Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Oleh:
Semester 2
PURWAKARTA
2022
A. Sejarah Undang-Undang Kepailitan Di Indonesia
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas
kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan
terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan
sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai
dengan hak masing-masing.
C. Subjek Kepailitan
Selain itu, dalam pasal 3 ayat (1) UUKPKPU disebutkan bahwa “Dalam hal permohonan
pernyataan pailit diajukan oleh debitur yang telah menikah, permohonan hanya dapat
diajukan atas persetujuan suami atau istrinya” Kedua pasal tersebut dijadikan dasar, siapa
saja (debitur) yang dapat dipailitkan.
D. Syarat Kepailitan
Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit, debitur harus
telah memenuhi tiga syarat yaitu:
b. Tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
c. Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara hukum untuk
mempailitkan kreditur, tanpa melihat jumlah piutangnya.
Lebih jauh lagi tugas kurator pengurus dapat dilihat pada job description dari kurator
pengurus, karena setidaknya ada 3 jenis penugasan yang dapat diberikan kepada kurator
pengurus dalam hal proses kepailitan, yaitu:
Secara umum tugas kurator sementara tidak banyak berbeda dengan pengurus, namun
karena pertimbangan keterbatasan kewenangan dan efektivitas yang ada pada kurator
sementara, maka sampai saat ini sedikit sekali terjadi penunjukan kurator sementara.
2.Sebagai pengurus
3.Sebagai Kurator
Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari keadaan
pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta kekayaannya, dan oleh karena itu
kewenangan pengelolaan harta pailit jatuh ke tangan kurator.
Dari berbagai jenis tugas bagi Kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan,
maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa tugas utama, yaitu:
1. Tugas Administratif
Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi (pailit), maka kurator
dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha debitur pailit sebagaimana layaknya organ
perseroan (direksi) atas ijin rapat kreditur (ps. 95 (1) UUKPKPU). Pengelolaan hanya
dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu usaha yang masih berjalan.
Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini termasuk diantaranya; a)
kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang ditujukan kepada debitur pailit
(ps. 14 jo ps.96 UUKPKPU), b) kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan
dijamin dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha (ps.67 (3)-(4)
UUKPKPU), c) kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan hubungan
kerja, dan perjanjian lainnya.
Debitor pailit adalah pihak yang memiliki lebih dari satu kreditor dan setidaknya
satu dari utangnya telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pihak debitor adalah pihak
yang dimohonkan atau melakukan permohonan pailit.
3. Hakim niaga
Perkara kepailitan akan ditangani oleh pengadilan niaga oleh karena itu yang
akan melakukan pemeriksaan terhadap perkara tersebut juga merupakan hakim niaga
secara majelis
4. Hakim pengawas
Hakim pengawas adalah hakim yang diangkat oleh pengadilan yang bertugas
untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberesan harta pailit. Ada
beberapa tugas dan wewenang dari hakim pengawas yang diatur dalam Undang-
Undang kepailitan.
5. Kurator
6. Panitia kreditur
Panitia kreditor adalah perwakilan dari pihak kreditor yang mempejuangkan
segala kepentingan dari pihak kreditor.
7. Pengurus
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, akibat dari
adanya pernyataan pailit antara lain adalah debitur kehilangan kewenanggannya dalam
mengurus dan menguasai kekayaannya serta debitur tidak lagi mempunyai kewenangan atau
tidak lagi bebas atas harta kekayaan yang dimilikinya. Setiap berutang (debitor) yang ada
dalam keadaan berhenti membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan
seseorang atau lebih berpiutang (kreditor), dengan putusan hakim dinyatakan pailit atau
bangkrut maka akan ada akibat hukumnya.
Penundaan kewajiban pembayaran Utang atau yang lebih dikenal dengan PKPU adalah
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kepailitan. Pasal 229 ayat (3)
Undang-Undang Kepailitan dikatakan bahwa:
Oleh karena itu apabila kita lihat isi Pasal 229 ayat (3) Undang-Undang Kepailitan dapat
diketahui bahwa pengajuan PKPU dilakukan sebelum adanya putusan pernyataan pailit.
J. Sengketa Bisis
Berbagai kegiatan bisnis sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi
karena dapat mengakibatkan kerugian pada pihak- pihak yang bersengketa, baik mereka yang
berada pada posisi yang benar maupun pada posisi yang salah. Terjadinya sengketa bisnis
perlu dihindari untuk menjaga reputasi dan relasi yang baik ke depan. Sengketa kadang-
kadang kadang tidak dapat dihindari karena adanya kesalahpahaman, pelanggaran perundang-
undangan, ingkar janji, kepentingan yang berlawanan, dan atau kerugian pada salah satu
pihak (Sanusi Bintang 2000:133).
K. Model Penyelesaian Sengketa Bisnis
a. Pengadilan umum
b. Pengadilan Niaga
a. Arbitrase
i. Negosiasi
ii. Mediasi
iii. Konsiliasi
iv. Online Despute Resolution
L. Lembaga Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis
a. A.Definisi Mediasi
b. Menurut David spencer dan Michael Brogan dalam Syahrizal Abbas (2009:28) prinsip
dasar mediasi, yaitu sebagai berikut:
c. Mediasi Di Badan Peradilan Umum