Anda di halaman 1dari 9

RESUME KELOMPOK HUKUM PERBANKAN

MATERI USAHA BANK, KREDIT

Dosen Pengajar:
Prof. Dr. Tarsisius Murwaji, S.H., M.H.
Agus Suwandono, S.H., LL.M.

Kelompok 5
Anggota Kelompok:

Shafinna Aura (110110180046)


Fahira Puan Millanesya (110110180022)
Deandra Salsabila K. (110110180096
Mirza Alvina Maharani (110110180223)
Shellma Riyaadhotunnisa (110110180216

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJAJARAN

MARET 2021
1. Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Pasal 1 Angka 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. 1
Kredit berasal dari kata italia, Credere yang berarti kepercayaan,
artinya kepercayaan dari kreditor bahwa debitornya akan mengembalikan
pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak .
Dalam hal ini kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan
pinjaman sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2
Selain itu, devinisi lain tentang kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mana
pihak tersebut berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan. 3
Bank Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
7/2/PBI/2005 tanggal 12 November 1998 tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum pada Pasal 1 juga mendefinisikan kredit. Menurut
Pasal tersebut, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga4

1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 73
3
Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm.
45
4
Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 12 November 1998 tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum
Dari pengertian-pengertian kredit diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kredit adalah suatu pemberian pinjaman uang (barang atau jasa)
kepada pihak lain dengan pembayaran pengembalian secara mengangusur
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan (bunga) yang
ditetapkan.
2. Unsur-Unsur Kredit
Menurut Thomas Suyatno, dkk. dalam bukunya, unsur-unsur yang
terdapat pada transaksi kredit adalah sebagai berikut :5
1. Kepercayaan
Keyakinan dari si pemberi kredit bahwa si penerima kredit akan
mengembalikan prestasi, baik itu berupa barang, jasa atau pun uang
dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu
Suatu masa atau waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang.
3. Degree of Risk
Tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka
waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
4. Prestasi atau Objek kredit
Prestasi yang diberikan dalam melakukan kegiatan kredit, bisa berupa
barang, uang ataupun jasa.
3. Fungsi Kredit
4. Jenis-Jenis Kredit
5. Perjanjian Kredit
Istilah perjanjian kredit baru berkembang setelah adanya intruksi agar
bank menggunakan “akad” dalam menjalankan salah satu kegiatannya
yaitu pemberian kredit. Hal ini diatur dalam pedoman kebijaksanaan di
bidang pengkreditan, Instruksi Presidium Kabinet No.15/EK/19 tanggal

5
Sutarni, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 14
13 Oktober 1996 jo. Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit 1 No.
2/539/UPK/Pem. tanggal 8 Oktober 1966).6
Selanjutnya dalam Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa:
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Pada dasarnya perjanjian dapat memiliki suatu nama khusus, walaupun
tidak ada definisi dari Undang-Undang Perbankan mengenai pernajian
kredit namun hal ini dapat ditemukan dalam KUHPerdata sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan 1969 KUHPerdata. Menurut
Subekti, dalam bentuk apapun juga pemberian kredit hakikatnya adalah
perjanjian pinjam meminjam.7 Namun, dari pendapat Mariam D.
Badrulzaman menyatakan bahwa didasarkan pada kenyataannya
perjanjian kredit memiliki identitas sendiri dan berbeda dengan perjanjian
pinjam meminjam.8
Perbedaan antara perjanjian kredit dengan perjanjian pinjam
meminjam dapat dibedakan dari:
a. Pengertian
Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara Bank dengan pihak
lain sebagai pinjaman atau berhutang, dimana pihak peminjam atau
berhutang memberikan jaminan kepada pihak bank beserta bunga
yang telah ditetapkan.9
Perjanjian pinjam meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata
merupakan perjanjian yang isinya pihak pertama menyerahkan suatu

6
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni: Bandung, 1982, hal. 19
7
R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni: Bandung,
2006, hal. 13
8
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, hal. 23
9
barang yang dapat diganti, sedangkan pihak kedua berkewajiban
mengembalikan barang dalam jumlah dan kualitas yang sama.
b. Subjek pemberi
Sesuai dengan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan 10 yang
memberikan kredit adalah bank bukan individu. Sedangkan dalam
perjanjian pinjam meminjam dapat dilakukan oleh individu.
c. Pengaturan
Dalam pengaturan yang berlaku di Indonesia, perjanjian kredit
berlaku dalam ketentuan hukum di bidang ekonomi, sedangkan
perjanjian pinjam meminjam berlaku ketentuan dalam Buku III
KUHPerdata.
d. Tujuan
Perjanjian kredit selalu memiliki tujuan, penggunaan uang kredit
ditentukan sesuai dengan jenis kredit yang dimohonkan. Berbeda
dengan sebelumnya, perjanjian pinjam meminjam pengguanaan
kreditnya bebas ditentukan oleh penerima pinjaman.
e. Jaminan
Kredit yang diberikan bank harus memperhatikan asas-asas prinsip
syariah yang sehat. Bank juga harus memiliki keyakinan berdasarkan
analisis mendalam atau itikad untuk nasabah mengembalikan
utangnya. Dengan itu hal ini dapat di formulasikan dengan bentuk
jaminan.
6. Prinsip-Prinsip Penilaian dalam Pemberian Kredit
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa pemberian kredit diatur
dalam Pasal 8 Undang-Undang perbankan. Dalam penjabarannya, bank
memiliki prinsip dalam memberikan kredit, diantaranya:11
a. Prinsip 5C
o Character
10
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
11
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 273
Yaitu penilaian watak atau kepribadian dari calon debitur
mengenai itikad baiknya dalam mengembalikan pinjaman uang.
o Capacity
Yaitu penilaian kemampuan yang dilihat dari keahlian calon
debitur dalam bidang usahanya agar bank yakin memberikan
pinjamannya.
o Capital
Yaitu penilaian terhadap modal dengan melihat kemampuan
permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan usaha
calon debitur tersebut.
o Collateral
Yaitu pemeriksaan jaminan yang diberikan kepada bank. Hal ini
dilakukan untuk menanggung pembayaran kredit jika kredit
macet karena debitur wanprestasi.
o Condition of economy
Bank harus menganalisis kondisi ekonomi dalam ataupun luar
negeri saat itu untuk memberikan kredit kepada calon debitur.

b. Prinsip 5P
o Party
Para pihak merupakan hal yang harus diteliti dalam setiap
pemberian kredit.
o Purpose
Tujuan pemberian kredit juga harus diketahui, serta penggunaan
kredit harus digunakan untuk hal-hal yang positif dan benar-
benar meningkatkan pendapatan calon debitur.
o Payment
Aspek selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah sumber
pembayaran yang digunakan dari calon debitur.
o Profitability
Perolehan laba oleh debitur tidak kurang pentingnya dalam suatu
pemberian kredit. Untuk itu, kreditur harus berantisipasi apakah
laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada
bunga yang dipinjam dan apakah pendapatan perusahaan dapat
menutupi pembayaran kembali kredit.
o protection
Perlindungan terhadap kredit oleh debitur sangat diperlukan agar
jika resiko yang terjadi diluar rencana dapaat ditanggulangi.
c. Prinsip 3R
o Returns
Debitur harus bisa membayar kembali kredit berserta bunga,
ongkos-ongkos disamping utang pokoknya.
o Repayment
Kemampuan bayar dari pihak debitur ahrus dipertimbangkan
mengingat pembayaran tersebut cocok dengan jadwal
pembayaran kembali yang ditetapkan.
o Risk Bearing Ability
Hal lain yang perlu diperhitungkan juga sejauh mana terdapatnya
kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam
hal terjadi hal-hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama
jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu,
harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan atau asuransi
barang atau kredit sudah cukup aman menutupi risiko tersebut.

7. Jaminan dalam Perbankan


8. Jaminan dalam Kredit
9. Penggolangan Kredit
10. Penyelesaian kredit bermasalah dan Macet
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Buku:

Badrulzaman, Mariam Darus. 1982. Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Alumni.


Subekti, R. 2006. Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia, Alumni: Bandung
Gazali, Djoni S, Rachmadi Usman, 2012. Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika,

Anda mungkin juga menyukai