Anda di halaman 1dari 32

Fatih Nurrahman Dinata

FH UI 2017

Ini rangkuman untuk UTS dan UAS ya.

Jangan dijadikan sumber utama. Jangan lupa baca buku Sutan Remy Hukum Kepailitan

Goodluck!

UTS

SAP 1 – 24 Juni 2019

Sejarah & Pengertian

A. Sejarah & Pengertian


1. Sejarah
a. Hukum Kepailitan Zaman Romawi & Yunani
• Pada abad ke 5 SM, Pribadi debitor secara fisik bertanggungjawab
(dijual sebagai budak / lembaga penyanderaan). Hasil penjualan
jadi sumber pelunasan utangnya. Kreditor harus memberikan
waktu 60 hari untuk upaya pelunasan.
• Kreditor dapat menyita jenazah debitor sebagai jaminan utang
terhadap ahli waris debitor sampai pelaksanaan utang itu
diselesaikan
• Missio in bona = harta kekayaan debitor dapat dijual untuk
melunasi utang kepada kreditornya.
• Asas pari paso pro rata parte dikenalkan → pembagian harta
debitor secara proporsional menurut perbandingan besarnya
piutang masing – masing kreditor konkuren.
b. Sejarah Hukum Kepailitan Prancis
• Ordonnance du Commerce (Peraturan Dagang) 1673 Bab XI tentang
Des Faillites et Banqueroutes.
• Diperkenalkan perbedaan kreditor preferen dan kreditor konkuren.
• Code de Commerce 1807 membatasi kepailitan hanya untuk para
pedagang
• Pendirian Code de Commerce (KUHD) diambil alih oleh negara
eropa lain termasuk Belanda melalui asas konkordansi

1
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Karena diakui di Belanda, maka berlaku pula di Hindia Belanda.


c. Sejarah Hukum Kepailitan Inggris
• The Statue of Bankrupts 1570 bertujuan untuk menindak &
menghukum debitor yang curang.
• UU tersebut berlaku hanya untuk para debitor yang
pekerjaannya pedagang.
• orang yang hartanya telah habis dijual untuk melunasi
hutangnya, tetap tidak bebas dari utangnya (tidak diberikan
kesempatan memulai kembali tanpa dibebani utang yang lalu
• Istilah pailit berasal dari kata fallere yang berati menipu. UU
yang berlaku di Inggris sekarang adalah Insolvency Act of 1986.
d. Sejarah Hukum Kepailitan Indonesia
• Awalnya pengaturan kepailitan diatur dalam 2 macam peraturan
kepailitan akibat dari pembedaan pedagang dan bukan
pedagang. Untuk pedagang diatur dalam KUHD Buku 3, bukan
pedagang diatur dalam Rv. Kedua peraturan tersebut dicabut
oleh Faillissement Verordening.
• Krisis Moneter 98 → peraturan kepailitan tidak dapat diandalkan,
prosesnya lambat dan tidak dapat dipastikan hasilnya
• Desakan dari IMF:
1. Mengatasi masalah utang yang jatuh tempo
2. Proses peradilan terlalu lama
3. Membuat UU Kepailitan Baru → lahir Perppu No. 1 th 98
tentang Perubahan atas UU Kepailitan
4. Membentuk peradilan niaga
5. Membentuk hakim khusus & hakim ad hoc
• Kelemahan Perppu No. 1 th 98 yang menjadi UU No. 4 th 98
1. Multi Interpretasi
▪ Pengertian utang & jumlah minimum
▪ Pengertian kreditor
▪ Perlawanan terhadap sita jaminan

2
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

▪ Utang yang jatuh tempo


2. Hukum Acara
▪ Belum jelas menggunakan hukum acara apa
▪ Pengadilan Niaga berwenang menangani, memeriksa,
dan memutskan perkara lain
▪ Putusan tanpa ada alat paksa
• UU No. 4 th 98 berubah menjadi UU 37 th 2004 tentang Kepailitan &
PKPU.
2. Pengertian
a. Istilah
• Kepailitan → Faillissement (Belanda), Bankruptcy / Insolvency
(Inggris)
• Pailit → Faillit (Belanda
• Bankruptcy → Bancus (Bench / Bangku) + Ruptus (Broken /
Patah) → diambil dari bahasa Latin Kuno
b. Likuidasi & Kepailitan
• Kepailitan menurut UUK – PKPU → Kepailitan adalah sita
umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang – Undang
ini
• Likuidasi menurut PP No. 25 th 98 → Tindakan penyelesaian
seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat dari pencabutan
izin usaha dan pembubaran badan hukum bank”

Jadi Kepailitan itu tidak membubarkan Badan Hukum. Sedangkan


Likuidasi dilakukan dalam rangka pembubaran Badan Hukum.

3
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

SAP 2 – 1 Juli 2019

Prinsip, Asas, dan Syarat Kepailitan menurut UUK – PKPU

A. Prinsip Kepailitan
1. Parita Creditorium → Kesetaraan kedudukan para kreditor
• Kreditur punya hak yang sama terhadap semua benda debitur →
jika debitur tidak membayar, maka harta kekayaan debitur jadi
sasaran kreditur.
• Penjabaran Pasal 1131 & 1132 BW
• Prinsip paritas creditorium tidak adil karena menamaratakan
kedudukan seluruh kreditur → maka harus dibarengi dengan
prinsip pari passu prorata parte.
2. Pari Passu Pro Rata Parte (1132 BW)
• Pari passu: secara bersama – sama memperoleh pelunasan, prorata
parte: secara proporsional.
• Harta debitur dibagi kepada kreditur berdasarkan tingkatan &
besaran utang → tidak semua kreditur pasti mendapatkan seluruh
pelunasan utangnya, namun pembagian harta didasarkan pada
proporsional perbandingan antara piutang & jumlah utang secara
keseluruhan.
3. Concursus Creditorium
• Kepailitan harus didasarkan pada debitur memiliki minimal 2
kreditur → syarat kepailitan berdasarkan Pasal 2 UUK – PKPU.
• Jika hanya ada 1 kreditur, berlaku prinsip jaminan utang umum
dalam Pasal 1131 BW
4. Going Concern
• Suatu putusan tentang kepailitan harus dipertimbangkan
kelangsungan perseroan atau badan usaha yang masih dapat
dipertahankan
• Sebelum Pailit adanya PKPU (restrukturisasi utang) & setelah pailit
ada Perdamaian

4
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Berfungsi mengukur kemampuan dan potensi dari debitor untuk


melakukan kegiatan usahanya → jika debitor yang memiliki aset
lebih kecil dari utangnya, tetapi masih mempunyai harapan untuk
membayar utangnya dimasa depan, maka ia diberi kesempatan
untuk melanjutkan kegiatan usahanya.
B. Syarat Kepailitan

Menurut Pasal 2 UUK – PKPU, debitor mempunyai 2 atau lebih Kreditor


dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, dinyatakan dengan putusan pengadilan.

1. Syarat Kreditor

Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah debitor punya minimal 2
kreditor. Syarat mengenai keharusan adanya 2 atau lebih kreditor
dikenal sebagai concursus creditorum.

Dalam UUK – PKPU tidak diatur secara tegas mengenai pembuktian


bahwa debitor mempunyai 2 / beberapa kreditor. Namun dalam Pasal
299 UUK – PKPU bahwa “Kecuali ditentukan lain dengan UU, hukum
acara perdata yang berlaku diterapkan pula terhadap Pengadilan
Niaga” sedangkan dalam Pasal 163 HIR / Pasal 1865 BW ditegaskan
beban pembuktian dipikul pemohon.

2. Syarat Adanya Utang


1. Syarat Status Utang = Jatuh Tempo & Dapat ditagih
• Utang sudah jatuh waktu & dapat ditagih
• Percepatan waktu penagihan
• Pengenaan sanksi administratif
• Putusan arbitrase / pengadilan
2. Beda Jatuh Tempo & Dapat Ditagih
• Bisa juga belum jatuh tempo tapi bisa ditagih karena events of
default → klausul yang menentukan bahwa debitur cidera janji

5
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

karena adanya suatu peristiwa (contoh: debitor membagi


dividen tanpa seizin kreditor)
• Sudah jatuh tempo otomatis dapat ditagih. Namun sebelum
jatuh tempo bisa ditagih jika terjadi events of default.
• Lebih penting sudah dapat ditagih karena banyak kontrak yang
tidak menggunakan jangka waktu.
• Menentukan utang dapat ditagih bila tidak ditentukan waktu
tertentu jatuh temponya → sesuai Pasal 1238 BW bahwa, pihak
debitor dianggap lalai apabila debitor dengan surat teguran
(somasi) telah dinyatakan lalai dan di dalam surat tersebut
debitor diberi waktu tertentu untuk melunasinya.
C. Asas Kepailitan
1. Asas Keseimbangan: UUK – PKPU mengatur mengenai ketentuan bagi
debitur & kreditur
2. Asas Kelangsungan usaha: Terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan debitur tetap dilangsungkan (dalam UU tsb)
3. Asas Keadilan: Ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa
keadilan bagi semua pihak
4. Asas Integrasi: Sistem hukum formal & materiilna merupakan satu
kesatuan dari sistem hukum perdata & acaranya
D. Pengajuan Permohonan Pailit
1. Debitur Permohonan Pailit
a. Debitur bukan bank & bukan perusahaan efek
b. Debitur bank
c. Debitur perusahaan efek
d. Debitur perusahaan asuransi, reasuransi, dana pensiun, BUMN
yang bergerak di bidang kepentingan publik
2. Pihak Pemohon Kepailitan (Pasal 2)
a. Debitur sendiri → voluntary petition
• Minimal 2 kreditur
• Tidak membayar utang yang telah jatuh tempo & dapat ditagih

6
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Disetujui oleh Kreditor Mayoritas


b. Salah satu / lebih dari Kreditor → involuntary petition
• Debitor tidak membayar salah satu utang yang telah jatuh
tempo & dapat ditagih
• Menurut Sutan Remy:
a. Harus disetujui Kreditor Mayoritas
b. Dalam kredit Sindikasi hanya Loan Syndication yang
berhak mengajukan permohonan pailit
c. Kejaksaan untuk kepentingan Umum
d. Bank Indonesia apabila debitornya adalah bank
e. Bapepam (OJK) apabila debitornya adalah perusahaan efek →
penjamin emisi, perantara pedagang efek & manajer investasi.
f. Menteri Keuangan apabila debitornya adalah perusahaan Asuransi,
BUMN → berdasarkan Pasal 55 UU OJK, untuk perusahaan
Asuransi, Reasuransi & Dana Pensiun pengajuan dilakukan oleh
OJK. Menteri Keuangan hanya untuk BUMN yang bergerak
dibidang kepentingan publik.

7
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

SAP 3 – 8 Juli 2019

Kreditur, Kurator, dan Hakim Pengawas

1. Kreditur
• Macam Kreditur:
1. Kreditur Preferen
a. Kreditur Separatis → kreditur yang memiliki hak Jaminan
kebendaan atas harta debitur
• Menduduki uruta tertinggi kecuali ditentukan lain
• Dapat mengeksekusi sendiri aset yang jadi jaminan utang
(Pasal 56)
• Tidak terkena biaya kepailitan & mengeluarkan biaya
sendiri dalam eksekusi
• Contoh: Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
b. Kreditur dengan Hak Istimewa → kreditur yang memiliki hak
istimewa berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan. Hak
istimewa diatur dalam Pasal 1134 & 1137 BW yaitu: upah buruh,
biaya perkara, pajak, dsb.

2. Kreditur Konkuren → kreditur yang tidak memiliki hak istimewa &


tidak memiliki hak jaminan
2. Kurator
a. Definisi
• Pasal 1 angka 5, kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang
perseorangan.
• Kurator diajukan oleh debitur kreditur atau siapapun yang
mengajukan permohonan pailit → keputusan siapa kurator tetap
berada di tangan majelis hakim.
• Ps 24 ayat 1 → Seluruh gugatan hukum yang bersumber pada hak &
kewajiban harta kekayaan debitur harus diajukan terhadap atau oleh
kurator.
b. Syarat Kurator

8
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Independen
• Tidak mempunyai benturan kepentingan. Benturan kepentingan sbg
berikut:
• Kurator jadi salah satu kreditor
• Kurator memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham
pengendali
• Kurator memiliki saham lebih dari 10% pada salah satu
perusahaan kreditur / perseroan debitur
• Kurator adalah pegawai, anggota direksi atau anggota komisaris
dari salah satu perusahaan kreditur/debitur.
• Kutaror adalah pengacara debitur / kreditur
c. Tugas Kurator
• Melakukan pengurusan & pemberesan harta pailit (Pasal 69 ayat 1)
• Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailit dalam Berita
Negara dan surat kabar
• Menyelamatkan harta pailit
• Menyegel harta benda pailit atas persetujuan hakim pengawas
• Menyusun inventaris harta pailit
• Kurator dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit (atas
persetujuan kreditur)
d. Pelaksanaan Tugas Kurator
• Tidak harus memperoleh persetujuan atau menyampaikan terlebih
dahulu kepada debitur → namun harus melaporkan ke Hakim
Pengawas
• Dapat melakukan pinjaman dengan pihak ketiga
• Kurator harus memulai dengan segera pemberesan dan menjual semua
harta pailit tanpa persetujuan debitur
e. Perlawanan terhadap Kurator
• Mengajukan surat keberatan kepada hakim pengawas

9
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Memohon kepada hakim pengawas untuk mengeluarkan surat


perintah agar kurator melakukan / tidak melakukan suatu perbuatan
tertentu.
f. Tanggungjawab Pribadi Kurator
• Terhadap keasalahan / kelalaian yang menimbulkan kerugian harta
debitur (Pasal 72)
• Tanggungjawab secara pribadi terhadap debitur pailit dan kreditur
(Pasal 78 ayat 3)

g. Kewajiban Kurator
• Statutory Duties → Kewajiban yang ditentukan oleh UU
• Fiduciary Duties (Obligation) → kewajiban memberikan jaminan /
kepercayaan kepada Penagildan, Debitur, Kreditur, dan Pemegang
Saham.
3. Liquidator & Trustee
a. Liquidator (UK)
• Memiliki fungsi yang sama dengan Kurator
• Khusus mengurusi permasalahan Insolvency
• Harus memiliki inisiatif menghubungi para kreditur yang dikenal (known
creditors)
• Tidak boleh pasif semata mata menunggu kreditur → pemasangan iklan
secara umum tidak melepaskan kewajiban untuk menghubungi kreditur.
b. Trustee (US)
• Karakteristik
1. Memiliki fungsi yang sama dengan Kurator
2. Khusus mengurusi permasalahan Bankruptcy
3. Mengumpulkan harta pailit
4. Harus memiliki inisiatif menghubungi para kreditur yang dikenal

10
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

5. Tidak boleh pasif, semata – mata menunggu kreditur →


pemasangan iklan secara umum tidak melepaskan kewajiban untuk
menghubungi kreditur
• Tugas → pengumpulan, menguasai, dan menjual harta pailit.
4. Hakim Pengawas
• Agar kurator dalam melaksanakan tugasnya tidak menyalahgunakan
wewenangnya → perlu diangkat pengawas oleh pengadilan yaitu hakim
pengawas.
• Tugas & Wewenang (Pasal 65) → mengawasi pengurusan & pemberesan
harta pailit.
• Hakim Pengawas dibutuhkan karena sebelum pengadilan niaga
memutuskan sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan pengurusan dan
pemberesan, pengadilan wajib mendengarkan pendapat hakim pengawas
(Pasal 66)
• Tugas Hakim Pengawas:
o Menerima laporan dari kurator yang dibuat setiap 3 bulan sekali
o Memberikan perpanjangan waktu bagi kurator untuk
menyampaikan laporannya
o Setelah pencocokan utang dilakukan penawaran kepada para
kreditur untuk membentuk panitia kreditur
o Berwenang memperoleh keterangan dalam segala hal
o Mengetuai rapat para kreditur.

11
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

SAP 4 – 15

Pengadilan Niaga, Upaya Hukum, dan PKPU


o Pengadilan Niaga & Mekanisme Permohonan Pailit
• Pendahuluan
• Berlaku Hukum Acara Perdata kecuali yang diatur lain oleh UUK – PKPU
(Pasal 299 UUK – PKPU)
• Putusan Kepailitan bersifat serta merta → dapat dilaksanakan walaupun
belum memiliki kekuatan hukum tetap.
• Kompetensi Pengadilan Niaga
• Absolut → Memutus tentang Pailit, HAKI, dan hal keniagaan lainnya
(Pasal 300 ayat 1).
o Jika ada klausula arbitrase dalam perjanjian antara para pihak →
Pengadilan Niaga tetap berwenang memeriksa & menyelesaikan
permohonan pailit (Pasal 2 ayat 1)
• Relatif → Keppres No. 97 th 99 → Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
Makassar, Medan, Surabaya, dan Semarang. Permohonan pailit diajukan
di Pengadilan Niaga daerah hukum tempat kediaman debitur (Pasal 3
ayat 1)
• Prosedur Permohonan Pailit
I. Panitera menyampaikan permohonan pailit kepada Ketua Pengadilan
Niaga paling lambat 2 (dua) hari setelah pendaftaran
II. Ketua Pengadilan Niaga mempelajari dan menetapkan hari sidang paling
lambat 3 (tiga) hari setelah didaftarkan
III. Pemanggilan sidang dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
sidang pertama
IV. Sidang dilaksanakan paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan
pendaftaran
V. Sidang dapat ditunda paling lambat 25 hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan dengan alasan yang cukup
VI. Putusan, paling lambat 60 hari setelah permohonan didaftarkan

12
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

VII. Penyampaian salinan putusan dilakukan paling lambat 3 hari setelah


tanggal putusan

• Proses Persidangan
Sama seperti dalam Acara Perdata, bedanya tidak ada Replik & Duplik.
Prosesnya yaitu sebagai berikut:
1. Sidang I, Pemohon Pailit membacakan permohonannya.
2. Sidang selanjutnya, Termohon Pailit dapat mengajukan jawaban
(tanggapan) atau mengajukan permohonan PKPU
3. Sidang selanjutnya, proses pembuktian pembuktian ini
dilakukan secara sederhana
4. Sidang selanjutnya, kesimpulan dari para pihak
5. Sidang terakhir, pembacaan putusan.
• Pembuktian Sederhana dalam proses Kepailitan
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi (Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU)
• Alat Bukti
Mengacu kepada alat-alat bukti dalam perkara perdata umum (Pasal 164 HIR)
Terdiri dari:
1. Surat, 2. Saksi,

13
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

3. Persangkaan, 5. Sumpah
4. Pengakuan

• Putusan Pailit & Akibatnya


• Putusan Pailit
Pengaruh pelaksanaan eksekusi dalam penolakan pailit tingkat Kasasi /
PK
o Putusan pailit bersifat serta merta
o Jika terhadap putusan tersebut dilakukan upaya hukum &
putusannya menolak permohonan pailit, akibatnya terhadap harta
debitur tetap sah & mengikat → Pasal 16 ayat 2 “Segala perbuatan
yang telah dilakukan kurator sebelum / pada tanggal kurator
menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan permohonan,
tetap sah dan mengikat bagi debitur”
• Akibat Hukum
o Debitur demi hukum kehilangan hak menguasai → Pasal 24 ayat 1
o Debitur berhak menawarkan perdamaian kepada semua kreditur
(Pasal 144 – 177)
• Kewajiban Kurator Mengumumkan Putusan Pailit
o Setelah adanya putusan pailit, debitor tidak lagi memiliki
kewenagnan hukum untuk melakukan tindakan yang berkaitan
dengan harta kekayaannya → Pasal 24 ayat 1 jo. Pasal 69 ayat 1
o Kurator wajib mengumumkan putusan pailit 5 hari setelah tanggal
pailit → mengakibatkan berlakunya fiksi hukum bahwa setiap orang
tahu tentang kepailitan debitor. Jika pihak lain tetap melakukan
perbuatna hukum → batal demi hukum.
o Jika kurator lalai (tidak mengumumkan putusan pailit) dan pihak lain
melakukan perbuatan hukum dengan debitur → dapat berdalih
bahwa pihak tersebut tidak tahu tentang kepailitan debitur.
• Eksekusi

14
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

I. Pendahuluan
• Wewenang melaksanakan pengurusan harta pailit oleh Kurator
(Pasal 69) dan diawasi oleh Hakim Pengawas (Pasal 65)
• Dalam perkara Perdata Niaga → yang melaksanakan adalah
kurator bukan Ketua PN
II. Tata Cara
1. Membentuk Panitia Kreditor → Pihak yang mewakili kreditur
(Pasal 79 – 112)
2. Pencocokan Utang / Verifikasi (Pasal 113 – 143)
• Piutang kreditur & utang debitur didata oleh kurator untuk
dicocokkan mengenai benar / tidaknya pengakuan sebagai
kreditur, besaran utangnya dan kedudukannya sebagai kreditur
• Bertujuan untuk melindungi debitur pailit terhadap tagihan
yang tidak ada dasarnya & melindungi kreditur dari utang
fiktif.
3. Pemberesan Harta Pailit
4. Eksekusi
III. Rehabilitasi
o Setelah pailit berakhir, debitur / ahli warisnya berhak mengajukan
rehabilitasi ke Pengadilan Niaga yang memutus → untuk
memulihkan nama baik melalui putusan yang berisi keterangan
bahwa debitur telah memenuhi kewajibannya.
o Upaya Hukum
• Kasasi (Pasal 11 – 13) → terhadap putusan pailit (Pasal 11) / pailit akibat
putusan PKPU (Pasal 256)

15
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Peninjauan Kembali (Hanya untuk Pailit) → Pasal 295 – 298

o PKPU
A. Pendahuluan
a. Ada 2 cara agar debitur terhindar dari ancaman likuidasi:
i. Mengajukan PKPU → untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian / seluruh utang

16
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

(Pasal 222) → diajukan sebelum / saat pemeriksaan permohonan


pailit.
ii. Mengadakan perdamaian setelah debitur dinyatakan pailit →
kepailitan debitur yang telah diputus jadi berakhir.
b. Beda Kepailitan & PKPU

Karakteristik PKPU:
• Tidak berdasarkan keadaan debitur tidak bayar utang / insolven
• Tidak bertujuan dilakukannya pemberesan
• Tidak kehilangan hak & penguasaan harta kekayaan, namun hanya
kehilangan kebebasan → harus disetujui oleh pengurus
B. Pihak Pengaju PKPU (Pasal 222)
a. Kreditur memperkirakan debitur tidak dapat membayar utangnya
b. Debitur tidak dapat / memperkirakan tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya
i. Mengajukan PKPU. Syaratnya:
• Punya >1 kreditur
• Sudah dalam keadaan tidak dapat melanjutkan membayar
utang / memperkirakan

17
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

ii. PKPU diajukan terhadap kreditur konkuren maupun preferen →


kesepakatan mengenai rencana perdamaian baru memiliki arti
jika semua kreditur terikat dengan rencana perdamaian
C. Saat Pengajuan PKPU
a. Sebelum permohonan pernyataan pailit diajukan
b. Setelah permohonan pailit diajukan → yang diputus adalah PKPU
terlebih dahulu (Pasal 229 ayat 3)
• PKPU wajib diajukan pada sidang pertama → menurut Sutan
Remy, penafsiran pasal ini yaitu sebelum adanya putusan hakim
terhadap permohonan pailit (ditengah – tengah diajukan PKPU),
harus memeriksa permohonan PKPU dulu → tidak berarti kalau
PKPU tidak diajukan, permohonan ditolak.
• Jika PKPU ditolak, Pengadilan Niaga wajib menyatakan debitur
pailit maksimal hari berikutnya (Pasal 230 ayat 1)
D. PKPU Sementara & PKPU Tetap
a. PKPU Sementara (Pasal 225) → jangka waktu 45 hari
i. Diajukan debitur, max 3 hari harus dikabulkan
ii. Dijaukan kreditur, max 20 hari harus dikabulkan
iii. PKPU sementara bertujuan agar segera terjadi keadaan diam →
pengadilan dengan sendirinya harus memberikan PKPU
Sementara sebelum memberi PKPU Tetap setelah dilakukan
pemeriksaan
iv. Selama berlangsungnya sidang dalam rangka memperoleh PKPU
Tetap, PKPU sementara tetap berlaku → PKPU Sementara
berakhir jika sudah ditetapkan PKPU Tetap.
b. PKPU Tetap
i. Apabila PKPU Tetap disetujui para kreditor, maka penundaan
yang diputuskan Pengadilan Niaga tidak boleh melebihi 270 hari
→ sejak putusan PKPU Sementara diucapkan (Pasal 228 ayat 6).
Debitur & Kreditur menyetujui / menolak rencana perdamaian

18
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

max 270 hari. Jika disetujui, PKPU Tetap, kalau tidak disetujui,
keesokan harinya harus dipailitkan.
ii. Debitur mengajukan PKPU → dapat dibarengi dengan pengajuan
rencana perdamaian / baru diajukan saat pemeriksaan
iii. PKPU Tetap → Pengadilan Niaga hanya memberi putusan
pengesahan saja (Pasal 229 ayat 1)
E. Status Hukum Debitur

Tidak dapat melakukan pengurusan harta kekayaannya tanpa persetujuan


pengurus (Pasal 240 ayat 1). Jika melanggar → pengurus berhak melakukan
segala sesuatu yang diperlukan agar harta debitur tidak dirugikan (Pasal
240 ayat 2)

F. Status Sita & Eksekusi Jaminan


a. Debitur tidak dapat dipaksa membayar utangnya
b. Semua tindakan eksekusi yang telah dimulai harus ditangguhkan
c. Kedudukan kreditur preferen sama dengan kreditur konkuren → tidak
dapat melaksanakan sita eksekusi, dan diadakan penangguhan selama
PKPU
G. Akibat Hukum PKPU
a. Disahkan
i. Status PKPU Tetap
ii. Debitur tidak dapat dipailitkan sepanjang tetap melaksanakan
proposal perdamaian
iii. Tidak ada upaya hukum
b. Ditolak → debitur pailit & tidak ada upaya hukum
c. Disahkan tapi Debitur Wanprestasi → pengurus memberikan laporan
kepada Hakim Pengawas untuk disampaikan kepada Majelis Hakim
agar debitur dinyatakan pailit.
H. Pengakhiran PKPU (Pasal 225) → PKPU diakhiri atas permintaan Hakim
Pengawas, Kreditor atau Pengadilan dalam hal:
a. Debitor beritikad buruk dalam pengurusan hartanya

19
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

b. Debitor mencoba / telah merugikan kreditornya


c. Debitor melakukan tindakan hukum tanpa persetujuan Pengurus
d. Debitor lalai melaksanakan tindakan – tindakan yang diwajibkan atau
disyaratkan oleh Pengadilan maupun Pengurus
e. Dalam masa waktu PKPU, keadaan harta debitor tidak memungkinkan
dilanjutkannya PKPU
f. Keadaan debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi
kewajibannya.
I. Tahapan PKPU
• Permohonan PKPU

20
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• PKPU Tetap

o Rencana Perdamaian → PKPU bertujuan untuk mencapai kesepakatan


mengenai Rencana Perdamaian.
A. Rencana Perdamaian Debitur PKPU
• Debitor berhak mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian / seluruh utang kepada Kreditor baik secara
tuntas maupun diangsur (Pasal 265 jo. 222 ayat 2 & 3)
• Rencana perdamaian diajukan bersamaan dengan permohonan PKPU /
tidak bersamaan tetapi sebelum sidang berlangsung (Pasal 228 ayat 3)
• Rencana perdamian dapat diterima berdasarkan (Pasal 281 ayat 1) →
persetujuan > ½ jumlah kreditor konkuren dan ½ jumlah kreditor
separatis
B. Pengesahan / Penolakan Proposal Perdamaian
i. Rencana perdamaian → menyusun proposal perdamaian → proposal
diterima: Homologasi & Pengadilan wajib memberikan putusan
pengesahan beserta alasannya (Pasal 285 ayat 1)
ii. Pasal 285 ayat 2, Pengadilan wajib menolak apabila:
1. Harta debitur > jumlah yang disetujui dalam perdamaian
2. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin

21
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

3. Perdamaian dicapai karena persekongkolan / penipuan


4. Jasa & Biaya ahli dan pengurus belum dibayar / tidak diberikan
jaminan pembayarannya.
iii. Pasal 285 ayat 3 → pengadilan menolak mengesahkan proposal
perdamaian → wajib menyatakan pailit (debitor)
iv. Pasal 28 → PKPU berakhir pada saat putusan pengesahan perdamaian
in kracht.
v. Pasal 286 → Perdamaian yang telah disahkan mengikat semua
Kreditur, kecuali Kreditur Separatis yang tidak menyetujui rencana
perdamaian.
C. Upaya Hukum terhadap Homologasi / Penolakan Perdamaian
• Kasasi
o Terhadap putusan pengesahan perdamaian Homologasi dapat
diajukan kasasi, namun tidak erlaku terhadap putusan penolakan
perdamaian (Pasal 285 ayat 4) → mekanismenya sama seperti kasasi
pada umumnya.
• PK terhadap Putusan yang BHT, apabila:
i. Novum max 180 hari setelah putusan yang dimohonkan PK in
kracht atau
ii. Kekeliruan yang nyata max 30 hari setelah putusan yang
dimohonkan PK in kracht
• Pembatalan Perdamaian
o Kreditor dapat menuntut pembatalan perdamaian yang telah
disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut
(Pasal 291 Ayat 1 Jo. Pasal 170)
o Dalam putusan pengadilan yang membatalkan perdamaian, Debitor
juga harus dinyatakan pailit. (Pasal 291 Ayat 2)
D. Debitur PKPU Dinyatakan Pailit
• Jangka waktu PKPU terlewati & belum mencapai perdamaian (Pasal
228 Ayat 5)

22
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• PKPU masih dalam masa tenggang, tapi diakhiri pengadilan dengan


alasan tertentu (Pasal 255)
• Rencana perdamaian ditolak kreditor dalam voting (Pasal 289)
• Perdamaian tercapai dalam voting, namun pengadilan menolak
mengesahkan (Pasal 285 ayat 2)
• Kreditor mengajukan Pembatalan Perdamaian akibat Debitor lalai
memenuhi isi Perdamaian (Pasal 291 Ayat 1 Jo. Pasal 170)
E. Penyelesaian kewajiban Debitur PKPU
• Debitor Pailit yang disebabkan:
o Berakhirnya jangka waktu PKPU (baik waktunya sudah habis atau
diakhiri dengan alasan tertentu)
o Tidak diterimanya rencana perdamaian oleh kreditor dalam proses
voting PKPU.
Maka debitor masih berhak mengajukan kembali usulan rencana
perdamaian dalam proses kepailitan (Pasal 292)
• Debitor Pailit yang disebabkan
o Perdamaian tercapai, Pengadilan menolak pengesahannya
o Perdamaian sah dibatalkan akibat debitur cidera janji

Maka debitur tidak bisa mengusulkan lagi rencana perdamaian


dalam proses kepailitan serta harta debitur otomatis dalam
keadaan Insolvensi (Pasal 292)

• Dengan dinyatakan debitor pailit dalam keadaan insolvensi, maka


Kurator wajib melakukan Pemberesan Harta Pailit (Bagian Ke – 7 UUK
– PKPU)
F. Pemberesan Harta Debitur Pailit
b. “Going Concern” (melanjutkan usaha Debitor Pailit)
i. Kurator / Kreditor dapat mengusulkan supaya perusahaan
Debitor Pailit dilanjutkan (Pasal 179 Ayat 1)

23
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

ii. Usul wajib diterima jika usul tersebut disetujui oleh Kreditor
yang mewakili lebih dari ½ dari semua tagihan yang bersifat
konkuren (Pasal 179)
iii. Dalam hal perusahaan dilanjutkan, dapat dilakukan penjualan
benda yang termasuk harta pailit yang tidak diperlukan untuk
meneruskan perusahaan (Pasal 184 Ayat 2)
c. Penjualan seluruh harta Debitor Pailit
i. Atas permintaan Kreditor / Kurator, Hakim Pengawas dapat
memerintahkan supaya kelanjutan perusahaan dihentikan (Pasal
183 Ayat 1)
ii. Kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta
pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantan Debitor
(Pasal 184 Ayat 1)
iii. Semua benda harus dijual di muka umum melalui KPKNL (Pasal
185 Ayat 1)

24
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

UAS

SAP 7 – 5 Agustus 2019

Actio Pauliana & Cross Border Insolvency

A. Actio Pauliana
• Definisi

Hak yang diberikan kepada kreditur untuk mengajukan permohonan


pembatalan perbuatan yang tidak wajib dilakukan oleh debitur terhadap harta
kekayaannya yang diketahui oleh debitur perbuatan tersebut merugikan
kreditur.

Diatur dalam:

o 1131 BW (Jaminan Umum)


o 1341 BW
o Pasal 41 – 50 UUK PKPU
• Tujuan
o Melindungi hak kreditur
o Membatasi perbuatan hukum debitur pailit
o Melindungi harta – harta debitur pailit untuk tidak disalahgunakan oleh
debitur atau pihak ketiga
• Syarat Actio Pauliana
o Kepentingan harta pailit
o Perbuatan hukum debitur yang merugikan kreditur
o Dimintakan pemabatalan atas perbuatan yang dilakukan sebelum
penetapan pailit
o Harus dapat dibuktikan bahwa perbuatan tersebut mengakibatkan
kerugian bagi kreditur
o Pengecualian terhadap perbuatan hukum yang wajib dilakukan
berdasarkan perjanjian atau karena UU

25
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

• Perbuatan Hukum yang Dianggap Harus Diketahui


o Jangka waktu perbuatan yang dilakukan satu tahun sebelum putusan
• Dalam Faillissementsverordening jangka waktu 40 hari
• Dalam UUK – PKPU jangka waktu 1 tahun sejak putusan
o Perikatan yang melebihi kewajiban debitur
• Pemabayaran atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh
tempo dan belum dapat ditagih
• Perbuatan Hukum yang Dilanggar
o Debiutr perorangan terhadap individu
• Dilakukan oleh debitur perorangan terhadap anggota keluarga
• Terhadap badan hukum yang sahamnya dimiliki oleh debitur atau
keluarganya >50%
o Debitur Badan Hukum terhadap individu
• Terhadap anggota direksi / pengurus / keluarga anggota direksi /
pengurus sampai derajat ketiga
• Perorangan / bersama – sama langsung / tidak langsung yang
memiliki kepemilikan saham >50%
• Perorangan / keluarga yang memiliki saham dengan modal disetor
>50%
o Debitur Badan Hukum terhadap Badan Hukum
• Perorangan anggota direksi yang sama dalam kedua badan hukum
tersebut
• Salah satu keluarga yang merupakan anggota direksi / pengurus dari
badan hukum lain
• Salah satu keluarga yang memiliki saham dalam modal disetor dalam
Badan Hukum lainnya
• Pelarangan Hibah
• Hibah dapat dimintakan pembatalan
• Penerima hibah tidah haurs mengetahui adanya perbuatan hukum yang
dilarang
• Pasal 43

26
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

o Berlaku untuk hibah yang dilakukan lebih dari satu tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
o Kurator yang harus membuktikan → pada saat hibah, debitur
megetahui / patut mengetahui bahwa hibah tersebut mengakibatkan
kerugian kreditur.
• Pasal 44
o Berlaku untuk hibah dalam jangka waktu satu tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
o Debitur yang membuktikan → pada saat hibah, debitur tidak
mengetahui / patut mengetahui bahwa hibah tersebut
mengakibatkan kerugian kreditur.
• Konsekuensi Terhadap Pihak Ketiga
o Kreditur dapat mengajukan bantahan terhadap penerimaan yang
dilakukan oleh debitur kepada pihak lain
o Pihak ketiga wajib mengembalikan harta yang telah didapatkannya /
dioper-alihkan
o Apabila harta tersebut tidak dapat dikembalikan maka pihak ketiga wajib
memberikan ganti rugi
o Pihak ketiga yang beritikad baik dilindungi oleh UU
• Kekayaan yang Tidak Termasuk Harta Pailit
o Ranjang & Pakaian
o Peralatan yang digunakan seorang pekerja dalam perusahaannya
o Uang / gaji tahunan yang tidak dapat disita oleh pewaris / penjamin
o Hak Cipta
o Upah, honorarium atau pensiun (sejauh ditentukan oleh hakim)
o Biaya anak debitur pailit)

B. Cross Border Insolvency


➢ Background
o Enacted GATT and Establishing WTO 1994

27
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

o Article I and Article III GATT


▪ National Treatment / NT
▪ Most Favored Nation / MFN
▪ Failures of The Dispute Panel Body Unit of WTO
▪ Global Economic market, trade have reduction of trade barriers
and established multilateral / economic regional forum → AFTA,
NAFTA, TPP, ASEAN Plus 3.
o Enterprise / Individual have assets more than one state, cross border
Insolvency
o UNCITRAL introducing Model Law: Cross Border Insolvency 1997.

➢ Variable Research
1. Dependent Variable
o The Adoption Policy of Japan, South Korea, Indonesia, Malaysia,
Thailand, Philippine, UE, and USA to The UNCITRAL Model Law on
Cross Border Insolvency.
2. Independent Variable
o Legal Tradition in each countries have affect in adoption of UNCITRAL
on
o The model of Jurisdiction (univesality / territoriality/ modified) have
result in adoption UNCITRAL on CBI
o Each country policy in order to proceeding of the foreign insolvency
judments
➢ Cross Border Definition
▪ Definition: CBI may occur, for instance where an insolvent debtor has aset
in more than one state, or where creditors are not from the state where the
insolvency proceedings are taking place, yet the cross border insolvency
can apply to individual or corporate (Roman Tomasic : 2005)
▪ Insolvent condition (Person / Company)
▪ Debt (money value) between debtor & creditor

28
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

▪ Minimum debt or more than 2 creditors


▪ Different territory jurisdiction among parties / cross border
▪ Increasing Cross Border Investment and Trade potentially Increasing Cross
Border insolvency matter.
➢ Jurisdiction Principles
• Univesalism: unity is a system in which all aspects of a debtor’s insolvency
are conducted in one central proceeding under one insolvency law, one
bankruptcy judgement could entry into force in all territory (countries)
• Foreign judgment should automatically binding in home country and
enforcement in executorial aset debtor
o Modified universalism → not automatically / by request, No.
reexamination, limitation with public order / national interest
o Territorialism: The Territorialism approach: a separate and
independent plenary case is pursued in each forumin which the
debtor's assets are located.
o Territorialism is the default system for all cross-border insolvency
systems, because it relies on actual territory control over assets
o The benefits of territorialism are varied. At the most basic level,
territorialism, unlike any of the alternatives,does not require any
special legislation, nor does it deviate from the universally adopted
rules of jurisdiction and sovereignty
➢ UNCITRAL Model Law on CBI 1997
o Enacted 1997 to harmonizing CBI
o Universalism principle and Automatically Recognition under Article 20
UNCITRAL Model Law on CBI
o Similarity with chapter 15 US Bankruptcy act. Influence common law
tradition.

29
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

➢ Reform Policy

➢ Foreign Recognition
• Law on Recognition and Assistance for ForeignInsolvencyProceedings
Law No 129, 2000: (Jurisdiction over recognition and assistance)
▪ Article 4: recognition and assistance cases shall be subject to the
exclusive jurisdiction of the Tokyo District Court
▪ Article 5 : the court prescribe in the proceeding article may, when it
finds its necessary in order to avoid substantial harm or delay,by its
own authority, transfer of recognition and assistance case to the
district court that has jurisdiction over the debtor domicile,
residence, business, office, or other office or or the location of the
debtors property, upon making an order of recognition of foreign
insolvency proceeding or after making such an order.
➢ Comparison

Civil / Common Law Jurisdict


Japan Civil Territorialism to Universalism
South Korea Civil Territorialism to Universalism
Malaysia Common Territorialism Bilateral recognition SG
Singapore Common Territorialism Bilateral recognition MAL
Indonesia Civil Territorialism but Universalism for

debt aset liquidity


Philippine Civil Territorialism
Thailand Civil Territorialism
UNCITRAL Influenced by Common Universalism
CBI Law

30
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

Regulation

COUNTRIES BANKRUPTCY LAW

JAPAN Bankruptcy (Tosan Ho) Act No 75 June 2, 2004 Law on


Recognition and Assistance for Foreign Insolvency
Proceedings Law No 129, 2000
SOUTH Debtor Rehabilitation and Bankruptcy Act (DRBA) March 21st 2005
KOREA
INDONESIA Law 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Debt Payments

MALAYSIA Malaysia Bankruptcy Act 360 1967 amendment Jan. 2001

SINGAPORE Singapore bankruptcy Act 1995

THAILAND Thailand Bankruptcy Act No1 1940 BE 2483 amendment No 2 1968, No 3


1983, N0 4 1998,
No 5 1999

PHILIPPINE FINANCIAL REHABILITATION AND INSOLVENCY ACT(FRIA) RA


10142 2000

Foreign Bankruptcy Judgement Recognition

31
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017

➢ Cross Border Insolvency dalam UU Kepailitan

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, dalam buku Sejarah, Asas, dan Teori Hukum
Kepailitan: Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran (hal. 503) dalam hal berlangsungya
perdagangan yang transnasional, apabila bisnis dalam perdagangan tersebut
mengalami kegagalan, maka dapat terjadi, baik aset debitur maupun para
krediturnya berada di berbagai yurisdiksi (multiple jurisdiction). Oleh karena
hukum kepailitan merupakan hukum nasional yang hanya berlaku di wilayah
negara dari hukum yang bersangkutan, maka hukum kepailitan suatu negara
tidak dapat menjangkau kepailitan yang terjadi di negara lain.

➢ Conclusion
- Gobalization of economy has thrown new challenges since the world
shrinking in economic, as one world/market, the Politic economic
activities also need to be harmoniz

Isi
No table of contents entries found.

- e, to achieve by having similarly principle universality and possible to


have recognition of foreign proceeding automatically in efficiency, next
UNCITRAL Model Law on Cross Border Insolvencyshould be adopt by
countries such Indonesia, Thailand, Philippine, Malaysia andSingapore.
- Legal traditions each countries might not established barrier indirectly,
to adopt the UNCITRALModelLaw on CBI but with similarity legal
tradition (common law) more suitable and easier considering
jurisprudence, doctrine, style law drafting, Judges appointed and
mindset.
- Jurisdiction in some condition easier matching (common law) but most
of them related to sovereignty of the state Indonesia should have adopt
system like Japan in case foreign Arbitral award, and possible apply
such Japan Model in Indonesia CBI considering have similarity of Civil
Law legal tradition.

32

Anda mungkin juga menyukai