Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tri Rohmayanti

NIM : 2020017012

Kelas : 3A01

Mata Kuliah : Akuntansi Perbankan

Kartu Kredit dan Bank Garansi

A. Pengertian Kartu Kredit


Kartu Kredit merupakan istilah yang diadopsi dari istilah credit card, merupakan kata majemuk,
yang terjadi dari dua kata yang masing-masing mempunyai pengertian dan arti yang berbeda,
dalam pengertian yang tidak sepadan serta berbeda pula pengertiannya secara harafiahnya.
Kartu kredit terdiri dari dua kata yaitu kartu dan kredit. Kartu adalah kertas tebal yang tidak
berapa besar biasanya persegi panjang untuk berbagai keperluan. Kredit/Creditberasal dari
bahasa Romawi “Credue” yang mempunyai arti “Percaya” diadopsi oleh masyarakat sebagai
membeli dan atau menjual secara angsuran.
B. Fungsi Kartu Kredit
Fungsi pokok dari kartu kredit ialah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas sehingga dapat
melancarkan dan mendorong perdagangan dan perputaran uang. Adapun bagi pihak yang
memberi kredit, secara materiil dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan
yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit dan secara spiritual mendapatkan kepuasan
dengan dapat membantu pihak lain mencapai kemajuan.
C. Pokok Penerbitan Kartu Kredit
Penerbitan kartu kredit harus didasarkan dengan adanya suatu perjanjian yang dibuat antar dua
pihak menimbulkan perikatan. Berdasarkan dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan antara
dua orang yang disebut perikatan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1233 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang-
Undang. Perikatan yang terjadi antara penerbit dan pemegang kartu kredit tergolong perikatan
yang lahir karena persetujuan, dimana isi dari persetujuan tersebut mengikat pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang
membuatnya.” Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata ini merupakan landasan dari adanya asas
kebebasan berkontrak. Apabila dikaji lebih lanjut, ternyata di dalam KUH Perdata, maupun di
dalam KUHD tidak ada satu pasal pun yang mengatur tentang kartu kredit. Meskipun demikian
berdasar Pasal 1319 KUH Perdata maka semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus
maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada ketentuan umum
tentang perjanjian sebagaimana diatur dalam Bab I dan Bab II Buku III KUH Perdata.
D. Hubungan hukum dalam Penerbitan Kartu Kredit
Pihak-pihak dalam hubungan kartu kredit adalah subjek yang berperan dalam hubungan hukum
penerbitan kartu kredit dan penggunaan kartu kredit. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pemegang Kartu (Card Holder) Pemegang kartu adalah orang perseorangan sebagai
pihak dalam perjanjian penerbitan kartu kredit, yang telah memenuhi syarat dan
prosedur yang telah ditetapkan oleh penerbit, sehingga dia berhak menggunakan kartu
kredit dalam transaksi jual beli barang/jasa, atau dalam penarikan uang tunai dari pihak
penerbit. Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh pihak pemegang kartu adalah jumlah
minimum penghasilan dalam setahun. Pemegang kartu terdiri dari Pemegang Kartu
Utama (Basic Cardholder) dan Pemegang Kartu Suplemen (Supplementary Cardholder)
biasanya adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan pemegang kartu utama.
Pemegang kartu utama bertanggung jawab atas tagihan terhadap pemegang kartu
suplemen, pemegang kartu wajib mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
penerbit dalam melakukan transaksi yang menggunakan kartu kredit dan bertanggung
jawab atas akibat yang ditimbulkannya.
b. Penerbit Kartu Kredit (issuer) Penerbit kartu kredit adalah Bank sebagai pihak dalam
perjanjian penerbitan kartu kredit. Apabila penerbit itu Bank Umum, maka dia harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Pedagang/pengusaha (Merchant) Penjual adalah pengusaha dagang (Merchant) yang
ditunjuk oleh pihak penerbit berdasarkan perjanjian penggunaan kartu kredit, seperti
pengusaha supermarket, restoran, pom bensin, hotel, travel, perusahaan pengangkutan.
Penjual adalah pihak dalam perjanjian penggunaan kartu kredit yang berhak menerima
pembayaran dari penerbit berdasarkan surat tanda pembelian yang ditunjukkan
kepadanya.
d. Perantara Perantara adalah pihak pengelola penggunaan kartu kredit dalam penagihan
antara penjual dan penerbit dan pembayaran antara pemegang kartu dan penerbit.
Perantara penagihan antara penjual dan penerbit disebut Acquirer, yaitu pihak yang
melakukan penagihan kepada penerbit berdasarkan catatan yang disampaikan
kepadanya oleh penjual. Hasil penagihan tersebut dibayarkan kepada penjual dengan
memperoleh komisi. Perantara pembayaran antara pemegang kartu dan penerbit
adalah pihak yang melakukan pembayaran kepada penerbit atas permintaan pemegang
kartu. Perantara pembayaran ini biasanya adalah bank, yang mengirimkan uang
pembayaran kepada penerbit. Atas dasar pelayanan tersebut, bank perantara
memperoleh komisi (fee) dari pemegang kartu.
A. Pegertian Bank Garansi
Bank garansi merupakan semua garansi yang diterima atau diberikan oleh satu bank untuk pihak
tertentu baik perorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh bank akan dipenuhi
kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya selaku penerima jaminan
apabila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin tidak dapat memenuhi
kewajibannya/pembayarannya (cidera janji). Bank menerbitkan bank garansi setelah ada
transaksi sebelumnya, dalam arti untuk menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok
yang dijamin melalui bank garansi. Kegiatan pokok tersebut misalnya adanya suatu pemenangan
tender proyek tertentu, adanya transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu
tertentu dikemudian hari. Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu
tersebut pihak tertentu harus memenuhi kewajibannya. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban
dikemudian hari maka diperlukan jaminan bank yaitu bank garansi. Bank garansi dapat
dikatakan sebagai perjanjian ikutan (accesoir).
Timbulnya perjanjian bank garansi karena adanya perjanjian pokoknya. Dengan demikian masa
berlakunya bank garansi akan berakhir dengan berakhirnya masa berlaku perjanjian pokok atau
berakhirnya bank garansi sebagaimana ditetapkan dalam bank garansi itu sendiri. Untuk masa
berlaku bank garansi hanya satu kali saja, namun bila menghendaki dapat diperpanjang. Bila
bank yang dijamin melakukan wan prestasi atau cidera janji, maka pemegang bank garansi dapat
melakukan klaim kepada bank penerbit atas bank garansi tersebut. Pembayaran kewajiban
sebagai akibat tuntutan atau klaim dipenuhi dari setoran jaminan yang diterima oleh bank dari
pihak dijamin. Namun demikian setoran jaminan yang diterima bank biasanya kurang dari 100%.
Kekurangan setoran jaminan yang dilimpahkan untuk membayar klaim dapat dipenuhi oleh bank
dengan mengkonversi menjadi kredit yang diberikan kepada pihak yang dijamin.
B. Jenis – jenis Bank Garansi
Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:
 Penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka
pemberian kredit, risk sharing dan standby loan maupun dalam rangka pelaksanaan
proyek.
 Akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi bentuk
penandatanganan kedua atau seterusnya atas wesel dan promes (aksep).

Berdasarkan kegunaannya, bank garansi dapat digunakan dalam rangka:

 Tender, yaitu bank garansi yang diberikan oleh bank untuk para kontraktor maupun
levelansir.
 Perdagangan, yaitu bnak garansi yang diberikan keada pihak pabrikan untuk
kepentingan agen atau levelansir produk-produk pabrik tersebut.
 Penangguhan bea masuk, yaitu bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin kepada
dinas bea dan cukai untuk pembayaran bea masuk barang impor.
 Cukai rokok, yaitu bank garansi yang diberikan dalam rangka menjamin atas
pembayaran cukai rokok yang ditangguhkan, sementara rokok tersebut sudah
beredar/dipasarkan.
 Uang muka kerja, yaitu bank garansi yang diberikan untuk mengambil uang muka
pelaksanaan proyek dalam kontrak-kontrak tertentu.
C. Perlakuan Akuntansi Bank Garansi
Bank garansi yang diterima mapun yang diterbitkan bank sendiri dicatat sebesar jumlah atau
nilai bank garansi yang diberikan. Selanjutnya bank garansi yang masih berlaku pada tanggal
laporan bank yang diterima maupun yang diterbitkan oleh bank, disajikan sebesar jumlah
nominal bank garansi yang bersangkutan. Pada kasus tertentu bank garansi diterbitkan secara
sindikasi. Untuk bank garansi seperti ini disajikan oleh peserta atau bank sebesar pangsa
jaminan yang diberikan bank bersangkutan.
Transaksi bank garansi merupakan transaksi bersyarat atau kontijensi yaitu terjadi atau tidak
terjadinya wan prestasi/klaim tergantung dikemudian hari. Bank akan memenuhi kewajiban
kepada pemegang bank garansi kalau nasabah ingkar janji atau wan prestasi. Sebagai transaksi
bersyarat, maka saat pembukaan atau penerbitan bank garansi dicatat dalam rekening
administratif kelompok kontijensi kewajiban dengan posisi di sisi kredit dengan ayat jurnal
tunggal sebesar nilai kewajiban bank disamping pencatatan pada rekening efektif untuk setoran
jaminan bank garansi.
Jasa penerbitan bank garansi akan memberikan pendapatan bagi bank penerbit. Pendapatan
yang berasal dari transaksi ini berupa komisi penerbitan bank garansi. Komisi ini diterima di
muka saat penerbitan. Pendapatann tersebut harus dilaporkan setiap periode selama masa
berlakunya bank garansi. Dengan demikian secara akrual pendapatan tersebut harus
diamortisasi setiap periode pelaporan akuntansi. Untuk setoran jaminan, besarnya tergantung
kesepakatan. Setoran jaminan ini merupakan sumber dana bagi bank dan pada saatnya akan
dikembalikan kepada pihak yang dijamin melakukan wan prestasi maka jelas dana setoran
jaminan akan dilimpahkan kepada pemegang bank garansi.

Anda mungkin juga menyukai