Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Olehh:
Semester 2
PURWAKARTA
2022
1. Pengertian Perjanjian Kredit Sindikasi
Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan resiko
dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam jumlah kecil, dimana
bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut.40 Namun apabila jumlah kredit
yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank terlaku besar dan bank tersebut tidak
dapat memikulnya sendiri , meskipun BMPK dari bank belum terlampaui, maka bank
tersebut akan berusaha menbentuk suatu sindikasi utuk dapat memberikan dana kepada
debitur.
a. Sindikasi Primer
Sindikasi primer merupakan kredit sindikasi yang dibentuk oleh bank-bank yang sejak
awal terpilih sebagai anggota sindikasi. Proses sindikasi primer terjadi sejak awal sampai
dengan penandatangan perjanjian kredit sindikasi dimana seluruh anggota sindikasi tercatat
dalam dokumen yang ditatakerjakan oleh bank/pihak yang melaksanakan pungsi sebagai
arranger.
b. Sindikasi Sekunder
Risk Participation yaitu dengan dilakukan antara salah satu anggota sindikasi dengan
pihak/bank lain diluar sindikasi. Dalam pelaksanaan risk participation tersebut
perjanjian kredit primernya tidak berubah dan debitur tidak perlu mengetahuinya.
Assignment (clause) yaitu kredit sindikasi sekunder yang dalam pemberian kredit
sindikasi, atas persetujuan debitur, bank dalam waktu kapanpun dapat menjual baik
Sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dengan menyerahkan certificate of
transfer kepada agen yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Novation yaitu perubahan perjanjian dalam kredit sindikasi karena adanya perubahan
kreditur, misalnya terdapat anggota sindikasi baru yang masuk. Dalam novation
terjadi sales of asset, perjanjian kredit berubah sesuai komposisi yang baru dan
perjanjian berubah.
a. Pembentukan arranger
Arranger adalah lembaga yang menerima mandate dari calon debitur untuk dan atas
nama debitur, mengatur dan mencarikan sumber dana untuk pembiayaan kredit sindikasi.
Kedudukan arranger ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam pembentukan
organisasi sindikasi,sponsor/calon debitur melakukan pendekatan kepada calon arranger
dengan memberikan informasi tentang rencana pembiayaan yang akan ditawarkan antara lain:
Profil Perusahaan
Kredit yang dibutuhkan dan penggunaannya
Proposal pembiayaan proyek
Lead manager adalah sebuah bank atau lebih yang jumlah keikutsertaanya (share)
Terbesar, sering kali laen manager bertindak sebagai arranger. Tugas dari lead manager tidak
ringan disamping harus mempertaruhkan reputasinya dalam membentuk sindikasi bagi
fasilitas yang diinginkan Debitur. Apabila gagal akan mempengaruhi dan menyebar dipasar
sindikasi, kabar tentang kegagalan ini akan sangat mempengaruhi reputasi dari lead manager
dan sulit mendapat kepercayaan lagi dikemudian hari untuk membentuk sindikasi. Baik dari
debitur sekarang dan debitur yang akan datang.
b. Pembagian tugas diantara arranger
Apabila yang menjadi arranger adalah sekelompok bank, sehingga yang dibentuk
Sindikasi kredit itu disebut managing group atau bidding group, yang secara bersama-sama
medapat mandate dari debitur, maka yang harus dikerjakan dari para Arranger adalah
pembagian tugas dan peranan diantara para anggota kelompok itu.
Tugas yang paling utama dalam proses pembagian sindikasi pada tahap pre-Mandate
Phase adalah melakukan kegiatan yang disebut Running The Book. Apabila hanya satu
arranger, maka semua tugas yang dilakukan oleh arranger. Tunggal itu sendiri, namun apabila
arranger terdiri dari beberapa Bank, Maka tugas Running The Book dilakuakan oleh Bank
yang Memperoleh Penunjukan oleh para arranger Bank tersebut Disebut Bookrunner atau
SyndicatingBank.
Setelah ada pihak yang menjadi arranger atau arranger (bidding Group) Yang akan
membentuk sindikasi kredit, langkah berikut nya dalam proses Pembentukan kredit sindikasi
adalah yang diperolehnya Mandate oleh arranger atau (Bidding group) dari debitur. mandate
adalah kewenagan yang diperoleh oleh arranger atau bidding group untuk membentuk
sindikasi yang nantinya memberikan Sindikasi kepada debitur. Mandate diperoleh oleh
arranger atau bidding group dari debitur setelah terlebih dahulu arranger atau bidding
group pembiayaan
kepada debitur penawaran tersebut disampaikan oleh arranger atau bidding group
dengan mengeluarkan offer document atau term sheet.
Hal penting lainnya yang dilakukan adalah persiapan draft dokumentasi. Draft
dokumentasi ini antara lain kontrak kredit, akte pengikatan jaminan, dan akta-akta lainnya.
Draft dokumentasi ini memegang peranan penting karena penerimaan atas penawaran kredit
sindikasi kadang masih dibuat bersyarat dan tergantung pada dokumen ini. Draft dokumentasi
ini kemudian dibahas dalam suatu rapat sindikasi (legal meeting) yang dihadiri oleh arranger,
debitur, kreditur, calon agent, notaris didampingi oleh lawyer.
Apabila sindikasi sudah terbentuk dan kreditur besedia mengucurkan dana bagi
Debitur maka selanjutnya adalah menyiapkan dokumen kredit untuk kemudian ditanda
tangani bersama-sama ,agar perjanjian ini mempunyai kekuataan dan mengikat, perjanjian
kredit tersebut haruslah ditandatangani oleh pihak yang terlibat didalamnya
Apabila sekelompok bank bertindak sebagai arranger, maka diantaranya ada yang
Ditunjuk untuk mengatur Upacara penandatangan perjanjian kredit sindikasi Karena upacara
ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kredit sindikasi Sudah menjadi keharusan
dari pihak yang terlibat untuk hadir di acara loan signing Ceremony.
i. Publisitas
Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan finansial (consumer finance company). Perusahaan pembiayaan konsumen
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan 100 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014, hlm 162. 76 kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau
berkala oleh konsumen.101 Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan
langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi ataupun distribusi.
2.) Pasal 1320 ayat (4) jo. Pasal 1337 KUH Perdata
Pasal 1320 ayat (4) KUH Perdata menyatakan salah satu syarat sahnya perjanjian
apabila dilakukan atas “suatu sebab yang halal”. Pasal 1337 KUH Perdata menentukan bahwa
“suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan
dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.
3.) Pasal 1329 jo. Pasal 1330 dan 1331 KUH Perdata
Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan : “setiap orang adalah cakap untuk membuat
perjanjian, kecuali jika ia ditentukan tidak cakap oleh undang-undang”. Pasal 1330 KUH
Perdata menyatakan “tidak cakap untuk membuat perjanjian” adalah :
Pasal 1331 KUH Perdata menyatakan “orang-orang yang di dalam pasal yang lalu
dinyatakan tidak cakap, boleh menuntut pembatalan perikatan-perikatan yang telah mereka
perbuat dalam hal-hal dimana kekuasaan itu tidak dikecualikan dalam undang-undang”.
Dapat disimpulkan bahwa KUH Perdata tidak melarang bagi seseorang untuk
membuat perjanjian dengan pihak manapun yang dikehendaki. Undang-undang hanya
menentukan bahwa orang-orang tertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian. Setiap orang
bebas untuk memilih pihak dengan siapa membuat perjanjian, asalkan pihak tersebut bukan
pihak yang tidak cakap untuk membuat perjanjian. Bahkan, apabila seseorang membuat
perjanjian dengan lainnya yang menurut undang-undang tidak cakap membuat perjanjian,
maka perjanjian tetap sah selama tidak dituntut pembatalannya oleh pihak yang tidak cakap.
4.) Pasal 1332 KUH Perdata menyatakan “hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan
saja dapat menjadi pokok perjanjian-perjanjian”. Pasal ini menegaskan bahwa asalkan
menyangkut barang-barang yang bernilai ekonomis, maka setiap orang bebas untuk
memperjanjikannya.
5.) Pasal 1335 KUH Perdata yang melarang dibuatnya kontrak tanpa causa, atau dibuat
berdasarkan causa yang palsu atau yang terlarang, dengan konsekuensi tidaklah
mempunyai kekuatan.
6.) Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menetapkan bahwa kontrak harus dilaksanakan
dengan itikad baik.
7.) Pasal 1339 KUH Perdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat, kepatutan,
kebiasaan dan unang-undang. Kebiasaan yang dimaksud bukanlah kebiasaan setempat,
akan tetapi ketentuan-ketentuan yang dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan.
8.) Pasal 1347 KUH Perdata mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya
disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam kontrak.
9.) Ketentuan Buku III KUH Perdata kebanyakan bersifat hukum pelengkap (anvullend
recht, optional) artinya para pihak dapat secara bebas membuat syarat-syarat atau aturan
tersendiri dalam suatu perjanjian menyimpang dari ketentuan undang-undang, namun
jika para pihak tidak mengatur dalam perjanjian, maka ketentuan Buku III KUH Perdata
akan melengkapinya untuk mencegah adanya kekosongan hukum sesuai dengan isi
materi perjanjian yang dikehendaki para pihak.
10.) Buku III KUH Perdata, tidak melarang kepada seseorang untuk membuat perjanjian
itu dalam bentuk tertentu, sehingga para pihak dapat secara bebas untuk membuat
perjanjian secara lisan ataupun tertulis, terkecuali untuk perjanjian tertentu harus
dalam bentuk akta otentik.
3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan
dibuatnya.
4. Kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian.
5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang
bersifat opsional (Sjahdeini, 1993:47).