Anda di halaman 1dari 18

RESUME

Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hukum Perikatan, dan Hukum Perjanjian

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Mata Kuliah: Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Dosen Pengampu: Ali Jamaludin, M.Si

Olehh:

Ririn Siti Fatimah (030121006)

Kelas Reguler Pagi 01

Semester 2

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2022
Hak Atas Kekayaan Intelektual

A. Pengertian HAKI

Istilah HAKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (IPR), sebagaimana
diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement
Establishing The World Trade Organization). Pengertian Intellectual Property Right sendiri
adalah pemahaman mengenai hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual
manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi
manusia (human right).

Menurut WIPO (World Intellectual Property Organization) pengertian HKI adalah “the
legal rights which result from intellectual activity in the industrial, scientific, literary, or
artistic fields, apabila diterjemahkan menjadi hak/perlindungan terhadap hasil karya manusia
baik hasil karya yang berupa aktivitas dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, literatur/
kesusasteraan, dan seni”

Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:

a) Hak Cipta (copyright);

b) Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup:

1) Paten(patent);

2) Desain industri (industrial design);

3) Merek (trademark);

4) Penanggulangan praktek persaingan curang (repression of unfair competition);

5) Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);

6) Rahasia dagang (trade secret).

B. Dasar Hukum HAKI

Pengaturan HKI di Indonesia saat ini adalah dengan Undang Undang sebagai berikut:

a) Hak Cipta, diatur dengan Undang Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

b) Paten, diatur dengan Undang Undang UU nomor 13 tahun 2016 tentang Paten

c) Merek, diatur dengan Undang Undang nomor 20 tahun 2016 tentang Merek
d) Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), diatur dengan Undang Undang nomor 29 tahun
2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

e) Rahasia Dagang, diatur dengan Undang Undang nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang

f) Desain Industri, diatur dengan Undang Undang nomor 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri

g) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,diatur dengan Undang Undang nomor 32 tahun 2000
tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

C. Sifat HAKI

Beberapa sifat yang dimilki dalam konsep HKI, di-Buku Ajar Hukum Bisnis 143
antaranya seperti:

1) Pada prinsipnya HKI mempunyai jangka waktu tertentu atau terbatas; Artinya setelah
habis masa perlindungan ciptaan atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang dan atau
kelompok, maka akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa
perlindungannya dapat diperpanjang lagi, misalnya untuk hak merek.

2) HKI juga mempunyai sifat eksklusif dan mutlak; Maksudnya bahwa hak hasil temuan atau
ciptaan yang dihasilkan oleh seseorang maupun kelompok tersebut, dapat dipertahankan
apabila ada pihak lain yang melakukan peniruan maupun penjiplakan terhadap hasil
karyanya. Pemilik hak dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun
dan pemilik atau pemegang HKI yang syah tersebut mempunyai hak monopoli, yaitu pemilik
atau pemegang hak dapat mempergunakan haknya untuk melarang siapapun yang akan
memproduksi tanpa memperoleh persetujuan dari pemiliknya.

D. Prinsip-Prinsip dalam HAKI

Prinsip-prinsip dalam HKI adalah sebagai berikut:

1. Prinsip ekonomi (the economic argument)

Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan
daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

2. Prinsip keadilan (the principle of natural justice)


Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja
membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.

3. Prinsip kebudayaan (the cultural argument)

Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk
meningkatkan kehidupan manusia

4. Prinsip sosial (the social argument)

Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara), artinya hak yang
diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga
perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat.

E. Jangka Waktu Perlindungan HAKI

Jangka waktu perlindungan berbeda-beda untuk masing-masing Hak, antara lain sebagai
berikut:

1) Hak Cipta, jangka waktu perlindungannya adalah berlaku selama hidup Pencipta dan terus
berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta

meninggal;

2) Hak Paten, untuk Paten biasa diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak Tanggal Penerimaan, sedangkan Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.

3) Hak Merek, Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan.

4) Hak Desain Industri, Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.

5) Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Jangka waktu perlindungan yang diberikan
terhadap desain yang telah didaftarkan adalah 10 tahun sejak Tanggal Penerimaan.

6) Rahasia Dagang, Jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang adalah selama informasi
yang mengandung nilai ekonomi itu dapat dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya
7) Perlindungan Varietas Tanaman, adalah 20 tahun untuk tanaman semusim, dan 25 tahun
untuk tanaman tahunan (sejak tanggal pemberian perlindungan varietas tanaman).

F. Peralihan HAKI

HKI dikategorikan sebagai benda bergerak tidak berwujud (intangible objects) dan dapat
diperalihkan dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:

a) pewarisan;

b) hibah;

c) wasiat;

d) wakaf;

e) perjanjian tertulis; atau

f) sebab lain yang dibenarkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

G. Lisensi HAKI

Ada 3 (tiga) macam lisensi yang sering ditemui dalam praktik Hak Paten, yaitu:2

1) Lisensi eksklusif, dalam perjanjian ini, hanya pemegang lisensi yang boleh menjalankan
atau menggunakan invensi yang dipatenkan, setelah menyetujui perjanjian ini, pemegang
patenpun tidak berhak menjalankan invensinya.

2) Lisensi tunggal, dalam perjanjian ini pemegang paten mengalihkan patennya kepada pihak
lain, akan tetapi pemegang paten tetap boleh menjalankan haknya sebagai pemegang paten.

3) Lisensi non eksklusif, dalam perjanjian ini pemegang paten mengalihkan patennya kepada
beberapa pihak lain, dan juga pemegang paten tetap boleh menjalankan haknya sebagai
pemegang paten.

H. Hak Moral HAKI

Hak Moral merupakan salah satu hak yang melekat pada Hak Cipta, Hak Moral
merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a) tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan

pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b) menggunakan nama aliasnya atau samarannya;


c) mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d) mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e) mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi

Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

I. Pembagian HAKI

1. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat (1) UU
Hak Cipta).

Hak Moral adalah hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a) tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan

pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b) menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c) mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d) mengubah judul dan anak judul Ciptaan;dan

e) mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan,modifikasi

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mendapatkan manfaat Buku Ajar Hukum Bisnis 149 ekonomi atas Ciptaan, yaitu hak untuk
melakukan:

a) penerbitan Ciptaan;

b) Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c) penerjemahan Ciptaan;

d) pengadaplasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e) Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f) pertunjukanCiptaan;
g) Pengumuman Ciptaan;

h) Komunikasi Ciptaan; dan

i) penyewaan Ciptaan.

Selain Hak Moral dan Hak Ekonomi, terdapat Hak Terkait, Hak Terkait sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan hak eksklusif yang meliputi:

a) hak moral Pelaku Pertunjukan, yaitu hak yang melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak

dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya

telah dialihkan;

b) hak ekonomi Pelaku Pertunjukan;

c) hak ekonomi Produser Fonogram; dan

d) hak ekonomi Lembaga Penyiaran

Ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta adalah meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas (Pasal 40 UU Hak Cipta):

1) buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lainnya;

2) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan 150 Buku Ajar Hukum Bisnis pendidikan dan
ilmu pengetahuan;

4) lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,

patung, atau kolase;

7) karya seni terapan;

8) karya arsitektur;

9) peta;
10) karya seni batik atau seni motif lain;

11) karya fotografi;

12) Potret;

13) karya sinematografi;

14) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan
karya lain dari hasil transformasi;

15) terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya


tradisional;

16) kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
Komputer maupun media lainnya;

17) kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang
asli;

18) permainan video; dan

19) Program Komputer.

Jika terdapat pelanggaran Hak Cipta, sesuai dengan Undang Undang Hak Cipta, maka
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait berhak mengajukan gugatan ganti
rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Buku Ajar Hukum Bisnis 151 Cipta atau
produk Hak Terkait. Gugatan ganti rugi dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh
atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah,
pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk
Hak Terkait Selain gugatan, Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait dapat
memohon putusan provisi atau putusan sela kepada Pengadilan Niaga untuk:

a) meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan, dan/atau alat
Penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaran Hak Cipta dan
produk Hak Terkait; dan/atau

b) menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau


Penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait.

2. Merek dan Indikasi Geografis


Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secaragrafis berupa gambar, logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi,
suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan
barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa. (pasal 1 ayat (1) UU Merek dan Indikasi Geografis)

Ada beberapa jenis merek, yaitu:

a) Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada 152 Buku Ajar Hukum Bisnis barang
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

b) Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa
sejenis lainnya.

Pemberian hak atas Merek dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sebagai berikut:

a) Sistem deklaratif (first to use principle); siapa yang pertama kali menggunakan suatu
merek, dialah yang dianggap berhak atas merek yang bersangkutan;

b) Sistem konstitutif (first to file); pendaftaranlah yang menciptakan hak atas merek,
pendaftar pertamaadalah satu-satunya pihak yang berhak secara eksklusif atas merek yang
bersangkutan.

3. Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (pasal 1
ayat (1) UU Paten).

Pelindungan Paten meliputi:

1) Paten; yaitu perlindungan yang diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung langkah
inventif, dan dapat diterapkan dalam industri; dan

2) Paten sederhana, yaitu perlindungan yang diberikan untuk setiap Invensi baru,
pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan

dalam industry
4. Desain Industri

Desain Industri diatur dalam Undang Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri.

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis
atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi
atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang,
komoditas industri, atau kerajinan tangan (pasal 1 ayat (1) UU Desain Industri). Sedangkan
Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Industri.

Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik
Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru. Pemberian hak ini diberikan
berdasarkan permohonan.

Objek Desain Industri adalah karya berupa pola (pattern) yang digunakan untuk
memproduksi barang melalui kegiatan/ proses industri.

5. Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu

Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu, diatur dalam Undang Undang Nomor 32
Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu.

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di
dalam

Hukum Perikatan

Perikatan adalah hubungan – hubungan hukum atau kaidah hukum antara 2 orang
yang terletak di lapangan vermogen recht ( hukum harta kekayaan ) dimana pihak yang satu
berhak atas suatu prestasi sedangkan yang lainnya berkewajiban membayar prestasi.

A. Unsur perikatan sebagaimana definisi tersebut :


1. Adanya lega (norma hukum)
2. Adanya para pihak yang disebut subyek hukum
3. Adanya obyek hukum yang disebut
4. Adanya sesuatu harta kekayaan atau benda.

Sedangkan definisi perjanjian atau persetujuan (overeenskomst) sebagaimana dijelaskan


pasal 1313 BW, arti perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seseorang atau
beberapa orang mengikatkan dirinya kepada seseorang atau beberapa orang lainnya atau
perjanjian atau persetujuan antara 2 orang atau lebih yang saling mengikatkan dirinya

B. Jenis-jenis Perikatan
a. Perikatan bersyarat. Dikatakan perikatan bersyarat apabila digantungkan pada suatu
peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu terjadi, misalnya Budi akan
menyewakan rumahnya kalau ia dipindahkan keluar negeri.
b. Perikatan dengan ketetapan waktu. Pada perikatan ini yang menentukan adalah lama
waktu berlakunya suatu perjanjian, misalnya rumah ini saya sewa per 1 Januari 2020
sampai tanggal 31 Desember 2020.
c. Perikatan alternatif/mana suka. Debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu
dari dua barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetap ia tidak boleh memaksa
kreditur untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang lainnya.
d. Perikatan tanggung-menanggung. Pada perikatan ini terdapat beberapa kreditur yang
mempunyai hutang pada satu kreditur. Bila salah satu debitur membayar hutangnya,
maka debitur yang lain dianggap telah membayar juga. Perjanjian ini harus
dinyatakan dengan tegas. Contoh, A,B dan C bersama-sama meminjam uang Rp. 90
juta, maka masing-masing hanya dapat ditagih Rp. 30 juta, kecuali kalau telah
diperjanjikan bahwa masing-masing dapat ditagih untuk seluruh hutang maka
pembayaran dari satu debitur melunaskan hutang debitur lainnya.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi. Perikatan ini menyangkut objek
(prestasi) yang diperjanjikan. Contoh dapat dibagi misalnya sejumlah barang atau
hasil bumi. Sebaliknya yang tidak dapat dibagi misalnya kewajiban untuk
menyerahkan seekor kuda karena kuda tidak dapat dibagi.
f. Perikatan dengan ancaman hukuman. Pada perikatan ini ditentukan bahwa untuk
jaminan pelaksanaan perikatan diwajibkan untuk melakukan sesuatu apabila
perikatannya tidak terpenuhi.

C. Asas-asas Hukum Perjanjian


a. Asas terbuka/kebebasan berkontrak. Sistem terbuka mengandung suatu asas
kebebasan membuat perjanjian (berkontrak). Pada pasal 1338 (1) KUHPdt
disebutkan bahwa ”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya”. Perkataan semua berisi suatu pernyataan
bahwa kita dibolehkan membuat undang-undang bagi kita sendiri. Sistem terbuka
juga memungkinkan kita untuk membuat perjanjian diluar KUHPdt, misalnya
undang-undang hanya mengatur perjanjian jual beli dan sewa menyewa tetapi dalam
praktik timbul suatu perjanjian baru campuran antara jual beli dan sewa menyewa
yang disebut sewa beli.
b. Asas tambahan. Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap yang
berarti bahwa pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan apabila dikehendaki oleh pihak-
pihak yang membuat perjanjian. Para pihak dibolehkan membuat ketentuan-ketentuan
sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian (boleh mengatur sendiri
kepentingan mereka dalam perjanjian yang mereka adakan). Jadi jika suatu perjanjian
telah tegas dan jelas maka perjanjian itulah yang mengatur semua hubungan kedua
belah pihak, tetapi jika tidak tegas dan jelas maka barulah dilihat pada KUHPdt dan
UU.
c. Asas sepakat/konsensualisme. Pada dasarnya perikatan lahir sejak detik tercapainya
kesepakatan. Jadi pernyataan sepakat tanpa tertulis telah mempunyai kekuatan
mengikat, misalnya dalam jual beli atau tukar menukar. Tetapi ada kalanya undang-
undang menetapkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diharuskan perjanjian itu
diadakan secara tertulis (perjanjian perdamaian) atau dengan akta notaris (perjanjian
penghibahan “barang tetap”).

D. Syarat Sahnya Perjanjian


a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri. Sepakat dimaksudkan bahwa kedua subjek
yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai
hal-hal pokok dari perjanjian itu. Si penjual menginginkan uang sedang si pembeli
mengingini sesuatu barang.
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian. Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa
dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum (1330 KUHPdt).
c. Suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan, hak-hak dan
kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang
dimaksudkan dalam perjanjian juga harus ditentukan jenisnya.
d. Sebab yang halal. Yang dimaksud sebab yang halal bukanlah sesuatu yang
menyebabkan seseorang membuat perjanjian tetapi mengenai isi perjanjian itu sendiri
dimana isinya bukan sesuatu yang terlarang, misalnya si penjual bersedia menjual
pisaunya kalau si pembeli membunuh orang.
e. Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subjektif, apabila syarat subjektif tidak terpenuhi
maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu
dibatalkan. Sedangkan syarat ke 3 dan 4 dinamakan syarat objektif, apabila syarat
objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya perjanjian itu
dianggap tidak pernah ada.

E. Batalnya Suatu Perjanjian (1321 KUHPdt)

Dalam hukum perjanjian ada tiga sebab yang membatalkan perjanjian, yaitu:

a. Paksaan, yang dimaksud paksaan di sini adalah paksaan rohani atau paksaan jiwa
bukan paksaan badan, misalnya dengan diancam atau ditakut-takuti;
b. Kekhilafan atau kekeliruan, terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal
pokok dari apa yang diperjanjikan, misalnya seseorang yang membeli lukisan yang
dikiranya karya Basuki Abdullah tetapi ternyata hanya tiruannya saja;
c. Penipuan, terjadi apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan-
keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk
pihak lawannya agar setuju dengan perjanjian tersebut.

F. Prestasi dan Wanprestasi


a. Prestasi

Adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam perjanjian. Menurut pasal 1234 KUHPdt
prestasi terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Prestasi untuk menyerahkan sesuatu (pasal 1237 KUHPdt).


2. Prestasi untuk berbuat atau melakukan sesuatu (pasal 1239 KUHPdt).
3. Prestasi untuk tidak berbuat atau melakukan sesuatu (pasal 1239 KUHPdt).

Sedangkan sifat dari prestasi adalah:

1. Harus tertentu atau sudah ditentukan.


2. Dapat dipenuhi, di mana debitur berusaha dengan segala usahanya. (batal demi
hukum).
3. Halal (batal demi hukum).
4. Bermanfaat bagi kreditur (dapat dibatalkan).
5. Satu atau lebih perbuatan.

b. Wanprestasi

Yaitu tidak dipenuhinya apa yang diperjanjikan (alpa/lalai janji). Seseorang dianggap
wanprestasi apabila:

1. Tidak memenuhi kewajibannya.


2. Memenuhi kewajibannya tetapi keliru.
3. Memenuhi kewajibannya tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Umumnya wanprestasi disebabkan oleh:

1. Kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.


2. Overmacht, keadaan memaksa di luar kemampuan debitur, misalnya bencana alam.

Terhadap wanprestasi atau kelalaiannya, debitur dapat dikenakan sanksi:

1. Membayar ganti rugi yang diderita kreditur (1243 KUHPdt).


2. Pembatalan perjanjian (1266 KUHPdt).
3. Peralihan risiko (1267 KUHPdt).
4. Membayar biaya perkara, apabila sampai dipengadilan.

Namun demikian debitur dapat dibebaskan dari hukuman dengan alasan sebagai berikut:

1. Keadaan memaksa atau kejadian yang tak terduga (overmacht atau force majeur).
2. Kreditur sendiri juga lalai (exception non adimpleti contractus).
3. Pelepasan hak (rechtverwerking), yang dilakukan oleh kreditur.
4. Hapusnya Perikatan

Pada pasal 1381 KUHPdt disebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu:

1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Pembaharuan utang;
4. Perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utang;
7. Musnahnya barang yang terutang;
8. Batal/pembatalan;
9. Berlakunya suatu syarat batal;
10. Lewat waktu.

Hukum Perjanjian

Pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal
(Menurut pasal 1313 KUH Perdata). Pengertian perjanjian ini hanya terletak dalam lapangan
harta kekayaan,artinya sesuatu yang dapat dinilai dengan uang.

Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan,diatur dalam buku III KUH Perdata
yang berjudul “tentang perikatan” (Van verbintenis). perjanjian merupakan terjemahan dari
bahasa Belanda yaitu Oveerencomsten, dan kadang kala diterjemahkan sebagai persetujuan.
sedangkan Perikatan berasal dari bahasa Belanda yaitu Verbintenis yang kadang kala
diterjemahkan dengan perutangan.

Perikatan (verbintenis) adalah suatu perhubungan hukum antara dua pihak dalam
lapangan harta benda,dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang
lain,dan pihak yang lainnya berkewajiban untuk memenuhi apa yang dituntut pihak lain.

Dalam lapangan harta benda maksudnya adalah bahwa perhubungan dalam perikatan
objeknya adalah segala sesuatu yang dapat dinilai dengan uang,karena ada perhubungan
hukum yang berupa hak dan kewajiban tidak dapat dinilai dengan uang,misalnya : Hak
nafkah batin seorang istri atas suaminya.

Subjek perjanjian adalah pihak yang terikat dengan suatu perjanjian. Menurut KUH
Perdata,ada 3 golongan yang tersangkut pada perjanjian yaitu:

1. Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri.


2. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya.
3. Pihak ketiga.
Pada dasarnya menurut asasnya suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan
perjanjian itu.asas ini merupakan asas pribadi (Pasal 1315 jo 1340 KUH Perdata). para pihak
tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga. Apabila seseorang membuat
suatu perjanjian ,maka orang itu dianggap mengadakan perjanjian bagi ahli waris dan orang-
orang yang memperoleh hak daripadanya (Pasal 1315 jo 1340 KUH Perdata).

Beralihnya hak kepada ahli waris adalah akibat peralihan dengan alasan hak umum
(onder algemene titel) yang terjadi pada ahli warisnya. jadi bukan peralihan hak atas alasan
hak khusus (onderbijzondere titel).

Didalam perikatan,pihak debitor dan kreditor dapat diganti.Penggantian debitor harus


diketahui kreditor,sedangkan penggantian kreditor dapat terjadi secara sepihak.

Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan “prestasi” yang menurut
Undang-undang (Pasal 1234 KUH Perdata) berupa:

1. Menyerahkan sesuatu (geven)


2. Melakukan sesuatu (doen)
3. Tidak melakukan sesuatu (niet doen).

Prestasi pada nomor 1,2 dan 3 tersebut dinamakan objek perikatan (verbintenis)
sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata.

Perikatan lebih luas dari perjanjian karena perjanjian hanya salah satu sumber
perikatan. Sumber perikatan lain adalah Undang-undang,keputuan hakim,wasiat
(legaat),tawaran (aanbood),moral dan kesusilaan (fatsoen) dan hak saling memperhitungkan
kewajiban (regresrecht).

Dalam pasal 1233 KUH Perdata disebutkan perikatan dapat lahir karena Undang-
undang dan perjanjian.perikatan yang lahir karena Undang-undang saja misalnya:

1. Hak dan kewajiban orang tua dengan anak (alimentasi plicht) dalam pasal 321
KUH Perdata.
2. Hukum tetangga (burrenrecht) dalam pasal 625 KUH Perdata.

Menurut pasal 1353 KUH Perdata,perikatan yang lahir dari Undang-undang karena
perbuatan manusia dibedakan atas:
1. Perbuatan manusia yang sesuai hukum (rechtmatige daad,legal act) misalnya:
2. Perbuatan sukarela (zaakwaarneming), pasal 1354 KUH Perdata.
3. Pembayaran tak terutang (onverschuldigde betaling), pasal 1359 KUH
Perdata.

Perbuatan manusia yang tidak sesuai hukum (onrechmatige daad,illegal act) diatur
dalam pasal 1365 KUH Perdata adalah tiap perbuatan menimbulkan kerugian pada orang
lain,mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian
tersebut. Perbuatan ini biasa disebut dengan Perbuatan melawan hukum.

Pengertian perbuatan melawan hukum sejak tahun 1919 dipakai dalam arti luas yaitu
suatu perbuatan atau kealpaan,yang bertentangan dengan hak orang lain,atau bertentangan
dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan baik dengan kesusilaan baik maupun
dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau
benda,sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat perbuatannya itu telah
mendatangkan kerugian pada orang lain,berkewajiban membayar ganti kerugian.

Syarat atau unsur material yang harus dipenuhi untuk menuntut ganti kerugian
sehubungan dengan adanya perbuatan melawan hukum adalah:

1. Perbuatan melawan hukum.


2. Kesalahan (schuld)
3. Kerugian (schade)
4. Hubungan kausal (oorzakelijk verband).

Ketentuan umum dalam Bab I sampai Bab IV buku III KUH Perdata diperlakukan
untuk semua perikatan/perjanjian,baik yang sudah diatur dalam Bab III (kecuali Pasal 1352
dan 1353 KUH Perdata) dan Bab V sampai XVIII KUH Perdata maupun yang diatur dalam
KUH Dagang.

Pemberlakukan ketentuan umum dalam Bab I sampai Bab IV buku III KUH Perdata
pada semua perikatan/perjanjian ini berdasarkan asas Lex specialis derogat lex generali, yang
artinya ketentuan yang bersifat khusus mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum.

Menurut pasal 1319 KUH Perdata “semua perjanjian,baik yang mempunyai nama
maupun yang tidak mempunyai nama tertentu,tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang
termuat dalam Bab inidan bab yang lalu”.Yang dimaksud dengan Bab ini dengan Bab yang
lalu dalam pasal ini adalah Bab II tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari perjanjian
dan bab I tentang perikatan-perikatan pada umumnya.

Selain pasal 1319 KUH Perdata,dalam pasal 1 KUH Dagang disebutkan “Kitab
Undang-undang hukum perdata berlaku juga bagi hal-hal yang diatur didalam Kitab Undang-
undang ini.

Anda mungkin juga menyukai