FH UI 2017
Jangan dijadikan sumber utama. Jangan lupa baca buku Sutan Remy Hukum Kepailitan
Goodluck!
UTS
1
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
2
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
3
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
A. Prinsip Kepailitan
1. Parita Creditorium → Kesetaraan kedudukan para kreditor
• Kreditur punya hak yang sama terhadap semua benda debitur →
jika debitur tidak membayar, maka harta kekayaan debitur jadi
sasaran kreditur.
• Penjabaran Pasal 1131 & 1132 BW
• Prinsip paritas creditorium tidak adil karena menamaratakan
kedudukan seluruh kreditur → maka harus dibarengi dengan
prinsip pari passu prorata parte.
2. Pari Passu Pro Rata Parte (1132 BW)
• Pari passu: secara bersama – sama memperoleh pelunasan, prorata
parte: secara proporsional.
• Harta debitur dibagi kepada kreditur berdasarkan tingkatan &
besaran utang → tidak semua kreditur pasti mendapatkan seluruh
pelunasan utangnya, namun pembagian harta didasarkan pada
proporsional perbandingan antara piutang & jumlah utang secara
keseluruhan.
3. Concursus Creditorium
• Kepailitan harus didasarkan pada debitur memiliki minimal 2
kreditur → syarat kepailitan berdasarkan Pasal 2 UUK – PKPU.
• Jika hanya ada 1 kreditur, berlaku prinsip jaminan utang umum
dalam Pasal 1131 BW
4. Going Concern
• Suatu putusan tentang kepailitan harus dipertimbangkan
kelangsungan perseroan atau badan usaha yang masih dapat
dipertahankan
• Sebelum Pailit adanya PKPU (restrukturisasi utang) & setelah pailit
ada Perdamaian
4
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
1. Syarat Kreditor
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah debitor punya minimal 2
kreditor. Syarat mengenai keharusan adanya 2 atau lebih kreditor
dikenal sebagai concursus creditorum.
5
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
6
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
7
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
1. Kreditur
• Macam Kreditur:
1. Kreditur Preferen
a. Kreditur Separatis → kreditur yang memiliki hak Jaminan
kebendaan atas harta debitur
• Menduduki uruta tertinggi kecuali ditentukan lain
• Dapat mengeksekusi sendiri aset yang jadi jaminan utang
(Pasal 56)
• Tidak terkena biaya kepailitan & mengeluarkan biaya
sendiri dalam eksekusi
• Contoh: Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
b. Kreditur dengan Hak Istimewa → kreditur yang memiliki hak
istimewa berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan. Hak
istimewa diatur dalam Pasal 1134 & 1137 BW yaitu: upah buruh,
biaya perkara, pajak, dsb.
8
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
• Independen
• Tidak mempunyai benturan kepentingan. Benturan kepentingan sbg
berikut:
• Kurator jadi salah satu kreditor
• Kurator memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham
pengendali
• Kurator memiliki saham lebih dari 10% pada salah satu
perusahaan kreditur / perseroan debitur
• Kurator adalah pegawai, anggota direksi atau anggota komisaris
dari salah satu perusahaan kreditur/debitur.
• Kutaror adalah pengacara debitur / kreditur
c. Tugas Kurator
• Melakukan pengurusan & pemberesan harta pailit (Pasal 69 ayat 1)
• Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailit dalam Berita
Negara dan surat kabar
• Menyelamatkan harta pailit
• Menyegel harta benda pailit atas persetujuan hakim pengawas
• Menyusun inventaris harta pailit
• Kurator dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit (atas
persetujuan kreditur)
d. Pelaksanaan Tugas Kurator
• Tidak harus memperoleh persetujuan atau menyampaikan terlebih
dahulu kepada debitur → namun harus melaporkan ke Hakim
Pengawas
• Dapat melakukan pinjaman dengan pihak ketiga
• Kurator harus memulai dengan segera pemberesan dan menjual semua
harta pailit tanpa persetujuan debitur
e. Perlawanan terhadap Kurator
• Mengajukan surat keberatan kepada hakim pengawas
9
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
g. Kewajiban Kurator
• Statutory Duties → Kewajiban yang ditentukan oleh UU
• Fiduciary Duties (Obligation) → kewajiban memberikan jaminan /
kepercayaan kepada Penagildan, Debitur, Kreditur, dan Pemegang
Saham.
3. Liquidator & Trustee
a. Liquidator (UK)
• Memiliki fungsi yang sama dengan Kurator
• Khusus mengurusi permasalahan Insolvency
• Harus memiliki inisiatif menghubungi para kreditur yang dikenal (known
creditors)
• Tidak boleh pasif semata mata menunggu kreditur → pemasangan iklan
secara umum tidak melepaskan kewajiban untuk menghubungi kreditur.
b. Trustee (US)
• Karakteristik
1. Memiliki fungsi yang sama dengan Kurator
2. Khusus mengurusi permasalahan Bankruptcy
3. Mengumpulkan harta pailit
4. Harus memiliki inisiatif menghubungi para kreditur yang dikenal
10
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
11
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
SAP 4 – 15
12
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
• Proses Persidangan
Sama seperti dalam Acara Perdata, bedanya tidak ada Replik & Duplik.
Prosesnya yaitu sebagai berikut:
1. Sidang I, Pemohon Pailit membacakan permohonannya.
2. Sidang selanjutnya, Termohon Pailit dapat mengajukan jawaban
(tanggapan) atau mengajukan permohonan PKPU
3. Sidang selanjutnya, proses pembuktian pembuktian ini
dilakukan secara sederhana
4. Sidang selanjutnya, kesimpulan dari para pihak
5. Sidang terakhir, pembacaan putusan.
• Pembuktian Sederhana dalam proses Kepailitan
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi (Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU)
• Alat Bukti
Mengacu kepada alat-alat bukti dalam perkara perdata umum (Pasal 164 HIR)
Terdiri dari:
1. Surat, 2. Saksi,
13
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
3. Persangkaan, 5. Sumpah
4. Pengakuan
14
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
I. Pendahuluan
• Wewenang melaksanakan pengurusan harta pailit oleh Kurator
(Pasal 69) dan diawasi oleh Hakim Pengawas (Pasal 65)
• Dalam perkara Perdata Niaga → yang melaksanakan adalah
kurator bukan Ketua PN
II. Tata Cara
1. Membentuk Panitia Kreditor → Pihak yang mewakili kreditur
(Pasal 79 – 112)
2. Pencocokan Utang / Verifikasi (Pasal 113 – 143)
• Piutang kreditur & utang debitur didata oleh kurator untuk
dicocokkan mengenai benar / tidaknya pengakuan sebagai
kreditur, besaran utangnya dan kedudukannya sebagai kreditur
• Bertujuan untuk melindungi debitur pailit terhadap tagihan
yang tidak ada dasarnya & melindungi kreditur dari utang
fiktif.
3. Pemberesan Harta Pailit
4. Eksekusi
III. Rehabilitasi
o Setelah pailit berakhir, debitur / ahli warisnya berhak mengajukan
rehabilitasi ke Pengadilan Niaga yang memutus → untuk
memulihkan nama baik melalui putusan yang berisi keterangan
bahwa debitur telah memenuhi kewajibannya.
o Upaya Hukum
• Kasasi (Pasal 11 – 13) → terhadap putusan pailit (Pasal 11) / pailit akibat
putusan PKPU (Pasal 256)
15
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
o PKPU
A. Pendahuluan
a. Ada 2 cara agar debitur terhindar dari ancaman likuidasi:
i. Mengajukan PKPU → untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian / seluruh utang
16
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
Karakteristik PKPU:
• Tidak berdasarkan keadaan debitur tidak bayar utang / insolven
• Tidak bertujuan dilakukannya pemberesan
• Tidak kehilangan hak & penguasaan harta kekayaan, namun hanya
kehilangan kebebasan → harus disetujui oleh pengurus
B. Pihak Pengaju PKPU (Pasal 222)
a. Kreditur memperkirakan debitur tidak dapat membayar utangnya
b. Debitur tidak dapat / memperkirakan tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya
i. Mengajukan PKPU. Syaratnya:
• Punya >1 kreditur
• Sudah dalam keadaan tidak dapat melanjutkan membayar
utang / memperkirakan
17
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
18
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
max 270 hari. Jika disetujui, PKPU Tetap, kalau tidak disetujui,
keesokan harinya harus dipailitkan.
ii. Debitur mengajukan PKPU → dapat dibarengi dengan pengajuan
rencana perdamaian / baru diajukan saat pemeriksaan
iii. PKPU Tetap → Pengadilan Niaga hanya memberi putusan
pengesahan saja (Pasal 229 ayat 1)
E. Status Hukum Debitur
19
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
20
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
• PKPU Tetap
21
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
22
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
23
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
ii. Usul wajib diterima jika usul tersebut disetujui oleh Kreditor
yang mewakili lebih dari ½ dari semua tagihan yang bersifat
konkuren (Pasal 179)
iii. Dalam hal perusahaan dilanjutkan, dapat dilakukan penjualan
benda yang termasuk harta pailit yang tidak diperlukan untuk
meneruskan perusahaan (Pasal 184 Ayat 2)
c. Penjualan seluruh harta Debitor Pailit
i. Atas permintaan Kreditor / Kurator, Hakim Pengawas dapat
memerintahkan supaya kelanjutan perusahaan dihentikan (Pasal
183 Ayat 1)
ii. Kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta
pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantan Debitor
(Pasal 184 Ayat 1)
iii. Semua benda harus dijual di muka umum melalui KPKNL (Pasal
185 Ayat 1)
24
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
UAS
A. Actio Pauliana
• Definisi
Diatur dalam:
25
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
26
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
o Berlaku untuk hibah yang dilakukan lebih dari satu tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
o Kurator yang harus membuktikan → pada saat hibah, debitur
megetahui / patut mengetahui bahwa hibah tersebut mengakibatkan
kerugian kreditur.
• Pasal 44
o Berlaku untuk hibah dalam jangka waktu satu tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
o Debitur yang membuktikan → pada saat hibah, debitur tidak
mengetahui / patut mengetahui bahwa hibah tersebut
mengakibatkan kerugian kreditur.
• Konsekuensi Terhadap Pihak Ketiga
o Kreditur dapat mengajukan bantahan terhadap penerimaan yang
dilakukan oleh debitur kepada pihak lain
o Pihak ketiga wajib mengembalikan harta yang telah didapatkannya /
dioper-alihkan
o Apabila harta tersebut tidak dapat dikembalikan maka pihak ketiga wajib
memberikan ganti rugi
o Pihak ketiga yang beritikad baik dilindungi oleh UU
• Kekayaan yang Tidak Termasuk Harta Pailit
o Ranjang & Pakaian
o Peralatan yang digunakan seorang pekerja dalam perusahaannya
o Uang / gaji tahunan yang tidak dapat disita oleh pewaris / penjamin
o Hak Cipta
o Upah, honorarium atau pensiun (sejauh ditentukan oleh hakim)
o Biaya anak debitur pailit)
27
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
➢ Variable Research
1. Dependent Variable
o The Adoption Policy of Japan, South Korea, Indonesia, Malaysia,
Thailand, Philippine, UE, and USA to The UNCITRAL Model Law on
Cross Border Insolvency.
2. Independent Variable
o Legal Tradition in each countries have affect in adoption of UNCITRAL
on
o The model of Jurisdiction (univesality / territoriality/ modified) have
result in adoption UNCITRAL on CBI
o Each country policy in order to proceeding of the foreign insolvency
judments
➢ Cross Border Definition
▪ Definition: CBI may occur, for instance where an insolvent debtor has aset
in more than one state, or where creditors are not from the state where the
insolvency proceedings are taking place, yet the cross border insolvency
can apply to individual or corporate (Roman Tomasic : 2005)
▪ Insolvent condition (Person / Company)
▪ Debt (money value) between debtor & creditor
28
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
29
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
➢ Reform Policy
➢ Foreign Recognition
• Law on Recognition and Assistance for ForeignInsolvencyProceedings
Law No 129, 2000: (Jurisdiction over recognition and assistance)
▪ Article 4: recognition and assistance cases shall be subject to the
exclusive jurisdiction of the Tokyo District Court
▪ Article 5 : the court prescribe in the proceeding article may, when it
finds its necessary in order to avoid substantial harm or delay,by its
own authority, transfer of recognition and assistance case to the
district court that has jurisdiction over the debtor domicile,
residence, business, office, or other office or or the location of the
debtors property, upon making an order of recognition of foreign
insolvency proceeding or after making such an order.
➢ Comparison
30
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
Regulation
31
Fatih Nurrahman Dinata
FH UI 2017
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, dalam buku Sejarah, Asas, dan Teori Hukum
Kepailitan: Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran (hal. 503) dalam hal berlangsungya
perdagangan yang transnasional, apabila bisnis dalam perdagangan tersebut
mengalami kegagalan, maka dapat terjadi, baik aset debitur maupun para
krediturnya berada di berbagai yurisdiksi (multiple jurisdiction). Oleh karena
hukum kepailitan merupakan hukum nasional yang hanya berlaku di wilayah
negara dari hukum yang bersangkutan, maka hukum kepailitan suatu negara
tidak dapat menjangkau kepailitan yang terjadi di negara lain.
➢ Conclusion
- Gobalization of economy has thrown new challenges since the world
shrinking in economic, as one world/market, the Politic economic
activities also need to be harmoniz
Isi
No table of contents entries found.
32