Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI


“HUKUM KEPAILITAN”

Dosen Pengampu: DARSOL, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Aidil Yudi Saputra (1802111771)

Josua Ginting (1802111994)

Yosua Anggi Pangela Pasaribu (1802124055)

Bayu Setyo Nugroho (1802124265)

JURUSAN ILMU EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas dengan tema : “Hukum Kepailitan”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Tugas Aspek hukum dalam ekonomi dengan
tema : “Hukum Kepailitan” dapat menambah wawasan kita.

Pekanbaru , 21 Maret 2019

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Kepailitan

1.1.1.Pengertian dan Pengaturan Kepemilikan

Dalam bahasa prancis istilah failite artinya pemogokan atau


kemacetan dalam melakukan pembayaran sehingga orang yang mogok
atau macet atau berhenti membayar disebut le failli.Dalam bahasa belanda
untuk arti yang sama dengan bahasa prancis juga digunakan istilah failete,
sedangkan di dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah to faildan dalam
bahasa latin digunakan istilah failure, yang memiliki arti rangkap, yaitu
sebagai kata benda dan sebagai kata sifat.

Defenisi kepailitan secara yuridis terdapat dalam ketentuan Pasal 1


ayat 1 Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu : “kepailitan adalah sita
umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”

Kepailitan adalah eksekusi masal yang ditetapkan dengan


keputusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukan penyitaan
umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada
waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan
berlangsung, untuk kepentingan semua kreditur yang dilakukan dengan
pengawasan pihak berwajib.

1.1.2. Akibat Hukum Putusan Pailit

Akibat kepailitan diatur didalam pasal 21 Undang-undang


Kepailitan yaitu meliputi seluruh kekayaan Debitur pada saat putusan
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama
kepailitan.

Kepailitan mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit


kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta
kekayaan yang telah dimasukkan kedalam harta pailit.

Kepailitan hanya mengenai harta kekayaan dan bukan mengenai


perorangan debitur, ia tetap dapat melaksanakan hukum kekayaan yang
lain, seperti hak-hak yang timbul dari kekuasaan orang tua (ouderlijke
macht)

Akibat kepailitan hanyalah terdapat kekayaan debitur.Debitur tidak


berada di bawah pengampuan.Debitur tidaklah kehilangan kemampuannya
untuk melakukan perbuatan hukum itu menyangkut dirinya, kecuali
apabila perbuatan hukum itu menyangkut pengurusan dan pengalihan harta
bendanya yang telah ada.Diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari
harta pailit. Debitur pailit tetap berwenang bertindak sepenuhnya, akan
tetapi tindakan-tindakannya tidak mempengaruhi harta kekayaan yang
telah disita.

Menurut pasal 24 Undang-undang Kepailitan, dengan pernyataan


pailit, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan
mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak
tangga kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari
pernyataan itu sendiri. Pasal 69 ayat (1) menerangkan bahwa kuratorlah
yang berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit,
kurator kehilangan hak menguasai harta yang masuk dalam kepailitan, dan
tidak kehilangan hak atas harta kekayaan yang berada di luar
kepailitan.Tentang harta pailit, lebih lanjut dalam pasal 21 Undang-undang
Kepailitan menerangkan bahwa harta pailit meliputi semua harta kekayaan
debitur, yang ada pada saat pernyataan pailit diucapkan serta semua
kekayaan yang diperolehnya selama kepailitan.

Menurut Fred Tumbuan, pernyataan pailit berakibat bagi kreditur


dan debitur yaitu :

1. Akibat hukum bagi debitur pailit dan hartanya


Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitur pada saat
putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang
diperoleh selama kepailitan (Pasal 21). Namun ketentuan
tersebut tidak berlaku terhadap (Pasal 22) :
a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar
dibutuhkan oleh Debitur sehubungan dengnan
pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis
yang di pergunakan untuk kesehatan, tempat tidur
dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh
debitur dan keluarganya, dan bahan makanan untuk
30 (tiga puluh) hari bagi debitur dan keluarganya,
yang terdapat di tempat itu;
b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari
pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu
jabatan atau jasa, sebagai upah, pension, uang
tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan
oleh Hakim pengawas; atau
c. Uang yang di berikan kepada Debitur untuk
memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut
undang-undang.

2. Akibat hukum bagi kreditor pailit


Akibat pernyataan pailit bagi kreditor adalah kedudukan
para kreditorsama (paritas creditorium) dan karenanya mereka
mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai
dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passa pro
rata parte). Namun demikian asas tersebut mengenal pengecualian,
yaitu golongan kreditor yang haknyadidahulukan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan PKPU
dan peraturan perundang-undangan lainnya (Pasal 1139 dan pasal
1149 KUH perdata). Dengan demikian, asas paritas creditorium
berlaku bagi para konkuren saja.

1.1.3. Pengurusan Harta pailit


Pengurusan adalah mengumuman ikhwal kepailitan, melakukan
penyegelan harta pailit, pencatatan/pendaftaran harta pailit, melanjutkan
usaha debitur, membuka surat-surat telegram debitur pailit, mengadakan
pedamaian guna menjamin suatu perkara yang sedang berjalan atau
mencegah timbulnya suatu perkara.
Sejak diucapkan putusan pailit, debitur yang dinyatakaan pailit
sudah kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus harta
pailit.Penguasaan dan pengurusan pailit diserahkan kepada
kurator.Didalam penugasan dan pengurusan harta pailit tersebut yang
terlibat tidak hanya kurator, tetapi masih adapihak lainnya. Pihak-pihak
yang terkait dengan pengurusan harta pailit tersebut adalah :

1. Hakim pengawas
Hakim Pengawas atau Rechter Comimisaris (Bahasa belanda)
seperti yang diatur dalam pasal 65 Undang-undang No.37 Tahun 2004
mengenai kepailitan adalah hakim yang diangkat oleh pengadilan untuk
mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit. Tugas dan
kewenangan hakim pengawas adalah sebagai berikut:
a. Memimpin rapat verifikasi
b. Mengawasi tindakan dari kurator dalam melaksanakan
tugasnya; memberikan nasihat dan peringatan kepada curator
atas pelaksanaan tugas tersebut;
c. Menyetujui atau menolak daftar-daftar tagihan yang diajukan
oleh para kreditur
d. Meneruskan tagihan-tagihan yang tidak dapat diselesaikannya
dalam rapat verifikasi kepada hakim Pengadilan Niaga yang
memutus perkara itu
e. Mendengar sanksi-sanksi dan para ahli atas segala hal yang
berkaitan dengan kepailitan
f. Memberikan izin atau menolak permohonan si pailit untuk
berpergian dari kediamannya
Ketentuan mengenai hakim pengawas dalam kepailitan terletak
pada Ps. 65-68 Bab III UU No.37 tahun 2004
2. Kurator
a. Tugas kurator
Kurator memiliki tugas diantara lainnya
1. Melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit
2. Segala perbuatan kurator tidak harus mendapat persetujuan dari
debitur
3. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga
4. Kurator itu bisa berupa Badan Harta Peninggalan (BHP) atau
kurator lainnya.
b. Menjadi kurator
Menurut pasal 70(2) yang dapat menjadi kurator adalah :
1. Orang perseorangan yang memiliki keahlian khusus untuk itu
2. Terdaftar di Departemen Hukum dan Perundang-undangan

c. Kurator dapat di ganti


Menurut pasal 71 (1) UU No.37 th 2004 seorang kurator dapat
diganti, pengadilan dapat mengganti, memanggil, mendengar
kurator atau mengangkat kurator tambahan :
1. Atas permohonan kurator sendiri
2. Atas permohonan kurator lain
3. Usulan hakim pengawas
4. Atas permintaan debitur pailit
5. Atas usul kreditor konkuren

d. Tanggung Jawab Kurator


Menurut pasal 72 UU No. 37 Th 2004 seorang kurator mempunyai
tanggung jawab :
1. Terhadap kesalahan atau kelalaian dalam pengurusan atau
pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit
2. Kurator yang ditunjuk untuk tugas khusus berdasarkan putusan
pernyataan pailit, berwenang untuk bertindak sendiri sebatas
tugasnya
3. Kurator harus menyampaikan kepada hakim pengawas
mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap
3 bulan
4. Upah kurator ditetapkan berdasarkan pedoan yang ditetapkan
Mentri Hukum dan Kehakiman

3. Panitia Kreditor
Dalam putusan pailit atau dengan penetapan kemudian,
pengadilan dapat membentuk panitia kreditor sementara terdiri dari
tiga orang yang dipilih dan kreditor yang dikenal dengan maksud
memberikan nasihat kepada kurator.
Setelah pencocokan utang selesai dilakukan, maka pengawas
wajib menawarkan kepada kreditor untuk membentuk panitia kreditur
tetap.

1.1.4. Pencocokan Tagihan/ Piutang


Jika nilai harta pailit yang dapat dibayarkan kepada kreditur yang
diistimewakan dari kreditur konkuren melebihi jumlah tagihan terhadap
harta pailit, maka dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung
sejak putusan pernyataan pailit mempunyai kekuatan hukum tetap, Hakim
pengawas dapat menetapkan :
a. Batas akhir pengajuan tagihan
b. Hari,tanggal, waktu dan tempat Rapat Kreditur untuk
mengadakan pencocokan utang

Dan dengan demikian kurator diwajibkan untuk segera


memberitahukan penetapan surat-surat tersebut kepada kreditur yang
dikenal dan mengiklankannya dalam surat kabar yang termaksud dalam
pasal 13 UU No. 37 th 2004
a. Tujuan Pencocokan Tagihan
1. Memastikan keabsahan piutang
2. Memastikan sifat piutang
3. Memastikan jumlah piutang’
4. Memastikan tingkatan hak atas piutang (Pasal 115
UU Kepailitan
b. Pengajuan piutang yang terlambat
Piutang memiliki beberapa jenis diantaranya :
1. Piutang dengan syarat Batal
Harus dicocokkan untuk seluruh jumlahnya tanpa
mengurangi akibat syarat batal apabila syarat ini
terpenuhi
2. Piutang dengan Syarat Tangguh
Dicocokkan pada saat diucapkan pernyataan Pailit,
jika kurator dan debitor tidak sepakat dengan cara
ini maka piutang tadi harus di terima bersyarat
untuk seluruh jumlah-Nya
3. Piutang Jangka Pendek
Semua piutang yang jatuh tempo dalam jangka 1
tahun terhitung sejak dimulai kepailitan harus
diperlakukan seolah piutang itu sudah dapat ditagih
saat itu juga
4. Piutang lainnya
Piutang yang harganya tidak ditetapkan, tidak tentu
atau tidak di taksir.Maka penetapan nilai piutang
ditaksir ke dalam Rupiah sejak tanggal putusan
pailit ditetapkan.

1.1.5 Upaya Hukum Terhadap Putusan Pailit


Upaya hukum merupakan langkah atau usaha yang diperlukan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, untuk memperoleh keputusan yang adil.Upaya hukum
kepailitan dapat diajukan oleh.
1.Upaya hukum yang dapat diajukan oleh Debitur
Keputusan kepailitan yang dijatuhkan bukan atas permohonan debitur
sendiri.Debitur dapat mengajukan :
a.perlawanan diajukan karena tidak didengarnya keterangan debitur di depan
sidang pemeriksaan kepalitan tersebut.
b.banding diajukan kerena perlawanan tidak diterima pengadilan atau pengadilan
telah menetapkan pailit dan banding pun diajukan dalam tenggang waktu 8 hari
dari hari putusan.
2.upaya hukum yang dapat diajukan oleh kreditur
dapat diajukan upaya hukum berupa banding,apabila telah mengajukan
permohonan namun ditolak oleh pengadilan atau ternyata keputusan itu
dibatalkan karena ada perlawanan oleh debitur.
3.upaya hukum yang dapat diajukan oleh jaksa
jaksa dapat mengajukan upaya hukum apabila permohonan kepailitan dotolak atau
dibatalkan kembali oleh pengadilan
4.upaya hukum yang dapat diajukan oleh para kreditur yang tidak memohon
kapailitan dan pihak-pihak yang berkepentingan
Selain upaya diatas,para pihak dapat mengajukan upaya hukum berupa
kasasi ke Mahkamah Agung RI di Jakarta.Upaya hukum ini diajukan apabila
pihak-pihak belum puas atas keputusan yang dijatuhkan. Dan tenggang waktunya
8 hari setelah dijatuhkannya putusan banding.
1.1.6 Syarat-syarat Pernyataan Pailit
Pembuktian tentang keadaan debitur yang berhenti membayar itu cukup
sederhana, artinya pengadilan didalam memeriksa perkara kepailitan itu tidak
perlu terikat dengan sistem pembuktian dan alat-alat yang ditentukan dalam
hukum secara perdata. Alat-alatnya yaitu: alat bukti tertulis,pembuktian dengan
saksi,persangkaan-persangkaan,pengakuan dan sumpah.
Hanya ada pedoman umum yang disetujui oleh para pengarang yaitu
umtuk pernyataan kepailitan tidak perlu ditunjukkan bahwa debitur tidak mampu
membayar utangnya,dan tidak dipedulikan apakah berhenti membayar itu sebagai
akibat dari tidak dapat atau tidak membayar.
7.1.7 Berakhirnya Kepailitan
undang-undang kepailitan menentukan,kepailitan debitur yang ditetapkan
berdasarkan putusan pengadilan dapat diakhiri dengan 2 cara.Cara pertama adalah
dengan dicabutnya putusan pailit tersebut oleh pengadilan niaga.Mengenai cara
yang kedua telah dibahas dalam bab lain yang terdahulu.Dalam bab ini dibahas
cara pertama,yaitu pencabutan kepailitan
1.Pencabutan kepailitan atas usul curator karena kekayaan debitur sangat tidak
cukup untuk membayar utang.
Pengusulan dan pencabutan kepailitan menurut pasal 18 ayat 1 UUK-
PKPU,dalam harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan.Artinya,nilai harta pailit lebih kecil daripada biaya untuk
membereskannya.
2.Perdamaian
Dengan putusan perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap itu
pula,maka kepailitan debitor dinyatakan berakhir.Ada 10 akibat hukum yang
terjadi dengan putusan perdamaian,yakni:
a.Setelah perdamaian,kepailitan berakhir
b.Keputusan penerimaan perdamaian mengikat seluruh kreditor konkuren
c.Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor separatis dan kreditor yang
diistemewakan
d.Perdamaian tidak boleh diajukan dua kali
e.Perdamaian merupakan alas hak bagi debitor
f.Hak-hak kreditor tetap berlaku tetap berlaku terhadap guanrator dan rekan
debitor
g.Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap benda-benda pihak ketiga
h.Penangguhan eksikusi jaminan utang berakhir
i.Actio pauliana berakhir
j.Debitor dapat direhabilitasi
Kewajiban debitor selanjutnya ialah melaksanakan apa isi perdamaian
dengan baik,karena bila ia lalai melaksanakan isi perdamaian kreditor bisa
menuntut pembatalan perdamaian yang bukan tidak mungkin debitor kembali
dalam keadaan pailit.
7.2 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Ada dua cara yang disediakan oleh UUK-PKPU agar debitur dapat
terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketikan debitor telah atau
akan berada dalam keadaan insolven.Cara yang pertama adalah dengan
mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang yang disingkat
PKPU.Tujuan pengajuan PKPU menurut pasal 222 ayat (2), adalah untuk rencana
mengajukan perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh
utang kepada debitor.
Cara kedua yang dapat ditempuh oleh debitor agar harta kekayaannya
terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitor dengan
kreditornya setelah debitornya dinyatakan pailit oleh pengadilan.Dengan kata
lain,dengan cara ini pula debitor dapatmenghindari dari pelaksanaan likuidasi
terhadap harta kekayaannya sekalipun kepailitan sudah diputuskan oleh
pengadilan.
Debitur yang memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dapat
mengajukan rencana perdamaian melalui pengadilan.Perdamaian itu diajukan
pada saat atau setelah mengajukan permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang.
7.3 Perdamaian
Keputusan rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat
kreditor oleh lebih dari seperduan jumlah kreditor komkuren yang hadir dalam
rapat dan yang haknya diakui atau untuk sementara diakui,yang mewakili paling
sedikit dua per tiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui untuk
sementara diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir yang hadir
dalam rapat tersebut.
1.Pengajuan Rencana Perdamaian
Ditentukan pasal 265 UUK-PKPU,debitor berhak pada waktu pengajuan
permohonan pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang atau setelah itu
menawarkan suatu perdamaian (pasal 226 ayat (1).
2.Pihak yang Dapat Mengajukan Rencana Perdamaian
Menurut ketentuan UUK-PKPU dapat diajukan baik oleh debitor maupun oleh
kreditor namun rencana perdamaian sehubungan dengan pengajuan permohonan
PKPU itu hanya dapat diajukan oleh debitor.
3.Kelayakan Rencana Perdamaian
Rencana perdamaian haruslah disusun sedemikian rupa oleh debitor sehingga
para kreditornya akan bersedia menerima rencana perdamaian itu.Hanya rencana
perdamaian yang dinilai oleh para kreditornya layak atau fesible perdamaian
dinilai oleh para kreditornya yang akan diterima oleh para kreditornya.
4.Berlakunya Perdamaian yang Telah Disahkan
Perdamaian yang telah disahkan,menurut pasal 162 UUK-PKPU berlaku bagi
semua kreditornya yang tidak mempunyai hak untuk didahukukan,dengan tidak
ada pengecualian, baik yang telah mengajukan dari dalam kepailitan maupun
tidak.
5.Konsekuensi Penolakan Rencana Perdamaian bagi Debitor
Apabila rencana perdamaian ditolak,hakim pengawas wajib segera
memberitahukan penolakan itu dengan cara menyerahkan kepada pengadilan
salinan rencana perdamaian serta berita acara rapat kreditor.Setelah pengadilan
menerima pemberitahuan penolakan tersebut dan hakim pengawas, pengadilan
harus menyatakan debitor pailit dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 283 ayat (10).
6.Pengajuan Rencana Perdamaian dan Pembahasannya
pasal 144 UUK-PKPU menetukan ,debitor pailit berhak untuk menawarkan
suatu perdamaian kepada semua kreditor.Artinya,perdamaian tersebut dapat
ditawar oleh debitor setelah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga.
7.Kasasi
Dalam hal pengesahan perdamaian ditolak oleh pengadilan niaga,baik
kreditor yang menyetujui rencana perdamaian maupun debitor pailit,dalam waktu
delapan hari setelah tanggal putusan pengadilan diucapkan dapat mengajukan
kasasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dasrol,2017,Hukum Ekonomi :Suatu pengantar dalam hukum bisnis,Pekanbaru:


Alaf Riau

Anda mungkin juga menyukai