Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

‘’KREDIT PERBANKAN dan PENYELESAIAN KREDIT

BERMASALAH’’

HUKUM PERBANKAN 2.10

DOSEN PENGAMPU
ZULKIFLI, SH.,MH

DISUSUN OLEH :

ANNISA NOVIANTI 2010113077

DIRYA KINTA AYADA 2010112065

HANIFAHTUL JANNAH 2010112075

SALSABILA AZARIA RACHMA 2010112018

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-

Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat

serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya

diakhirat kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,

sehingga makalah yang berjudul “Kredit perbankan dan penyelesaian kredit bermasalah”

dapat diselesaikan guna memenuhi tugas dari mata kuliah Hukum Perbankan. Penulis juga

berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Hukum Perbankan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Zulkifli, SH.,MH

selaku dosen mata kuliah Hukum Perbankan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang penulis tekuni.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 13 Juni 2022

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i


Kata Pengantar. ....................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................. iii


Bab I Pendahuluan. ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang. ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan. .............................................................................. 2

Bab II Pembahasan.................................................................................................. 3
A. Pengertian .............................................................................................. 3
B. Jenis Kredit ........................................................................................... 5
C. Penyelesaian Kredit bermasalah ............................................................. 5
Bab III Penutup. ...................................................................................................... 8
A. Kesimpulan. ........................................................................................... 9
B. Saran. ..................................................................................................... 9

c
c
c
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara
pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya.
Seringkali yang ditemui di lapangan perjanjian kredit dibuat oleh pihak kreditur atau dalam
hal ini adalah bank, sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik.
Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari kedua
belah pihak dikarenakan perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
pemberian, pengelolaan dan penatalaksanaan kredit tersebut dalam kesepakatan yang
dilakukan antara debitur dengan kreditur, apabila debitur menandatangani perjanjian kredit
yang dianggap mengikat kedua belah pihak dan berlaku sebagai undang-undang bagi
keduanya.
Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan
demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah . Pasal 1
angka (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Perbankan menyebutkan bahwa : “Bank
adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menunjang dan meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama dalam bidang
perkreditan.
Kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman
dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa “Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang
mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga”.
Jaminan merupakan unsur yang sangat penting dan mempunyai peran dalam
penentuan analisis kredit. Dalam UU Perbankan, yang dimaksud dengan pemberian jaminan
kredit adalah “keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur” untuk melunasi
utangnya.
Sedangkan agunan (collateral) adalah merupakan salah satu unsur dari jaminan,
sehingga apabila berdasarkan unsur-unsur lain (watak, kemampuan, modal dan prospek
c
usaha) telah dapat diperoleh keyakinan, makac agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau
ci
hak tagih dari proyek yang dibiayainya tersebut.
Dengan demikian agunan tambahan (diluar proyek/barang yang dibiayai) tidak
mutlak harus disediakan oleh debitur, bank arena kredit yang diberikan tanpa disertai dengan
agunan tambahan bukan merupakan criminal (Agus Santoso: 2010).

RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan kredit perbankan?

2) Apa saja cara penyelesaian dalam kredit bermasalah?

c
c
ci
i
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “credere” yang berarti kepercayaan

(trust atau faith). Oleh karena itu dasar dari kegiatan pemberian kredit adalah

kepercayaan. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberikan

kredit) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah penerima kredit)

mempunyai kepercayaan bahwa debitur dalam waktu dengan syarat-syarat yang telah

disetujui bersama, dan dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang

bersangkutan.

Pengertian kredit berdasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 1 angka

12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, “kredit adalah

penyediaan uang atau tangihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.

Istilah kredit berasal dari bahasa latin credo atau credere, yang berarti I believe, I

trust, saya percaya saya menaruh kepercayaan. Beberapa pengertian kredit (dalam

bukunya Veithzal Rivai) antara lain:

1) Penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas

dasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur atau pengutang/borrower) dengan janji

membayar kepada pemberi kredit pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak;

2) Kedit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam atara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil;

3) Kredit adalah penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

c
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
c
ci perjanjian dimana perjanjian tersebut terdapat jasa
4) Kredit adalah suatu tindakan atas dasar
ii
dan balas jasa (prestasi dan kontraprestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsure waktu;

5) Kredit adalah suatu hak, yang dengan hak tersebut seseorang dapat mempergunakan

untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu, dan atas pertimbangan tertentu pula.

Sementara itu, definisi dari kamus perbankan dari Bank Indonesia kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam‐meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga (credit).

Selain itu, Kredit juga didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam atara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

B. Fungsi Kredit

Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar

fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan

sebagai berikut:

a. Meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang

Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya,

baik untuk meningkatkan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi

b. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantukan kredit dari bank dapat memproduksi bahan jadi, sehingga

utility dari bahan tersebut meningkat

c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit yang disalurkan melalui rekening Koran, mendorong pengusaha untuk

menciptakan pertambahan peredaran mata uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet

giro, wesel, promise, dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang kartal maupun giral

akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha. Dengan

demikian, penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun secara

kuantitatif. c
c
ci
d. Menambah gairah berusaha masyarakat
v
Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi dengan selalu

berusaha memenuhi kebutuhannya, sehingga diperlukan uang untuk dapat mewujudkan

kebutuhan tersebut. Kredit adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh uang dan

kemudian oleh pelaku ekonomi dapat dipergunakan untuk meningkatkan usahanya.

e. Atal stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi harus dilakukan

untuk :

1) Pengendalian inflasi

2) Peningkatan ekspor

3) Rehabilitasi sarana

4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat

f. Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Pengusaha yang memperoleh kredit, uangnya akan dipakai untuk meningkatkan

usahanya, yang berarti akan meningkatkan profit. Bila keuntungan secara komulatif

dikembangkan lagi, dalam artian dikembalikan kedalam struktur permodalan,

peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Jadi secara langsung maupun tidak

langsung, melalui kredit pendapatan nasional akan bertambah.

g. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional

Melalui bantuan kredit antarnegara atau G to G (Government to Government) hubungan

antar pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat terutama untuk hubungan

perekonomian dan perdagangan.

C. Jenis-jenis Kredit

Jenis Kredit dilihat dari Tujuan :

a) Kredit Konsumtif Kredit yang bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau

kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi.

b) Kredit Produktif Kredit yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi,

mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan, sampai pada proses penjualan

barang-barang yang sudah jadi.

c
c
Jenis Kredit dilihat dari Jangka Waktu :c
v
a) Short Term Credit (kredit jangka pendek)

Adalah kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun

b) Intermediate Term Credit (kredit jangka waktu menengah)

Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun

c) Long Term Credit (kredit jangka Panjang)

Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun

d) Demand loan atau call loan

Suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali

Jenis Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan :

a) Kredit Modal Kerja/Kredit Eksploitasi

kredit modal kerja kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan

modal kerja dari suatu perusahaan (working capital loan)

b) Kredit Investasi

kredit investasi kredit jangka menengah dan panjang yang diberikan untuk membiayai

proyek baru ataupun proyek perluasan suatu perusahaan (investment loan)

c) Kredit Konsumsi

kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya kepada pihak

perseorangan, termasuk pegawai bank pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara

membeli, menyewa, atau dengan cara lain; kredit perseorangan; kredit konsumtif

(consumer credit; personal credit; consumer loan)

Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi :

a. sektor Pertanian, Perburuhan, dan Sarana Pertanian

b. sektor Pertambangan

c. sektor Perindustrian

d. sektor Listrik, Gas, dan Air

e. sektor Konstruksi

f. sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel

g. sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat h. sektor lain-lain

c
c
Jenis Kredit Menurut Sifat : c
vi
a) Kredit atas dasar Transaksi satu kali (Eenmalig)

Kredit jangka pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu dengan sistem sekali

tarik, penarikan kredit hanya satu kali selama jangka waktu kredit sehingga harus lunas

dan berakhir secara otomatis pada saat transaksi selesai.

b) Kredit atas dasar Transaksi Berulang (Revolving)

Kredit jangka pendek untuk usaha yang merupakan suatu seri transaksi yang sejenis.

c) Kredit atas dasar Plafon Terikat

Kredit diberikan dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk tambahan

modal kerja bagi unit produksi atas dasar penilaian kapasitas produksi/kebutuhan modal

kerja.

d) Kredit atas dasar Plafon Terbuka

Kredit untuk kebutuhan modal kerja, maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada

kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (onzet). Selama jangka waktu

kredit masih berlaku, nasabah dapat melakukan penarikan dan penyetoran sehingga posisi

baki debet dapat menunjukkan jumlah yang naik/turun.

e) Kredit atas dasar Penurunan Plafon secara Berangsur

Kredit diberikan kepada nasabah yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur

sesuai dengan jadwal pelunasan yang telah ditentukan oleh bank.

Jenis Kredit yang Disalurkan dalam Bentuk :

a) Cash Loan

Pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya. Dalam pemberian cash

loan ini bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh nasabah

berdasarkan ketentuan tertentu yang ada dalam perjanjian kreditnya.

b) Non‐Cash Loan

Fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum

mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas ini bank baru menyatakan kesanggupan untuk

menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain/pihak ketiga.

Jenis Kredit dari Sisi Sumber Dana : c


c
a) Kredit dengan dana bank sendiri c
vi
i
b) Kredit dana bersama bank lain (sindikasi, konsorsium, joint financing)

c) Kredit dengan dana dari luar negeri (offshore, two step loan, project aid)

Jenis Kredit dari Sisi Akad :

a) Pinjaman Dengan Akad Kredit

b) Pinjaman Tanpa Akad Kredit

Jenis Kredit Two Step Loan ( TSL ), Buyer’s Credit (Export Credit), Onshore Loan, dan

Offshore Loan :

a) Two Step Loan ( TSL )

Suatu pinjaman yang diperoleh pemerintah dari lender (lembaga keuangan) di luar negeri

yang selanjutnya oleh pemerintah dipinjamkan kepada Participating Financial Institution

(PFI/Bank) untuk digunakan sebagai pinjaman kepada berbagai proyek/perusahaan yang

memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan oleh peminjam.

b) Buyer’s Credit (Export Credit)

Fasilitas yang diberikan kepada importer (buyers) yang disediakan oleh bank-bank di luar

negeri untuk pembiayaan impor/pemberilan barang (khususnya barang modal) yang

berasal dari negara bank pemberi fasilitas di luar negeri.

c) Onshore Loan

Pemberian kredit dalam valuta asing yang pada beberapa bank dananya dikelola oleh

Divisi Treasury.

d) Offshore Loan

Pemberian kredit dalam valuta asing oleh kantor bank yang ada diluar negeri kepada

nasabah-nasabah dalam negeri sehingga menimbulkan kewajiban membayar kembali

terhadap luar negeri.

Jenis Kredit Sindikasi :

Sindikasi adalah suatu pembiayaan bersama terhadap suatu objek kredit oleh beberapa

bank/lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek, menengah, maupun panjang

dimana resiko kredit ditanggung bersama oleh bank/lembaga pembiayaan pemberi kredit.

c
Jenis Kredit Konsorsium dan Joint Financing :
c
a) Konsorsiu c
vi
ii
Fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah bank yang pembiayaannya dilakukan

secara bersama, bisa antar sesame bank pemerintah, meskipun tidak tertutup

kemungkinan dengan bank swasta besar.

b) Joint Financing

Cara pembiayaan kredit yang dilaksanakan secara bersamasama antara bank-bank

nasional (bank pemerintah/bank pemerintah daerah, atau bank swasta) dengan bank-bank

asing.

D. Kualitas Kredit

a) Kredit Lancar ( Pass )

b) Perhatian Khusus (Special Mentions)

c) Kredit Kurang Lancar (Substandard)

d) Kredit Diragukan (Doubtful)

e) Kredit Macet (Loss)

E. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Pada prinsipnya pemberian kredit terbit atas dasar pengajuan dari nasabah (calon debitur)

melalui surat permohonan kredit kepada kreditur yang sekaligus surat tersebut dapat

dipergunakan sebagai alat bukti bahwa (calon) debitur/ nasabah telah melakukan transaksi

awal rencana pencairan pinjaman dana dalam bentuk kredit yang selanjutnya diikuti dengan

pemenuhan syarat lainnya, baik bersifat subyektif (penilaian sikap/tingkah laku berdasar

analisis) maupun obyektif (data empiris).

Kelengkapan lain dibutuhkan oleh bank untuk mengetahui lebih lanjut kebenaran

persyaratan (data) nasabah serta jaminan apa yang akan diserahkan (nilai barang sesuai atau

tidak dengan persyaratan pokok dan berapa nilai jual jaminan, apakah lebih tinggi atau rendah

dari dana pinjaman tersebut). Kebenaran kelengkapan data nasabah dalam memenuhi syarat

dan prosedur hukum perbankan sebagai ketentuan yang wajib dilakukan nasabah dan

khgususnya ketika pihak bank hendak memberikan kredit harus memenuhi beberapa prinsip,
c
c dipergunakan oleh penerima kredit (debitur),
yaitu penyerahan uang dari pihak bank bebas
ci
x
dan konsekuensi pinjaman uang tersebut harus memperhatikan kewajiban untuk

mengembalikan saat jatuh tempo. Dengan ini (pemberian kredit) debitur bebas

mempergunakan dana pinjaman untuk suatu kepentingan pribadi sesuai kesepakatan atara

pihak kreditur dengan debitur.

Pandangan demikian selaras dengan Levy dan M. Jakil, bahwa debitur berhak

mempergunakan dana pinjaman sesuai kepentingan debitur, serta membayar atau

mengembalikan dana pinjaman dalam jumlah dan waktu tertentu. Kredit ini merupakan

pemberian prestasi dari bank kepada debitur, dan prestasi pola demikian akan dikembalikan

sesuai kesepakatan, meliputi penyertaan bunga.

Hal serupa diatur dalam pasal 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bahwa Kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan atau

kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

kewajiban penerima kredit (debitur) sebagai peminjam dana mempunyai kualifikasi bertindak

untuk diri pribadi dipercaya serta mampu mengembalikan suatu yang dipinjamnya ketika

jatuh tempo, dengan demikian kepercayaan yang melekat pada debitur dianggap mampu

untuk mengembalikan dana pinjaman sesuai akad bersama.

Beberapa pertimbangan bank dalam bersikap untuk alas an pencairan pinjaman

dengan memp[erhatikan karakter atau kepribadian, karena watak yang kurang berniali akan

menimbulkan penyimpangan prilaku dan berdampak merugikan pihak kreditur (bank),

seperti membayar tidak tepat waktu, bahkan tidak memenuhi kewajiban secara tuntas. Sebab

itu diperlukan pelacakan melalui rekam jejak, yakni apakah nasabah (debitur) pernah terlibat

dalam tindakan criminal atau sebaliknya berkelakuan etis.

Aspek lain nasabah harus diketahui mempunyai kemampuan bisnisnya, sehingga

dapat diprediksi bahwa nasabah (dianggap) mampu untuk mengembalikan dana pinjaman,

dan prediksi tersebut meliputi modal awal yang dimiliki nasabah. Hal ini diperlukan sebagai
c
pertimbangan tambahan untuk memprediksickemampuan nasabah, dimana dana kepemilikan
c
x
debitur mempunyai korelasi langsung dengan tingkat kemampuan pembayaran pinjaman

ketika jatuh tempo.

Bank dalam memberi kredit tidak berkeinginan bahwa kredit yang dicairkan kepada

debitur akan bermasalah, walaupun kemungkinan ada masalah, hal ini telah diprediksi oleh

otoritas serta analis bank. Kebijaksanaan otoritas bank, jika ada permasalahan yang menimpa

debitur, maka perlu sikap serta tindakan bijaksana, melalui langkah-langkah, yakni memberi

keringanan atau kelonggaran berupa jangka waktu angsuran dapat diperpanjang atau lain

kebijaksanaan senampang masih dalam koridor kebijakan perbankan. Langkah lain dalam

bentuk penjadwalan ulang (rescheduling) serta bimbingan bank dengan (syarat) ketentuan

bahwa calon debitur ada etikad baik terhadap kebijaksanaan dari otoritas bank dan kooperatif.

Mekanisme pengembalian hutang dengan memberi keringanan atas syarat-syarat

kredit, suku bunga, penundaan angsuran dilakukan pula melalui pola persyaratan ulang

(reconditioning) merupakan perubahan sebagian atau Seluruh syarat kredit yang tidak

terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu atau persyaratan lain sepanjang

tidak merubah maksimum saldo kredit. Langkah ini diberikan kepada debitur dengan syarat

kondisinya seperti rescheduling.

Mekanisme lain dalam bentuk penataan ulang (restructuring), yakni mengembalikan

hutang dengan merubah secara menyeluruh manajemen dan pemegang saham modal, jumlah

kredit, bidang usaha, lokasi usaha dan lain-lain terhadap kredit yang meliputi, yaitu

penambahan dana bank dan konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok

kredit baru, konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan

yang dapat disertai dengan penjadwalan dan/ atau persyaratan ulang. Pada dasarnya pelbagai

pola penyelamatan dana pinjaman seorang (calon) debitur dapat dilakukan dengan

mekanisme sindikasi atau konsersium, penyertaan, joint venture dan take over, bahkan

langkah terakhir dengan suatu mekanisme likuidasi.

c
c
c
xi
PENUTUP

KESIMPULAN

Pengertian kredit berdasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 1 angka 12

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, “kredit adalah penyediaan uang

atau tangihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau

pembagian hasil keuntungan”.

Hal serupa diatur dalam pasal 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bahwa Kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan atau

kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

kewajiban penerima kredit (debitur) sebagai peminjam dana mempunyai kualifikasi bertindak

untuk diri pribadi dipercaya serta mampu mengembalikan suatu yang dipinjamnya ketika

jatuh tempo, dengan demikian kepercayaan yang melekat pada debitur dianggap mampu

untuk mengembalikan dana pinjaman sesuai akad bersama.

c
c
c
xi
i

Anda mungkin juga menyukai