Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RANTI LISNAWATI

NPM : 110110190095

PEMBEBANAN JAMINAN DALAM KREDIT PERBANKAN


1. Kredit Perbankan sebagai Perjanjian Pokok
a. Pengertian Perjanjian Pokok
Pengertian dari perjanjian pokok adalah perjanjian pinjam meminjam
atau utang piutang, yang diikuti dengan perjanjian tambahan sebagai
jaminan.1 Perjanjian tambahan yang dimaksudkan adalah agar keamanan
kreditur lebih terjamin. Ada dan berakhirnya suatu perjanjian tambahan
juga tergantung dari perjanjian pokok.
b. Pengertian Kredit Perbankan
Pengertian dari kredit perbankan tertulis dalam Pasal 1 angka 1 ayat
11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan:
“Bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di
persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan
pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.”
berdasarkan dari pengertian di atas terdapat beberapa unsur yang
terkandung dalam kredit, yaitu:
a) Terdapat orang atau badan yang memiliki uang, barang/jasa, dan
bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain;
b) Terdapat orang atau badan sebagai pihak yang meminjam uang,
barang/jasa;
c) Terdapat kepercayaan dari kreditur kepada debitur;
d) Terdaoat perjanjian dan kesanggupan untuk membayar dari
debitur kepada kreditur;
e) Terdapat perbedaan waktu (antara penyerahan oleh kreditur
dengan pembayaran oleh debitur);
f) Terdapat risiko.
c. Kredit Perbankan sebagai Perjanjian Pokok
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok yang bersifat rill. Sebagai
perjanjian yang bersifat pokok, maka perjanjian jaminan adalah
assessornya. Ada dan berakhirnya suatu perjanjian jaminan bergantung
pada perjanjian pokok. Kemudian rill dapat diartikan bahwa terjadinya
perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
nasabah debitur.2
Dilihat dari segi bentuk, pada umumnya perjanjian kredit perbankan
menggunakan bentuk perjanjian baku (Standard Contract). Berkaitan
1
Frieda Husni Abdullah, Hukum Kebendaan Perdata Jilid II: Hak-Hak yang Memberi Jaminan (hal. 6)
2
Hermansah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm. 71.
dengan hal tersebut, dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah
disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya
mempelajari dan memahaminya. Apabila debitur menerima semua
ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan oleh bank, maka
debitur berkewajiban untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut,
namun apabila debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani
perjanjian kredit.

2. Fungsi Kredit
Menurut Kasmir (2008) fungsi kredit adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan daya guna uang Jika uang hanya disimpan saja tidak
akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit
uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh
penerima kredit.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang
yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya.
c. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank
dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna
menjadi berguna atau bermanfaat.
d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau
memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga
jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang
beredar.
e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Kredit yang diberikan akan menambah
jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula
membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri
sehingga meningkatkan devisa.
f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi penerima kredit akan
dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bila nasabah memiliki
modal yang pas-pasan.
g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit
yang disalurkan akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan
pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik maka
tentunya membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi
pengangguran. Di samping itu bagi masyarakat sekitar pabrik dapat juga
meningkatkan pendapatannya.
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman
internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara
penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara
lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.
3. Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit
Pemberian Kredit berarti memberikan kepercayaa kepada debitur oleh
kreditur meskipun kepercayaan tersebut mengandung risiko yang tinggi. Oleh
katena itu dapat ditemukan unsur-unsur yang terdapat didalam kredit, yakni: 3
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang akan
diterima kembali jangka waktu yang diperjanjikan.
b. Waktu, yaitu jangka waktu antara masa pemberian kredit dan masa
pengembalian kredit, terkandung arti bahwa nilai uang pada waktu
pemberian kredit adalah lebih tinggi daripada nilai uang yang akan
diterima pada waktu pengembalian kredit dikemudian hari.
c. Degree of Risk, yaitu adanya tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan
pengembalian kredit berarti makin tinggi pula tingkat risikonya, karena
ada unsur risiko ini maka suatu perjanjian kredit perlu suatu jaminan.
d. Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang-
barang jasa atau uang. Dalam perkembangan perkreditan modern yang
dimaksud dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.

Prestasi yang diberikan oleh bank baik dalam bentuk uang, barang, maupun
jasa akan diterima oleh bank kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang
akan datang. Dengan adanya tenggang waktu, yaitu suatu masa yang
memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi, akibat adanya
jangka waktu tersebut menyebabkan timbul risiko, semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat risiko, maka dari itu timbul jaminan dalam
pemberian kredit, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari
depan maka terdapat unsur ketidak tentuan yang tidak dapat diperhitungkan.
Tujuan kehati-hatian tidak lain agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan
kata lain agar selalu dalam keadaan liquid dan solvent. Melalui perberlakuan
prinsip kehati-hatian, diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu
menyimpan dananya di bank.4

4. Fungsi Jaminan dalam Pemberian Kredit


Fungsi jaminan kebendaan dalam perjanjian kredit perbankan
merupakan alat yang paling ampuh untuk pengamanan kredit yang diberikan
kepada nasabah debitur apabila terjadi kredit macet, sehingga dapat

3
Hasanudin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung: 1995, hlm.107.
4
Sutan Remy Sjahdeini, Sudah Memaidaikah Perlindungan yang Diberikan oleh Hukum kepada Nasabah
Penyimpan dana, Orasi Ilmiah dalam rangka Memperingati Dies NatalisXL/Lustrum VIII Universitas Airlangga,
Universitas Airlangga, Surabaya: 1994, hlm 13-14.Etty Mulyati, Fajrina Aprilianti DwiputriPrinsip Kehati-hatian
dalam Menganalisis Jaminan Kembendaan Sebagai Pengaman Perjanjian Kredit 138
memberikan kepastian kepada bank sebagai kreditur, bahwa kredit yang
diberikan benar-benar terjamin pengembaliannya. Prinsip kehati-hatian bank
dalam menganalisis jaminan sebagai pengaman perjanjian kredit perbankan,
adalah dengan memperhatikan secara cermat dan teliti, terhadap objek jaminan
kebendaan baik syarat ekonomis maupun syarat yuridis harus di penuhi dengan
baik. Sehingga memberikan kepastian bahwa benda jaminan dapat memberikan
hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil lelang
benda yang dijaminkan.

5. Syarat Jaminan
Syarat-syarat jaminan untuk melakukan kredit, yaitu
a. Kepemilikan yang bisa dipindahtangankan
Hal ini dimaksudkan agar saat peminjam tidak bisa membayar kredit
sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, jaminan yang ditaruh
di bank bisa dipindahtangankan kepemilikannya. Ketika hal itu terjadi,
pinjaman dianggap lunas.
b. Memiliki nilai ekonomis
Artinya, aset yang menjadi jaminan bisa diuangkan dan dinilai dengan
uang.
c. Memiliki nilai yuridis
Artinya, jaminan bisa dimiliki secara menyeluruh berdasarkan hukum.
Bank memiliki hak didahulukan terhadap likuidasi agunan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, E., & Dwiputri, F. A. (2018). Prinsip Kehati-hatian dalam Menganalisis Jaminan
Kebendaan sebagai Pengaman Perjanjian Kredit Perbankan. ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum
Kenotariatan, 1(2), 134-148.
Sambe, N. N. (2016). Fungsi Jaminan Terhadap Pemberian Kredit Oleh Pihak Bank Menurut
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Lex Crimen, 5(4).
Golonda, D. A. (2017). Fungsi Jaminan dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Berdasarkan UU
No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Lex Privatum, 5(7).
Torey, M. J. (2019). Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Bank Sebagai Perjanjian
Baku. Lex Privatum, 7(3).
Pratama, B. A. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit
Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-2009) (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
Saroinsong, A. N. (2014). Fungsi bank dalam sistem penyaluran kredit perbankan. Lex
Privatum, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai