Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KREDIT DAN HUKUM PERJANJIAN LAINNYA

Dosen Pengampu :

Anna Kania Widiatami, S.E., M.Ak., Akt.

Disusun Oleh :

1. Shifa Nur Zahrani (7101419069)

2. Yenni Alya Cahyani (7101419101)

3. Ika Moulina Utami (7101419305)

4. Noviyanti Wahyuningsih (7101419329)

5. Maya Diantari Mulyono (7101419335)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
A.Pengertian Kredit
Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa Latin, Credere yang berarti kepercayaan.
Dalam konteks perbankan, kredit berarti orang yang mendapatkan kepercyaan dari bank.
Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa kredit adalah nasabah yang mendapat
kepercayaan dari bank dalam bentuk peminjaman sejumlah uang.

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan menyatakan


bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mejawibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.

B.Jenis-jenis Perjanjian Kredit


a. Menurut Tujuannya:
1. Kredit Modal Kerja (KMK)

Adalah kredit yang diperuntukkan sebagai pembiayaan inventory.

2. Kredit Investasi (KI)

Adalah kredit yang diperuntukkan sebagai fasilitas untuk pemenuhan investasi.

b. Menurut Dana yang Diberikan:


1. Cash Loan

Contoh: KMK, KI.

2. Noncash Loan

Contoh: Bank Garansi , Letter of Credit, SKBDN.

c. Menurut Jumlah Kredit


1. Kredit Korporasi

Adalah kredit yang jumlah fasilitas yang diberikan relatif lebih besar.

2. Kredit Ritel
Adalah kredit yang jumlah fasilitas yang diberikan relatif lebih kecil.

d. Menurut Penggunaannya
1. Kredit Konsumtif Adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi keutuhan sehari-
hari.
2. Kredit Produktif Adalah pembiayaan bank yang ditujukan untuk keperluan usaha
nasabah agar produktivitas meningkat.
3. Kredit profesi Adalah kredit yang diberikan semata-mata untuk kepentingan
profesinya.
e. Menurut Cara Penarikannya
1. Kredit Konvensioal

Kredit dengan menggunakan kantu kredit

f. Menurut Jangka Waktunya


1. Kredit Jangka Pendek

Adalah kredit yang berjangka waktu paling lama 1 tahun.

2. Kredit Jangka Menengan

Adalah kredit yang jangka waktunya antara 1 hingga 3 tahun.

3. Kredit Jangka Panjang

Adalah kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 tahun.

g. Menurut Agunan dan Jaminan


Kredit dengan Agunan Umum
Kredit dengan Agunan Khusus
Kredit dengan agunan berupa Simpanan

C. Dasar-dasar Pemberian Kredit


Menurut Hermansyah dalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan
Nasional Indonesia mengemukakan bahwa dalam pemberian kredit dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana
ditentukan dalam pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
berikut:
 Pasal 8 Ayat (1)
“Dalam memberikan kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
iktikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan”.
 Pasal 8 Ayat (2)
“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Penjelasan pasal 8 ayat (2) menyatakan bahwa pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
yang wajib dimiliki dan ditetapkan oleh bank dalam pemberiaan kredit dan
pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibentuk dalam
bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah
debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
4. Kewajiban bank untuk memberi kan informasi yang jelas mengenai prosedur dan
persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dengan yang berbeda kepada nasabah debitur dan/atau pihak-pihak
terafiliasi.
6. Penyelesaian Sengketa.
Menurut Hermansyah (2007:64), untuk mencegah terjadinya kredit
bermasalah pada kemudian hari , penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan
terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada “Prinsip
5C” yaitu:
1. Character
Artinya calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang
baik.
2. Capacity
Artinya kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegitan usahanya dan
mampu melihat prospek sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan
memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia sanggup melunasi utang
kreditnya dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
3. Capital
Artinya sebelum memutuskan pemberian kredit bank melakukan penelitian
terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit.
4. Collateral
Artinya jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana
pengamanan atas resiko yang mungkin terjadi.
5. Conditional of Economy
Artinya dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan
kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari banl untuk
memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi
tersebut.

D.Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit (credit/loan agreement) merupakan salah satu perjanjian yang dilakukan
antara bank dengan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah nasabahnya. Perjanjian kredit
sebenarnya dapat dipersamakan dengan perjanjian utang-piutang. Perbedaannya, istilah
perjanjian kredit umumnya dipakai oleh bank sebagai kreditur, sedangkan perjanjian utang-
piutang umumnya dipakai oleh masyarakat dan tidak terkait dengan bank.

Menurut Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan
pengertian ini, perjanjian kredit dapat diartikan sebagai perjanjian pinjam-meminjam antara
bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang mewajibkan debitur untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Perjanjian kredit adalah peristiwa saat seorang berjanji kepada orang lain atau saat dimana
orang-orang tersebut saling berjanji untuk melakukan suatu hal.Dalam hal perjanjian kredit
objek atau ini perjanjian ini adalah prihal pinjam meminjam uang yang disertai dengan
penyerahan hak atas sejumlah kekayaan dari debitur sebagai jaminan pelunasan utang.

Ditinjau dari sifatnya perjanjin kredit bersifat pokok atau dasar (obligasi).Dalam perkreditan
perjanjiaan kredit pada umumnya akan melahirkan perjanjian jaminan .Perjanjian jaminan
merupakan perjanjian yang bersifat tambahan atau pelengkap .Dengan kata lain ada dan
berakhirnya perjanjianjaminan tergantung pada adanya perjanjian pokok yaitu perjanjain
pokok yaitu perjanjian kredit.

Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan menggunakan bentuk


perjanjian baku (Standard Contract). Berkaitan dengan itu, memang dalam praktiknya bentuk
perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya
mempelajari dan memahaminya dengan bank. Apabila debitur menerima semua ketentuan
dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk menandatangani
perjanjian kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani
perjanjian kredit.

E.Jaminan dan agunan


Jaminan adalah tanggungan atas pinjaman yang diterima atau garansi atau janji seseorang
untuk menanggung utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi (KBBI, 1989:384). Istilah
jaminan berasal dari bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie, yang artinya cara-cara
kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya, di samping pertanggungan jawab umum debitur
terhadap barang barangnya. Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
23/69/KEP/DIR pasal 2 ayat (1) tentang Jaminan Pemberian Kredit, Jaminan adalah suatu
keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan. Agunan adalah aset atau barang berharga yang dititipkan oleh peminjam dana
(debitur) ke pemberi pinjaman (kreditur) sebagai jaminan. Agunan ini dapat berpindah hak
kepemilikannya kepada pemberi pinjaman apabila peminjam gagal memenuhi kewajibannya
dalam membayar pinjamannya sesuai perjanjian (penyitaan). Pinjaman dengan agunan
biasanya memiliki bunga yang lebih rendah daripada pinjaman tanpa agunan karena kreditur
memiliki risiko kerugian yang lebih rendah.

Tidak semua aset bisa menjadi agunan, aset haruslah memiliki beberapa kriteria. Kriteria-
kriteria tersebut di antaranya adalah:

Berharga dan memiliki nilai ekonomis. Aset harus dapat dinilai dengan uang dan dapat
ditukar dengan uang.

Dapat diperjualbelikan. Kepemilikan barang dapat dipindahtangankan ke pihak lain.

Memiliki nilai yuridis, yaitu dapat diikat secara sempurna berdasarkan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dari hasil likuidasi aset tersebut bank memiliki
hak didahulukan

F.Fungsi Jaminan Kredit


Pasal 1131 KUHP menerangkan fungsi jaminan sebagai upaya pemenuhan kewajiban debitur
yang dimulai dengan uang, yaitu dipenuhi dengan melakukan pembayaran. Oleh karena itu,
jaminan memberikan hak kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan
kekayaan yang dijanjikan (Soewarso, 2002 : 8).

Dalam perjanjian kredit, para pihak lazimnya telah menjanjikan dengan tegas bahwa apabila
debitur tidak membayar kredit yang terutang, kreditur berhak mengambil sebagian atau
seluruh hasil penjualan harta kekayaan yang dijaminkan tersebut sebagai pelunasan utang
debitur. Jika ada beberapa kreditur, pembagian diantar para kreditur sangat tergantung pada
apakah diantara para kreditur terdapat pengikatan jaminan yang dilakukan secara khusus.
Apabila diantara kreditur ada yang memberikan kredit dengan jaminan hak tanggungan atau
hipotek, gadai, dan fidusia, kreditur tersebut adalah kreditur separatis yang akan menerima
pelunasan hak tagihnya secara penuh yang didahulukan dari para kreditur lainnya yang tidak
mendapat jaminan khusus atau kreditur konkuren. Para kreditur konkuren akan menerima
secara berbanding dari hasil penjualan harta debitur setelah dikurangi bagian yang menjadi
hak kreditur separatis (Soewarso, 2002 : 8).
Fungsi jaminan adalah memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur/bank untuk
mendapatkan pelunasan dari barang jaminan tersebut apabila debitur tidak dapat melunasi
hutangnya pada waktu yang disepakati dalam perjanjian.

Menurut Djamil (2010:44), terdapat dua fungsi jaminan dalam pembiayaan, yaitu:

Untuk pembayaran utang seandainya terjadi wanprestasi atas pihak ketiga yaitu dengan jalan
menguangkan atau menjual jaminan tersebut.

Sebagai akibat dari fungsi pertama, atau sebagai indikator penentuan jumlah pembiayaan
yang akan diberikan kepada pihak-pihak ketiga. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh
melebihi nilai harta yang dijaminkan.

G. Prinsip Prinsip Jaminan Kredit


Menurut pasal 1131 KUHP tercantum prinsip yang bersifat umum dari hukum jaminan yaitu:

Kekayaan seseorang merepukan jaminan hutangnya

Kekayaan tersebut juga mencakup benda yang akan diperoleh atau dimiliki pada kemudian
hari

Kekayaan benda tersebut meliputi yang bergerak dan tidak bergerak

Kreditur tidak dibenarkan mengambil barang jaminan untuk langsung dimiliki dan dianggap
sebagai pelunasan utang debitur.

Berdasarkan prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa pemberi jaminan harus orang yang
berkuasa penuh atas barang yang dijaminkan, atau dengan kata lain debitur adalah pemilik
barang yang berhak menjual atau menjaminkan barang tersebut. Kepemilikan barang dapat
dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan. Jadi, pada prinsipnya hanya
pemilik yang dapat menjaminkan hartanya kepada pihak lain atau kreditur untuk pinjaman
yang diterima.

H.Pengikatan Jaminan Kredit.

Di dalam dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian kredit. Untuk memperoleh
keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus melakukan penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha Debitur.
Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit agar Bank dapat memperoleh tambahan
keyakinan atas kemampuan Debitur untuk mengembalikan utangnya.

Yang dimaksud dengan Jaminan dalam arti luas adalah jaminan yang bersifat materil maupun
yang bersifat immateril. Jaminan yang bersifat materil misalnya bangunan, tanah, kendaraan,
perhiasan, surat berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril misalnya jaminan
perorangan (borgtocht).
Dari sifat dan wujudnya benda menurut hukum dapat dibedakan atas benda bergerak
(roerende goederen) dan benda tidak bergerak (onroerende goederen).
Pendapat lain membagi benda bergerak menjadi Berwujud dan Tidak Berwujud. Berwujud
artinya sifatnya sendiri menggolongkannya kedalam golongan itu yaitu segala barang yang
dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, misalnya barang-barang inventaris kantor,
kendaraan bermotor dan sebagainya. Sedangkan Tidak Berwujud adalah karena Undang-
Undang menggolongkannya ke dalam golongan itu, misalnya cek, wesel, saham, obligasi dan
tagihan.

Pengikatan jaminan kredit di bank merupakan mekanisme bank untuk


memastikan bahwa secara legal mereka memiliki hak atas agunan yang
dijaminkan oleh Debitur, apabila muncul kondisi wan -prestasi.

I.Macam-macam Jaminan Kredit


Dalam pasal 1131 KUH perdata mencerminkan suatu jaminan umum sedangkan pasal 11 32 KUH
perdata Selain sebagai lanjutan dari penyempurnaan pasal 1131 yang mengesahkan persamaan
kedudukan para kreditur juga memungkinkan diadakannya suatu jaminan khusus apabila di antara
kreditur ada alasan alasan yang sah untuk dahulukan yang dapat terjadi karena ketentuan UU maupun
karena diperjanjikan.

 Jaminan Umum

“Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah
ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perorangan” (Pasal 1131 KUH Perdata),
sedangkan dalam pasal 1132 KUH Perdata menyatakan “kebendaan tersebut menjadi jaminan
bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-
benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan,

yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila diantara para berpiutang
itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.

Dikarenakan jaminan umum menyangkut seluruh harta benda debitur maka ketentuan pasal
1131 KUH Perdata dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu;

1) kebendaan tersebut sudah cukup memberikan jaminan kepada kreditur minimal sama
ataupun melebihi jumlah hutang-hutangnya

yang berarti hasil bersih penjualan harta kekayaan debitur dapat menutupi atau memenuhi
seluruh hutang-hutangnya,

sehingga kreditur akan menerima pelunasan piutang karena semua kekayaan debitur dapat
dijadikan pelunasan piutang.

2) harta benda debitur tidak cukup memberikan jaminan kepada kreditur dalam hal nilai kekayaan
debitur karena kurang dari jumlah hutang-hutangnya atau apabila pasivnya melebihi aktivanya.

 Jaminan kebendaan

Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan penjaminan yang dilakukan oleh kreditur
terhadap suatu peminjaman yang dilakukan oleh debitur kepada krediturnya. Jalinan
kebendaan dapat dilakukan antara kreditur dengan debitur nya atau juga dapat dilakukan
antara kreditur dengan pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari
debitur. Jaminan kebendaan terdiri atas:

1. Gadai

Gadai diatur dalam pasal 1150 sampai 116 1 KUHP

prinsip gadai:

Hak kebendaan yaitu memberikan hak kepada pemegang gadai untuk menjual barang
jaminan Jika ternyata debitur wanprestasi
Perjanjian assesoir yaitu tambahan atau ikutan dari adanya perjanjian pokok yaitu perjanjian
pinjam meminjam uang

Perjanjian bentuk bebas dapat dilakukan secara tertulis atau lisan

Objek gadai yaitu terdiri dari benda bergerak yang meliputi barang bergerak yang bertubuh
dan tidak bertubuh

Benda jaminan dikuasai kreditur yang berarti gadai ada yang jika benda jaminan diserahkan
secara fisik penguasaannya kepada debitur

Hak pemegang gadai: yaitu menjual barang gadai, menggadaikan kembali barang gadai,
menahan barang gadai, dan mendapat pengembalian ongkos yang telah dikeluarkan untuk
keselamatan barang gadai

Kewajiban pemegang gadai: bertanggung jawab atas hilangnya barang gadai, tidak boleh
menggunakan barang gadai dan jika barang hendak dijual harus diberitahukan kepada
pemiliknya terlebih dahulu.

Berakhirnya gadai: jadi berakhir sebab hapusnya perjanjian pokok yaitu perjanjian pinjam
meminjam uang, kreditur melepaskan haknya, musnahnya benda gadai dan karena suatu
sebab yang mengakibatkan kreditur menjadi pemilik barang yang dipegang sebagai jaminan
tersebut

2. Hak Tanggungan

Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1994 tentang hak tanggungan atas tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah yaitu pada pasal 1 ayat 1. Didefinisikan bahwa hak
tanggungan tanggungan adalah hak jaminan yang diberikan kepada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar
pokok yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah.

Unsur-unsur hak tanggungan:

 *Hak tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan hutang


 *Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah berupa UUPA
 *Hak tanggungan dapat dibebankan atas tanah saja
 *Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu
 *Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur
lain

Asas-asas hak tanggungan:

Perjanjian hak tanggungan adalah perjanjian accesoir yang berarti perjanjian hak tanggungan
bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri keberadaannya karena adanya perjanjian
lain yang disebut perjanjian induk

 Droit De suite artinya hak tanggungan tetap mengikuti benda jaminannya dalam
tangan siapapun benda tersebut berada
 Droid de preference artinya tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditur tersebut terhadap kreditur lain

Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi

Objek hak tanggungan atau benda jaminan tidak boleh dijanjikan untuk dimiliki sendiri oleh
kreditur

Asas spesialisasi dan publisitas artinya hak tanggungan wajib daftarkan

Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti tidak perlu memperoleh persetujuan
dari pemberi hak

Bentuk perjanjian:

 Perjanjian utang piutang sebagai perjanjian pokok yang melahirkan janji untuk
menyerahkan benda jaminan sebagai pelunasan utang dapat dibuat secara bebas dapat
menggunakan akta autentik maupun dengan akta dibawah tangan tergantung pada
ketentuan hukum yang mengatur perjanjian tersebut.
 Objek hak tanggungan: dalam pasal 4 UU objek hak tanggungan terdiri dari hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah negara yang
wajib didaftarkan.
 Subjek hak tanggungan: adalah para pihak yang mempunyai kewenangan secara
hukum untuk bertindak sebagai pemberi atau penerima hak tanggungan.
 Penerima atau pemegang hak tanggungan: adalah orang atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.
Hapusnya hak tanggungan:

Menurut pasal 18 ayat 1 UU hak tanggungan dapat hapus karena: *hapusnya utang yang
dijamin dengan hak tanggungan *dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak
tanggungan

 *Pemberian hak tanggungan Berdasarkan Penetapan peringatan oleh ketua pengadilan


negeri
 hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan
3. Hipotek

Dalam undang-undang hukum perdata hipotek adalah hak kebendaan atas benda tak bergerak
sebagai pelunasan atas suatu perikatan. Sejak disahkannya undang-undang nomor 4 tahun
1996 jam tentang tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah
hipotek Tidak dapat lagi digunakan dalam pembentukan hak atas tanah dan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah tetapi hipotek masih bisa dibebankan atas kapal laut dengan
bobot sekurang-kurangnya 20m³.

Botak kapal laut

Dalam pasal 1 ayat 36 UU pelayaran disebutkan bahwa definisi kapal adalah kendaraan air
dengan bentuk dan jenis tertentu yang digerakkan dengan tenaga angin dan tenaga mekanik.
Kapal laut merupakan kendaraan yang ber daya dukung dinamis.

Berdasarkan Undang-Undang Hukum Dagang, kapal laut Indonesia berukuran minimal 20m³
isi kotor, dapat dibukukan dalam register kapal menurut ketentuan yang ditetapkan dalam
suatu undang-undang tersendiri

4. .Fidusia

Di dalam undang-undang jaminan fidusia didefinisikan menjadi dua

Dalam pasal 1 ayat 1, fidusia adalah hak pengalihan atas kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang yang kepemilikannya dialihkan tersebut
tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dalam pasal 1 ayat 2, jaminan fidusia adalah hak
jaminan atas benda yang bergerak baik berwujud maupun yang tak terwujud dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang dapat dibebani oleh hak tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam UU nomor 4 tahun 1996
Prinsip fidusia:

Prinsip hidup sehat terdapat pada pasal 1 ayat 1 UU Nomor 42 tahun 1999. Prinsipnya yaitu
benda yang dijadikan jaminan fidusia atau fasilitas kredit yang diterima untuk sementara
dialihkan kepada pihak yang menerima fidusia.

Objek fidusia:

Objek fidusia mengacu pada pasal 1 ayat 2 UU Nomor 42 tahun 1999. Yaitu objek fidusia
terdiri dari

 Benda bergerak berwujud seperti kendaraan bermotor dan mesin


 Benda bergerak tak berwujud seperti piutang
 Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani oleh hak
tanggungan

Hapusnya Fidusia:

Fidusia dapat berakhir atau hapus karena berakhirnya perikatan pokok yaitu perjanjian
kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang. Fidusia juga dapat dihapus karena pelepasan
hak oleh kreditur maksudnya bahwa kreditur tidak lagi memilih menghendaki benda tersebut
dijadikan sebagai jaminan utang atau dengan kata lain kreditur mengembalikan hak milik atas
benda tersebut kepada pemilik semula yaitu debitur.

 Jaminan Perorangan

Dalam pasal 1820 KUHP dinyatakan bahwa Penanggungan utang adalah suatu
perjanjian dimana satu pihak kepada pihak lainnya bahwa ia menanggung pembayaran suatu
hutang apabila Debitur tidak menepati janjinya. Macam-macam jaminan perorangan:

Jaminan pribadi

Yaitu jaminan dari pihak ketiga untuk kepentingan debitur untuk kreditur nya yang
berupa kesanggupan pihak ketiga tersebut untuk membayar pinjaman uang yang merupakan
kewajiban debitur apabila debitur wanprestasi
 Jaminan perusahaan

Jaminan perusahaan pada prinsipnya sama dengan jaminan pribadi. Namun ada
perbedaan di antara keduanya yaitu pada jaminan perusahaan pihak ketiga Sebagai
penanggung adalah perusahaan yang menanggung dengan kekayaan perusahaan tersebut

Anda mungkin juga menyukai