Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KREDIT PERBANKAN

MUHAMMAD FANY ARPAN (2016-31-067)


ADITYA SYARIFUDIN NOER (201831056)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
2020
A. LATAR BELAKANG
Kredit merupakan salah satu jasa dari berbagai jasa yang diberikan oleh bank. Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam menjalankan fungsi intermediary, bank berfungsi sebagai lembaga perantara  artinya


bank menjembatani antara nasabah yang memiliki kelebihan dana dan nasabah yang kekurangan dana.  
Nasabah yang mempunyai dana lebih akan menyimpan dana tersebut di bank dalam bentuk simpanan, 
kemudian bank akan menggunakan uang tersebut untuk disalurkan kepad nasabah yang membutuhkan
dana dalam benuk kredit . Dalam fungsi intermediary bank berperan sebagai :

1.      Lembaga perantara (simpan salur)

2.      Lembaga pengelolaan managament risk

3.      Lembaga kepercayaan (trust fund)

Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai kenyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta harus
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung
resiko. Dalam praktek perbankan untuk adanya pemberian kredit dari bank, maka pihak bank harus
mengadakan perjanjian didalam penyerahan uang terhadap debitur seperti yang telah disepakati
bersama. Karena biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian kredit yang dibuat sebelum dilakukan
penyerahan uang, sehingga perjanjian kredit ini merupakan perjanjian perdahuluan dari penyerahan
uang.

Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan
perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada
nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
baik secara umum maupun khusus untuk sektor tertentu.

2.1       PENGERTIAN KREDIT

2.1.1    Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perkreditan, Drs. Thomas Suyatno, mengemukakan bahwa
unsur-unsur kredit terdiri atas:

1.       Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam
bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu
dimasa yang akan dating.
2.       Tenggang waktu, suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang
akan diterima pada masa yang akan ddatang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio
dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa
yang akan dating.

3.       Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
Semakin lama kredit diberikan semakin tingggi pula tingkat resikonya, karena sejauh-jauh kemampuan
manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang
dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko
inilah, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

4.       Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk
barang, atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekang ini didasarkan kepada uang, maka
transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai da   lam praktik
perkreditan

2.1.2      Kredit bank adalah semua realisasi pemberian kredit dalam bentuk rupiah maupun valuta asing kepada
pihak ketiga bukan bank termasuk kepada pegawai bank sendiri serta pembelian surat berharga yang
disertai dengan note purchase agreement / pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang dan
cerukan

2.2         JENIS-JENIS KREDIT PERBANKAN

2.2.1    Ditinjau dari jangka waktu, kredit bank dapat berbentuk    :

1.    jangka pendek

       Apabila tenggang waktu yang diberikan bank kepada nasabah untuk melunasi pinjaman tidak lebih dari 1
tahun

2.    jangka menengah

Apabila kredit yang diberikan berjangka waktu lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun.

3.         Jangka panjang

       Waktu pengembalian pinjaman yang diberikan lebih dari 3 tahun

2.2.2    Ditinjau dari sifat penggunaannya

1.    Pinjaman konsumtif

Apabila kredit yang diberikan oleh bank digunakan nasabah untuk membiayai barang-barang konsumtif

2.    Pinjaman komersial


Pinjaman yang digunakan oleh nasabah untuk membiayai kegiatan usaha. Sumber pembayaran berasal
dari usaha yang dibiayai.

2.2.3    Ditinjau berdasarkan keperluannya.

1.    Kredit modal kerja

                   Kredit yang dipergunakan untuk menambah modal kerja suatu perusahaan, seperti pembelian bahan
baku, biaya produksi, pemasaran dan modal kerja untuk operasional

2.    Kredit investasi

Kredit jangka menengah atau panjang yang digunakan untuk membeli barang-barang modal beserta jasa
yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi maupun ekspansi proyek yang akan ada.

3.         Kredit pembiayaan proyek

Kredit yang digunakan untuk pembiayaan investasi maupun modal kerja proyek baru.

2.2.4    Ditinjau dari sifat penarikannya

            1.  kredit langsung (cash loan)

     Kredit yang langsung menggunakan dana bank dan secara efektif merupakan hutang nasabah kepada
bank (kredit investasi dan kredit modal kerja)

2.  kredit tidak langsung (non cash loan)

Kredit yang tidak langsung menggunakan dana bank dan belum secara efektif meupakan hutang
nasabah ke bank

2.2.5    Ditinjau dari sifat pelunasannya

            1.  kredit dengan angsuran

                 Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamannya diatur secara bertahap menurut jadwal yang
telah ditetapkan di dalam perjanjian kredit.

            2.  kredit dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo

            Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamnya tidak diatur  secara bertahap melainkan harus
dikembalikan secara sekaligus pada saat tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kredit

2.2.6    Ditinjau dari metode pembayaran

            1.  kredit bilateral

                 Kredit yang dibiayai oleh hanya satu bank

            2.  kredit sindikasi


Kredit yang diberikan 2 atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai suatu proyek/usaha dengan
syarat-syarat dan ketentuan yang sama, menggunakan dokumen yang sama dan diadmininstrasikan oleh
agen yang sama.

2.2.7    Dintinjau dari lokasi bank

            1.  kredit onshore

            Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam negeri dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan
melalui cabang di dalam negeri

            2.  kredit offshore

            Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam negeri dalam bentuk valuta asing dan melalui cabang
bank di luar negeri

2.2.8    Ditiinjau dari cara penarikan

            1.  Penarikan sekaligus

            Penarikan kredit yang dilaksanakan satu kali sebesar limit kredit yang disetujui setelah seluruh ketentuan
dipenuhi, dengan cara tunai atau dipindah bukukan ke rekening tabungan/giro milik debitur

            2.  penarikan bertahap sesuai jadwal

            Penarikan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh bank baik berdasarkan tingkat penyelesaian
proyek maupun kebutuhan pembiayaan debitur.

3.    Rekening koran (revolving)

Penarikan sesuai kebutuhan yaitu penarikan kredit yang dapat dilaksanakn lebih dari satu kali sebesar
kebutuhan debitur pada saat setelah seluruh ketentuan dipenuhi, dengan cara tunai atau
dipindahbukukan ke tabungan/giro debitur

2.2.9    SYARAT PENGAJUAN KREDIT

1.    Kredit  Investasi  dan Modal Kerja:

Kredit investasi  dan Modal kerja diperuntukan untuk Perseorangan maupun Badan Usaha yang memiliki
usaha dimana fasilitas kredit diberikan untuk membantu pengembangan usaha berupa pembiayaan  
barang modal (Investasi) maupun pembiayaan kebutuhan Modal Kerja, untuk pemberian fasilitas ini
calon debitur haru memenuhi kriterian/persyaratkan sbb:

a.       Calon debitur memiliki Usaha  (perdagangan, manufaktur, pertambangan dll)

b.      Usaha telah berjalan lebih dari 2 tahun.

c.       Memiliki  Legalitas Usaha dan Perusahaan


Legalitas Usaha` : 

dilengkapi dengan ijin-ijin usaha sesuai usaha yang dijalankan  seperti

-     Identitas Diri

-     SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) dikeluarkan Pemerintah Daerah

-     SKDP (Surat keterangan Domisili Perusahaan/Usaha) dikeluarkan Pemerintah Daerah

-     TDP (Tanda daftar Perusahaan)   dikeluarkan Pemerintah Daerah

-     NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dikeluarkan Kantor Pajak

-     HO (Hinder Ordonantie) Surat ijin Gangguan  dikeluarkan instansi Terkait

Atas Ijin-Ijin tersebut saat ini dapat dikeluarkan oleh badan pelayanan perizinan Terpadu dimasing
masing Pemerintah Daerah. 

Legalitas Perusahaan:

-     Akta Pendirian Perusahaan

-     Pengesahan MENKUMHAM atas Akta Pendirian.

-     Apabila Badan Usaha berbentuk CV  akta pendirian telah didaftarkan pada pengadilan Negeri setempat.

-     Akta-akta Perubahan (Jika ada).

-     Lembar berita Acara Negara.

d.      Tidak tercatat sebagai debitur Macet atau masuk dalam daftar Hitam (informasi Bank Indonesia)

e.       Fixed Assets yang diagunkan harus memadai (mengcover fasilitas kredit) dan marketable (mudah untuk
di jual).

f.       Hasil Trade Checking kepada pelanggan dan Suplyer maupun kepada pengusaha sejenis dan rekanan
kerja  Tidak ada Informasi yang Negatif

g.      Keuangan Calon debitur harus baik, bahwa keuangan hasil usaha (Cash Flow) dapat menutupi biaya
Operasional dan kewajiban Bank.

2.               Kredit Konsumtif :

Kredit konsumtif hanya diperuntukan untuk Perseorangan yang memenuhi criteria atau syarat sbb:

-     Identitas Calon Debitur

-     Memiliki pekerjaan atau usaha

-     Legalitas Obyek yang akan dibiayai lengkap dan syah.

-     Tidak tercatat sebagai debitur Macet atau masuk dalam daftar Hitam (informasi Bank Indonesia)

-     DSR (Deb Security Ratio) 40% 


Penghasilan bersih setelah dikurangi kebutuhan hidup  nilainya, hanya 40% yang dapat dialokasikan
untuk memenuhi kewajiban Bank (Pokok kredit dan Bunga Bank)

           

2.3     PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBERIAN KREDIT


1.    Prinsip kepercayaan

Yaitu suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank.

a.         Nasabah percaya bahwa bank akan mengelola dananya dengan sebaik-baiknya.

b.        Bank yakin terhadap kredit yang diberikan kepada debitur akan bermanfaat dan digunakan sebaik-
baiknya

c.         Bank yakin terhadap semua data yang diberikan nasabah (know your costumer)

Indikator nasabah dapat dipercaya dilihat dari transaksi nasabah tersebut apakah transaksi yang
dilakukan mencurigakan atau tidak. Transaksi dianggap tidak mencurigakan apabila anatar uang yang
diterima nasabah dalam rekening banknya sesuai dengan profil nasabah tersebut. Sedangkan transaksi
dianggap mencurigakan dapat dilihat dari laporan hasil analisis yang dapat mengkategorikan transaksi
tesebut sebagai suatu tindak pidana.

2.         Prinsip Kehati-hatian (prudent banking)

Suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpun
dana dan penyaluran dana, terutama dalam penyaluran dana atau pemberian kredit. Usaha pengawasan
yang dilakukan bank dapat berupa          :

a.     Internal

Berupa SOP (Standard Operational Procedure)

b.    Eksternal

      Bank ketika melayani nasabah khususnya dibidang kredit harus melihat ketentuan yang diatur Bank
Indonesia

      Bank ketika memberikan kredit kepada nasabah harus memperhatikan 5C’s of Credit .

3.         Prinsip 5C (5C’s of credit)

1.  Character

Pemberian kredit pada dasarnya adalah kepercayaan sehingga penilaian Karakter memiliki peringkat
pertama dari yang lain, namun dalam menilai karakter ini sangat sulit dilakukan dalam waktu singkat,
kareana kita harus memahami benar sifat-sifat dan kebiasaan, gaya hidup  serta hubungan sosial
nasabah kita dan nasabah ini  harus dapat dipercaya  (Willingness to Pay).

Informasi mengenai karakter dapat diperoleh:


  Meminta Informasi Bank Indonesia, dimana dalam informasi tersebut akan teriformasi  jumlah pinjaman
berikut kualitas pinjaman (apakanh nasabah dalam memenuhi kewajibanya selalu tepat waktu atau
terlambat) ,  jangka waktu kredit dan agunan.

  Melakukan trade Checking kepada sesama pengusaha atau pelangga serta suplyer nasabah, dengan
harapan memperoleh informasi mengenai pribadi maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki .

2.    Capacity

Capacity adalah menilai  kapasitas atau kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya sehingga dapat
memenuhi kewajiban atau mengembalikan pinjaman Bank dari hasil usaha yang dijalankan. (abilty to
Pay) Dalam hal ini dinilai seberapa besar skala usaha yang dijalankan dan seberapa besar usaha tersebut
dapat menghasilkan laba serta kemampuan usaha untuk terus berjalan dalam kondisi ekomoni normal
atau kurang baik.

3.    Capital

Melihat sebearapa besar modal atau kekayaan yang dimiliki nasabah untuk menjalankan usaha, hal ini
dapat dilihat dari laporan keuangan berupa Neraca dan laba Rugi perusahaan termasuk ratio keuangan.  

4.    Collateral

Menilai seberapa besar nilai jaminan atau agunan yang diserahkan ke Bank  dan nilai tersebut harus
dapat mencover fasilitas Kredit yang diberikan oleh Bank, dalam hal ini Bank juga harus menilai tingkat
marketabilitas (mudah dijual) agunan dimaksud,  serta meneliti keabsahan atas legalitas bukti
kepemilikan agunan,  agunan yang dapat diterima Bank dapat berupa Barang Bergerak maupun barang
Tidak Bergerak yang harus dilakukan pengikatan secara Yuridis Sempurna. Contoh :

      Barang Tidak bergerak berupa  Tanah dan bangunan harus dilakukan pengikatan Hak Tanggungan.

      Barang Bergerak berupa Mesin-mesin dan kendaraan termasuk Kapal dengan bobot >30Ton diikat
dengan Fiducia.

5.    Condition of economic

Condition of economic  dalam pengertian Pemberian fasilitas kredit juga harus mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan usaha yang dijalakan nasabah termasuk regulasi atau perturan-
peraturan yang dikeluarkan pemerintah terhadap usaha yang dijalankan nasbah

TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PENGAJUAN KREDIT

1.      Permohonan kredit  dapat diperoleh dari  calon debitur yang dating ke Bank maupun Bank  yang
mencari  calon debitur dari beberpa sumber, antara lain dari daftar Nasabah Tabungan dan Giro dengan
Nominal besar dan volume transaksi yang cukup tinggi.
2.      Pengumpulan data atas permohona kredit (Collecting Data) berupa  legalitas usaha dan perusahaan,
data keuangan dan data agunan serta melakukan verifikasi keabsahan terhadap data-data tersebut,
termasuk meminta informasi Bank Indonesia dan melakukan penilaian agunan melalui Jasa Penilai
Agunan (KJPP  kantor Jasa penilai publik)

a.       Calon debitur dipastikan memiliki usaha yang menurut bank tidak bertentangan dengan Undang-
Undang dan norma sosial. Bank menilai usaha debitur sebagai usaha yang :

         Visible

Usaha dapat menghasilkan laba yang besar tetapi bertentangan dengan Undang-Undang dan norma
sosial

         Bankable

Usaha yang memiliki legalitas/ijin-ijin yang dapat dibiyai oleh bank sesuai ketentuan.

Usaha yang bankable belum tentu visible , usaha tersebut bisa saja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tetapi tidak menghasilkan untung yang besar.

b.    Usaha harus sudah berjalan minimal 2 tahun

2 tahun untuk menilai usaha tersebut diyakini dapat terus berjalan dan sudah teruji bahwa usaha
debitur tersebut mempunyai kinerja yang baik.

c.    Debitur menyertakan data-data legalitas usaha

                Seperti SIUP,TDP, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), NPWP atas
nama perusahaan dan identitas diri.

                Perusahaan berbadan hukum melampirkan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar yang
telah mendapat pengesahan Menkumham dan lembar berita acara negara.

                Perusahaan non badan hukum (perorangan) melampirkan KTP, Kartu Keluarga dan akte nikah.

d.   Melampirkan laporan keuangan/ hasil usaha selama 2 tahun

Lampiran laporan keuangan dapat berupa      :

      Neraca

Untuk melihat seberapa besar aset dan modal yang diimiliki perusahaan (termasuk hutang piutang
perusahaan)

      Laba /rugi

Untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan

Misalnya pada tahun 2013 perusahaan A dapat menjual 1000 meja kantor dengan biaya produksi Rp
2.000.000,00 , mendapatkan laba Rp 2.500.000.000,00

e.    Melengkapi/mengisi form aplikasi kredit dari pihak bank


3.  Proses Analisa kredit, berdasarkan data-data perijinan dan laporan keuangan dilakukan analisa kredit
dengan memperhatikan aspek-aspek legalitas, keuangan  dan kondisi usaha serta ketentuan atau
regulasi pemerintah terkait usaha yang dijalankan oleh debitur, termasuk pengaruh kondisi ekonomi
saat itu  terhadap kondisi usaha calon debitur.

a.         Bank menilai dengan standard yang ada di bank dengan data-data dan informasi yang diberikan debitur.

b.        Penilaian tersebut dilakukan oleh Komite Kredit yang terdiri dari bagian marketing dan bagian risk
management (manajemen risiko).

c.         Komite kredit melakukan perundingan dengaan melihat serta mengantisipasi risiko (memitigasi), kredit
yang diajukan calon debitur dapat disetujui atau ditolak

4.  Proses persetujuan kredit dilakukan melalui mekanisme Four Eyes atau RKK (Rapat Komite Kredit) yang
beranggotakan  Business Unit  dan  Risk Management, bersama-sama meberikan keputusan kredit
ditolak atau disetujui, dengan mempertimbangkan tingkat resiko.

Business Unit adalah bagian yang mencari (marketing) dan mengusulkan permohonan kredit serta
melakukan analisa kredit untuk diajukan dalam Rapat  Komite Kredit.

Risk Management adalah salah satu bidang yang menilai dan memitigasi Resiko atas calon debitur dan
usaha yang dijalankan (menilai kemungkinan resiko yang timbul dari usaha yang dijalankan calon debitur
dan memitigasi resiko) .

5.  Persetujuan Kredit yang dikeluarkan oleh komite kredit di tindak lanjuti ke bagian Legal untuk
dipersiapkan Perjanjian kredit termasuk pemenuhan syarat-syarat kredit serta berkoordinasi dengan
pihak eksternal  antara lain Notaris untuk melakukan pengikatan agunan dan Asuransi untuk melindungi
barang agunan.

a.  Jika kredit disetujui maka akan dibuatkan Surat Persetujuan Kredit, yang berisi syarat dan ketentuan
kredit yang berisi biaya provisi, asuransi, limit kredit, jangka waktu kredit, bunga serta sifat kredit yang
bersifat angsuran atau rekening koran

b.  Apabila debitur menyetujui syarat dan ketentuan yang diajukan oleh pihak bank maka akan
dibuat perjanjian kredit yang akan ditanda tangani oleh debitur dan bank sebagai kreditur.

c.  Perjanjian ini bersifat konsensuil obligatoir, maksudnya dengan adanya kata sepakat baru akan
menimbulkan hak dan kewajiban yang tunduk pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, artinya perjanjian kredit ini terjadi pada saat ditandatanganinya perjanjian oleh kedua belah
pihak antara kreditur dan yang telah ditentukan yang artinya didalam perjanjian kredit harus memuat
klausul yang telah disepakati antara pihak bank sebagai kreditur dengan debitur atau pihak lain yang
mewajibkan pihak perjanjian untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.

6.  Setelah seluruh Perjanjian kredit di tandatangani dan seluruh syart-syarat kredt terpenuhi, proses
selanjutnya adalah proses realisasi kredit (pencairan kredit).

7.  Supervisi dan monitoring pasca pencairan kredit harus terus dilakukan untuk tetap menjaga kualitas
kredit tersebut tetap baik.
2.5     KOMITE KREDIT
Komite Kredit bertanggung jawab dalam memberikan persetujuan pengajuan kredit dan kualitas standar
penjaminan dalam bisnis perbankan. Anggota Komite memiliki wewenang dalam batasan tertentu,
berdasarkan kemampuan dan pengalamannya. Komite Kredit bertanggung jawab memberikan
persetujuan atas proposal kredit serta kualitas penjaminan

Anggota Komite kredit terdiri dari     :

1.         Business Unit adalah bagian yang mencari (marketing) dan mengusulkan permohonan kredit serta
melakukan analisa kredit untuk diajukan dalam Rapat  Komite Kredit.

2.         Risk Management adalah salah satu bidang yang menilai dan memitigasi Resiko atas calon debitur dan
usaha yang dijalankan (menilai kemungkinan resiko yang timbul dari usaha yang dijalankan calon debitur
dan memitigasi resiko) 

            Tugas dan fungsi komite kredit:

1.      Menilai kelayakan usaha calon debitur

2.      Menilai kesesuaian legalitas usaha (ijin-ijin usaha) dan perusahaan (akta pendirian), contoh      : dalam
akta pendirian kegiatan usaha dalam bidang perdagangan ban sedangkan realita nya menjlankan
kegiatan usaha perdagangan obat. Melihat pembuktian akta pendirian pada saat OTS (on the spot)
kunjungan nasabah yang salah satu tujuan nya untuk melihat jenis usaha debitur.

3.      Memitigai risiko/melihat risiko-risiko yang mungkin timbul pada debitur maupun perusahaan.

Risiko debitur dapat berupa gaya hidup yang konsumtif sehingga dikhawatirkan kredit yang diberikan
oleh bank akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup debitur yang konsumtif tersebut.

Risiko usaha dengan melihat perkambangan usaha debitur, memitigasi risiko usaha apabila pemerintah
mengeluarkan ketentuan (UU) baru terkait bidang usaha debitur. Misalnya usaha pertambangan seiring
dengan berjalannya usaha pemerintah mengeluarkan UU baru yang berisi larang untuk melakukan
ekspor bahan tambang. UU yang baru dikeluarkan pemerintah tersebut dapat menghentikan

 menghentikan usaha debitur sehingga komite kredit harus mampu untuk melihat risiko yang akan
timbul tersebut dan mengantisipasi risiko tersebut.

4.      Komite kredit harus mampu meminimalisasi risiko yang akan timbul

Contoh      : komite kredit menilai  PT A yang bergerak dibidang usaha peternakan ayam harus dilengkapi
izin keributan (HO) supaya tidak didemo masyarkat sekitar.

5.      Menetapkan syarat dan ketentuan kredit debitur sesuai dengan tingkat risiko usaha debitur, karena tiap
debitur berbeda-beda tingkat risikonya

6.      Menyetujui / menolak usulan permohonan kredit.


2.6     KREDIT BERMASALAH
2.6.1    Kualitas Kredit :

Supervisi dan Monitoring pasca pemberian kredit  sangat penting untuk tetap menjaga kualitas kredit,
penetapan kualitas kredit atas dasar PBI (Peraturan Bank Indonesia). No. 14/15/PBI/2012  dan SE BI No.
7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005

Penetapan Kualitas kredit ini ditetapkan berdasarkan 3 factor penilaian :

1.                   Prospek Usaha.

2.                   Kinerja Debitur (performace).

3.                   Kemampuan membayar.

Penilaian terhadap prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar antara lain dengan
melihat potensi pertumbuhan usaha, Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan, termasuk
sensitivitas terhadap resiko pasar, kualitas manajemen dan permasalahn tenaga Kerja, perolehan laba,
struktur modal ,  ketepatan membayar kewajiban Bank.

Atas hal-hal tersebut kualitas kredit dibagi dalam 5 katagori 

1.                   Kolektibilitas Lancar  (L)

2.                   Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus  (DPK)

3.                   Kolektibilitas Kurang Lancar (KL)

4.                   Kolektibilitas Diragukan (D)

5.                   Kolektibilitas Macet (M)

Kolektibilitas kredit berdasarkan ketepatan pembayaran :

1.             Kolektibilitas Lancar (Kol-1) yaitu apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik Pokok
maupun Bunga

2. Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (Kol-2) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman


pembayaran pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan 90 hari.
3. Kolektibilitas Kurang Lancar (Kol-3) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran
pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan 120 hari.
4. Kolektibilitas Diragukan (Kol-4) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran pokok
dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan180 hari.
5. Kolektibilitas Macet (Kol-5) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran pokok dan
atau bunga dengan umur tunggakan lebihdari  180 hari.

Kredit dapat digolongkan bermasalah Non Performing Loan (NPL) apabila telah masuk dalam
kualitas/Kolektibilitas Kurang Lancar (Kol3), Kolektibilitas Diragukan (Kol-4) dan Kolektibilitas Macet (Kol-
5)
Tujuan  dilakukan klasifikasi kualitas kredit tersebut antara lain untuk menetapkan tingkat cadangan
potensi kerugian Bank akibat kredit bermasalah. Atau dengan kata lain Bank harus mencadangkan atau
menyisihkan dari laba usahanya untuk menutup kerugian akibat kredit bermasalah yang tidak dapat
dikembalikan oleh peminjam.

Langkah-langkah Perbankan untuk menjaga kualitas kredit antara lain dengan menetapkan   Kebijakan
Perkreditan antara lain dengan selalu mengupdate Portofolio Guidelines atau menetapkan sector-sektor
mana saja yang  tidak dapat dibiayai  antara lain:

-       Usaha bertentangan dengan norma-norma social, seperti usaha Judi, Narkoba Pornografi dll.

-       Tanpa Informasi Keuangan yang cukup

-       Keahlian Khusus yang tidak dimiliki Bank.

-       Tercatat sebagai debitur Macet di Bank Lain.

-       Debitur tercatat atau masuk dalam daftar Hitam

-       Fasilitas Kredit dipergunakan untuk kepetingan Politik.

-       Personal dengan kekebalan Diplomatik.

-       Melakukan Kegiatan Ekspor Impor diluar ijin Resmi

-       Menjalankan usaha yang merusak Lingkungan.

-       Usaha tidak sesuai ketentuan Perbankan.

2.6.2    Langkah-langkah Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Bermasalah

1.         Langkah-langkah penanganan terhadap  debitur KoLektibiltas Lancar (Kol-1) maupun Dalam Perhatian
Khusus (DPK/Kol-2)

Tindakan pemantauan secara dini terhadap kredit dengan kolektibilitas 1 maupun 2, dengan tujuan


untuk memberikan early warning signal  atas gejala -gejala yang dapat mempengaruhi tingkat
kolektibilitas debitur  sehingga  dapat  segera  dilakukan  tindakan  preventif  untuk  mencegah
terjadinya down grade kolektibilitas

Penagihan melalui telepon dibantu oleh petugas Desk Collector

Penagihan melalui kunjungan, pemanggilan debitur serta pengiriman surat reminder pemberitahuan
kewajiban kepada debitur samapi diterbitkan surat peringatan apabila umur tunggakan telah
melampaui  90 hari.

2.         Langkah-langkah  penanganan terhadap  debitur Non PerForming Loan (NPL)

a.    Landasan Hukum
-     Pasal 6 jo Pasal 20 Undang-undang No.4 Tahun 1996 Tetang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah yang memberikan Hak kepada kreditur  untuk mengeksekusi benda
jaminan jika debitur cidera janji  (wanprestasi)

-     Pasal 15 ayat (3) jo. Pasal 29 Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia (UU Fidusia)
yang memberikan Hak kepada Kreditur untuk mengeksekusi benda jaminan fidusia jika debitur cidera
janji (WanPrestasi)

-     Pasal 1155 KHUP Perdata :  kreditur  sebagai penerima benda gadai berhak untuk menjual Barang gadai
setelah lewat jangka waktu yang ditentukan atau setelah dilakukan peringatan untuk memenuhi
perjanjian

b.   Tindakan penyelamatan Debitur  NPL

                                    Syarat Penyelamatan Kredit Bermasalah

            Bank / Lembaga Keuangan   melakukan upaya penyelamatan kredit bermasalah dengan
pertimbangan sebagai berikut:

1.        Dengan penyelamatan kredit, kondisi Bank / Lembaga Keuangan  menjadi lebih baik.

2.        Adanya itikad baik dari debitur yang kooperatif.

3.        Penilaian usaha debitur yang menunjukkan prospek usaha yang baik.

                        upaya-upaya penyelamatan kredit, melalui 

         Penjadwalan kembali hutangnya (Reschedulling) yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut


jadwal pembayaran termasuk menetukan kembali besarnya angsuran dan atau perpanjangan jangka
waktu kredit 

         Persyaratan kembali (Reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit yang tidak
terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu namum tidak menambah saldo Pinjaman

         Penataan kembali (Restructurisasi) yaitu perubahan syarat-syarat kredit dapat berupa penambahan


dana Bank dan atau konversi seluruh tunggakan pokok dan bunga menjadi kredit baru.

2.6.3    Penyelesaian kredit bermasalah

            Adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum. Yang dimaksud
dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat
Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan
Alternatif Penyelesaian sengketa.
Apabila penyelesaian sebagaimana tersebut diatas tidak berhasil dilaksanakan, pada umumnya upaya
yang dilakukan bank dilakukan melalui prosedur hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai sarana
hukum yang dapat dipergunakan untuk mempercepat penyelesaian masalah kredit macet perbankan.
Penyelesaian Kredit Bermasalah dilakukan melalui2 (dua) cara, yaitu sebagai berikut:
1.    Penyelesaian Kredit Bermasalah Secara Damai.
Penyelesaian kredit bermasalah secara damai dapat dilakukan terhadap debitur yang beritikad baik
untuk menyelesaikan kewajibannya dan cara yang ditempuh dalam penyelesaian ini dianggap lebih baik
dibandingkan alternatif penyelesaian melalui saluran hukum.
Jenis-Jenis dan Ketentuan Penyelesaian Kredit Secara Damai, meliputi: 

           Pemberian fasilitas keringanan bunga, Pemberian fasilitas keringanan bunga hanya diberikan
kepada penunggak dengan kolektibilitas Diragukan, Macet dan Kredit yang telah dihapus bukukan. 

           Penjualan agunan di bawah tangan, Penjualan agunan di bawah tangan dilakukan agar debitur masih
diberikan kesempatan untuk menawarkan/menjual sendiri agunannya.

            2.   Penyelesaian Kredit Bermasalah  Melalui Saluran Hukum


Penyelesaian kredit bermasalah melalui saluran hukum ini apabila upaya restrukturisasi/ penyelesaian
secara  damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum memberikan hasil atau debitur tidak
menunjukkan itikad baik (onwill) dalam menyelesaikan kewajibannya, maka penyelesaian dapat
ditempuh melalui saluran hukum yakni Badan Urusan Piutang Lelang Negara (BUPLN) atau Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN) atau Pengadilan Negeri.

2.6.4    Pendekatan Kredit Bermasalah     


Pendekatan dan penetapan strategi dalam penanganan kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:
1.    Pendekatan Secara Tertulis, dengan cara yaitu:

         Pemberian Surat Tagihan

         Pemberian Surat Peringatan

         Pemberian Surat Tagihan I, II, dan III 

2.    Pendekatan Secara Lisan.

         Pihak Bank / Lembaga Keuangan  dalam melaksanakan pendekatan ini dengan cara berkunjung ke
tempat usaha debitur untuk segera melunasi kewajibannya sebelum diberikan surat tagihan.

         Apabila setelah diberi Surat Peringatan III,tetapi debitur belum melunasi kewajibannya maka pihak Bank
/ Lembaga Keuangan  melakukan kunjungan untuk menilai usaha debitur.

         Pihak Bank / Lembaga Keuangan  melakukan pembinaan kepada debitur yang mempunyai kategori
prospek baik dan itikad baik, prospek tidak baik dan itikad baik, dan prospek tidak baik dan itikad tidak
baik supaya menjadi kooperatif dan mau segera melunasi kewajibannya

2.6.4    Proses eksekusi agunan kredit melalui proses lelang

           

Proses eksekusi agunan melalui proses lelang merupakn alternative terakhir dalam penyelsaian kredit
bermasalah, dan diharapkan dari hasil penjualan agunan melalui lelang tersebut dapat menutupi hutang
debitur, adapun prose lelang yang selama ini berjalan sbb:

1.    Kriteria debitur yang dapat dilelang

a.          Debitur dengan kolektibilitas Macet (Kol-5)


b.         Sudah tidak memiliki prospek usaha maupun upaya penyeleamatan.

c.          Telah mendapat surat peringatan

2.    Proses lelang :

a.         Debitur Macet usulan dari Bag.Collection  yang menyatak debitur sudah tidak dapat lagi menyelesaiakan
kreditnya dan tidak dapat dilakukan upaya penyelamatan

b.         Pengumpulan Dokumen  berkoordinasi dengan Business Unit terkait dokumen perkreditan.

c.         Mengeluarkan Surat Peritah Kerja (SPK) kepad Balai Lelang Swasta)  untuk melakukan kegiatan pra
lelang berupa Collction dan pengumuman lelang.

d.        Melakukan penilaian agunan melalui  KJPP )kantor Penilai Publik) untuk mendapatkan nilai agunan
terkini dan hasil penilaian harus di review olwh pihak Bank (Bag.legal)

e.         Penentuan harga lelang atas dasar Nilai pengikatan dan hasil penilaian terakhir KJPP.

f.          Bank Mengajukan dan mendaftarkan Lelang ke Kantor pelayanan Kekayaan dan Lelang Negara untuk
mendapatkan tanggal Lelang.

g.         Dilakukan pengumum di harian nasional atas rencana pelaksanaan Lelang  minimal 2x.

h.         Pelaksanaan Lelang.

Hasil Lelang agunan akan dipergunakan sepenuhnya untuk pelunasan kredit, apabila terdapat kelebihan
maka terhadap kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada debitur, namun apabila hasil lelang tidak
menutupi hutang debitur maka kepad debitur akan dibuatkan surat Hutang tanpa agunan  yang tetap
harus dilunasi oleh debitur

KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, pada akhirnya dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa prosedur pemberian kredit merupakan aspek yang sangat
siknifikan dalam menentukan layak atau tidaknya salah satu nasabah
dalam memperoleh kredit. prosedur pemberian ini berupa prosedur
pemasaran kredit, prosedur permohonan kredit hingga prosedur
analisis kredit.
2. Proses perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat
penting bagi bank, sebab melalui suatu perjanjian, bank dan
nasabahnya dapat merasakan adanya keterikatan dengan perjanjian
yang dibuat. Dengan kata lain, perjanjian merupakan hubungan hukum
antara kreditur dan debitur, dimana mengatur hak dan kewajibannya
masing-masing. Perjanjian kredit ini meliputi Maksimal plafon, jangka
waktu, biaya provisi dan agunan.
3. Fluktuasi perkembangan kredit mikro utama yang mengalami
peningkatan pada semester II tahun 2008 merupakan salah satu hasil
analisis kredit yang berkualitas, yaitu pemberian kredit dengan suku
bunga yang rendah.
4. tingkat suku bunga yang tinggi, dari 0,83% ke 10%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, tingkat suku bunga merupakan faktor yang sangat
menentukan naik atau turunnnya perkembangan kredit mikro utama,
selain faktor persaingan antara sesama bank dan lembaga keuangan
non bank lainya.

Anda mungkin juga menyukai