Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Aspek Hukum Bisnis Perjanjian Kredit Sindikasi, Asas Kebebasan


Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Mata Kuliah: Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Dosen Pengampu: Ali Jamaludin, M.Si

Olehh:

Ririn Siti Fatimah (030121006)

Kelas Reguler Pagi 01

Semester 2

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2022
1. Pengertian Perjanjian Kredit Sindikasi

Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan resiko
dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam jumlah kecil, dimana
bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut.40 Namun apabila jumlah kredit
yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank terlaku besar dan bank tersebut tidak
dapat memikulnya sendiri , meskipun BMPK dari bank belum terlampaui, maka bank
tersebut akan berusaha menbentuk suatu sindikasi utuk dapat memberikan dana kepada
debitur.

2. Dasar Hukum Kredit Sindikasi


Kredit Sindikasi didasari oleh hukum yang diatur dalam perundang-undangan,diantarnya:

a. SE kepada semua Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank di Indonesia,


No.21/11/BPPP tanggal 27 Oktober 1988 tentang pemberian kredit kepada pengurus
atau pemegang saham.
b. SE kepada semua Bank dan Lembaga Ke uangan bukan Bank di Indonesia No. 21/
18/BPPP, tanggal 25 Maret 1989 perihal BMPK kepada debitur dan debitur group
serta pengurus, pemegang saham dan keluarganya.
c. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan (LNRI Tahun 1992 No. 31, Tambahan LNRI
No. 3472).
d. UU No. 10 tahun 1998. tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992.
e. SK Direksi BI No. 26/21/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang BMPK.

3. Jenis-jenis Kredit Sindikasi


Berikut ini merupakan jenis-jenis kredit sindikasi yang umum dilakukan dalam industry
perbankan:

a. Sindikasi Primer

Sindikasi primer merupakan kredit sindikasi yang dibentuk oleh bank-bank yang sejak
awal terpilih sebagai anggota sindikasi. Proses sindikasi primer terjadi sejak awal sampai
dengan penandatangan perjanjian kredit sindikasi dimana seluruh anggota sindikasi tercatat
dalam dokumen yang ditatakerjakan oleh bank/pihak yang melaksanakan pungsi sebagai
arranger.
b. Sindikasi Sekunder

Sindikasi sekunder terjadi setelah perjanjian kredit sindikasi ditanda tangani.


Keikutsertaan dalam kredit sindikasi sekunder dilakukan melalui:

 Risk Participation yaitu dengan dilakukan antara salah satu anggota sindikasi dengan
pihak/bank lain diluar sindikasi. Dalam pelaksanaan risk participation tersebut
perjanjian kredit primernya tidak berubah dan debitur tidak perlu mengetahuinya.
 Assignment (clause) yaitu kredit sindikasi sekunder yang dalam pemberian kredit
sindikasi, atas persetujuan debitur, bank dalam waktu kapanpun dapat menjual baik
Sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dengan menyerahkan certificate of
transfer kepada agen yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
 Novation yaitu perubahan perjanjian dalam kredit sindikasi karena adanya perubahan
kreditur, misalnya terdapat anggota sindikasi baru yang masuk. Dalam novation
terjadi sales of asset, perjanjian kredit berubah sesuai komposisi yang baru dan
perjanjian berubah.

4. Proses Pembentukan Kredit Sindikasi


Proses terjadinya kredit sindikasi dijelaskan dibawah ini terdiri dari beberapa rangkaian
prose, yaitu:

a. Pembentukan arranger

Arranger adalah lembaga yang menerima mandate dari calon debitur untuk dan atas
nama debitur, mengatur dan mencarikan sumber dana untuk pembiayaan kredit sindikasi.
Kedudukan arranger ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam pembentukan
organisasi sindikasi,sponsor/calon debitur melakukan pendekatan kepada calon arranger
dengan memberikan informasi tentang rencana pembiayaan yang akan ditawarkan antara lain:

 Profil Perusahaan
 Kredit yang dibutuhkan dan penggunaannya
 Proposal pembiayaan proyek

Calon arranger melakuakan penelitian awal terhadap rencana pembiayan dan


mempertimbangakan kemungkinan-kemungkinan sumber dana dan keterbatasan-keterbatasan
nya. apabila calon arranger berminat dan mempunyai keyakianan terhadap prospek
pembiayaan dimaksut dan setelah ditentukan syarat-syarat yang akan dipenuhi oleh calon
debitur serta calon debitur menyanggupinya, maka ditindak lanjuti dengan penerbitan
mandate sebagai kuasa kepada arranger untuk mengurus/mengkordinir serta membentuk
organisasi sindikasi Penunjukan Lead manager.

Lead manager adalah sebuah bank atau lebih yang jumlah keikutsertaanya (share)
Terbesar, sering kali laen manager bertindak sebagai arranger. Tugas dari lead manager tidak
ringan disamping harus mempertaruhkan reputasinya dalam membentuk sindikasi bagi
fasilitas yang diinginkan Debitur. Apabila gagal akan mempengaruhi dan menyebar dipasar
sindikasi, kabar tentang kegagalan ini akan sangat mempengaruhi reputasi dari lead manager
dan sulit mendapat kepercayaan lagi dikemudian hari untuk membentuk sindikasi. Baik dari
debitur sekarang dan debitur yang akan datang.
b. Pembagian tugas diantara arranger

Apabila yang menjadi arranger adalah sekelompok bank, sehingga yang dibentuk
Sindikasi kredit itu disebut managing group atau bidding group, yang secara bersama-sama
medapat mandate dari debitur, maka yang harus dikerjakan dari para Arranger adalah
pembagian tugas dan peranan diantara para anggota kelompok itu.

Tugas –Tugas arranger tersebut adalah

1) Melakukan penilaian secara mendalam terhadap credit rating debitur


2) Melakukan berbagai negosiasi dengan debitur sebagai kelanjutan dari kontrak
Pertama arranger tersebut dengan penerimaan kredit
3) Bersama-sama dengan debitur menyiapkan information memorandum (info memo)
4) Mengirim undangan kepada para peserta kredit sindikasi disertai information
Memorandum kepada masing-masing peserta dan feasibility study atas proyek Atau
transaksi yang dibiayai dengan kredit sindikasi tersebut
5) Menyiapakan dokumentasi kredit, terutama berupa perjanjian kredit (loan agreement)
dan dokumentasi jaminan.
6) Menerima kesepakatan para peserta kredit sindikasi tentang siapa yang harus Ditunjuk
sebagai agent bank baik yang akan menjadi facility agent maupun security agent
7) Menyelengarakan upacara penandatangan perjanjian kredit dan menetapkan Dimana
upacara tersebut diselengarakan
8) Menyiapkan tombstone dari kredit sindikasi yang telah disetujui itu
9) Menyelengarakan press conference tenntang kredit sindikasi yang telah Ditandatangai
perjanjian nya.

c. Penyampaian Offer Oleh Arranger Dan Penyampaian Acceptance Oleh Debitur

Tugas yang paling utama dalam proses pembagian sindikasi pada tahap pre-Mandate
Phase adalah melakukan kegiatan yang disebut Running The Book. Apabila hanya satu
arranger, maka semua tugas yang dilakukan oleh arranger. Tunggal itu sendiri, namun apabila
arranger terdiri dari beberapa Bank, Maka tugas Running The Book dilakuakan oleh Bank
yang Memperoleh Penunjukan oleh para arranger Bank tersebut Disebut Bookrunner atau
SyndicatingBank.

Tugas bookrunner menyampaikan penawaran atau tawaran kepada debitur dengan


Mengirimkan suatu dokumen yang disebut Term Sheet atau Offer Document Apabila tawaran
tersebut disetujui maka oleh debitur,baik dengan atau tampa Perubahan mengenai syarat-
syarat yang diajukan oleh Bookrunner ,maka debitur Akan menyampaikan persetujuan yang
istilah kukum nya yang tunduk pada Common law sistem tersebut disebut acceptance.

d. Pemberian Mandate Oleh Debitur

Setelah ada pihak yang menjadi arranger atau arranger (bidding Group) Yang akan
membentuk sindikasi kredit, langkah berikut nya dalam proses Pembentukan kredit sindikasi
adalah yang diperolehnya Mandate oleh arranger atau (Bidding group) dari debitur. mandate
adalah kewenagan yang diperoleh oleh arranger atau bidding group untuk membentuk
sindikasi yang nantinya memberikan Sindikasi kepada debitur. Mandate diperoleh oleh
arranger atau bidding group dari debitur setelah terlebih dahulu arranger atau bidding
group pembiayaan
kepada debitur penawaran tersebut disampaikan oleh arranger atau bidding group
dengan mengeluarkan offer document atau term sheet.

e. Penyiapan Draf Dokumentasi Kredit

Hal penting lainnya yang dilakukan adalah persiapan draft dokumentasi. Draft
dokumentasi ini antara lain kontrak kredit, akte pengikatan jaminan, dan akta-akta lainnya.
Draft dokumentasi ini memegang peranan penting karena penerimaan atas penawaran kredit
sindikasi kadang masih dibuat bersyarat dan tergantung pada dokumen ini. Draft dokumentasi
ini kemudian dibahas dalam suatu rapat sindikasi (legal meeting) yang dihadiri oleh arranger,
debitur, kreditur, calon agent, notaris didampingi oleh lawyer.

f. Penunjukan Agent Bank

Setelah penandatangan Perjanjian Kredit Sindikasi Ditandatangani Oleh para pihak


Operasional dan adminitrasi dari penggunaan kredit sindikasi tersebut harus Dilakukan oleh
suatu Bank yang berperan Sebagai agent Bank. Oleh karena Itu para peserta kredit sindikasi
harus menyepakati siapa yang harus ditunjuk atau bertindak sebagai agent bank.

g. penyiapan dan penandatangan Dokumentasi Kredit

Apabila sindikasi sudah terbentuk dan kreditur besedia mengucurkan dana bagi
Debitur maka selanjutnya adalah menyiapkan dokumen kredit untuk kemudian ditanda
tangani bersama-sama ,agar perjanjian ini mempunyai kekuataan dan mengikat, perjanjian
kredit tersebut haruslah ditandatangani oleh pihak yang terlibat didalamnya

h. Upacara Penandatangan Perjanjian Kredit Sindikasi

Apabila sekelompok bank bertindak sebagai arranger, maka diantaranya ada yang
Ditunjuk untuk mengatur Upacara penandatangan perjanjian kredit sindikasi Karena upacara
ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kredit sindikasi Sudah menjadi keharusan
dari pihak yang terlibat untuk hadir di acara loan signing Ceremony.

i. Publisitas

Setelah ditandatanganinya Perjanjian Kredit Sindikasi langkah berikutnya adalah


Publisitas bagi pemberian kredit sindikasi, publisitas ini untuk kepentingan debitur Kreditur
dan bagi publik. Tugas ini dilaksanakan oleh bank yang secara Khusus ditunjuk oleh bank
untuk peserta kredit sindikasi, biasa nya hal ini dilakukan Oleh Lead Manager bentuk dari
publisitas bisa berupa Press Conference bisa ditindak lanjutin dengan tombstone yang akan
dibagi-bagikan dan pemasangan iklan.

5. Manfaat Pemberian Kredit Sindikasi


Pemberian kredit sindikasi tersebut membawa manfaat bagi debitur maupun kreditur.

 Manfaat bagi debitur:


a. Dapat memperoleh fasilitas kredit dalam jumlah besar tanpa harus berhubungan
dengan banyak bank
b. Administrasi kredit tidak perlu dilakukan oleh masing-masing bank peserta namun
cukup oleh agen
c. Ketentuan dan persyaratan kredit untuk semua bank sama artinya bahwa debitur tidak
perlu dipusingkan syarat yang berbeda dari masing-masing bank
d. Meningkatkan jalinan bisnis debitur dengan bank lain yang semula belum kenal
e. Meningkatkan kredibilitas debitur artinya bahwa masyarakat maupun mitra bisnisnya
lebih percaya karena debitur mendapat fasilitas kredit dari beberapa bank

 Manfaat bagi kreditur:


a. Mengatasi batas masalah maksimum pemberian kredit (BMPK)
b. Sharing resiko dengan bank lain
c. Proses analisa lebih tajam atau akurat karena diawasi banyak pihak
d. Mempertahankan existing debitur agar tidak lari ke bank lain
e. Meningkatkan hubungan antara pihak debitur dengan peserta sindikasi
f. Meningkatkan feed based income bagi kreditur
g. Proses pembelajaran peserta sindikasi baru

1. Pengertian Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen


Salah satu asas hukum yang dianut dalam hukum perjanjian adalah asas kebebasan
berkontrak, yang berarti setiap orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian yang memuat
syarat-syarat perjanjian macam apapun, sepanjang perjanjian itu dibuat secara sah dan
beritikad baik, serta tidak melangggar ketertiban umum dan kesusilaan.

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan finansial (consumer finance company). Perusahaan pembiayaan konsumen
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan 100 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014, hlm 162. 76 kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau
berkala oleh konsumen.101 Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan
langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi ataupun distribusi.

2. Dasar Hukum Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen


1.) Pasal 1320 ayat (1) jo Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
Pasal 1320 ayat (1) menyatakan sebagian salah satu syarat sahnya suatu perjanjian
diperlukan adanya “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya”. Pasal 1338 ayat (1)
menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi yang membuatnya”.

2.) Pasal 1320 ayat (4) jo. Pasal 1337 KUH Perdata

Pasal 1320 ayat (4) KUH Perdata menyatakan salah satu syarat sahnya perjanjian
apabila dilakukan atas “suatu sebab yang halal”. Pasal 1337 KUH Perdata menentukan bahwa
“suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan
dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.
3.) Pasal 1329 jo. Pasal 1330 dan 1331 KUH Perdata

Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan : “setiap orang adalah cakap untuk membuat
perjanjian, kecuali jika ia ditentukan tidak cakap oleh undang-undang”. Pasal 1330 KUH
Perdata menyatakan “tidak cakap untuk membuat perjanjian” adalah :

a. Orang-orang yang belum dewasa ;


b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan ;
c. Wanita yang sudah bersuami.

Pasal 1331 KUH Perdata menyatakan “orang-orang yang di dalam pasal yang lalu
dinyatakan tidak cakap, boleh menuntut pembatalan perikatan-perikatan yang telah mereka
perbuat dalam hal-hal dimana kekuasaan itu tidak dikecualikan dalam undang-undang”.

Dapat disimpulkan bahwa KUH Perdata tidak melarang bagi seseorang untuk
membuat perjanjian dengan pihak manapun yang dikehendaki. Undang-undang hanya
menentukan bahwa orang-orang tertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian. Setiap orang
bebas untuk memilih pihak dengan siapa membuat perjanjian, asalkan pihak tersebut bukan
pihak yang tidak cakap untuk membuat perjanjian. Bahkan, apabila seseorang membuat
perjanjian dengan lainnya yang menurut undang-undang tidak cakap membuat perjanjian,
maka perjanjian tetap sah selama tidak dituntut pembatalannya oleh pihak yang tidak cakap.

4.) Pasal 1332 KUH Perdata menyatakan “hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan
saja dapat menjadi pokok perjanjian-perjanjian”. Pasal ini menegaskan bahwa asalkan
menyangkut barang-barang yang bernilai ekonomis, maka setiap orang bebas untuk
memperjanjikannya.
5.) Pasal 1335 KUH Perdata yang melarang dibuatnya kontrak tanpa causa, atau dibuat
berdasarkan causa yang palsu atau yang terlarang, dengan konsekuensi tidaklah
mempunyai kekuatan.
6.) Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menetapkan bahwa kontrak harus dilaksanakan
dengan itikad baik.
7.) Pasal 1339 KUH Perdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat, kepatutan,
kebiasaan dan unang-undang. Kebiasaan yang dimaksud bukanlah kebiasaan setempat,
akan tetapi ketentuan-ketentuan yang dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan.
8.) Pasal 1347 KUH Perdata mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya
disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam kontrak.
9.) Ketentuan Buku III KUH Perdata kebanyakan bersifat hukum pelengkap (anvullend
recht, optional) artinya para pihak dapat secara bebas membuat syarat-syarat atau aturan
tersendiri dalam suatu perjanjian menyimpang dari ketentuan undang-undang, namun
jika para pihak tidak mengatur dalam perjanjian, maka ketentuan Buku III KUH Perdata
akan melengkapinya untuk mencegah adanya kekosongan hukum sesuai dengan isi
materi perjanjian yang dikehendaki para pihak.
10.) Buku III KUH Perdata, tidak melarang kepada seseorang untuk membuat perjanjian
itu dalam bentuk tertentu, sehingga para pihak dapat secara bebas untuk membuat
perjanjian secara lisan ataupun tertulis, terkecuali untuk perjanjian tertentu harus
dalam bentuk akta otentik.

3. Ruang Lingkup Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen


1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.
2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan
dibuatnya.
4. Kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian.
5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang
bersifat opsional (Sjahdeini, 1993:47).

Anda mungkin juga menyukai