KREDIT PERBANKAN
Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai kenyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta harus
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung
resiko. Dalam praktek perbankan untuk adanya pemberian kredit dari bank, maka pihak bank harus
mengadakan perjanjian didalam penyerahan uang terhadap debitur seperti yang telah disepakati
bersama. Karena biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian kredit yang dibuat sebelum dilakukan
penyerahan uang, sehingga perjanjian kredit ini merupakan perjanjian perdahuluan dari penyerahan
uang.
Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan
perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada
nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
baik secara umum maupun khusus untuk sektor tertentu.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perkreditan, Drs. Thomas Suyatno, mengemukakan bahwa
unsur-unsur kredit terdiri atas:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam
bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu
dimasa yang akan dating.
2. Tenggang waktu, suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang
akan diterima pada masa yang akan ddatang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio
dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa
yang akan dating.
3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
Semakin lama kredit diberikan semakin tingggi pula tingkat resikonya, karena sejauh-jauh kemampuan
manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang
dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko
inilah, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk
barang, atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekang ini didasarkan kepada uang, maka
transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai da lam praktik
perkreditan
2.1.2 Kredit bank adalah semua realisasi pemberian kredit dalam bentuk rupiah maupun valuta asing kepada
pihak ketiga bukan bank termasuk kepada pegawai bank sendiri serta pembelian surat berharga yang
disertai dengan note purchase agreement / pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang dan
cerukan
Apabila tenggang waktu yang diberikan bank kepada nasabah untuk melunasi pinjaman tidak lebih dari 1
tahun
Apabila kredit yang diberikan berjangka waktu lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
3. Jangka panjang
Apabila kredit yang diberikan oleh bank digunakan nasabah untuk membiayai barang-barang konsumtif
Kredit yang dipergunakan untuk menambah modal kerja suatu perusahaan, seperti pembelian bahan
baku, biaya produksi, pemasaran dan modal kerja untuk operasional
Kredit jangka menengah atau panjang yang digunakan untuk membeli barang-barang modal beserta jasa
yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi maupun ekspansi proyek yang akan ada.
Kredit yang digunakan untuk pembiayaan investasi maupun modal kerja proyek baru.
Kredit yang langsung menggunakan dana bank dan secara efektif merupakan hutang nasabah kepada
bank (kredit investasi dan kredit modal kerja)
Kredit yang tidak langsung menggunakan dana bank dan belum secara efektif meupakan hutang
nasabah ke bank
Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamannya diatur secara bertahap menurut jadwal yang
telah ditetapkan di dalam perjanjian kredit.
Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamnya tidak diatur secara bertahap melainkan harus
dikembalikan secara sekaligus pada saat tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kredit
Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam negeri dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan
melalui cabang di dalam negeri
Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam negeri dalam bentuk valuta asing dan melalui cabang
bank di luar negeri
Penarikan kredit yang dilaksanakan satu kali sebesar limit kredit yang disetujui setelah seluruh ketentuan
dipenuhi, dengan cara tunai atau dipindah bukukan ke rekening tabungan/giro milik debitur
Penarikan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh bank baik berdasarkan tingkat penyelesaian
proyek maupun kebutuhan pembiayaan debitur.
Penarikan sesuai kebutuhan yaitu penarikan kredit yang dapat dilaksanakn lebih dari satu kali sebesar
kebutuhan debitur pada saat setelah seluruh ketentuan dipenuhi, dengan cara tunai atau
dipindahbukukan ke tabungan/giro debitur
Kredit investasi dan Modal kerja diperuntukan untuk Perseorangan maupun Badan Usaha yang memiliki
usaha dimana fasilitas kredit diberikan untuk membantu pengembangan usaha berupa pembiayaan
barang modal (Investasi) maupun pembiayaan kebutuhan Modal Kerja, untuk pemberian fasilitas ini
calon debitur haru memenuhi kriterian/persyaratkan sbb:
- Identitas Diri
Atas Ijin-Ijin tersebut saat ini dapat dikeluarkan oleh badan pelayanan perizinan Terpadu dimasing
masing Pemerintah Daerah.
Legalitas Perusahaan:
- Apabila Badan Usaha berbentuk CV akta pendirian telah didaftarkan pada pengadilan Negeri setempat.
d. Tidak tercatat sebagai debitur Macet atau masuk dalam daftar Hitam (informasi Bank Indonesia)
e. Fixed Assets yang diagunkan harus memadai (mengcover fasilitas kredit) dan marketable (mudah untuk
di jual).
f. Hasil Trade Checking kepada pelanggan dan Suplyer maupun kepada pengusaha sejenis dan rekanan
kerja Tidak ada Informasi yang Negatif
g. Keuangan Calon debitur harus baik, bahwa keuangan hasil usaha (Cash Flow) dapat menutupi biaya
Operasional dan kewajiban Bank.
2. Kredit Konsumtif :
Kredit konsumtif hanya diperuntukan untuk Perseorangan yang memenuhi criteria atau syarat sbb:
- Tidak tercatat sebagai debitur Macet atau masuk dalam daftar Hitam (informasi Bank Indonesia)
Yaitu suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank.
b. Bank yakin terhadap kredit yang diberikan kepada debitur akan bermanfaat dan digunakan sebaik-
baiknya
c. Bank yakin terhadap semua data yang diberikan nasabah (know your costumer)
Indikator nasabah dapat dipercaya dilihat dari transaksi nasabah tersebut apakah transaksi yang
dilakukan mencurigakan atau tidak. Transaksi dianggap tidak mencurigakan apabila anatar uang yang
diterima nasabah dalam rekening banknya sesuai dengan profil nasabah tersebut. Sedangkan transaksi
dianggap mencurigakan dapat dilihat dari laporan hasil analisis yang dapat mengkategorikan transaksi
tesebut sebagai suatu tindak pidana.
Suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpun
dana dan penyaluran dana, terutama dalam penyaluran dana atau pemberian kredit. Usaha pengawasan
yang dilakukan bank dapat berupa :
a. Internal
b. Eksternal
Bank ketika melayani nasabah khususnya dibidang kredit harus melihat ketentuan yang diatur Bank
Indonesia
Bank ketika memberikan kredit kepada nasabah harus memperhatikan 5C’s of Credit .
1. Character
Pemberian kredit pada dasarnya adalah kepercayaan sehingga penilaian Karakter memiliki peringkat
pertama dari yang lain, namun dalam menilai karakter ini sangat sulit dilakukan dalam waktu singkat,
kareana kita harus memahami benar sifat-sifat dan kebiasaan, gaya hidup serta hubungan sosial
nasabah kita dan nasabah ini harus dapat dipercaya (Willingness to Pay).
Melakukan trade Checking kepada sesama pengusaha atau pelangga serta suplyer nasabah, dengan
harapan memperoleh informasi mengenai pribadi maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki .
2. Capacity
Capacity adalah menilai kapasitas atau kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya sehingga dapat
memenuhi kewajiban atau mengembalikan pinjaman Bank dari hasil usaha yang dijalankan. (abilty to
Pay) Dalam hal ini dinilai seberapa besar skala usaha yang dijalankan dan seberapa besar usaha tersebut
dapat menghasilkan laba serta kemampuan usaha untuk terus berjalan dalam kondisi ekomoni normal
atau kurang baik.
3. Capital
Melihat sebearapa besar modal atau kekayaan yang dimiliki nasabah untuk menjalankan usaha, hal ini
dapat dilihat dari laporan keuangan berupa Neraca dan laba Rugi perusahaan termasuk ratio keuangan.
4. Collateral
Menilai seberapa besar nilai jaminan atau agunan yang diserahkan ke Bank dan nilai tersebut harus
dapat mencover fasilitas Kredit yang diberikan oleh Bank, dalam hal ini Bank juga harus menilai tingkat
marketabilitas (mudah dijual) agunan dimaksud, serta meneliti keabsahan atas legalitas bukti
kepemilikan agunan, agunan yang dapat diterima Bank dapat berupa Barang Bergerak maupun barang
Tidak Bergerak yang harus dilakukan pengikatan secara Yuridis Sempurna. Contoh :
Barang Tidak bergerak berupa Tanah dan bangunan harus dilakukan pengikatan Hak Tanggungan.
Barang Bergerak berupa Mesin-mesin dan kendaraan termasuk Kapal dengan bobot >30Ton diikat
dengan Fiducia.
Condition of economic dalam pengertian Pemberian fasilitas kredit juga harus mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan usaha yang dijalakan nasabah termasuk regulasi atau perturan-
peraturan yang dikeluarkan pemerintah terhadap usaha yang dijalankan nasbah
1. Permohonan kredit dapat diperoleh dari calon debitur yang dating ke Bank maupun Bank yang
mencari calon debitur dari beberpa sumber, antara lain dari daftar Nasabah Tabungan dan Giro dengan
Nominal besar dan volume transaksi yang cukup tinggi.
2. Pengumpulan data atas permohona kredit (Collecting Data) berupa legalitas usaha dan perusahaan,
data keuangan dan data agunan serta melakukan verifikasi keabsahan terhadap data-data tersebut,
termasuk meminta informasi Bank Indonesia dan melakukan penilaian agunan melalui Jasa Penilai
Agunan (KJPP kantor Jasa penilai publik)
a. Calon debitur dipastikan memiliki usaha yang menurut bank tidak bertentangan dengan Undang-
Undang dan norma sosial. Bank menilai usaha debitur sebagai usaha yang :
Visible
Usaha dapat menghasilkan laba yang besar tetapi bertentangan dengan Undang-Undang dan norma
sosial
Bankable
Usaha yang memiliki legalitas/ijin-ijin yang dapat dibiyai oleh bank sesuai ketentuan.
Usaha yang bankable belum tentu visible , usaha tersebut bisa saja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tetapi tidak menghasilkan untung yang besar.
2 tahun untuk menilai usaha tersebut diyakini dapat terus berjalan dan sudah teruji bahwa usaha
debitur tersebut mempunyai kinerja yang baik.
Seperti SIUP,TDP, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), NPWP atas
nama perusahaan dan identitas diri.
Perusahaan berbadan hukum melampirkan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar yang
telah mendapat pengesahan Menkumham dan lembar berita acara negara.
Perusahaan non badan hukum (perorangan) melampirkan KTP, Kartu Keluarga dan akte nikah.
Neraca
Untuk melihat seberapa besar aset dan modal yang diimiliki perusahaan (termasuk hutang piutang
perusahaan)
Laba /rugi
Misalnya pada tahun 2013 perusahaan A dapat menjual 1000 meja kantor dengan biaya produksi Rp
2.000.000,00 , mendapatkan laba Rp 2.500.000.000,00
a. Bank menilai dengan standard yang ada di bank dengan data-data dan informasi yang diberikan debitur.
b. Penilaian tersebut dilakukan oleh Komite Kredit yang terdiri dari bagian marketing dan bagian risk
management (manajemen risiko).
c. Komite kredit melakukan perundingan dengaan melihat serta mengantisipasi risiko (memitigasi), kredit
yang diajukan calon debitur dapat disetujui atau ditolak
4. Proses persetujuan kredit dilakukan melalui mekanisme Four Eyes atau RKK (Rapat Komite Kredit) yang
beranggotakan Business Unit dan Risk Management, bersama-sama meberikan keputusan kredit
ditolak atau disetujui, dengan mempertimbangkan tingkat resiko.
Business Unit adalah bagian yang mencari (marketing) dan mengusulkan permohonan kredit serta
melakukan analisa kredit untuk diajukan dalam Rapat Komite Kredit.
Risk Management adalah salah satu bidang yang menilai dan memitigasi Resiko atas calon debitur dan
usaha yang dijalankan (menilai kemungkinan resiko yang timbul dari usaha yang dijalankan calon debitur
dan memitigasi resiko) .
5. Persetujuan Kredit yang dikeluarkan oleh komite kredit di tindak lanjuti ke bagian Legal untuk
dipersiapkan Perjanjian kredit termasuk pemenuhan syarat-syarat kredit serta berkoordinasi dengan
pihak eksternal antara lain Notaris untuk melakukan pengikatan agunan dan Asuransi untuk melindungi
barang agunan.
a. Jika kredit disetujui maka akan dibuatkan Surat Persetujuan Kredit, yang berisi syarat dan ketentuan
kredit yang berisi biaya provisi, asuransi, limit kredit, jangka waktu kredit, bunga serta sifat kredit yang
bersifat angsuran atau rekening koran
b. Apabila debitur menyetujui syarat dan ketentuan yang diajukan oleh pihak bank maka akan
dibuat perjanjian kredit yang akan ditanda tangani oleh debitur dan bank sebagai kreditur.
c. Perjanjian ini bersifat konsensuil obligatoir, maksudnya dengan adanya kata sepakat baru akan
menimbulkan hak dan kewajiban yang tunduk pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, artinya perjanjian kredit ini terjadi pada saat ditandatanganinya perjanjian oleh kedua belah
pihak antara kreditur dan yang telah ditentukan yang artinya didalam perjanjian kredit harus memuat
klausul yang telah disepakati antara pihak bank sebagai kreditur dengan debitur atau pihak lain yang
mewajibkan pihak perjanjian untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
6. Setelah seluruh Perjanjian kredit di tandatangani dan seluruh syart-syarat kredt terpenuhi, proses
selanjutnya adalah proses realisasi kredit (pencairan kredit).
7. Supervisi dan monitoring pasca pencairan kredit harus terus dilakukan untuk tetap menjaga kualitas
kredit tersebut tetap baik.
2.5 KOMITE KREDIT
Komite Kredit bertanggung jawab dalam memberikan persetujuan pengajuan kredit dan kualitas standar
penjaminan dalam bisnis perbankan. Anggota Komite memiliki wewenang dalam batasan tertentu,
berdasarkan kemampuan dan pengalamannya. Komite Kredit bertanggung jawab memberikan
persetujuan atas proposal kredit serta kualitas penjaminan
1. Business Unit adalah bagian yang mencari (marketing) dan mengusulkan permohonan kredit serta
melakukan analisa kredit untuk diajukan dalam Rapat Komite Kredit.
2. Risk Management adalah salah satu bidang yang menilai dan memitigasi Resiko atas calon debitur dan
usaha yang dijalankan (menilai kemungkinan resiko yang timbul dari usaha yang dijalankan calon debitur
dan memitigasi resiko)
2. Menilai kesesuaian legalitas usaha (ijin-ijin usaha) dan perusahaan (akta pendirian), contoh : dalam
akta pendirian kegiatan usaha dalam bidang perdagangan ban sedangkan realita nya menjlankan
kegiatan usaha perdagangan obat. Melihat pembuktian akta pendirian pada saat OTS (on the spot)
kunjungan nasabah yang salah satu tujuan nya untuk melihat jenis usaha debitur.
3. Memitigai risiko/melihat risiko-risiko yang mungkin timbul pada debitur maupun perusahaan.
Risiko debitur dapat berupa gaya hidup yang konsumtif sehingga dikhawatirkan kredit yang diberikan
oleh bank akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup debitur yang konsumtif tersebut.
Risiko usaha dengan melihat perkambangan usaha debitur, memitigasi risiko usaha apabila pemerintah
mengeluarkan ketentuan (UU) baru terkait bidang usaha debitur. Misalnya usaha pertambangan seiring
dengan berjalannya usaha pemerintah mengeluarkan UU baru yang berisi larang untuk melakukan
ekspor bahan tambang. UU yang baru dikeluarkan pemerintah tersebut dapat menghentikan
menghentikan usaha debitur sehingga komite kredit harus mampu untuk melihat risiko yang akan
timbul tersebut dan mengantisipasi risiko tersebut.
Contoh : komite kredit menilai PT A yang bergerak dibidang usaha peternakan ayam harus dilengkapi
izin keributan (HO) supaya tidak didemo masyarkat sekitar.
5. Menetapkan syarat dan ketentuan kredit debitur sesuai dengan tingkat risiko usaha debitur, karena tiap
debitur berbeda-beda tingkat risikonya
Supervisi dan Monitoring pasca pemberian kredit sangat penting untuk tetap menjaga kualitas kredit,
penetapan kualitas kredit atas dasar PBI (Peraturan Bank Indonesia). No. 14/15/PBI/2012 dan SE BI No.
7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005
1. Prospek Usaha.
3. Kemampuan membayar.
Penilaian terhadap prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar antara lain dengan
melihat potensi pertumbuhan usaha, Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan, termasuk
sensitivitas terhadap resiko pasar, kualitas manajemen dan permasalahn tenaga Kerja, perolehan laba,
struktur modal , ketepatan membayar kewajiban Bank.
1. Kolektibilitas Lancar (Kol-1) yaitu apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik Pokok
maupun Bunga
Kredit dapat digolongkan bermasalah Non Performing Loan (NPL) apabila telah masuk dalam
kualitas/Kolektibilitas Kurang Lancar (Kol3), Kolektibilitas Diragukan (Kol-4) dan Kolektibilitas Macet (Kol-
5)
Tujuan dilakukan klasifikasi kualitas kredit tersebut antara lain untuk menetapkan tingkat cadangan
potensi kerugian Bank akibat kredit bermasalah. Atau dengan kata lain Bank harus mencadangkan atau
menyisihkan dari laba usahanya untuk menutup kerugian akibat kredit bermasalah yang tidak dapat
dikembalikan oleh peminjam.
Langkah-langkah Perbankan untuk menjaga kualitas kredit antara lain dengan menetapkan Kebijakan
Perkreditan antara lain dengan selalu mengupdate Portofolio Guidelines atau menetapkan sector-sektor
mana saja yang tidak dapat dibiayai antara lain:
- Usaha bertentangan dengan norma-norma social, seperti usaha Judi, Narkoba Pornografi dll.
1. Langkah-langkah penanganan terhadap debitur KoLektibiltas Lancar (Kol-1) maupun Dalam Perhatian
Khusus (DPK/Kol-2)
Penagihan melalui kunjungan, pemanggilan debitur serta pengiriman surat reminder pemberitahuan
kewajiban kepada debitur samapi diterbitkan surat peringatan apabila umur tunggakan telah
melampaui 90 hari.
a. Landasan Hukum
- Pasal 6 jo Pasal 20 Undang-undang No.4 Tahun 1996 Tetang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah yang memberikan Hak kepada kreditur untuk mengeksekusi benda
jaminan jika debitur cidera janji (wanprestasi)
- Pasal 15 ayat (3) jo. Pasal 29 Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia (UU Fidusia)
yang memberikan Hak kepada Kreditur untuk mengeksekusi benda jaminan fidusia jika debitur cidera
janji (WanPrestasi)
- Pasal 1155 KHUP Perdata : kreditur sebagai penerima benda gadai berhak untuk menjual Barang gadai
setelah lewat jangka waktu yang ditentukan atau setelah dilakukan peringatan untuk memenuhi
perjanjian
Bank / Lembaga Keuangan melakukan upaya penyelamatan kredit bermasalah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Dengan penyelamatan kredit, kondisi Bank / Lembaga Keuangan menjadi lebih baik.
Persyaratan kembali (Reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit yang tidak
terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu namum tidak menambah saldo Pinjaman
Adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum. Yang dimaksud
dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat
Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan
Alternatif Penyelesaian sengketa.
Apabila penyelesaian sebagaimana tersebut diatas tidak berhasil dilaksanakan, pada umumnya upaya
yang dilakukan bank dilakukan melalui prosedur hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai sarana
hukum yang dapat dipergunakan untuk mempercepat penyelesaian masalah kredit macet perbankan.
Penyelesaian Kredit Bermasalah dilakukan melalui2 (dua) cara, yaitu sebagai berikut:
1. Penyelesaian Kredit Bermasalah Secara Damai.
Penyelesaian kredit bermasalah secara damai dapat dilakukan terhadap debitur yang beritikad baik
untuk menyelesaikan kewajibannya dan cara yang ditempuh dalam penyelesaian ini dianggap lebih baik
dibandingkan alternatif penyelesaian melalui saluran hukum.
Jenis-Jenis dan Ketentuan Penyelesaian Kredit Secara Damai, meliputi:
Pemberian fasilitas keringanan bunga, Pemberian fasilitas keringanan bunga hanya diberikan
kepada penunggak dengan kolektibilitas Diragukan, Macet dan Kredit yang telah dihapus bukukan.
Penjualan agunan di bawah tangan, Penjualan agunan di bawah tangan dilakukan agar debitur masih
diberikan kesempatan untuk menawarkan/menjual sendiri agunannya.
Pihak Bank / Lembaga Keuangan dalam melaksanakan pendekatan ini dengan cara berkunjung ke
tempat usaha debitur untuk segera melunasi kewajibannya sebelum diberikan surat tagihan.
Apabila setelah diberi Surat Peringatan III,tetapi debitur belum melunasi kewajibannya maka pihak Bank
/ Lembaga Keuangan melakukan kunjungan untuk menilai usaha debitur.
Pihak Bank / Lembaga Keuangan melakukan pembinaan kepada debitur yang mempunyai kategori
prospek baik dan itikad baik, prospek tidak baik dan itikad baik, dan prospek tidak baik dan itikad tidak
baik supaya menjadi kooperatif dan mau segera melunasi kewajibannya
Proses eksekusi agunan melalui proses lelang merupakn alternative terakhir dalam penyelsaian kredit
bermasalah, dan diharapkan dari hasil penjualan agunan melalui lelang tersebut dapat menutupi hutang
debitur, adapun prose lelang yang selama ini berjalan sbb:
2. Proses lelang :
a. Debitur Macet usulan dari Bag.Collection yang menyatak debitur sudah tidak dapat lagi menyelesaiakan
kreditnya dan tidak dapat dilakukan upaya penyelamatan
c. Mengeluarkan Surat Peritah Kerja (SPK) kepad Balai Lelang Swasta) untuk melakukan kegiatan pra
lelang berupa Collction dan pengumuman lelang.
d. Melakukan penilaian agunan melalui KJPP )kantor Penilai Publik) untuk mendapatkan nilai agunan
terkini dan hasil penilaian harus di review olwh pihak Bank (Bag.legal)
e. Penentuan harga lelang atas dasar Nilai pengikatan dan hasil penilaian terakhir KJPP.
f. Bank Mengajukan dan mendaftarkan Lelang ke Kantor pelayanan Kekayaan dan Lelang Negara untuk
mendapatkan tanggal Lelang.
g. Dilakukan pengumum di harian nasional atas rencana pelaksanaan Lelang minimal 2x.
h. Pelaksanaan Lelang.
Hasil Lelang agunan akan dipergunakan sepenuhnya untuk pelunasan kredit, apabila terdapat kelebihan
maka terhadap kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada debitur, namun apabila hasil lelang tidak
menutupi hutang debitur maka kepad debitur akan dibuatkan surat Hutang tanpa agunan yang tetap
harus dilunasi oleh debitur
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, pada akhirnya dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa prosedur pemberian kredit merupakan aspek yang sangat
siknifikan dalam menentukan layak atau tidaknya salah satu nasabah
dalam memperoleh kredit. prosedur pemberian ini berupa prosedur
pemasaran kredit, prosedur permohonan kredit hingga prosedur
analisis kredit.
2. Proses perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat
penting bagi bank, sebab melalui suatu perjanjian, bank dan
nasabahnya dapat merasakan adanya keterikatan dengan perjanjian
yang dibuat. Dengan kata lain, perjanjian merupakan hubungan hukum
antara kreditur dan debitur, dimana mengatur hak dan kewajibannya
masing-masing. Perjanjian kredit ini meliputi Maksimal plafon, jangka
waktu, biaya provisi dan agunan.
3. Fluktuasi perkembangan kredit mikro utama yang mengalami
peningkatan pada semester II tahun 2008 merupakan salah satu hasil
analisis kredit yang berkualitas, yaitu pemberian kredit dengan suku
bunga yang rendah.
4. tingkat suku bunga yang tinggi, dari 0,83% ke 10%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, tingkat suku bunga merupakan faktor yang sangat
menentukan naik atau turunnnya perkembangan kredit mikro utama,
selain faktor persaingan antara sesama bank dan lembaga keuangan
non bank lainya.