Dosen Pengampu:
Dr. DR. H. DEDEN SUMANTRY, SH., MH.
Oleh:
Kelompok 6
Zihan Oktaviani 211000256
Sena Ismaya 211000282
Syahna Qania R 211000290
Siti Khoirun Nissa 211000300
Selvira Destika R 211000305
Zoula Meibia K 211000340
KELAS S
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. DR. H. DEDEN
SUMANTRY, SH., MH. sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Jaminan yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Jaminan hak tanggungan tidak hanya menjadi bagian integral dari transaksi
properti, tetapi juga menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung akses
pembiayaan untuk pembelian atau pengembangan properti. Dengan memberikan
kepercayaan kepada pemberi pinjaman, jaminan hak tanggungan menciptakan
landasan hukum yang kokoh bagi transaksi properti, memberikan perlindungan kepada
pemberi pinjaman, dan memungkinkan peminjam untuk mendapatkan akses ke sumber
daya finansial yang diperlukan.
4
tanggungan dapat dipahami melalui perkembangan sejarah dan peranannya dalam
hukum perdata.
Dalam Makalah ini, akan diuraikan dengan rinci tentang perjanjian kredit
dengan jaminan hak tanggungan, mencakup konsep dasar, Unsur-Unsur, dasar hukum
hak tanggungan, serta alur perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. Dengan
memahami secara mendalam aspek-aspek ini, pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi kredit dapat menjalani proses dengan lebih terinformasi dan meminimalkan
risiko yang terkait dengan ketidakpastian pembayaran. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan wawasan komprehensif tentang peranan kunci perjanjian kredit dengan
jaminan hak tanggungan dalam mengatur hubungan keuangan yang saling
menguntungkan antara pemberi pinjaman dan peminjam.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan tersebut diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas sebagai berikut:
5
1. Apa yang dimaksud Kredit dan Unsur-unsurnya?
2. Apa yang dimaksud Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas, subjek dan Objek,
dan Dasar Hukum Hak Tanggungan?
3. Bagaimana Alur Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
c.) Atas Dasar Kepercayaan dimana keyakinan dari kreditur bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar benar
diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
d.) Prestasi yang dituangkan dalam suatu perjanjian di masa masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya yang masing-masing. Kesepakatan
penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak yaitu pihak bank dan nasabah
e.) Jangka Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
f.) Resiko yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau
membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena
nasabah sengaja yaitu akibat terjadinya bencana alam. Penyebab tidak tertagih
sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu).1
2.2 Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas, subjek dan Objek, dan Dasar Hukum
Hak Tanggungan
1
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Edisi Revisi ke-9, h.73
Thomas Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993) h. 58
2
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
8
Menurut para ahli, Prof. Budi Harsono mengartikan Hak Tanggungan adalah
penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan
digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji, dan mengambil dari
hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur
kepadanya.3
Asas- Asas Hak Tanggungan
Asas-asas hak tanggungan tersebar dan diatur dalam berbagai pasal dan penjelasan
dari UUHT. Asas-asas hak tanggungan tersebut adalah:4
1. Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak
tanggungan (pasal 1 ayat (1) UUHT)
2. Tidak dapat dibagi-bagi (pasal 2 ayat (1) UUHT)
3. Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada (pasal 2 ayat (2) UUHT)
4. Dapat dibebankan selain tanah juga berikut benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah tersebut (pasal 4 ayat (4) UUHT)
5. Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru akan
ada dikemudian hari (pasal 4 ayat (4) UUHT), dengan syarat diperjanjikan
dengan tegas.
6. Sifat diperjanjikannya adalah tambahan (acceseoir), (pasal 10 ayat (1), pasal 18
ayat (1) UUHT);
7. Dapat dijadikan untuk utang yang baru akan ada (pasal 3 ayat (1) UUHT).
8. Dapat menjamin lebih dari satu utang (pasal 3 ayat (2) UUHT).
9. Mengikuti objek dalam tangan siapa pun objek itu berada (pasal 7 UUHT);
10. Tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan.
11. Hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu (pasal 8, pasal 11 ayat (1) UUHT)
12. Wajib didaftarkan (pasal 13 UUHT)
3
Op.Cit, h. 97
4
Ibid, h. 102-103
9
13. Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti
14. Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji (Pasal 11 ayat (2) UUHT)
5
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), h. 54
10
dimungkinkan untuk dapat menjadi subjek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :6
a. Sudha tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu;
b. Mempunyai usaha di Indonesia;
c. Kredit itu digunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah Republik
Indonesia.
6
Ibid, h. 51
7
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), h. 146
11
Hak Tanggungan. Bahkan secara tradisional dari Hukum Adat memungkinkan
bangunan yang ada diatasnya pada suatu saat diangkat atau dipindahkan dari
tanah tersebut.
UUHT menetapkan bahwa hak guna bangunan dapat dijadikan jaminan hutang
Dengan dibebani hak tanggungan. UUHT tidak menyebutkan secara rinci hak
guna bangunan yang mana yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak
Tanggungan. Hak guna bangunan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 Tentang Hak Tanggungan ada tiga macam, yaitu Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Pengelolaan dan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik.
Dari tiga macam Hak Guna Bangunan tersebut seharusnya UUHT menetapkan
bahwa hanya Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara dan Hak Guna Bangunan atas
tanah Hak Pengelolaan yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak
tanggungan, sedangkan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik tidak dapat
dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan dikarenakan Hak Guna
Bangunan atas tanah Hak Milik meskipun wajib didaftarkan akan tetapi tidak dapat
dipindahtangankan kepada pihak lain.Tanah Negara, Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Pengelolaan dan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik.
8
Ibid, h. 98-99
12
Lahirnya undang-undang tentang hak tanggungan karena adanya perintah
dalam pasal 51 UUPA. Pasal 51 UUPA berbunyi “Hak Tanggungan yang dapat
dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut dalam
pasal 25, pasal 33, dan pasa 39 diatur dalam undang-undang’. Tetapi dalam pasal 57
UUPA, disebutkan bahwa selama undang-undang hak tanggungan belum terbentuk,
maka digunakan ketentuan tentang hipotik sebagaimana yang diatur dalam
KUHPerdata dan Credietverband. Perintah pasal 51 UUPA baru terwujud setelah
menunggu selama 36 Tahun. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 ditetapkan pada
tanggal 9 April 1996. Undang-undang tersebut terdiri atas 11 bab, dan 31 pasal.
9
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/download/43750/20772
13
dan kreditor yang memiliki jaminan disebut sebagai kreditur separatis, yang
kedudukannya berbeda dengan kreditur lainnya.
Dalam perjanjian kredit, pemegang hak tanggungan harus memenuhi beberapa
persyaratan, seperti:
1) Memiliki karakteristik droit de preference, yaitu kreditur memiliki
keistimewaan untuk diutamakan hak-haknya yang dalam hal ini bentuk
Regulasi
2) Mempunyai kepastian dan perlindungan hukum
10
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apht-akte-pemberian-hak-tanggungan-cl944
14
3. Pengikatan Hak Tanggungan: Pengikatan hak tanggungan dilakukan dengan
membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) di hadapan perjanjian
pokok. APHT mencantumkan informasi mengenai pemegang hak tanggungan,
objek hak tanggungan, dan syarat-syarat spesialitas.
4. Pelunasan Hak Tanggungan: Setelah perjanjian kredit dan pendaftaran APHT,
hak tanggungan berfungsi sebagai jaminan pelunasan utang debitor kepada
kreditor.
5. Pengakhiran Perjanjian: Perjanjian kredit dan perjanjian jaminan hak
tanggungan berakhir pada saat kreditor memperoleh gelar hak tanggungan atau
setelah ketertiban jangka waktu perjanjian.11
11
http://repository.unissula.ac.id/26059/1/21301900022_fullpdf.pdf
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2. Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang dikaitkan
dengan tanah. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah yang sebagaimana dimaksud delam UU No 5 tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu yang memberikan kedudukan diutamakan kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lainnya. Hak tanggungan diatur dalam dalam UU No 4 tahun
1996 tentang hak tanggungan. Lahirnya UU tersebut diharapkan dapat
memberikan suatu kepastian hukum tentang pengikatan jaminan dengan tanah
beserta benda benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai jaminan
yang selama ini pengaturannya menggunakan ketentuan-ketentuan
Creditverband dalam kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata). Hak
Tanggungan wajib didaftarkan ke kantor pertanahan, hal ini diatur dalam pasal
13 Undang Undang Hak Tanggungan, bahwa perjanjian hak tanggungan wajib
didaftarkan ke kantor pertanahan selambar-lambatnya 7 hari kerja setelah
penandatanganan akta perberian hak tanggungan, PPAT wajib mengirimkan
akta tersebut dan warkah lain yang diperlukan. Sebagai bukti adanya hak
Tanggungan kantor pertanahan menerbitkan sertifikat hak tanggungan. Apabila
hak tanggungan tersebut terlambat didaftarkan, bukan suatu persoalan penting
karena kantor pertanahan tetap memproses pendaftaran hak tanggungan. Bagi
16
pihak yang terlambat mendaftarkan hak tanggungan hanya diberikan sanksi
administratif berupa teguran lisan ataupun teguran tertulis.
3. Perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan merangkum komitmen antara
pemberi pinjaman dan peminjam, di mana peminjam menjamin pembayaran
kembali pinjaman dengan memberikan hak tanggungan atas properti tertentu.
Dengan kata lain, properti menjadi jaminan yang dapat dieksekusi jika
peminjam tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3.2 Saran
1. Penerima hak tanggungan sebaiknya lebih berhati-hati untuk menerima hak atas
tanah yang mempunyai jangka waktu (dalam hal ini HGU, HGB, Hak Pakai
atas Tanah Negara) untuk lebih memperhatikan jangka waktu hak atas tanah
tersebut yang dibebani hak tanggungan. Hal ini mengingat dengan hapusnya
hak atas tanah tersebut akan berakibat pula hapusnya hak tanggungan, dengan
demikian akan dapat merugikan kreditor tersebut.
2. Apabila kreditor setuju untuk menerima hak atas tanah yang jangka waktunya
terbatas sebaiknya juga disertai jaminan tambahan lainnya, baik jaminan berupa
kebendaan secara fidusia, gadai, maupun hipotik. hal ini untuk melindungi
kepentingan kreditor bila mana hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan
tersebut menjadi hapus.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyatno, Thomas. (1993). Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia.
Salim H S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2014
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Sumber Online
https://www.scribd.com/document/406802699/Makalah-Hak-Tanggungan
https://media.neliti.com/media/publications/26561-ID-tinjauan-mengenai-
pelaksanaan-perjanjian-kredit-dengan-hak-tanggungan.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apht-akte-pemberian-hak-tanggungan-cl944
18