuali tidak ada percampuran harta.
2. Perserikatan atau perkumpulan tidak berbadan hukum lainnya. Jika
pemohon berbentuk Firma harus memuat nama dan tempat
kediaman masing-masing persero yang secara tanggung renteng
terikat untuk seluruh utang Firma.
3. Perseroan, perkumpulan, koperasi, yayasan yang berbadan hukum,
4. Harta warisan.
Siapa yang dapat dipailitkan
• Setiap orang : orang perorangan atau
korporasi termasuk korporasi yang berbentuk
badan hukum maupun yang bukan badan
hukum dalam likuidasi.
• Debitur : orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.
Siapa yang dapat pailit
• Digunakannya istilah korporasi untuk
menunjuk kepada korporasi yang berbadan
hukum dalam likuidasi dapat menimbulkan
persoalan di dalam praktek, karena istilah
korporasi jika dimaksudkan sebagai
terjemahan dari corporation dalam hukum AS,
maka artinya adalah PT Publik atau PT “Tbk”.
Pengadilan yang berwenang ?
• Pengadilan mana yang berwenang ?
1. Pengadilan daerah hukum tempat kedudukan debitur;
2. Dalam hal debitur telah meninggalkan Indonesia, maka pengadilan
daerah hukum tempat kedudukan terakhir debitur;
3. Dalam hal debitur persero firma, pengaadilan tempat kedudukan
hukum firma;
4. Dalam hal debitur bukan orang Indonesia tetapi menjalankan
profesi atau usaha di Indonesia. Pengadilan tempat kedudukan
hukum kantor debitur menjalankan profesi atau usaha;
5. Dalam hal debitur badan hukum, Pengadilan tempat kedudukan
hukum badan hukum sesuai anggaran dasarnya.
6. Perhatikan ketentuan Ps 118 HR jo 54 UUPT.
Hukum Acara yang berlaku ?
• Setiap permohonan pailit baik yang diajukan oleh debitur maupun
pihak ketiga harus melaluipengacara yang memiliki izin beracara di PN.
Pertanyaan : bagaimana jika pemohon pailit itu Jaksa mewakili
kepentingan umum, apakah harus melalui Pengacara?
• Hukum Acara yang berlaku?
• Kecuali ditentukan lain, makaHIR/RIB untuk Jawa dan Madura dan Rbg
untuk luar Jawa dan Madura dan RV (Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering atau reglemen hukum acara perdata untuk golongan
Eropa S. 1847 No. 52, 1849 No. 63).
• Khusus untuk Rv ini Supomo mengatakan dengan dihapusnya RVJ dan
HGH, Rv sudah tidak berlaku lagi, sehingga hanya HIR dan Rbg saja
yang berlaku. Dalam praktek, jika seseorang yang tunduk pada BW
mengajukan gugat cerai, misalnya, maka RV masih dipakai.
Upaya hukum melawan putusan pailit
• Upaya hukum yang dimungkinkan?
• Putusan pailit, hanya terbuka upaya hukum Kassasi dan PK. Apa
reasosing ketentuan ini ? Mengapa meniadakan upaya banding ?
• Upaya PK harus memenuhi 2 (dua) syarat?
1. Terdapat bukti tertulis baru yang penting, yang bila diketahui
dipersidangan sebelumnya akan menghasilkan putusan yang
berbeda;
2. Hakim telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan
hukum.
Ketentuan nomot 2 di atas, potensi debatable karena kriteria
kesalahan berat tidak dijelaskan dalam undang-undang,
Uitvoorbaar bij voorraad
• Uit voorbaartheid bij voorraad?
• Putusan kepailitan dapat diijinkan lebih dahulu, meskipun ada upaya hukum
untuk melawan putusan tersebut (Kasasi atau PK). Putusan dapat dilaksanakan
dengan segera, dengan tidak mengindahkan kemungkinan perlawanan (Kasasi ata
PK). Dengan dijatuhkannya putuan pailit, serta merta Kurator dapat melaksanakan
tugas dan kewenangannya untuk mengurus dan/atau membereskan harta pailit
terhitung sejak putusan pailit dijatuhkan, meskipun ada kasasi atau PK. Jika nanti
ternyata terdapat putusan yang berbeda, maka segala apa yang telah dikerjakan
oleh Kurator dalam frame tugas dan kewenangannya tetap dinyatakan sah.
• Berbeda pda perkara perdata pada umumnya. Dengan diadakannya upaya hukum
perlawanan, banding atau kasasi terhadap putusan hakim mengakibatkan
penundaan pelaksanaan putusan. Bila hakim memutuskan uit voorbaar bij
voorraad terhadap putusannya, maka penundaan tidak diadakan. Dalam praktek
hakim dimungkinkan mewajibkan penggugat untuk memberikan “borg”, agar si
tergugat bila keadaan berbalik, dapat dijamin pembayaran kembali atau ganti
ruginya.
Pemeriksaan Cuma-Cuma dan Pencabutan
Pailit
• Pemeriksaan cuma-Cuma
• UUPK memungkinkan adanya pemeriksaan secara gratis,
dengan akibat biaya kepaniteraanpun juga gratis.
• Pencabutan permohonan pernyataan pailit?
• Permohonan pailit dapat dicabut oleh pihak pemohon dan
harus diumumkan pula didalam TBNRI, dengan
kemungkinan dapat dimajukan lagi permohonan pailit.
Namun demikian, jika debitur atau pemohon akan
mengajukan lagi permohonan pailit, maka debitur atau
pemohon wajib menunjukkan adanya cukup untung untuk
membayar biaya kepailitan.
Penyitaan selama sidang berlangsung ?
• Penyitaan oleh Kreditur selama sidang berlangsung ?
• Selama sidang berlangsung, setiap kreditur atau kejaksaan dapat
mengajukan permohonan ke Pengadilan untuk :
1. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitur;
2. Menunjuk kurator sementara untuk : (1). Mengawasi pengelolaan usaha
debitur; (2). Mengawasi pembayaran kepadakreditur, pengalihan atau
pengagunan kekayaan debitur yang dalam rangkakepailitan memerlukan
persetujuan kantor.
• Biasanya permohonan penyitaan akan dikabulkan, jika kepentingan
kreditur perlu dilindungi. Di samping itu untuk melindungi dan
menjaga kepentingan debitur dan pihak ketiga lain yang
berkepentingan, maka Pengadilan dapat menetapkan agar kreditur
pemohon memberikan jaminan dalam jumlah yang wajar.
Obyek Kepailitan ?
• Meliputi apa saja kepailitan itu dijatuhkan?
• Kepailitan meliputi seluruh harta kekayaan debitur
yang ada padasaat pernyataan pailit itu dijatuhkan
dan yang diperoleh selama kepailitan berlangsung.
• Bagi debitur perorangan yang pailit, maka akibat
kepailitan di atas berlaku pula bagi suami atau istri
yang menikah dalam persatuan harta, baik yang ada
saat dijatuhkan kepailitan maupun yang diperoleh
selama kepailitan.
Bank Rekap dan BTO sebagai Pemohon
Pailit ?
• Dapatkah Bank Rekapitalisasi dan Bank BTO
menjadi pemohon pailit ?
• Putusan MA No. 04 K/N/1998.
• Dalam praktek permohonan pernyataan pailit
sebagian besar dilakukan oleh bank terhadap
debitur kreditnya yang macet.
Bank Rekap dan BTO sebagai pemohon
pailit ? Studi Kasus
• Pertama, dalam kasus kepailitan yang diajukan oleh PT Bank PDFCI
sebagai Pemohon pailit terhadap PT. Sarana Kemas Utama selaku
Termohon Pailit. Permohonan pailit dikabulkan hakim pengadilan niaga.
Persoalan muncul dalam kasasi karena Pemohon Kasasi keberatan atas
status Termohon Kasasi/Pemohon Pailit sebagai Bank BTO pada saat
permohonan pailit, sejak tanggal 3 April 1998 status Termohon Kasasi
adalah Bank BTO dan manajemen telah diambil alih oatau dikuasai oleh
dan berada di bawah BPPN. Oleh karena itu surat kuasa Termohon Kasasi
atau Pemohon Pailit harus dengan sepengetahuan atau setidak-tidaknya
diketahui oleh BPPN. Keberatan ini sebenarnya pernah diajukan pada
sidang pengadilan niaga, namun yudex facxtie sama sekali tidak
mempertimbangkan keberatan tersebut dalam putusannya. Karena itu
judex facxtie telah melakukan kesalahan dalam penerapan hukum.
Bank Rekap dan BTO sebagai pemohon pailit
(lanjutan)
• Majelis Hakim Kasasi memandang bahwa Termohon
Kasasi atau Pemohon Pailit dalam status Bank BTO tetap
sah sebagai Pemohon Pailit, karena pernyataan BTO sama
sekali tidak menghapuskan status Termohon Kasasi atau
Pemohon Pailit sebagai badan hukum yang dapat
bertindak sebagai pihak dalam proses perkara dan dengan
demikian pembuatan surat kuasapun tetap sah dan tidak
perlu sepengetahuan dan atau ijin pemerintah c.q. BPPN.
Karena itu Majelis Hakim Kasasi membenarkan putusan
Judex facxtie. Atas putusan ini Pemohon Kasasi atau
Termohon Pailit mengajukan PK.
Bank Rekap dan BTO sebagai pemohon pailit
(lanjutan)
• Dalam permohonan PK. Pemohon PK atau Pemohon Kasasi atau
Termohon Pailit kembali mempersoalkan kewenangan hukum atau legal
capacity Pemohon Pailit dalam hal ini Bank PDFCI yang telah dikenakan
status Bank BTO pada saat mengajukan permohonan pernyataan pailit.
Menurut Pemohon PK atau Pemohon Kasasi atau Termohon Pailit, Majelis
Hakim Kasasi dan Judex Facxtie telah melakukan kesalahan berat dalam
menerapkan hukum mengenai kewenangan hukum Bank BTO. Dikatakan
bahwa Termohon Kasasi atau Pemohon Pailit sejak tanggal 3 April 1998
telah menjadi Bank BTO, sehingga manajemen dan operasional telah
diambil alih oleh BPPN sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Ayat (1) UU No.
10 Thn 1996,padahal permohonan pailit yang diajukan Termohon PK atau
Pemohon Pailit dilakukan pada tanggal 30 September 1998 yaitu pada
saat Termohon PK atau Pemohon Pailit sudah berstatus Bank BTO tanpa
persetujuan kuasa dari BPPN.
Bank Rekap dan BTO sebagai pemohon pailit
(lanjutan)
• Majelis Hakim PK dalam perkara ini membenarkan pendapat yang diajukan
Pemohon PK atau Termohon Pailit atau Pemohon Kasasi, karena menurut
Majelis terdapat kesalahan berat dalam menerapkan hukum tentang status
dan kewenangan bank BTO sebab Direksi Bank PDFCI Tbk yang telah
dinyatakan dalam status BTO sejak 3 April 1998 tidak lagi memiliki
kewenangan untuk melakukan suatu perbuatan hukum (legal capacity)
termasuk mengajukan gugatan atau permohonan pailit di muka pengadilan
untuk kepentingan bank tersebut. Karena manajemen dan operasionalna
telah diambilalih atau dikuasai oleh dan berada di bawah pengawasan BPPN,
maka surat kuasa yang dibuat Direksi yang menjadi dasar permohonan pailit
terhadap Pemohon PK atau Termohon Pailit adalah tidak sah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, menurut MA terdapat cukup alasan untuk
mengabulkan permohonan PK yang diajukan PT. Sarana Kemas Utama selaku
Termohon Pailit atau Pemohon Kasasi atau Pemohon PK dan membatalkan
Putuan MA 14 Desember 1998 No. 04 K/N/1998.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN
HUTAG MENURUT PANDANGAN
MAJELIS HAKIM NIAGA
• UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan tidak
menentukan dengan jelas tentang apa yang
dimaksud dengan “hutang”. Hal ini membuka
kemungkinan penafsiran yang berbeda-beda oleh
hakim yang memeriksa kasus-kasus kepailitan baik
di tingkat Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
maupun di tingkat kasasi dan peninjauan kembali
pada Mahkamah Agung.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTAN
(lanjutan)
• Di dalam hukum perdata dijumpai beberapa terjemahan istilah verbintenis
dengan : perikatan, perutangan dan perjanjian, sedang untuk
overeenkomst ada yang menerjemahkan dengan perjanjian dan
persetujuan. Tampaknya istilah “hutang” dapat ditelusuri dari konstruksi
verbintenis ini yang didalamnya memuat unsur hak dan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh debitur maupun kreditur. Seorang debitur yang
tidak memenuhi kewajibannya yang dalam terminologi yuridis dikatakan
sebagai wan prestasi, maka substansi dari wan prestasi menimbulkan apa
yang disebut hutang. Oleh karena itu di dalam istilah Belanda ada yang
disebut “verbintenisopheffende overeenkomst” yaitu perjanjian yang
menghapuskan hutang dan “verbintenisswchepende overeenkomst” yaitu
perjanjian yang melahirkan hutang atau perikatan. Demikian pula di dalam
Pasal 1381 KUHPerdata tentang cara mengakhiri perikatan dua diantaranya
dengan percampuran hutang dan perjumpaan hutang. ........
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Ada istilah lain di dalam hukum perdata yang erat
seka”li dengan persoalan hutang, yaitu “schuld” yang
sering diterjemahkan “hutang” dan “haftung” yang
sering diterjemahkan “harta kekayaan”. Dalam diri
debitur itu terdapat dua unsur, yaitu schuld dan
haftung. Schuld adalah hutang debitur kepada
kreditur, sedangkan haftung adalah harta kekayaan
debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan
hutang tersebut. Rumusan normatif haftung seperti
yang dirumuskan di dalam Pasal 1331 KUHPerdata.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Persoalan apakah “hutang” yang seperti itu yang dimaksudkan oleh Hukum
Kepailitan, sehingga setiap debitur yang tidak berprestasi sebagai akibat
dari perikatan apapun dapat dimintakan pailit oleh para krediturna? Oleh
karena UU No. 4 Thn 1998 tidak memberikan bataan normatif tentang
pengertian hutang, maka perbedaan penafsiran ternyata terjadi di dalam
praktek keputusan hakim. Dari segi kepentingan praktis perbedaan
penafsran tersebut tentu saja dapat membwa dampak bagi ketidakpastian
hukum. Padahal kepastian hukum dalam kasus kepailitan sangat diperlukan
oleh negara maupun kalangan pengusaha seperti Indonsia yang tengah
berikhtiar untukkeluar dari krisis. Dampaklain yang sangat mungkin terjadi
adalah penyalahgunaan loopholes tersebut oleh hakim dan pihak-pihak
yang berperkara dalam proses peradilan niaga yang tidak hanya membawa
implikasi terhadap ketidakpastian hukum tetapi juga telah menjadikan
peradilan justru sebagai lahan yang subur bagi perilaku KKN.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG

• Utang : kewajiban yang dinyatakan atau dapat


dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata
uang Indonesia maupun uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul kemudian
hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib
dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada kreditur untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.
INSTITUSI YANG BERWENANG MENANGANI
HUTANG PIUTANG
• Seerti diketahui ada beberapa institusi yang berwenang menangani
penagihan hutang piutang, yaitu :
1. Pengadilan Negeri ex dalil wan prestasi (1365 KUHPerdata) c.q.
Lembaga upaya paksa (gijzeling) (Perma No. 1 Thn 200 Tentang
Lembaga paksa badan);
2. BUPLN c.q. UU No. 49 Thn 1960 tentang PUPN;
3. Usaha damai antara para pihak;
4. Kejaksaan Agung ex UU Kejaksaan;
5. Kegiatan melalui lembaga ADR ex UU No. 30 Thn 1999 tentang ADR;
6. PP No. 17 Thn 1998 Tentang BPPN (IBRA);
7. Melalui Prakarsa Jakarta;
8. PT (Persero) PPA.
YURISDIKSI PENGADILAN NIAGA
• Adapun yurisdiksi Pengadilan Niaga adalah :
1. Permohonan pernyataan pailit;
2. Permohonan penundaan pembayaran;
3. Usaha damai.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Bagaimana majelis hakim pengadilan yang memeriksa kasus-kasus permohonan
kepailitan “mengartikan hutang” itu dapat dilihat dalam kasus-kasus seperti
berikut:
• Pertama dalam kasus permohonan kepailitan yang diajukan oleh Drs. Husai Sai dan
Djohan Subekti sebagai para Pemohon Pailit terhadap PT Modern Lant Reality LTD
selaku termohon pailit. Dalam perkara ini majelis Hakim Pengadila Niaga dalam
putusan No. 07/pailit/1998/PN/Niaga/Jkt. Pst. Tertanggal 12 Oktober 1998 telah
mengabulkan permohonan kepailitan yang diajukan Pemohon Pailit terhadap
Termohon Pailit PT Modern Land Reality LTD. Menurut Majelis Hakim, meskipun
permohonan pailit yang diajukan Pemohon Pailit tidak berdasarkan hutang yang
timbul dari konstruksi hukum pinjam meminjam uang melainkan berdasarkan
hutang yang timbul dari perjanjian pengikatan jual beli rumah susun antara
Pemohon Pailit sebagai pembeli dengan PT Modern Land Reality selaku penjual
namun karena Termohon PT Modern Land Reality belum mengembalikan uang
pembayaran yang diterima dar Pembeli yaitu para pemohon Pailit maka Termohon
Pailit PT Modern Land Reality harus dinyatakan mempunyai hutang kepada masing-
masing Pemohon Pailit.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Termohon Pailit PT Modern Land Reality yang tidak menerima Putusan
Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie) tersebut kemudian
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam memeriksa kasus
tersebut Majelis Hakim Kasasi tidak sependapat dengan Judex Factie
yang telah mengartikan hutang secara luas dan pengertian hutang
seperti itu menurut Majelis Hakim Kasasi jelas bertentangan dengan
pengertian No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Menurut Majelis
Hakim Kasasi, pengertian hutang yang dimaksudkan dalam Pasal 1
ayat (1) UU No. 4 tahun 1998 harus diartikan dalamkonteks pemikiran
konsideran tentang maksud diterbitkannya UU No. 4 Tahun 1998 dan
tidak dapat dilepaskan kaitan itu daripadanya yang pada dasarnya
menekankan pinjaman-pinjaman swasta sehingga dengan demikian
tidak meliputi bentuk wanprestasi lain yang tidak berawal pada
konstruksi hukum pinjam meminjam uang.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Dengan mendasarkan pengertian hutang seperti dimaksudkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD
No. 4 Tahun 1998 itu maka Majelis Hakim Kasasi dalam perkara ini menilai Majelis Hakim
Pegadilan Niaga (Judex Factie) telah melakukan kekeliruan dan kesalahan fatal dalam
menerapkan hukum khususnya dalam menentukan obyek perkara kepailitan, karena pada
hakekatnya hubungan hukum antara Para Pemohon Pailit dengan Termohon Pailit PT
Modern Land Reality adalah hubungan hukum pengikatan jual beli mengenai satuan rumah
susun Golf Modern yang dibangun oleh Termohon pailit dengan pembayaran secara
angsuran oleh Para Pemohon Pailit sehingga karenanya merupakan perikatan antara
produsen dan konsumen. Padahal, demikian Majelis Hakim Kasasi, dalam ketentuan Pasal 1
ayat (1 UU No. 4 tahun 1988 berikut Penjelasannya telah dicantumkan dengan jelas adanya
hubungan hukum utang dan bahwa pengertian hutang yang tidak dibayar oleh debitur
sebagaimana dimaksudkan dalam ketentuan ini adalah hutang pokk dan hutangnya. Untuk
memperkuat sikapnya itu, Majeis Hakim Kasasi selanjutnya diadakannya UU Kepailitan
maka dalam Konsiderans UU Kepailitan butir e dan telah dicanntumkan bahwa
pertimbangan untuk diadakannya penyempurnaan peraturan kepailitan dalam mengatasi
gejolak moneter beserta akibatnya yang berat terhadap perekonomian yang berat saat ini
adalah penyelesaian hutang piutang perusahaan yang juga sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha dan kehidupan perekonomian pada umumnya.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Mengenai pengertian hutang itu, Majelis Hakim Pengadilan
Niaga (Judex Factie) dalam bagian pertimbangan hukum dan
putusannya dalam kasus ini menyatakan sebagai berikut :
• “Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya perjanjian
pengikatan perjanjian jual beli satuan rumah susun tersebut
maka Termohon Pailit PT Moden Land Realty wajib
mengembalikan uang pembayaran yang telah diterima dari
para Pemohon tersebut dan oleh karena Termohon belum
mengembalikan uang pembayaran yang telah diterima
tersebut maka Termohon harus dinyatakan telah
mempunyai hutang kepada masing-masng Para Pemohon
Pailit”.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Disamping menyatakan Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie) telah
melakukan kesalahan berat dalam menerapkan hukum khususnya yang berkaitan
dengan obyek permohonan kepailitan, Majelis Hakim Kasasi juga menilai Judex Factie
telah menjatuhkan keputusan yang melampaui kewenangannya, sebab dengan telah
dibentuknya Pengadilan Niaga sebaga peradilan yang khusus dalam perkara kepailitan
dan yang terpisah dari peradilan dalam perkara perdata pada umumnya maka
kompetensi atau kewenangan absolut dari Pengadilan Niaga dalam waktu ini
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 ayat(2) UU No. 4 tahun 1998 adalah
memeriksa dan memutuskan perkara permohonan pernyataan pailit dan penundaan
kewajiban pembayaran hutang, sedangkan dalam perkara ini, sepanjang mengenai
masalah pemeriksaan, pembuktian atau pembataan tidaknya suatu perikatan jual beli
antara Pemohon Kasasi dahulu Termohon Pailit PT Moden Land Realty dengan para
Termohon Kasasi sebelum Pemohon Pailit beserta segala sangsi hukumnya akibat
perbuatan wan prestasi oleh salah satu pihak pada hakekatnya termasuk dalam ruang
lingkup kewenangan atau kompetensi pemeriksaan hakim perdata di Pengadilan
Negeri sehingga dalam kasus ini hakim sekaligus menyimpulkan atau menyatakan
dalam pertimbangan hukumnya bahwa Termohon Pailt yakni PT Modern Land Realty
harus dinyatakan mempunyai hutang kepada masing-masing Para Pemohon Pailit.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Selanjutnya mengenai masalah kompetensi atau kewenangan
pengadilan tersebut, Majelis Hakim Niaga (Judex Factie) dalam
putusannya yang telah dibatalkan oleh Hakim Kasasi tersebut
menyatakan sebagai berikut:
• “Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-1 dihubungkan
dengan surat buktiP-II dan P-IV dapat disimpulkan bahwa antara
Para Pemohon dan Termohon Pailit telah disepakati suatu Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun Golf Modern dengan cara
menggusur dan untuk itu Para Pemohon telah membayar angsuran-
angsurannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakati
dan Pemohon Drs. Husein Sani dan membayar angsurannya
sebesarRp 30.300.547 dan Pemohon Djohan Subekti telah
membayar angsurannya sebesar Rp 6.893.685”.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Terhadap putusan Majelis Kasasi No. 05 K/N.1999 tersebut, Drs Husein Sani dan
Djohan Subekti yaitu Para Termohon Kasasi dahulu dan Para Pemohon Pailit (kreditur)
mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK). Menurut para Pemohon PK dalam
Memori PK, Majelis Hakim Kasasi telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan
hukum khususnya yang berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan. Para Pemohon PK menolak pertimbangan hukum dan
kesimpulan Majelis Hakim Kasasi yang pada intinya menyatakan bahwa perkara
kepailitan hanya dapat diajukan terhadap orang atau badan hukum yang mempunyai
hutang karena pinjam meminjam uang saja. Para Pemohon PK menolak argumen dan
kesimpulan yang dilakukan Majelis Hakim Kasasi itu mengingat ketentuan dalam Pasal
1 ayat (1) UU No. 4 tahun 1998 tentang Kepailitan sama sekali tidak menyatakan hal
seperti disimpulkan majelis Hakim Kasasi itu. Selanjutnya Para Pemohon PK
menyatalan bahwa meskipun benar dalam perkara ini Termohon Pailit diajukan ke
Pengadilan Niaga karena Termohon wan prestasi, akan tetapi wan prestasi dalam
perkara ini jelas karena Termohon Pailit berkewajiban untuk membayar sejumlah
uang, hal mana terjadi atas kehendak Termohon Pailit sendiri sesuai dengan bukti P-I,
P-II, P-III, berkewajiban mana terlebih dahulu dari dua orang.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Majelis Hakim PK yang memeriksa perkara ini (Putusan No. 06/PK/N/1999) tidak
membenarkan keberatan yang diajukan para Pemohon Kasasi. Dengan perkataan lain
Majelis Hakim PK sama sekali tidak memberikan pendapat. Majelis Hakim PK hanya
menyatakan bahwa keberatan para Pemohon PK tidak hanya dibenarkan karena tidak
ternyata ada kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Majelis
Hakim tingkat kasasi dalam memutuskan perkara yang ini dimohonkan peninjauan
kembali. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka permohon peninjauan kembali
yang diajukan Para Pemohon dikatakan tidak beralasan sehingga harus ditolak. Dengan
demikian meskipun Majelis Hakim PK tidak secara tegas memberikan pertimbangan
hukum dan pendapat mengenai pengertian hutang dalam perkara ini akan tetapi
dengan adanya pertimbangan hukum Majelis Hakim PK yang menyatakan “bahwa
keberatan para Pemohon PK tidak dapat dibenarkan karena tidak ternyata ada
kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan Majelis Hakim Kasasi”, maka
itu berarti pengertian hutang yang dianut Majelis Hakim PK adalah sama dengan
pengertian hutang yang dianut Majelis Hakim Kasasi. Dalam hal ini pengertian hutang
yang dianut Judex Factie lebih luas dari pengertian hutang yang dianut Majelis Hakim
pada tingkat MA baik pada tingkat pemeriksaan kasasi maupun pada tingkat
peninjauan kembali.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Untuk memberikan gambaran yang lebih
lengkap mengenai pandangan Majelis Hakim
di tingkat MA dalam perkara ini, berikut ini
dikutip pertimbangan-pertimbangan hukum
Majelis Hakim Kasasi yang telah dibenarkan
(diresepsi) seluruh oleh Majelis Hakim PK
yakni sebagai berikut:
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
1. Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan sebab Judex Factie telah
salah dalam menerapkan hukum dalam menentukan objek perkara
kepailitan, karena pada hakekatnya hubungan hukum yang ada
antara para Termohon Kasasi dahulu para Pemohon Pailit dengan
para Pemohon Kasasi dahulu Termohon Pailit yaitu PT Modern Land
Realty LTD adalah hubungan hukum pengikatan jual beli mengenai
satuan rumah susun Golf Modern yang dibangun oleh Pemohon
Kasasi dengan pembayaran secara angsuran oleh para Termohon
Kasasi sehingga karenanya merupakan perikatan antara produsen
dan konsumen. Sedangkan dalam ketentuan penjelasan Pasal 1 ayat
(1) UU No. 4 tahun 1998 tentang kepailitan telah dicantumkan
dengan jelas hubungan hukum hutang dan pengertian hukum
hutang yang tidak dibayar oleh debitur sebagai mana dimaksud
dalam ketentuan ini adalah hutang pokok dan bunganya.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
2. Bahwa selanjutnya jika ditinjau dari segi tujuan atau maksud
diadakannya UU ini maka dalam Konsidens UU Kepailitan khususnya
butir e dan f telah dicatumkan bahwa pertimbangan untuk
diadakannya penyempurnaan peraturan kepailitan dalam mengatasi
gejolak moneter beserta akibatnya yang berat terhadap
perekonomian saat ini adalah penyelesaian utang piutang
perusahaan yang juga sangat diperlukan dalam penyelenggaraan
kegiatan usaha dan perekonomian pada umumnya. Sehingga dengan
demikian pengertian hutang dalam Pasal 1 ayat (1) UU Kepailitan
harus diartikan dalam konteks pemikiran Konsideran tentang maksud
diterbitkannya UU tersebut dan tidak dapat dilepaskan kaitan itu dari
padaya yang pada dasarnya menekankan pinjaman-pinjaman
swasta, sehingga karenanya tidak meliputi bentuk wan prestasi lain
yang tidak berawal pada konstruksi hukum pinjam meminjam uang.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
3. Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan karena Judex Factie dalam memutus
perkara ini telah melampaui wewenangnya sebab dengan telah dibentuknya
Pengadilan Niaa sebagai Peradilan yang khusus dalam perkara kepailitan
pada umumnya, maka kompetensi atau kewenangan absolut dari pengadilan
niaga pada waktu ini sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 280 ayat (2) UU
No. 4 tahun 1998 adalah memeriksa dan memutuskan permohonan
pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran hutang. Sedangkan
pada perkara ini sepanjang mengenai masalah pemeriksaan pembuktian dan
pembatalan atau tidaknya suatu perikatan jual beli antara para Pemohon
Kasasi dengan Termohon Kasasi beserta segala sanksi hukumnya akibat
perbuatan wan prestasi oleh salah satu pihak, pada hakekatnya termasuk
dalam ruang lingkup kewenangan pemeriksaan hakim perdata di pengadilan
negeri, sehingga dalam kasus ini Hakim Pegadilan Niaga tidak dapat langsung
secara otomatis dan sekaligus menyimpulkan atau menyatakan dalam
pertimbangan hukumnya bahawa Termohon Pailit harus dinyatakan
mempunyai hutang kepada masing-masing para Pemohon Kasasi.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HUTANG
(lanjutan)
• Dengan membaca pertimbangan-pertimbangan hukum yang digunakan Majelis
Hakim dalam memeriksa perkara permohonan pernyataan kepailitan yang
diajukan Pemohon Pailit terhadap PT Modern Land Realty tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: Majelis Hakim pada tingkat Pengadilan
Niaga (Judex Factie) mengartikan hutang sebagaimana disebut dalam ketentuan
Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 tahun 1998 secara luas. Judex Factie mengartikan
hutang tidak hanya yang timbul dari konstruksi hukum pinjam meminjam uang
(pengertian sempit) tetapi juga setiap hubungan hutang piutang yang timbul dari
perikatan jual beli akibat cidera janji (pengertian luas) yang dilakukan salah satu
pihak. Sebaliknya Majelis Hakim Niaga pada MA baik pada tingkat Kasasi maupun
pada tingkat PK mengartikan hutang yang dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (1)
UU No. 4 tahun 1998 itu secara sempit. Menurut MA, pengertian hutang seperti
yang dikehendaki Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 tahun 1998 itu pada dasarnya hanya
menekankan hutang yang timbul dari pinjam meminjam uang sehingga tidak
meliputi hutang yang timbul dari salah satu pihak cidera janji atau wan prestasi
di luar konstruksi hukum pinjam meminjam uang.
KEPAILITAN BADAN HUKUM
• Jika yang pailit adalah PT mialnya, maka penyelesaiannya harus
mengacu ke UUPT. Tahap-tahap penyelesaiannya sama dengan
kepailitan individu, yang membedakan hanya soal tanggung
jawab si pailit.
• Bagi PT, pertama yang bertanggung jawab untuk membayar
kreditur adalah PT sbh BH. Bila kekayaan tidak mencukupi, maka
menurut UUPT, lebih lanjut harus diselidiki apakah terdapat
cukup alasan untuk menuntut tanggung jawab Direksinya.
• Ps 82 UUPT : Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan PT baik di dalam
maupun di luar pengadilan.
KEPAILITAN BADAN HUKUM (lanjutan)
• Ps 85 ayat (1) UUPT : Anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha
perseroan. Bila anggota Direksi lalai dalam menjalankan tugasnya menurut
Ps 85 ayat (2) UUPT : Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh
secara pribadi bila ybs bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.
Ayat (3) nya menyatakan: Pemegang saham yang mewakili paling sedikit
1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat
mengajukan gugatan ke PN terhadap anggota Direksi yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
• PT yang terus rugi dengan putusan hakim dapat dinyatakan pailit.
Kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi, menurut Ps
90 ayat (2) UUPT, bila kekayaan PT tidak mencukupi untuk menutup
kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota direksi secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu.
KEPAILITAN BADAN HUKUM (lanjutan)
Beberapa ristriksi terhadap tanggung jawab direksi dalam hal PT
pailit :
1. Direktur ikut bertanggung jawab, jika PT dinyatakan pailit;
2. Harus ada unsur kesalahan atau kelalaian dari direktur tsb;
3. Tanggung jawab direktur bersifat residual. Dia baru
bertanggung jawab secara material setelah seluruh aset PT
diambil dan tidak mencukupi;
4. Disamping PT, yang ikut ditarik untuk bertanggung jawab
hanya direksi, komisaris dan pemegang saham tidak ikut
bertanggung jawab, kecuali mereka melakukan kesalahan
lain;
KEPAILITAN BADAN HUKUM (lanjutan)
5. Tanggung jawab secara renteng, jadi walaupun seorang direktur
yang salah, tetapi yang lain juga dipresumsi untuk bertanggung
jawab;
6. Adanya presumsi bersalah dengan menganut beban pembuktian
terbalik. Maksudnya jika direksi bersalah, maka seluruh anggota
direksi dianggap bersalah, kecuali jika anggota direksi ybs dapat
membuktikan bahwa sebenarnya ia tidak bersalah;
7. Prinsip special treatment, untuk PT pailit, pengaturan dan
restriksi tentang tanggung jawab direksi hanya berlaku dalam hal
PT pailit. Dalam hal lain prinsipini tidak berlaku, dan direktur
bertanggung jawab seperti biasanya dalam kasus-kasus biasa.

Anda mungkin juga menyukai