Anda di halaman 1dari 30

MENGENAL PROFESI DAN PERANAN KURATOR

DALAM KASUS KEPAILITAN


CHALLEGING OR POTENTIAL

Disampaikan dalam SEMINAR HUKUM BEM FH


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Bekerja sama dengan SUKA HUKUM
pada tanggal 1 April 2023

Oleh:
JAMASLIN JAMES PURBA, S.H., M.H.
(Managing Partners Law Firm James Purba & Partners)

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 memberi dampak yang sangat besar terhadap perekenomian


Indonesia. Pembatasan yang diberlakukan oleh Pemerintah pada masa pandemi ini
membuat para pelaku usaha terpaksa berhenti melakukan aktivitas usahanya. Berhentinya
aktivitas usaha menyebabkan pendapatan berkurang dan lebih parahnya lagi membuat para
pelaku usaha kehilangan pendapatannya. Kondisi ini mengakibatkan para pelaku usaha
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Oleh karenanya tidak heran
jika jumlah kasus Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terus
meningkat selama pandemi ini.
Lembaga Kepailitan dan PKPU diharapkan dapat memberikan suatu solusi terhadap
para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti membayar atau tidak mampu membayar,
untuk menghindari eksekusi massal oleh kreditor dan mencegah terjadinya kecurangan
yang mungkin dilakukan oleh kreditor atau debitor sendiri, yang merupakan tindakan-
tindakan yang tidak adil dan dapat merugikan semua pihak.
Pailit dalam Bahasa Perancis Failite memiliki arti pemogokan atau kemacetan dalam
melakukan pembayaran. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang–Undang No.
37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UUK-

1
PKPU”) “kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas”.
Seorang debitur dikatakan pailit manakala ia tidak mampu untuk melunasi
pembayaran utang lantaran bidang usaha yang digelutinya bangkrut. Bangkrut adalah suatu
keadaan memiliki neraca keuangan passiva lebih rendah dari aktiva. Sita umum atas
seluruh harta kekayaan debitur dijual di muka umum guna pembayaran utang-utangnya
kepada semua kreditor dan dibayar menurut perbandingan jumlah piutang masing-masing.
Kepailitan merupakan suatu jalan keluar yang bersifat komersial untuk keluar dari
persoalan utang piutang yang menghimpit seorang debitor, dimana debitor tersebut sudah
tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar utang-utang tersebut kepada para
kreditornya. Apabila keadaan ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh
tempo tersebut disadari oleh debitor, maka langkah untuk mengajukan permohonan
penetapan status pailit terhadap dirinya (voluntary petition for selfbankruptcy) menjadi suatu
langkah yang memungkinkan. Apabila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor memang
telah tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
(involuntary petition for bankruptcy), maka pengadilan dapat menetapkan status pailit
terhadap debitor.
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) UUK-PKPU menyebutkan bahwa “terhitung sejak
tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, maka debitor pailit demi hukum kehilangan hak
untuk menguasai dan mengurusi kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit”. Dengan
hilangnya hak menguasai atas kekayaannya, maka debitor tidak dapat lagi melakukan
tindakan apapun terhadap hartanya, karena sebagai konsekuensi hukum terhadap
pernyataan pailit adalah jatuh sita umum terhadap seluruh harta debitor baik yang ada saat
pailit maupun yang diperoleh selama berada dalam kepailitan. Dengan adanya sita umum
terhadap harta pailit tersebut, maka pengurusan terhadap harta debitor dilakukan oleh
seorang atau lebih kurator atau Balai Harta Peninggalan (BHP) di bawah pengawasan
Hakim Pengawas yang diangkat secara bersamaan oleh Pengadilan Niaga pada saat
putusan pernyataan pailit debitor. Demikian halnya dalam pemberesan harta pailit untuk
menyelesaikan utang-utang debitor terhadap kreditor atau para kreditor, akan dilakukan oleh
kurator di bawah pengawasan hakim pengawas. Hal tersebut sesuai dengan isi Pasal 69
ayat (1) UUK-PKPU yang menyebutkan bahwa “tugas kurator adalah melakukan
pengurusan dan atau pemberesan harta pailit”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan penting dalam suatu
proses perkara pailit.

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian dan Syarat Kurator

Dasar Hukum

Pasal 1 Ayat 5 UUK

Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan memberes-kan harta Debitor Pailit di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan Undang-Undang ini.

Pasal 70 UUK

(1) Kurator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 adalah : a. Balai Harta


Peninggalan; atau b. Kurator lainnya.

(2) Yang dapat menjadi Kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah:
a. orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus
yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit; dan

b. terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan.

Tidak semua orang dapat menjadi Kurator. Menurut Undang-Undang Kepailitan yang
lama, kewajiban ini secara khusus dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan, yang
disingkat BHP. Balai Harta Peninggalan ini adalah suatu badan khusus dari
Departemen Kehakiman (yang dinamakan demikian karena ia bertanggung jawab untuk
masalah mengenai pengawasan pengampuan). Balai Harta Peninggalan bertindak
melalui kantor perwakilannya yang terletak dalam yurisdiksi pengadilan yang telah
menyatakan debitur paillit. Pada saat ini terdapat Balai Harta Peninggalan di lima lokasi
yaitu Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, dan Makassar.

TUGAS KURATOR

Pasal 69 UUK

(1) Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta


pailit.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Kurator:

3
a. tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor, meskipun
dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian
dipersyaratkan;

b. dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan
nilai harta pailit.

(3) Apabila dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga Kurator perlu membebani
harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan
atas kebendaan lainnya maka pinjaman tersebut harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Hakim Pengawas.

(4) Pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,
atau hak agunan atas kebendaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya
dapat dilakukan terhadap bagian harta pailit yang belum dijadikan jaminan utang.

(5) Untuk menghadap di sidang Pengadilan, Kurator harus terlebih dahulu


mendapat izin dari Hakim Pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan
piutang atau dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39,
dan Pasal 59 ayat (3).

Meski ditunjuk oleh pengadilan, Kurator tetap diusulkan oleh pemohon pailit. Namun,
dalam bertugas Kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon melainkan untuk
kepentingan boedel pailit. Intinya, Kurator tidak melulu lebih mendahulukan kepentingan
kreditur, tapi harus fair juga terhadap debitur. Dalam hal Pemohon Pailit tidak mengajukan
calon Kurator dalam Permohonannya maka Majelis Hakim menunjuk BHP sebagai Kurator
(Pasal 15 ayat 2 UUK.

Menghitung aset perusahaan pailit adalah salah satu tugas Kurator, untuk itu Kurator
harus memahami betul cara membaca laporan keuangan perusahaan agar bisa
mendapatkan informasi tentang harta yang menjadi kewenangannya tersebut. Kurator juga
membutuhkan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Ricardo Simanjuntak, jasa
independen auditor sangat diperlukan jika kurator tidak mampu membaca laporan keuangan
perusahaan. Kurator juga bisa saja mengundang appraisal atau konsultan pajak bila
memang dibutuhkan, namun itu semua akan menambah biaya. Padahal, kurator harus
berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menambah beban ke budel pailit agar nilai harta
untuk kreditur tidak berkurang.

PERSYARATAN MENJADI KURATOR

4
Syarat untuk menjadi Kurator sebagaimana diatur dalam Pasal 70 ayat (2) UUK PKPU
ialah sebagai berikut:
1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta
pailit;
2) terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai
tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 tentang Syarat dan
Tata Cara Pendaftaran Serta Penyampaian Laporan Kurator dan Pengurus
(“Permenkumham 37/2018”).

Pada penjelasan pasal 70 ayat (2) huruf (a) UUK PKPU disebutkan, yang dimaksud
dengan keahlian khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan Kurator
dan pengurus, sedangkan penjelasan pasal 70 ayat (2) huruf (b) UUK, yang dimaksud
dengan terdaftar adalah telah memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan anggota aktif organisasi profesi Kurator dan pengurus. Oleh karena itu,
untuk menjadi Kurator harus terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada Departemen
Kehakiman.

Menurut Pasal 4 ayat (1) Permenkumham 37/2018, untuk terdaftar sebagai Kurator


dan Pengurus, orang perseorangan harus mengajukan pendaftaran kepada Direktur
Jenderal melalui laman resmi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Orang
perseorangan yang mengajukan pendaftaran sebagai kurator harus memenuhi syarat,
sebagai berikut (Pasal 3 Permenkumham 37/2018):
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berkewarganegaraan Indonesia dan berdomisili di wilayah Indonesia;
c. setia pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. tidak merangkap jabatan, kecuali sebagai:
 advokat;
 akuntan publik;
 mediator;
 konsultan hak kekayaan intelektual;
 konsultan hukum pasar modal; dan
 arbiter;

5
f. advokat dan/atau akuntan publik yang pernah terlibat dalam pengurusan dan
pemberesan harta pailit dan pengurusan dan pemberesan harta debitur yang diberikan
penundaan kewajiban pembayaran utang;
g. telah mengikuti pelatihan Kurator dan Pengurus dan dinyatakan lulus dalam ujian yang
penilaiannya dilakukan oleh Komite Bersama;
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga;
j. bersedia untuk menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit dan
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kesalahan atau kelalaian yang menyebabakan
kerugian harta pailit; dan
k. bersedia dihapus dari daftar Kurator dan Pengurus, jika terbukti melanggar kode etik
Kurator dan Pengurus dan ketentuan perundang-undangan.

Apabila seseorang telah memenuhi syarat-syarat di atas, maka selanjutnya


menurut Pasal 4 ayat (2) Permenhukham 37/2018 ia dapat mengajukan permohonan
pendaftaran ke Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia, dengan melampirkan kelengkapan syarat sebagai berikut:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib pajak;
c. Fotokopi sertifikat tanda lulus ujian kurator dan pengurus yang dilegalisir oleh
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum;
d. Surat rekomendasi dari organisasi profesi kurator dan pengurus;
e. Surat pernyataan tidak rangkap jabatan;
f. bersedia membuka rekening untuk setiap perkara kepailitan atas nama debitur
pailit;
g. surat pernyataan tidak sedang dalam keadaan pailit;
h. surat pernyataan tidak pernah menjadi anggota direksi dan komisaris yang
dinyatakan bersalah yang menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
i. surat pernyataan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. surat pernyataan bersedia untuk menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan
harta pailit dan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kesalahan atau kelalaian
yang menyebabakan kerugian harta pailit;

6
k. surat pernyataan bersedia dihapus dari daftar Kurator dan Pengurus, jika terbukti
melanggar kode etik Kurator dan Pengurus dan ketentuan perundang-undangan;
l. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit pemerintah;
m. surat keterangan catatan kepolisian;
n. pas foto terbaru berwarna dengan latar belakang berwarna putih dengan ukuran 4
cm x 6 cm (empat kali enam sentimeter);
o. surat keterangan terdaftar sebagai advokat dari organisasi profesi advokat atau
surat keterangan terdaftar sebagai akuntan publik dari organisasi profesi akuntan
publik;
p. surat keterangan telah bekerja pada kantor advokat atau kantor akuntan publik
paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
q. ijazah sarjana hukum atau fotokopi ijazah sarjana ekonomi yang dilegalisir oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan.

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Kurator

Dari Pasal 15 ayat (1) UUK-PKPU, dapat diketahui bahwa pengangkatan Kurator
adalah wewenang Hakim Pengadilan Niaga. Pihak debitur, kreditur, atau pihak yang
berwenang mengajukan kepailitan seperti OJK hanya mempunyai hak untuk
mengajukan usul pengangkatan kurator kepada Pengadilan Niaga. Usulan tersebut
apakah diterima atau tidak adalah diskresi Hakim. Balai Harta Peninggalan (BHP)
secara otomatis diangkat sebagai Kurator apabila pihak debitur, kreditur, atau pihak
yang berwenang tersebut tidak mengajukan usulan mengenai pengangkatan Kurator.
Pengangkatan Kurator didasarkan pada putusan pernyataan pailit, dalam arti bahwa
dalam putusan pernyataan pailit harus dinyatakan adanya pengangkatan Kurator (Pasal
15 ayat (1) UUK-PKPU).

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UUK-PKPU dimungkinkan penunjukan Kurator


sementara sebelum diucapkannya putusan pernyataan pailit. Selama putusan atas
permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Niaga untuk menunjuk kurator sementara untuk mengawasi:
1. pengelolaan usaha debitur; dan
2. pembayaran kepada kreditur, pengalihan, atau penggunaan kekayaan debitur yang
dalam kepailitan merupakan wewenang kurator.
Permohonan tersebut hanya dapat dikabulkan, apabila hal itu diperlukan guna melindungi
kepentingan kreditor.

7
Dalam UU Kepailitan yang lama (Faillissementsverordening) dalam Pasal 67 ayat (1)
Undang-Undang tentang Kepailitan (Faillissementsverordening), ditentukan bahwa Balai
Harta Peninggalan saja yang ditugaskan sebagai Kurator. Setelah ditetapkan Perpu No. 1
Tahun 1998 jo UU No. 4 tahun 1998 yang mengubah Faillissementsverordening tersebut,
yang dapat menjadi kurator adalah Balai Harta Peninggalan dan kurator lainnya. Begitu juga
dalam Pasal 70 ayat (1) UUK, ditentukan bahwa yang dapat menjadi kurator adalah Balai
Harta Peninggalan (BHP) dan kurator lain (kurator orang perorangan). Kurator lain sering
kali diistilahkan dengan “kurator swasta”.

Pasal 71 ayat (1) UUK-PKPU mengatakan bahwa pengadilan setiap waktu dapat
mengabulkan usul penggantian kurator, setelah memanggil dan mendengar kurator, dan
mengangkat kurator lain dan/atau mengangkat kurator tambahan atas:
a. permohonan kurator sendiri;
b. permohonan kurator lainnya, jika ada;
c. usul hakim pengawas; atau;
d. permintaan debitur pailit.

Ini berarti keputusan untuk mengganti/mengangkat lagi kurator atas permohonan


kurator sendiri/kurator lain/hakim pengawas/debitur pailit adalah diskresi Hakim (wewenang
Hakim). Hakim berwenang untuk mengangkat atau tidak mengangkat atau mengganti atau
tidak mengganti kurator tersebut, meskipun hal itu adalah diskresi hakim, tetapi sebagai
hakim yang bijak, sebaiknya harus mempertimbangkan secara cermat dan tepat serta
rasional atas permohonan kurator/kurator lainnya/hakim pengawas/debitur pailit.
Pasal 71 ayat (2) UUK-PKPU menyatakan bahwa pengadilan harus memberhentikan
atau mengangkat Kurator atas permohonan atau usul kreditur konkuren berdasarkan
putusan rapat kreditur yang diselenggarakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,
dengan persyaratan putusan tersebut diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu
perdua) jumlah kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat dan yang mewakili
lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah piutang kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tersebut.
Kurator dapat diberhentikan, apabila tidak memenuhi kewajiban dan atau melanggar
larangan yang diatur dalam Peraturan Menteri. Kurator yang telah dikeluarkan sebagai
anggota organisasi profesi dilaporkan kepada Menteri dan Pengadilan Niaga oleh organisasi
profesi. Kurator berhenti karena:
a) meninggal dunia;
b) mengundurkan diri sebagai kurator;
c) tidak terdaftar lagi pada Departemen Hukum dan HAM;

8
d) diberhentikan sebagai Kurator;
e) tidak memenuhi lagi persyaratan sebagai kurator;
f) dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana
5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
g) Dikeluarkan dari Organisasi Profesi Kurator.

HAK DAN KEWAJIBAN KURATOR DALAM PENGURUSAN HARTA PAILIT

A. Pengertian dan Uraian Terkait Pengurusan Harta Pailit

Secara defenitif, UUK-PKPU tidak mengatur atau menjelaskan pengertian dari


“pengurusan” harta pailit. Namun untuk mengetahui hal tersebut kiranya kita dapat
mengambil penafsiran dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (“KBBI”) yang dimana
Pengurusan berawal dari kata dasar “urus” termasuk kelas kata kerja, yang memiliki arti
rawat, piara, pelihara, atur, sedangkan pengertian Pengurusan adalah proses,
perbuatan, cara mengurus.

Maka selanjutnya apabila kita kaitkan dengan ketentuan-ketentuan yang diatur


dalam UUK-PKPU dapat kita tarik suatu kesimpulan terkait pengertian dari
pengurusan harta pailit yaitu: semua proses (perbuatan-perbuatan) yang dilakukan
oleh Kurator dari sejak putusan pernyataan pailit (pengangkatan Kurator) sampai
dengan kepailitan berakhir ( berakhir karena: Pembatalan (Pasal 17) atau Pencabutan
(Pasal 18 dan 19) atau Homologasi Perdamaian (Pasal 166) ) atau sampai dengan
harta pailit berada dalam keadaan insolvensi (tidak ditawarkannya rencana
perdamaian atau rencana perdamaian diatawarkan namun ditolak oleh Kreditor atau
rencana perdamaian diterima oleh Kreditor namun pengesahannya ditolak oleh majelis
hakim (masuknya tahap pemberesan) (Pasal 178)).

Untuk lebih memudahkan peserta memahami proses pengurusan harta pailit yang
dilakukan oleh Kurator, berikut ini akan saya berikan gambaran umumnya yang akan
saya bagi kedalam 2 (dua) bagian besar, yaitu:

1. Proses Administratif:

Secara umum proses administratif yang dimaksud dalam pengurusan harta


pailit adalah segala sesuatu tindakan atau perbuatan kurator yang berkaitan
dengan pengamanan, pencatatan, pengumuman, pemanggilan,
pembukuan (pembuatan daftar) / dokumentasi, pencocokan (verifikasi),
laporan rutin kepada hakim pengawas.

- Pasal 98 UUK: Sejak diangkat, kurator wajib mengamankan harta pailit.


Sedangkan dalam Pasal 100 UUK, KURATOR DIWAJIBKAN mencatat harta
pailit paling lambat 2 hari sejak pengangkatannya.

- Pengumuman :
Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (4) jo. Pasal 86 ayat (3) jo. Pasal
113 dan Pasal 114 UUK-PKPU, paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal
putusan pernyataan pailit diterima Kurator, Kurator harus mengumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) dan paling sedikit 2 (dua)
surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas dan
memberitahukan kepada para kreditur, mengenai:

9
- Ikhtisar putusan pernyataan pailit;
- Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat Kreditor pertama;
- Batas akhir pengajuan tagihan;
- Batas akhir verifikasi pajak;
- Tempat dan waktu Rapat Pencocokan Piutang.

- Pengumuman Pengakhiran Dalam Hal Tertentu;


Terkait pembatalan putusan pailit atau pencabutan putusan pailit (apabila
Kasasi / PK membatalkan putusan pailit atau apabila kurator memutuskan
pencabutan kepailitan) maka kurator juga harus melakukan pengumuman
dalam BNRI dan 2 (dua) surat kabar, terkait hal tersebut;

Perlu kiranya agar dipahami bahwa tidak semua kepailitan terjadi proses
ini (kasuistis) , karena proses ini hanya berlaku apabila peristiwa
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 atau Pasal 19 UUK-
PKPU terjadi.

- Menyelenggarakan rapat pertama Kreditor serta rapat-rapat Kreditor


berikutnya; Rapat kreditur Pertama paling lambat 30 hari sejak putuan
Pailit. ( Pasal 86 jo. Pasal 90 UK-PKPU).

- Pasal 121 UUK-PKPU : Debitur wajib hadir sendiri pada saat rapat pencocokan
piutang, sedangkan kreditur dapat hadir sendiri atau dikuasakan.

- Pasal 85 UUK-PKPU : Hakim Pengawas bertindak selaku Ketua Rapat dan


Kurator wajib hadir.

- Pasal 97 UUK-PKPU : Debitor tidak boleh meninggalkan domisilanya tanpa


izin Hakim Pengawas.

- Pasal 87 ayat 2 UUK-PKPU : Kreditor yang hadir dalam rapat tetapi tidak
memberikan suara, maka hak suaranya dihitung sebagai suara tidak setuju.

- Tagihan yang disertai bunga dilakukan menurut Pasal 134 UUK-PKPU dan
tagihan dalam mata uang asing di konversi menurut Pasal 139 UUK-PKPU.

- Pasal 119 UUK-PKPU : Kurator wajib menyediakan daftar piutang di


Kepaniteraan Pengadilan secara cuma cuma.

- Meneruskan atau menolak mengambil alih suatu tuntutan yang diajukan


oleh Debitor dan sedang berjalan selama kepailitan berlangsung (Pasal
28 UUK-PKPU).

- Menerapkan penangguhan untuk jangka waktu paling lama 90 (Sembilan


puluh) hari (masa stay) (Pasal 55 s.d. 60 UUK-PKPU).

- Menyampaikan laporan tertulis kepada Hakim Pengawas terkait


pelaksanaan tugasnnya setiap 3 (tiga) bulan (Pasal 74 UUK-PKPU).

- Melakukan voting diluar dari perdamaian (Pasal 87 UUK-PKPU).

- Menerima, memberikan tanda terima pengajuan piutang dan melakukan


pencocokan piutang; sifat dan jenis tagihan dari kreditur (Pasal 115 UUK-
PKPU).

10
- Dapat mengakui adanya perjumpaan hutang menurut Pasal 51 UUK-PKPU.

- Membuat daftar piutang yang diakui sementara, sifat piutang, piutang


yang dibantah sementara (Pasal 117 s.d 119 UUK-PKPU).

- Malakukan pemanggilan secara tertulis kepada Debitor, Kreditor yang


dikenal (yang sudah mengajukan tagihan) untuk menghadiri Rapat
Pencocokan Piutang, disertai proposal perdamaian jika telah diserahkan
Debitor Pailit (Pasal 120 UUK-PKPU).

- Melakukan Rapat Pencocokan Piutang; (Pasal 121 s.d 126 UUK-PKPU).

- Memindahkan daftar piutang yang tidak dibantah kedalam daftar piutang


yang diakui; (Pasal 126 UUK-PKPU).

- Tagihan yang diajukan terlambat dan tagihan yang berasal dari luar negeri
(Pasal 133 UUK-PKPU).

- Mengikuti proses penyelesaian perselisihan terkait adanya bantahan atas


pencocokan piutang (renvoi prosedur) (Pasal 127 UUK-PKPU).

- Menetapkan nilai piutang yang tidak dinyatakan dalam mata uang Republik
Indonesia menjadi dalam mata uang Republik Indonesia sesuai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan (Pasal 139 UUK-PKPU).

- Malaksanakan prosedur pemungutan suara untuk perdamaian (voting


perdamaian) (Pasal 144 s.d. 164 UUK-PKPU).

- Pengumuman Pengesahan Perdamaian (homologasi) dan Pengakhiran


Kepailitan;

Dalam hal pengesahan perdamaian (homologasi) telah memperoleh


kekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Dan Kurator wajib
mengumumkan perdamaian tersebut dan pernyataan kepailitan tersebut
telah berakhir dalam BNRI dan 2 (dua) surat kabar;

Perlu kiranya agar dipahami bahwa tidak semua kepailitan terjadi proses
ini (kasuistis), karena proses ini hanya berlaku apabila peristiwa
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 166 UUK-PKPU terjadi.

2. Proses Teknis:

- Meneruskan penjualan atas benda milik Debitor yang sudah sedemikian


jauh terjadi sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, setelah
mendapatkan izin dari Hakim Pengawas (Pasal 33 UUK-PKPU).

- Melanjutkan usaha Debitor (going concern), dengan terlebih dahulu


meminta persetujuan Panitia Kreditor (apabila ada) atau setelah mendapatkan
izin dari Hakim Pengawas jika menurut pertimbangan Kurator lebih
menguntungkan perusahaan tetap dilanjutkan (Pasal 104 UUK-PKPU).

11
- Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) apabila telah disimpulkan
terhadap usaha Debitor dinyatakan berhenti (tidak terlaksananya Going
Concern) (Pasal 39 UUK-PKPU).

- Melaksanakan pengamanan harta pailit, menyimpan surat-surat,


dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima (Pasal 98 UUK-PKPU).

- Melakukan penyegelan harta pailit, memblokir atau menutup rekening


bank Debitor Pailit dengan alasan untuk mengamankan harta pailit (Pasal 99
UUK-PKPU Jo. Penjelasan Pasal 105 UUK-PKPU).

- Melakukan penyimpanan terhadap uang, perhiasan dan surat berharga


lainnya di bank dengan membuka rekening bersama. Misalnya, rekening
atas nama Kurator qq Debitor Pailit (Pasal dan Penjelasan Pasal 108 UUK-
PKPU).

- Selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah menerima putusan pengangkatan


sebagai Kurator, Kurator wajib mulai melakukan pencatatan harta pailit
(Pasal 100 s.d. 102 UUK-PKPU).

- Meletakkan hasil pencatatan harta pailit dalam papan pengumuman di


Kepaniteraan Pangedilan Niaga untuk dapat dilihat secara cuma (Pasal 103
UUK-PKPU).

- Melakukan permohonan pembatalan segala perbuatan hukum Debitor yang


merugikan kepentingan Kreditor lainnya yang dilakukan sebelum putusan
pernyataan pailit diucapkan (actio pauliana) (Pasal 41 s.d. 47 UUK-PKPU).

B. Pencatatan Harta Pailit

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 100 UUK-PKPU menyatakan bahwa


kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator.

Apabila kita melihat sekilas dari ketentuan tersebut, akan muncul pertanyaan
bagaimana melakukan pencatatan dalam jangka waktu paling lambat (dua) hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator ? Sebenarnya
ketentuan tersebut bukan berarti dalam 2 (dua) hari Kurator harus sudah
menyelesaikan pencatatan harta pailit, akan tetapi maksud sebenarnya adalah
paling lambat 2 (dua) hari sejak pengangkatannya Kurator harus sudah
memulai melakukan pencatatan harta pailit.

Pencatatan harta pailit adalah merupakan suatu bentuk tindak lanjut dari proses
pengamanan, penyegelelan (Pasal 98 dan Pasal 99 UUK-PKPU) dan juga
penangguhan hak eksekusi yang dimiliki Kreditor Separatis (pemegang jaminan
kebendaan) selama 90 hari (Pasal 55 s.d 58 UUK-PKPU), dengan tujuan agar
Kurator dapat menginventarisir seluruh harta pailit, mengidentifikasi hak
jaminan kebendaan yang dimiliki Kreditor Separatis, serta agar dapat
mengklasifikasin tagihan yang diajukan para Kreditor sehingga tujuan
Kepailitan sebagaimana telah dijelaskan diatas dapat benar-benar terlaksana.

3. Tanggung jawab Kurator Sehubungan Dengan Zero Hour Principle

12
Zero Hour Principle diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUK-
PKPU, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan Debitor demi hukum
kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk
dalam harta pailit, dan tanggal putusan tersebut dihitung sejak pukul 00.00 waktu
setempat.

Didalam ketentuan Pasal 16 UUK-PKPU dinyatakan bahwa Kurator tetap


berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan WALAUPUN
terhadap putusan tersebut diajukan kasasi dan/atau peninjauan kembali (“PK”)
dan segala perbuatan Kurator tersebut sampai dengan tanggal Kurator menerima
pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut tetap sah dan mengikat
Kurator.

B. HUBUNGAN KURATOR DENGAN HAKIM PENGAWAS MAUPUN PROFESI


PENUNJANG LAINNYA, PENETAPAN HAKIM PENGAWAS DALAM
PENGURUSAN

1. Kewenangan Kurator Dalam Melakukan Kerjasama Dengan Tenaga-Tenaga


Profesional Dalam Mendukung Pengurusan Harta Pailit

Dalam menjalankan tugasnya Kurator (baik itu sendiri maupun Tim Kurator)
sangat membutuhkan dukungan maupun kerjasama dengan tenaga-tenaga
profesional, karena salah satu tujuan utama dari Pengurusan Harta Pailit adalah
untuk mengoptimalkan nilai dari harta pailit tersebut, namun hal ini tetap
merujuk kepada kompleksitas kepailtan tersebut, sehingga kepada Kurator diberikan
kewenangan untuk melakukan kerjasama dengan tanaga-tenaga profesional.

Adapun tenaga profesional pendukung yang biasanya dibutuhkan Kurator dalam


pengurusan harta pailit diantaranya adalah:

1. Staff Kurator / Asisten Kurator:


- Melakukan proses pengadministrasian, seperti: menerima dan memberikan
tanda terima atas tagihan yang diajukan oleh Para Kreditor, menyimpan bukti
tagihan tersebut, dll;
- Melakukan proses teknis, seperti: menjadi koordinator lapangan (mengontrol
secara rutin kondisi pabrik atau harta pailit), dll, sehingga upaya
pengamanan dan penyegelan atas harta pailit tetap tejaga.

2. Aparat Berwajib (Polisi)


Ada kalanya Kurator membutuhkan bantuan atau dukungan dari Polisi apabila
terkait pengamanan harta pailit, maupun hal-hal yang dibutuhkan lainnya;

3. Teknisi:
Biasanya kebutuhan teknisi ini menyangkut dengan perawatan dan/atau
perbaikan atas harta pailit, sehingga nilai jual dari harta pailit tersebut tetap
terjaga;

4. Akuntan Publik atau Auditor:


Terkait Akuntan Publik atau Auditor, biasanya dibutuhkan oleh Kurator yang
berlatar belakang Advokat bukan Akuntan Publik, adapun tujuannnya adalah

13
untuk melakukan pemeriksaan atas pembukuan Debitor, sehingga kebenaran
atas pembukuan Debitor tersebut benar teruji;

5. Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) (Appraiser):


Untuk melakukan penilaian (taksir) harta pailit Kurator pasti membutuhkan KJPP,
tujuannya adalah agar terwujud penilaian yang objektif dan sesuai dengan nilai
pasar yang sebenarnya;

6. Jasa Advokat:
Ada kalanya Kurator berhadapan dengan permasahan hukum yang terkait
dengan pelaksanaan tugasnya, misalnya menagih terhadap pihak ketiga, maka
atas izin Hakim Pengawas Kurator dapat menggunakan jasa Advokat untuk
melakukan upaya hukum;

7. Jasa Ahli:
Dalam hal-hal tertentu bilamana Kurator tidak memahami atau mengerti
kerumitan dari pengurusan harta pailit yang dihadapinya, maka Kurator dapat
mempergunakan jasa seorang ahli yang terkait dengan permasalahan tersebut;

8. Konsultan Pajak:
Apabila berbicara terkait dengan pajak (apapun itu jenisnya atau
permasalahannya) pasti Kurator akan segera mempergunakan jasa dari
konsultan pajak; dan sebagainya.

2. Hubungan Kurator dengan Hakim Pengawas

Apabila berbicara terkait hubungan Kurator dan Hakim Pengawas maka


rujkannya pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUK-PKPU Jo. Pasal 74 UUK-PKPU,
sebagaimana dikutipkan berikut ini:

Pasal 1 ayat (1) UUK-PKPU:


Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang- Undang
ini.

Pasal 74 ayat (1) UUK-PKPU:


Kurator harus menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai
keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 (tiga) bulan.

Dari ketentuan pasal 1 ayat (1) dapat dipahami bahwa dalam hal terjadi Kepailitan
maka hubungan antara Kurator dan Hakim Pengawas tidak dapat
dipisahkan, yang kemudian hal tersebut dipertegas melalui Pasal 74 UUK-PKPU
yang mengharuskan Kurator menyampaikan Laporan kepada Hakim
Pangawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3
(tiga) bulan.

Namun dalam hal terjadi kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan tugas
pengawasannya yang mengakibatkan kerugian terhadap harta Pailit, didalam
UUK-PKPU tidak terdapat ketentuan yang mengayatakan bahwa Hakim
Pengawas dapat dimintakan pertanggungjawaban.

14
UUK-PKPU hanya mengatur pertanggungjawaban Kurator apabila terjadi
kesalahanatau kelalaiannya dalam melaksanakan pengurusan dan/atau
pemberesan harta pailit yaitu Kurator bertanggungjawab secara pribadi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UUK-PKPU.

Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam


melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan
kerugian terhadap harta pailit.

3. Penetapan Hakim Pengawas Yang Berkaitan Dengan Pengurusan Harta


Pailit

Berikut akan diuraikan penetapan Hakim Pengawas yang berkaitan dengan


pengurusan harta pailit, yaitu sebegai berikut:

1. Penetapan terkait dengan 2 (dua) surat kabar harian yang akan dipergunakan
Kurator untuk melakukan pengumuman Koran, tempat dan waktu
penyelenggaraan rapat kreditor pertama (Pasal 15 ayat (4) Jo. Pasal 86 ayat (1));
2. Penetapan agar Kurator dapat meneruskan penjualan harta pailit yang dalam
rangka eksekusi sudah sedemikian jauhnya (Pasal 33);
3. Penetapan terkait jangka waktu perjanjian timbal balik yang belum ditentukan
(Pasal 36 ayat (2));
4. Penetapan untuk menerima warisan yang menguntungkan Harta Pailit (Pasal 40);
5. Penetapan atas permohonan pengangkatan masa stay kreditor separatis (Pasal
57 ayat (5));
6. Penetapan dalam hal Kurator akan melakukan pinjaman dan perlu membebani
harta pailit dengan jaminan kebendaan (Pasal 69 ayat (3));
7. Penetapan terkait keberatan dari Debitor/Kreditor atas setiap tindakan yang
dilakukan Kurator (Pasal 77 ayat (4));
8. Penetapan persetujuan atas permohonan penyegelan yang akan dilakukan oleh
Kurator (Pasal 99);
9. Penetapan agar pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh
Kurator (Pasal 100);
10. Penetapan dalam hal kepailitan tidak diangkat Panitia Kreditor, untuk melanjutkan
usaha Debitor (going concern) (Pasal 104);
11. Penetapan untuk mengadakan suatu perdamaian guna mengakhiri suatu perkara
yang sedang berjalan atau mencegah timbulkan suatu perkara (Pasal 109);
12. Penetapan terkait batas akhir pengajuan tagihan, verifikasi pajak, tanggal dan
tempat untuk melakukan Pencocokan Piutang (Pasal 113);
13. Penetapan terkait tanggal pembahasan rencana perdamaian yang diajukan
Debitor (Pasal 147).

4. Batasan Kewenangan Hakim Pengawas Dalam Pengurusan

Berbicara terkait kewenangan yang dimiliki oleh Hakim Pengawas, kita


menemukannya didalam UUK-PKPU. Pasal 65 Jo. Pasal 1 ayat (1) UUK-PKPU
mengatur bahwa tugas Hakim Pengawas adalah melakukan pengawasan atas
proses pengurusan dan/atau pembersan yang dilakukan oleh Kurator
terhadap seluruh harta pailit.

Apakah kurator dapat bertindak tanpa ada izin hakim Pengawas? Jawaban atas
hal ini kita temukan dalam Pasal 78 UUK-PKPU, dimana disebutkan bahwa tanpa
adanya izin hakim Pengawas dalam hal izin tersebut di perlukan, maka hal itu

15
tidak mempengaruhi sah tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh kurator asalkan
Kurator sendiri bertanggungjawab atas Perbuatan yang dilakukannya.

5 Dasar hukum dalam pembagian harta pailit debitur mengacu kepada Pasal
1132 KUH PERDATA yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1132 KUH Perdata:


Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbanganya itu
menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang
itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan

RUANG LINGKUP Tugas dan Kewenangan Kurator

Pada tahap ini, Kurator harus melindungi keberadaan kekayaan debitur pailit dan
berusaha mempertahankan nilai kekayaan tersebut. Setiap tindakan yang dilakukan di luar
kewenangannya dalam tahap ini harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari hakim
pengawas. Undang-Undang Kepailitan menentukan tugas dan wewenang kurator dalam
pengurusan sebagai berikut:
a. Kurator yang ditunjuk untuk tugas khusus berdasarkan putusan pernyataan pailit,
berwenang untuk bertindak sendiri sebatas tugasnya;
b. Dalam waktu lima hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, kurator
mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta sekurang-kurangnya dua
surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas, mengenai ikhtisar putusan
pernyataan pailit yang memuat (Pasal 15 ayat (4) UUK-PKPU):
1) nama, alamat dan pekerjaan Debitur;
2) nama Hakim Pengawas;
3) Nama, alamat, dan pekerjaan Kurator;
4) nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia Kreditur sementara, apabila telah
ditunjuk; dan
5) tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditur.
c. Kurator bertugas melakukan koordinasi dengan para kreditur dengan:
1) menerima nasihat dari panitia sementara para kreditur selama belum ditetapkan
panitia kreditur secara tetap;
2) memberikan segala keterangan yang diminta oleh panitia;
3) mengadakan rapat untuk meminta nasihat dari panitia kreditur;
4) Meminta nasihat panitia, sebelum memajukan suatu gugatan atau meneruskan
perkara yang sedang berlangsung;

16
5) Menangguhkan pelaksanaan perbuatan yang direncanakan dalam hal terjadi
perbedaan pendapat dengan panitia kreditur;
5) mengdiri rapat-rapat kreditur;
6) memberitahukan rencana penyelenggaraan rapat kreditur pertama kepada para
kreditur paling lambat hari kelima setelah putusan pernyataan pailit;
7) menerima pemberitahuan dari para kreditur bahwa mereka telah mengangkat
seorang kuasa dalam rapat kepailitan.
d. Kurator bertugas melakukan pencatatan/inventarisasi harta pailit (Pasal 100 UUK-
PKPU), sebagai berikut:
1) Paling lambat dua hari setelah kurator menerima surat putusan pengangkatannya,
kurator harus membuat pencatatan harta pailit;
2) Pencatatan boleh dibuat di bawah tangan oleh kurator dengan pengawasan hakim
pengawas;
3) Pada saat pembuatan pencatatan tersebut, para anggota panitia kreditur
sementara berhak untuk hadir.
Setelah pencatatan dibuat, kurator harus memulai pembuatan suatu daftar yang
menyatakan sifat dan jumlah piutang-piutang dan utang-utang harta pailit, nama-nama
dan tempat tinggal kreditur, beserta jumlah piutang masing-masing Kreditor (Pasal 102
UUK-PKPU). Semua pencatatan tersebut di atas, oleh kurator harus diletakkan di
Kepaniteraan Pengadilan, untuk dengan cuma-cuma dilihat oleh siapa saja yang
menghendakinya (Pasal 103 UUK-PKPU). Dalam melakukan pencatatan harta pailit,
kurator harus memperhatikan bukan saja harta tetap berwujud tetapi juga harta
kekayaan debitur pailit yang tidak berwujud, seperti surat-surat berharga dan tagihan-
tagihan.
e. Kurator bertugas mengamankan kekayaan milik debitur pailit, yaitu dengan melakukan
hal-hal berikut:
1) Kurator menangguhkan hak eksekusi kreditor dan pihak ketiga untuk menuntut
hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau Kurator, untuk waktu
sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit (Pasal 56 ayat (1) UUK-PKPU).
2) Kurator membebaskan barang yang menjadi agunan dengan membayar kepada
kreditor.
Segera sejak mulai pengangkatannya, kurator harus dengan segala upaya yang
perlu dan patut harus mengusahakan keselamatan harta pailit. Seketika harus
diambilnya untuk disimpan segala surat-surat, uang-uang, barang-barang
perhiasan, efek-efek dan lain-lain surat berharga dengan memberikan tanda terima
(Pasal 98 UUK-PKPU).

17
3) Kurator dalam rangka mengamankan harta pailit, meminta kepada hakim pengawas
untuk menyegel harta pailit. Penyegelan tersebut dilakukan oleh juru sita dimana
harta itu berada dengan dihadiri dua orang saksi yang salah satunya adalah wakil
pemerintah daerah setempat (Pasal 99 UUK-PKPU).
4) Kurator harus menyimpan sendiri semua uang, barang-barang perhiasan, efek-
efek dan surat berharga lainnya. Hakim pengawas berwenang pula menentukan
cara penyimpanan harta tersebut. Khusus terhadap uang tunai, jika tidak
diperlukan untuk pengurusan, kurator wajib menyimpannya di bank untuk
kepentingan harta pailit (Pasal 108 UUK-PKPU).
5) Kurator mengembalikan ke dalam harta pailit terhadap barang yang dilakukan hak
penahanan oleh kreditur.
f. Kurator bertugas melakukan tindakan hukum ke pengadilan dengan melakukan hal-hal
berikut:
1) Untuk menghadap di muka pengadilan, kurator harus terlebih dahulu mendapatkan
izin dari hakim pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan piutang atau
dalam hal yang diatur dalam Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 59 ayat (3).
2) Kurator mengajukan tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut
harta pailit (Pasal 26 UUK-PKPU).
3) Kurator menerima panggilan untuk mengambil alih perkara dan mohon agar
debitur keluar dari perkara (Pasal 28 UUK-PKPU).
4) Kurator memajukan tuntutan hukum untuk membatalkan perbuatan hukum yang
dilakukan debitur yang diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 46 UUK (pASAL 47 UUK-
PKPU).
3) Kurator menuntut kepada pemegang hak tanggungan agar menyerahkan hasil
penjualan barang agunan. (Paal 62 ayat (2) UUK-PKPU).
4) Kurator mengajukan permohonan kasasi atas putusan perlawanan terhadap daftar
pembagian (Pasal 196 ayat (1) UUK-PKPU).
g. Kurator bertugas meneruskan atau menghentikan hubungan hukum yang telah
dilakukan oleh debitur pailit dengan:
1) memberi kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian timbal balik (Pasal
36 ayat (1) UUK-PKPU);
2) menerima tuntutan ganti rugi dari kreditur (Pasal 36 ayat (3) UUK-PKPU);
3) memberikan jaminan atas kesanggupan melanjutkan perjanjian, atas permintaan
pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur (Pasal 36 ayat (4) UUK-PKPU);
4) menghentikan sewa menyewa (Pasal 38 UUK-PKPU);
5) menghentikan hubungan kerja dengan para buruh yang bekerja pada debitur pailit
(Pasal 39 UUK-PKPU).

18
h. Kurator bertugas melakukan pencocokan utang dengan:
1) memberitahukan batas akhir pengajuan tagihan dan rapat kreditur pencocokan
utang, yang ditetapkan hakim pengawas, dengan surat dan iklan (Pasal 113 ayat
(1) UUK-PKPU);
2) menerima pengajuan segala piutang yang disertai dengan bukti dari para kreditur
(Pasal 115 UUK-PKPU);
3) mencocokkan perhitungan-perhitungan piutang yang dimasukkan kreditur, dengan
catatan dan keterangan debitur pailit (Pasal 115 UUK-PKPU);
4) memasukkan utang yang diakui dan dibantah dalam suatu daftar yang terpisah
(Pasal 117 UUK-PKPU);
5) membubuhkan catatan terhadap setiap piutang, dengan pendapat apakah piutang
tersebut diistimewakan atau dijamin dengan hak tanggungan (Pasal 118 ayat (1)
UUK-PKPU);
6) memasukkan piutang-piutang yang dibantah serta alasannya dalam daftar
piutang yang diakui sementara atas piutang dengan hak didahulukan atau
adanya hak retensi (Pasal 118 ayat (2) UUK-PKPU);
7) meletakkan salinan dari masing-masing daftar piutang di kepaniteraan pengadilan
selama tujuh hari sebelum hari pencocokan piutang (Pasal 119 UUK-PKPU);
8) memberitahukan dengan surat tentang peletakan daftar piutang kepada kreditur
yang dikenal (Pasal 120 UUK-PKPU);
9) membuat daftar piutang yang diakui sementara dan yang ditolak (Pasal 124 ayat
(1) jo Pasal 117 UUK-PKPU);
10) menarik kembali daftar piutang sementara yang diakui dan dibantah (Pasal 124
ayat 3 UUK-PKPU);
11) menerima dengan syarat atas piutang yang dimintakan dengan penyumpahan
(Pasal 126 ayat (3) UUK-PKPU);
12) menuntut pembatalan pengakuan piutang atas alasan adanya penipuan (Pasal
126 ayat (5) UUK-PKPU);
13) memberikan laporan tentang keadaan harta pailit, setelah berakhirnya pencocokan
piutang dan meletakkannya di kepaniteraan pengadilan dan salinannya di
kantornya (Pasal 143 UUK-PKPU);
14) menerima perlawanan kreditur yang piutangnya belum dicocokkan (Pasal 195
UUK-PKPU).
i. Kurator bertugas melakukan upaya perdamaian dengan:
1) mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara dan paling sedikit dua surat
kabar harian;

19
2) memberikan pendapat tertulis atas rencana perdamaian yang diajukan debitur
pailit (Pasal 146 UUK-PKPU);
3) melakukan pertanggungjawaban kepada debitur pailit di hadapan hakim pengawas
setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 167
ayat (1) UUK-PKPU);
4) mengembalikan semua barang, uang, buku-buku dan surat-surat yang termasuk
harta pailit kepada debitur pailit jika terjadi perdamaian (Pasal 167 ayat (2) UUK-
PKPU);
5) melunasi/memenuhi persetujuan damai jika debitur tidak memenuhinya, dari harta
pailit (Pasal 168 ayat (3) UUK-PKPU);
6 ) menyediakan suatu jumlah cadangan dari harta pailit, yang dapat dituntut
berdasarkan hak istimewa (Pasal 169 UUK-PKPU);
7 ) memberitahukan dan mengumumkan putusan yang membatalkan perdamaian
(Pasal 172 ayat (3) UUK-PKPU).

Kurator DAPAT melanjutkan usaha debitor pailit dengan:


1) mengusulkan supaya perusahaan debitur pailit dilanjutkan (Pasal 179 ayat (1)
UUK-PKPU);
2) meminta kepada hakim pengawas untuk menunda pembicaraan dan pemutusan
tentang usul melanjutkan perusahaan (Pasal 179 ayat (3) UUK-PKPU);
3) memberitahukan kepada kreditur yang tidak hadir dalam rapat, tentang rencana
melanjutkan usaha debitur pailit (Pasal 179 ayat (4) UUK-PKPU);
4) meminta kepada majelis hakim untuk sekali lagi menyatakan usul untuk
melanjutkan usaha tersebut diterima atau ditolak (Pasal 182 UUK-PKPU);
5) melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit, atas persetujuan panitia kreditur
sementara atau hakim pengawas (Pasal 104 ayat (1) UUK-PKPU);
6) membuka semua surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitur pailit (Pasal
105 ayat (1) UUK-PKPU);
7) menerima semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta
pailit (Pasal 105 ayat (4) UUK-PKPU);
8) memberi sejumlah uang kepada debitur pailit, untuk biaya hidup debitur pailit dan
keluarganya, sejumlah yang telah ditetapkan hakim pengawas (Pasal 106 UUK-
PKPU);
9 ) atas persetujuan hakim pengawas, untuk menutupi ongkos kepailitan, Kurator
dapat mengalihkan harta pailit (Pasal 107 ayat (1) UUK-PKPU);
10)meminta kepada hakim pengawas untuk menghentikan kelanjutan perusahaan
(Pasal 183 ayat (1) UUK-PKPU).

20
RUANG LINGKUP Tugas dan Kewenangan Kurator dalam PEMBERESAN Harta Pailit

1. Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit dalam keadaan tidak mampu
membayar dan usaha debitur dihentikan (TERJADINYA INSOLVENSI menurut Pasal
178 UUK). Kurator memutuskan cara pemberesan harta pailit dengan selalu
memperhatikan nilai terbaik pada waktu pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan
sebagai satu atau lebih kesatuan usaha (going concern) atau atas masing-masing harta
pailit.Kurator melakukan pemberesan dengan penjualan di muka umum atau, apabila di
bawah tangan, dengan persetujuan hakim pengawas. Kurator harus memperhatikan
beberapa hal dalam melaksanakan penjualan harta debitur pailit, antara lain:
1. harus menjual untuk harga yang paling tinggi;
2. harus memutuskan apakah harta tertentu harus dijual segera dan harta yang lain harus
disimpan terlebih dahulu karena nilainya akan meningkat di kemudian hari;
3. harus kreatif dalam mendapatkan nilai tertinggi atas harta debitur pailit.

Apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, atau
rencana perdamaian di tolak para Kreditor, atau Pengesahan Perdamaian di tolak oleh
Pengadilan berdasarkan putusan yang sudah bekekuatan hukum tetap, maka demi
hukum Harta Pailit berada dalam keadaan Insolvensi (Pasal 178 UU Kepailitan dan
PKPU), maka selanjutnya tugas Kurator adalah melakukan Pemberesan (Penjualan
Harta Pailit) sebagaimana diatur dalam pasal 185 UUK-PKPU.

2. Kepailitan hanya meliputi harta debitur, semua harta yang terdaftar atas nama
Debitur adalah budel pailit. (Pasal 21 UU No. 37 tahun 2004). JIka ada benda yang
dijadikan oleh Debitur milik pihak ketiga maka itu bukan budel pailit, maka
Kurator tidak berhak melakukan eksekusi.

Kurator dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat (1) harus memulai
pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan debitur

Dalam rangka membiayai tindakan-tindakan pengurusan dan pemberesan


termasuk jasa kurator diperlukan dana dan dana tersebut diperoleh dari hasil penjualan
harta kekayaan pailit baik barang-barang bergerak maupun barang-barang tidak bergerak.
Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam

21
peraturan perundang-undangan. Penjualan di bawah tangan dengan izin Hakim Pengawas
dapat dilakukan, apabila penjualan di muka umum tidak tercapai. Semua benda yang tidak
segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan, maka kurator yang memutuskan tindakan
yang harus dilakukan terhadap benda tersebut dengan izin hakim Pengawas.

Kurator harus terlebih dahulu meminta izin dari Hakim Pengawas, dalam
melaksanakan penjualan harta pailit. Izin dari Hakim Pengawas ini dituangkan dalam suatu
penetapan. Izin penetapan ini diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang di
depan umum maupun secara di bawah tangan.

Kurator juga berkewajiban membayar piutang kreditur yang mempunyai hak untuk
menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan menguntungkan harta pailit.

Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan


kepada Hakim Pengawas. Daftar pembagian memuat rincian penerimaan dan pengeluaran
termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap
piutang dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditur. Daftar pembagian ini dapat
dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan memperhatikan kebutuhan.

Daftar pembagian yang telah disetujui oleh Hakim Pengawas wajib disediakan di
Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditor selama tenggang waktu yang
ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh
kurator dalam surat kabar. Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh kreditur dengan
mengajukan surat keberatan disertai alasan kepada Panitera Pengadilan dengan menerima
tanda bukti penerimaan.

Hakim Pengawas akan menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan di sidang


pengadilan yang terbuka untuk umum. Hakim Pengawas memberi laporan tersebut dalam
sidang tersebut, sedangkan Kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat mendukung
atau membantah daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alasannya dan
pengadilan paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang
disertai dengan pertimbangan hukum yang cukup. Terhadap putusan pengadilan ini dapat
diajukan permohonan kasasi.

Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian atau setelah
putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan, kurator wajib segera membayar pembagian
yang telah ditetapkan. Setelah Kurator selesai melaksanakan pembayaran kepada masing-
masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah kepailitan. Kurator

22
melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik
Indonesia dan surat kabar.

3. Membuat Daftar Perhitungan dan Pertanggungjawaban Pengurusan dan


Pemberesan Kepailitan kepada Hakim Pengawas

Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan dan


pemberesan yang telah dilakukannya kepada Hakim Pengawas paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan dokumen mengenai harta
pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti penerimaannya.

Kemudian, apabila sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang


tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih
terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui, maka
atas perintah Pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar
pembagian yang dahulu.Selanjutnya agar seorang Kurator dapat melaksanakan tugas
yang diberikan tersebut, Kurator diberikan kewenangan untuk:
1. dibebaskan dari kewajiban untuk memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ debitur,
meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan
demikian dipersyaratkan;
2. melakukan pinjaman dari pihak ketiga, semata-mata dalam rangka meningkatkan
nilai harta pailit, jika dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga kurator perlu
membebani harta pailit dengan hak tanggungan, gadai atau hak agunan atas
kebendaaan lainnya, maka pinjaman tersebut harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan hakim pengawas, dan pembebanan tersebut hanya dapat dilakukan
terhadap bagian harta pailit yang belum dijadikan jaminan utang.

4. Hubungan Kurator dengan Pihak-pihak dalam Kepailitan


Dalam proses pengurusan dan pemberesan hara pailit yang dilakukan oleh kurator
tidak akan berhasil tanpa bantuan atau kerja sama yang baik dengan debitur pailit,
kreditor, dan hakim pengawas.

1. Hubungan Kurator dan Debitur Pailit


Kerja sama yang baik dengan debitor pailit merupakan hal yang penting untuk
menyukseskan tugas seorang kurator. Kegagalan Kurator membina kerja sama dengan

23
debitor pailit dapat menyebabkan hambatan bagi proses kepailitan itu sendiri. Memang
tidak mudah untuk menjalin hubungan dengan debitur pailit, terlebih jika debitur
dinyatakan pailit karena permohonan kreditur. Pada situasi ini, debitor akan senantiasa
berpikir bahwa tindakan kurator adalah semata untuk keuntungan kreditur dan tidak
memerhatikan kerugian yang diderita oleh si debitor. Hal ini berbeda jika permohonan
pailit tersebut diajukan oleh debitor pailit sendiri, dalam hal ini kurator akan
memperoleh kerja sama yang baik dari debitur pailit.

Seorang Kurator untuk memperoleh kerja sama yang baik dari debitor, tidak berarti
bahwa Kurator harus mengikuti keinginan debitur demi terciptanya keharmonisan
hubungan, tapi dalam kerangka profesional, seorang Kurator harus tetap berada pada
jalur bahwa ia harus menyelamatkan harta pailit. Oleh karena itu, Kurator wajib
memberitahukan dan mengingatkan debitur pailit secara tertulis tentang kewajiban dan
larangan atau pembatasan yang harus dipatuhinya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

Selain itu, jika debitor dinilai tidak kooperatif, yaitu apabila mereka menolak, baik jika
diminta oleh kurator atau tidak, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses
kepailitan, Kurator harus tetap berusaha untuk memperoleh harta debitur pailit dengan
cara-cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan.

Debitor harus memahami bahwa tindakan kurator bukanlah semata untuk


kepentingan kreditur, melainkan untuk kepentingan si debitur juga. Oleh karena itu,
kerja sama debitur sungguh sangat diharapkan. Kerja sama yang dimaksud antara lain:
a. memberikan seluruh data dan informasi sehubungan dengan harta pailit secara
lengkap dan akurat;
b. menyerahkan seluruh kewenangan pengurusan harta pailit dan usahanya pada
kurator dan tidak lagi menjalankan sendiri;
c. jika diminta, membantu kurator dalam menjalankan tugasnya; dan
d. tidak menghalangi, baik sengaja atau tidak, pelaksanaan tugas kurator.

Seorang kurator sebelum memulai tugasnya, dalam hubungannya dengan debitur pailit,
harus betul-betul memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keadaan objektif debitur pailit, yang meliputi:
1) jenis usaha dan skala ekonomis debitur pailit;
2) kondisi fisik usaha debitur;
3) uraian harta kekayaan dan utang debitur pailit; dan
4) keadaan arus kas (cash flow) debitur pailit.

24
b. Kerja sama dari debitur pailit.
c. Kondisi sosial ekonomi yang mungkin timbul sebagai akibat pernyataan pailit.

Kurator yang cerdas dan berpengalaman sekalipun tidak akan berhasil melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit jika kurator tersebut tidak dapat menjalin kerja
sama dengan debitor pailit atau debitor pailit yang tidak mau bekerja sama dengan
kurator. Hubungan kurator dan debitor berakhir jika proses pemberesan harta pailit telah
selesai atau jika terjadi pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan
mutlak, maka di hadapan hakim pengawas, Kurator wajib melakukan perhitungan
tanggung jawab kepada debitur.

2. Hubungan Kurator dan Kreditur


Selain kerja sama dengan debitor pailit, Kurator juga memerlukan kerja sama dengan
kreditor. Kerja sama yang aktif dari kreditor akan mempermudah kerja Kurator. Kreditor
dalam hal pendataan harta debitur pailit misalnya, diminta atau tidak diminta oleh
Kurator harus menunjukkan kepada kurator jumlah dan lokasi aset harta debitor pailit.

Pada suatu proses kepailitan, meskipun yang mengajukan permohonan pailit hanya
satu atau dua kreditor, namun pada saat debitor dinyatakan pailit, maka yang berhak
mendapatkan haknya atas harta pailit bukan hanya yang mengajukan permohonan pailit
tetapi semua kreditor dari debitor pailit. Sulit bagi Kurator jika harus berhubungan
dengan orang perorangan dari para kreditur dalam menjalin kerja sama dengan para
kreditor. Oleh karena itu, dibentuklah panitia kreditor yang selanjutnya menjadi lembaga
bagi para kreditur debitor pailit. Hal ini mempermudah kerja Kurator karena ia tidak
harus berurusan dengan semua kreditur tapi cukup dengan panitia kreditor.

UUK-PKPU tidak mewajibkan adanya panitia tersebut, akan tetapi apabila


kepentingan menghendaki (demi suksesnya pelaksanaan kepailitan), pengadilan
dapat membentuk panitia kreditor. Hakim pengawas wajib menawarkan pembentukan
panitia tersebut kepada para kreditor.

Panitia kreditor setiap waktu berhak meminta diperlihatkan segala buku dan surat-
surat yang mengenai kepailitan, dan terhadap hal tersebut, Kurator diwajibkan untuk
memberikan kepada panitia kreditor segala keterangan yang dimintanya. Selain itu,
panitia juga berhak meminta diadakannya rapat-rapat kreditor, serta dapat memberikan
dan bahkan wajib memberikan saran tertulis kepada rapat verifikasi mengenai
perdamaian yang ditawarkan.

25
Hubungan kerja dan komunikasi yang baik antara Kurator dan panitai kreditor akan
menguntungkan semua pihak. Minimal hal ini akan mempercepat proses penyelesaian
tugas seorang Kurator. Selain itu, para kreditor akan lebih cepat pula memperoleh
haknya atas harta debitur pailit. Kurator oleh UUK-PKPU dibolehkan setiap saat
mengadakan rapat dengan panitia kreditor untuk meminta nasihat panitia
kreditur bila dianggap perlu, namun Kurator tidak wajib mengikuti nasihat dari
panitia kreditor. Akibatnya,jika terhadap nasihat tersebut tidak diterima atau ditolak
oleh Kurator, Kurator harus segera menyampaikan hal tersebut kepada panitia kreditor.
Selanjutnya, jika panitia kreditor kemudian merasa keberatan atau tidak menerima
penolakan Kurator, panitia kreditor dapat meminta keputusan atas hal tersebut kepada
hakim pengawas.

Dikecualikan oleh Pasal 83 UUK-PKPU, jika hal Kurator akan mengajukan atau
melanjutkan atau mengadakan pembelaan terhadap gugatan, Kurator wajib meminta
nasihat panitia kreditor. Selanjutnya, hal yang tidak kalah penting yang harus
dilakukan oleh para kreditor dalam rangka menyukseskan tugas Kurator adalah
membantu Kurator secara terbuka untuk menunjukkan keberadaan harta dari debitor
pailit yang diketahuinya. Kemudian, kreditor juga harus senantiasa mengikuti aturan
yang telah ditentukan oleh UUK-PKPU atau keputusan rapat panitia kreditor. Hal ini
bertujuan agar penyelesaian kepailitan bisa terlaksana sesuai jadwal yang telah
direncanakan. Hal ini juga untuk menghindari terjadinya sengketa antara kreditur
dengan kurator, misalnya seorang kreditur harus memenuhi batas waktu penyerahan
tagihan ke kurator sesuai jadwal.

Kemungkinan terjadinya tuntutan hukum atau sengketa antara kreditor dan


debitor bisa dihindari jika dari awal keduanya saling terbuka dalam menyampaikan
gagasan-gagasan atau saran-saran serta senantiasa mengikuti komitmen yang
telah disepakati. Kurator maupun kreditor harus menghindari kemungkinan
terjadinya perselisihan tersebut, karena kejadian ini akan menghambat proses
penyelesaian kepailitan. Kemudian, berakibat pada keterlambatan kreditur
mendapatkan haknya dan kemungkinan terburuk yang bisa timbul karena larutnya
proses penyelesaian tersebut, bisa berakibat pada menurunnya nilai harta pailit,jika hal
ini sampai terjadi, kreditur akan mengalami kerugian.

3. Hubungan Kurator dan Hakim Pengawas

26
Kurator tidaklah sepenuhnya bebas dalam melakukan pengurusan dan pemberesan
harta pailit.Kurator senantiasa berada di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Tugas
Hakim Pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit yang
menjadi tugas Kurator. Hakim Pengawas menilai sejauh manakah pelaksanaan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit yang dilaksanakan oleh kurator dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitor dan kreditor, dalam kondisi inilah diperlukan
peran pengawasan oleh Hakim Pengawas. Oleh karena itu, Kurator harus
menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan
pelaksanaan tugasnya setiap tiga bulan.

Mengingat beratnya tugas yang diemban oleh seorang kurator dalam melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit, maka seorang kurator harus selalu
berhubungan dengan Hakim Pengawas untuk melakukan konsultasi atau sekadar
mendapat masukan. Hal ini untuk mencapai tujuan keberhasilan dari suatu pernyataan
pailit, karenanya Hakim Pengawas dan kurator harus saling berhubungan sebagai mitra
kerja. Hakim Pengawas maupun Kurator harus sama-sama saling mengetahui tugas
keduanya, sehingga keduanya saling memahami kapankah harus berhubungan. Kerja
sama yang harmonis sangat diperlukan, terlebih-lebih apabila menemui debitur atau
kreditur yang kurang mendukung kelancaran penyelesaian perkara. Kenyataan di
lapangan, meskipun komunikasi hakim pengawas dan kurator lancar, tetapi hakim
pengawas sering kali ragu untuk secara tegas dan langsung membantu tugas kurator,
misalnya menindak debitur yang tidak kooperatif.

Hubungan kurator dan hakim pengawas layaknya bersifat kolegial. Keduanya harus
bekerja sama dalam penanganan perkara. Memang kurator harus meminta persetujuan
hakim pengawas dalam beberapa hal, dan hal ini kadang disalahartikan sebagai
hubungan subordinasi. Bentuk bantuan yang bisa diberikan dan harus senantiasa
dilakukan oleh seorang hakim pengawas adalah memberi masukan kepada kurator
tentang bagaimana baiknya melakukan pengurusan dan pemberasan atas harta
pailitdemi menjaga agar nilai harta pailit tetap atau bahkan meningkat.

Hakim pengawas berharap seorang Kurator bekerja sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam ketentuan UUK-PKPU. Seorang Kurator juga harus benar-benar terampil
menguasai tugas dan kewenangannya.

Hubungan tugas kurator dan hakim pengawas dalam Undang-Undang


Kepailitan disebutkan sebagai berikut:

27
1. Hakim pengawas merencanakan penyelenggaraan rapat kreditur paling lambat tiga
puluh hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan dan dalam jangka waktu tiga hari
setelah putusan diterima oleh hakim pengawas dan kurator, hakim pengawas wajib
menyampaikan kepada kurator rencana rapat tersebut.
2. Hakim pengawas menetapkan surat kabar harian untuk mengumumkan putusan
pernyataan pailit.
3. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang daftar kreditur dengan uraian
nama, alamat, jumlah, dan sifat piutang serta daftar piutang yang diakui atau dibantah.
4. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang daftar harta pailit dan perihal ada
tidaknya tawaran rencana perdamaian dari debitur pailit.
5. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang piutang yang diakui dan dibantah
beserta alasan-alasannya.
6. Kurator menyusun daftar pembagian harta pailit yang berisi pertelaan penerimaan,
pengeluaran, dan imbal jasa kurator, yang akan dibayarkan kepada para kreditur,
semuanya harus atas persetujuan hakim pengawas.
7. Kurator di hadapan hakim pengawas melakukan pertanggungjawaban setelah
pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap.
8. Kurator harus mendapatkan izin dari hakim pengawas jika ingin menjual aset harta pailit
di bawah tangan.

Khusus untuk menjual aset di bawah tangan, kurator terkadang mendapat hambatan
dari hakim pengawas yang tidak mau atau memperlambat mengeluarkan penetapan
bagi kurator untuk melakukan penjualan di bawah tangan tersebut, padahal jika hal itu
bisa berjalan cepat, nilai harta pailit bisa meningkat karena harga penjualan di bawah
tangan yang akan dilakukan oleh kurator jauh di atas harga pasar maupun harga yang
telah ditetapkan apraisal (juru taksir) untuk penjualan di muka umum.

Pada kondisi di atas, seorang hakim pengawas harus dengan segera mengeluarkan
penetapan yang mengizinkan kurator untuk melakukan penjualan di bawah tangant
karena kurator tentunya telah memberi gambaran tentang harga harta pailit tersebut jika
dijual di muka umum dan jika dijual di bawah tangan.

Apa pun tindakan yang dilakukan oleh Kurator dan hakim pengawas sebagaimana
yang diatur dalam UUK PKPU atau tindakan yang tidak dilarang oleh UUK PKPU,
keduanya harus senantiasa berada dalam posisi bahwa mereka bertindak untuk
kepentingan kreditur dan debitur. Oleh karena itu, upaya meningkatkan nilai harta
pailit juga untuk kepentingan kreditur dan debitur.

28
Hakim pengawas haruslah percaya akan kemampuan kerja seorang kurator. Untuk
itu, terhadap keinginan atau ide-ide kurator untuk meningkatkan nilai harta pailit,
selama tidak bertentangan dengan peraturan kepailitan, hendaknya mendapat
dukungan dari hakim pengawas. Kenyataan menunjukkan bahwa terhadap kerja
pengurusan dan pemberesan harta pailit, seorang kurator tentulah jauh lebih paham
dan lebih mengerti medannya, dibanding hakim pengawas. Hal itu karena kuratorlah
yang terjun langsung di lapangan. Oleh karena itu, saling percaya dan bertanggung
jawab antara kurator dan hakim pengawas sangat diharapkan. Kepailitan dapat dicabut
oleh pengadilan atas usul hakim pengawas pada tingkat awal, berhubung diterimanya
laporan dari kurator yang telah mengadakan pencatatan harta benda si pailit, dan
didapati bahwa kenyataan si pailit sangat sedikit, sehingga tidak cukup untuk menutupi
biaya kepailitan.

-----------------------SEKIAN DAN TERIMAKASIH---------------------

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


JAMASLIN JAMES PURBA, S.H., M.H.

Alamat
Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS
Wisma Nugra Santana, 8th Floor, Suite 807
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 7-8
Jakarta 10220 INDONESIA
Telephone : (62-21) 570 3844
Facsimile : (62-21) 570 3846
Mobile : +6281218706955
Email : jpplawfirm@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992 Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan
predikat Cum Laude.
2013 Lulus Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

RIWAYAT PEKERJAAN

 Tahun 1993:
Junior lawyer pada Law Firm GEORGE WIDJOJO & PARTNERS, Jakarta
 Tahun 1994-1996:
Associate lawyer at LAW FRIM AMROOS & PARTNERS, JAKARTA
 Tahun 1996 - 1999:
Senior associate lawyer pada Law Firm MAKARIM & TAIRA S., Jakarta
 Tahun 1999 -2002 :
Senior Litigation Lawyer pada Law Firm HOTMAN PARIS & PARTNERS Jakarta
 December 2002: Mendirikan Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS

29
SERTIFIKASI:

1. Lisensi Advokat PERADI tahun 1995

2. Lisensi sebagai Kurator Kepailitan tahun 2010 AKPI)

Kegiatan AKADEMIS :

1. Pengajar Seminar Hukum Bisnis (Kepailitan dan PKPU) di Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, Kampus Jakarta dan Kampus Yogyakarta

2. Pengajar Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) khusus Kepailitan dan PKPU
di berbagai Universitas, antara lain : Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara,
Universitas Kristen Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Sumatera Utara,
Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Bhayangkara, Universitas Bung Karno,
Universitas Islam As-Syafiiyah, PKPA BARESKRIM POLRI- PERADI, PKPA PERADI-
PERTAMINA, PKPA PERADI Sekolah Tinggi Militer, PKPA PERSDI-DEPKEU RI,
Universitas Kristen Maranatha, Bandung , Universitas Kristen Indonesia, Universitas
Kartini Surabaya, Universitas Janabadra Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah
Mataram, Universitas Pamulang, Universitas Negeri Semarang, Universitas
Internasional Batam, IAIN KENDARI, Universitas Pamulang.

3. Pengajar pada Pendidikan Kurator dan Pengurus di Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI) sejak 2014 dan menjadi saksi ahli di Pengadilan Niaga

4. Menjadi narasumber pada berbagai seminar, workhsop dan pelatihan khusus


Hukum Kepailitan di berbagai institusi antara lain: Bank Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Mandiri, Bank BCA, Menkopolhukam, BPJS Ketenagakerjaan,
Bank Negera Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mega, Bank
Syariah Mandiri, Bank Tabunagan Negara (BTN), Bank Pembangunan Daerah
Yogyakarta, Universitas Parahiyangan, Universitas Sriwijaya, Universitas
Muhammadiyah Malang,Universitas Gadjah Mada, Ditjen Kekayaan Negara
Departemen Keuangan RI.

Pengalaman Organisasi:
- Tahun 2010 - 2013: Ketua DPC Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Jakarta Pusat.
- Tahun 2010 - 2015: Pengurus Dewan Pimpinan Pusat AAI.
- Tahun 2013 -2018: Ketua DPC PERADI JAKARTA PUSAT.
- Tahun 2010 - 2015: Pengurus Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PERADI
- Tahun 2015-2020 : Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PERADI
- Tahun 2013 -2019 : Ketua Umum Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI)
Tahun Tahun 2018 -2023: Sekretaris Umum Keluarga Alumni FH UGM
(KAHGAMA)
- Tahun 2019-2022: Ketua Dewan Penasehat AKPI
- Tahun 2016 - sekarang Ketua Umum PERADI Football Club (PERADI FC)

30

Anda mungkin juga menyukai