Anda di halaman 1dari 18

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


HUKUM JAMINAN

Dosen Pengampu:
Dr. DR. H. DEDEN SUMANTRY, SH., MH.

Oleh:
Kelompok 6
Zihan Oktaviani 211000256
Sena Ismaya 211000282
Syahna Qania R 211000290
Siti Khoirun Nissa 211000300
Selvira Destika R 211000305
Zoula Meibia K 211000340

KELAS S
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. DR. H. DEDEN
SUMANTRY, SH., MH. sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Jaminan yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, 25 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................. 6
BAB II....................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
2.1 Kredit dan Unsur Kredit.................................................................................................. 7
2.2 Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas, subjek dan Objek, dan Dasar Hukum Hak
Tanggungan........................................................................................................................... 8
2.3 Alur Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan ........................................... 13
BAB III ................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan menjadi tonggak penting


dalam dunia keuangan dan properti, di mana pemberian dan penerimaan kredit
memainkan peran krusial dalam mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Seiring
dengan kompleksitas transaksi keuangan modern, perlindungan dan keamanan bagi
pemberi pinjaman menjadi fokus utama. Dalam konteks ini, jaminan hak tanggungan
muncul sebagai instrumen hukum yang tidak hanya memberikan perlindungan
terhadap risiko kredit, tetapi juga memberikan kepastian dan kejelasan hukum bagi
semua pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit.

Jaminan hak tanggungan tidak hanya menjadi bagian integral dari transaksi
properti, tetapi juga menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung akses
pembiayaan untuk pembelian atau pengembangan properti. Dengan memberikan
kepercayaan kepada pemberi pinjaman, jaminan hak tanggungan menciptakan
landasan hukum yang kokoh bagi transaksi properti, memberikan perlindungan kepada
pemberi pinjaman, dan memungkinkan peminjam untuk mendapatkan akses ke sumber
daya finansial yang diperlukan.

Jaminan hak tanggungan adalah suatu bentuk jaminan kebendaan yang


umumnya digunakan dalam transaksi perbankan, khususnya dalam pemberian kredit
properti. Jaminan ini memberikan hak kepada kreditur (pemberi pinjaman) atas suatu
properti yang menjadi tanggungan. Dalam konteks ini, latar belakang jaminan hak

4
tanggungan dapat dipahami melalui perkembangan sejarah dan peranannya dalam
hukum perdata.

Dalam hukum Indonesia, jaminan hak tanggungan diatur dalam Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang-undang tersebut memberikan landasan
hukum yang jelas mengenai pembentukan, pendaftaran, dan eksekusi hak tanggungan.

Perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan merangkum komitmen antara


pemberi pinjaman dan peminjam, di mana peminjam menjamin pembayaran kembali
pinjaman dengan memberikan hak tanggungan atas properti tertentu. Dengan kata lain,
properti menjadi jaminan yang dapat dieksekusi jika peminjam tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Pendekatan ini tidak hanya memberikan kepastian bagi pemberi
pinjaman, tetapi juga menciptakan suatu mekanisme yang mendorong transparansi,
kepercayaan, dan keberlanjutan dalam hubungan kredit.

Dalam Makalah ini, akan diuraikan dengan rinci tentang perjanjian kredit
dengan jaminan hak tanggungan, mencakup konsep dasar, Unsur-Unsur, dasar hukum
hak tanggungan, serta alur perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. Dengan
memahami secara mendalam aspek-aspek ini, pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi kredit dapat menjalani proses dengan lebih terinformasi dan meminimalkan
risiko yang terkait dengan ketidakpastian pembayaran. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan wawasan komprehensif tentang peranan kunci perjanjian kredit dengan
jaminan hak tanggungan dalam mengatur hubungan keuangan yang saling
menguntungkan antara pemberi pinjaman dan peminjam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan tersebut diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas sebagai berikut:

5
1. Apa yang dimaksud Kredit dan Unsur-unsurnya?
2. Apa yang dimaksud Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas, subjek dan Objek,
dan Dasar Hukum Hak Tanggungan?
3. Bagaimana Alur Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut maka dapat di ketahui tujuan


penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Arti Kredit dan Unsur-unsurnya Kredit.
2. Untuk mengetahui Pengertian dari Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas,
subjek dan Objek, dan Dasar Hukum dari Hak Tanggungan tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana Alur terjadinya Perjanjian Kredit dengan
Jaminan Hak Tanggungan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kredit dan Unsur Kredit

Dalam Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang


perbankan dijelaskan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
Kredit berasal dari kata italia, Credere yang artinya kepercayaan, yaitu
kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta
bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Dalam hal ini kreditur percaya
bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak. Prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya
adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin
bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai
dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan
masyarakat yang diterimanya. Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a.) Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada
pihak lain yang mendapat pinjaman.
b.) Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang
mendapat pinjaman dari pihak lain.

7
c.) Atas Dasar Kepercayaan dimana keyakinan dari kreditur bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar benar
diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
d.) Prestasi yang dituangkan dalam suatu perjanjian di masa masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya yang masing-masing. Kesepakatan
penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak yaitu pihak bank dan nasabah
e.) Jangka Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
f.) Resiko yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau
membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena
nasabah sengaja yaitu akibat terjadinya bencana alam. Penyebab tidak tertagih
sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu).1

2.2 Jaminan Hak Tanggungan, Asas- asas, subjek dan Objek, dan Dasar Hukum
Hak Tanggungan

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan (selanjutnya disebut


UUHT), hak tanggungan adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur
lainnya.2

1
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Edisi Revisi ke-9, h.73
Thomas Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993) h. 58

2
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

8
Menurut para ahli, Prof. Budi Harsono mengartikan Hak Tanggungan adalah
penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan
digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji, dan mengambil dari
hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur
kepadanya.3
Asas- Asas Hak Tanggungan
Asas-asas hak tanggungan tersebar dan diatur dalam berbagai pasal dan penjelasan
dari UUHT. Asas-asas hak tanggungan tersebut adalah:4
1. Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak
tanggungan (pasal 1 ayat (1) UUHT)
2. Tidak dapat dibagi-bagi (pasal 2 ayat (1) UUHT)
3. Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada (pasal 2 ayat (2) UUHT)
4. Dapat dibebankan selain tanah juga berikut benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah tersebut (pasal 4 ayat (4) UUHT)
5. Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru akan
ada dikemudian hari (pasal 4 ayat (4) UUHT), dengan syarat diperjanjikan
dengan tegas.
6. Sifat diperjanjikannya adalah tambahan (acceseoir), (pasal 10 ayat (1), pasal 18
ayat (1) UUHT);
7. Dapat dijadikan untuk utang yang baru akan ada (pasal 3 ayat (1) UUHT).
8. Dapat menjamin lebih dari satu utang (pasal 3 ayat (2) UUHT).
9. Mengikuti objek dalam tangan siapa pun objek itu berada (pasal 7 UUHT);
10. Tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan.
11. Hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu (pasal 8, pasal 11 ayat (1) UUHT)
12. Wajib didaftarkan (pasal 13 UUHT)

3
Op.Cit, h. 97
4
Ibid, h. 102-103
9
13. Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti
14. Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji (Pasal 11 ayat (2) UUHT)

Subjek dan objek Hak tanggungan


1. Subjek Hukum Tanggungan
Mengenai subjek hak tanggungan ini diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 UUHT,
dari ketentuan dua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
subjek hukum dalam hak tanggungan adalah subjek hukum yang terkait dengan
perjanjian pemberi hak tanggungan. Di dalam suatu perjanjian hak tanggungan
ada dua pihak yang mengikatkan diri, yaitu :5
a. Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yng menjaminkan
objek hak tanggungan (debitur)
b. Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak
tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.
Dalam pasal 8 dan pasal 9 UUHT memuat ketentuan mengenai subjek hak
tanggungan, yaitu sebagai berikut :
a. Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang perorangan atau badan hukum
yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap objek hak tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan
itu dilakukan.
b. Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang perorangan atau badan hukum
yang berkedudukan sebagai pihak yang mendapatkan pelunasan atas
piutang yang diberikan.
Subjek hak tanggungan selain warga negara Indonesia, dengan ditetapkannya hak pakai
atas tanah negara sebagai objek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga

5
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2001), h. 54
10
dimungkinkan untuk dapat menjadi subjek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :6
a. Sudha tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu;
b. Mempunyai usaha di Indonesia;
c. Kredit itu digunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah Republik
Indonesia.

2. Objek Hak Tanggungan


Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan menyebutkan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan
adalah :7
a. Hak Milik;
b. Hak Guna Usaha;
c. Hak Guna Bangunan.
Hak atas tanah seperti ini merupakan hak-hak yang sudah dikenal dan diatur di dalam
Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960. Namun selain hak-hak tersebut,
ternyata dalam pasal 4 ayat (2) UUHT ini memperluas hak-hak atas tanah yang dapat
dijadikan jaminan hutang selain hak-hak atas tanah sebagaimana disebutkan dalam
pasal 4 ayat (1) UUHT, objek hak tanggungan dapat juga berupa :
a. Hak pakai atas tanah Negara. Hak pakai atas tanah Negara yang menurut
ketentuan yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat
dipindahtangankan dan dibebani dengan hak tanggungan;
b. Begitu pula dengan Rumah Susun dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
yang berdiri diatas tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Banugnan
dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara (Pasal 27 jo Undang - Undang
Nomor 16 tahun 1985 Tentang Rumah Susun) juga dimasukkan dalam objek

6
Ibid, h. 51
7
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), h. 146
11
Hak Tanggungan. Bahkan secara tradisional dari Hukum Adat memungkinkan
bangunan yang ada diatasnya pada suatu saat diangkat atau dipindahkan dari
tanah tersebut.
UUHT menetapkan bahwa hak guna bangunan dapat dijadikan jaminan hutang
Dengan dibebani hak tanggungan. UUHT tidak menyebutkan secara rinci hak
guna bangunan yang mana yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak
Tanggungan. Hak guna bangunan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 Tentang Hak Tanggungan ada tiga macam, yaitu Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Pengelolaan dan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik.
Dari tiga macam Hak Guna Bangunan tersebut seharusnya UUHT menetapkan
bahwa hanya Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara dan Hak Guna Bangunan atas
tanah Hak Pengelolaan yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak
tanggungan, sedangkan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik tidak dapat
dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan dikarenakan Hak Guna
Bangunan atas tanah Hak Milik meskipun wajib didaftarkan akan tetapi tidak dapat
dipindahtangankan kepada pihak lain.Tanah Negara, Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Pengelolaan dan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik.

Dasar Hukum Hak Tanggungan


Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, maka peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pembebanan hak atas tanah adalah Bab
21 Buku II KUHPerdata yang berkaitan dengan Hipotek, dan Credietverband dalam
Staatsblad 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1930-190. Kedua
ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan kegiatan perkreditan di Indonesia. Ketidak sesuain ini karena pada peraturan
lama yang dapat dijadikan objek Hipotik dan Credietverband hanyalah hak milik, hak
guna usaha, dan hak guna bangunan.8

8
Ibid, h. 98-99
12
Lahirnya undang-undang tentang hak tanggungan karena adanya perintah
dalam pasal 51 UUPA. Pasal 51 UUPA berbunyi “Hak Tanggungan yang dapat
dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut dalam
pasal 25, pasal 33, dan pasa 39 diatur dalam undang-undang’. Tetapi dalam pasal 57
UUPA, disebutkan bahwa selama undang-undang hak tanggungan belum terbentuk,
maka digunakan ketentuan tentang hipotik sebagaimana yang diatur dalam
KUHPerdata dan Credietverband. Perintah pasal 51 UUPA baru terwujud setelah
menunggu selama 36 Tahun. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 ditetapkan pada
tanggal 9 April 1996. Undang-undang tersebut terdiri atas 11 bab, dan 31 pasal.

2.3 Alur Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan


Proses perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan dimulai dengan
pengajuan permohonan kredit, survey dan appraisal, persetujuan, dan pembuatan
perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok yang bersifat riil. Setelah itu, dibuat
perjanjian jaminannya yaitu Perjanjian Pemberian Hak Tanggungan yang selalu
mengikuti perjanjian pokok. Perjanjian jaminan bersifat accesoir dan tidak dapat
berdiri sendiri. Perjanjian Hak Tanggungan dilakukan dengan membuat APHT di
hadapan PPAT dan pengikatan dituangkan ke dalam akta secara jelas yang
mencantumkan identitas para pihak, rincian mengenai utang piutang dan objek
jaminannya. Pengikatan yang dituangkan ke dalam akta otentik memberikan kepastian
bagi kedua pihak mengenai sehingga dapat dijadikan sebagai bukti yang kuat apabila
timbul permasalahan di kemudian hari.9
Pemberian hak tanggungan dalam perjanjian kredit adalah mekanisme yang
digunakan untuk memberikan jaminan pelunasan hutang debitor kepada kreditor.
Dalam perjanjian kredit, pemegang hak tanggungan dikenal sebagai kreditur, yang
memiliki keistimewaan untuk diutamakan hak-haknya yang dalam hal ini bentuk
Regulasi. Pemegang hak tanggungan dapat mengeksekusi haknya dalam kepailitan,

9
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/download/43750/20772
13
dan kreditor yang memiliki jaminan disebut sebagai kreditur separatis, yang
kedudukannya berbeda dengan kreditur lainnya.
Dalam perjanjian kredit, pemegang hak tanggungan harus memenuhi beberapa
persyaratan, seperti:
1) Memiliki karakteristik droit de preference, yaitu kreditur memiliki
keistimewaan untuk diutamakan hak-haknya yang dalam hal ini bentuk
Regulasi
2) Mempunyai kepastian dan perlindungan hukum

Proses pemberian hak tanggungan melibatkan beberapa langkah, seperti:


1) Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) untuk memenuhi
persyarat publisitas.
2) Membuat sertifikat yang melampirkan APHT sebagai bukti adanya hak
tanggungan.
Pemberian hak tanggungan dalam perjanjian kredit memberikan kepastian dan
perlindungan hukum kepada kreditor, serta memberikan tegakan kepada kreditur untuk
membayar hutang debitor sesuai dengan syarat yang ditetapkan dalam perjanjian
kredit.10
Berikut adalah alur perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan yang
dapat dijelaskan :
1. Pembebanan Hak Tanggungan: Proses ini dimulai dengan pembuatan
perjanjian kredit yang bersifat riil. Setelah perjanjian kredit dibuat, perjanjian
jaminan yaitu perjanjian pemberian hak tanggungan dibuat.
2. Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT): Setelah perjanjian
jaminan dibuat, pemegang hak tanggungan harus membawa sertifikat
pemberian hak tanggungan kepada kreditor. Sertifikat ini dapat didapatkan
melalui pendaftaran APHT di notaris.

10
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apht-akte-pemberian-hak-tanggungan-cl944
14
3. Pengikatan Hak Tanggungan: Pengikatan hak tanggungan dilakukan dengan
membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) di hadapan perjanjian
pokok. APHT mencantumkan informasi mengenai pemegang hak tanggungan,
objek hak tanggungan, dan syarat-syarat spesialitas.
4. Pelunasan Hak Tanggungan: Setelah perjanjian kredit dan pendaftaran APHT,
hak tanggungan berfungsi sebagai jaminan pelunasan utang debitor kepada
kreditor.
5. Pengakhiran Perjanjian: Perjanjian kredit dan perjanjian jaminan hak
tanggungan berakhir pada saat kreditor memperoleh gelar hak tanggungan atau
setelah ketertiban jangka waktu perjanjian.11

11
http://repository.unissula.ac.id/26059/1/21301900022_fullpdf.pdf
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2. Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang dikaitkan
dengan tanah. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah yang sebagaimana dimaksud delam UU No 5 tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu yang memberikan kedudukan diutamakan kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lainnya. Hak tanggungan diatur dalam dalam UU No 4 tahun
1996 tentang hak tanggungan. Lahirnya UU tersebut diharapkan dapat
memberikan suatu kepastian hukum tentang pengikatan jaminan dengan tanah
beserta benda benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai jaminan
yang selama ini pengaturannya menggunakan ketentuan-ketentuan
Creditverband dalam kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata). Hak
Tanggungan wajib didaftarkan ke kantor pertanahan, hal ini diatur dalam pasal
13 Undang Undang Hak Tanggungan, bahwa perjanjian hak tanggungan wajib
didaftarkan ke kantor pertanahan selambar-lambatnya 7 hari kerja setelah
penandatanganan akta perberian hak tanggungan, PPAT wajib mengirimkan
akta tersebut dan warkah lain yang diperlukan. Sebagai bukti adanya hak
Tanggungan kantor pertanahan menerbitkan sertifikat hak tanggungan. Apabila
hak tanggungan tersebut terlambat didaftarkan, bukan suatu persoalan penting
karena kantor pertanahan tetap memproses pendaftaran hak tanggungan. Bagi
16
pihak yang terlambat mendaftarkan hak tanggungan hanya diberikan sanksi
administratif berupa teguran lisan ataupun teguran tertulis.
3. Perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan merangkum komitmen antara
pemberi pinjaman dan peminjam, di mana peminjam menjamin pembayaran
kembali pinjaman dengan memberikan hak tanggungan atas properti tertentu.
Dengan kata lain, properti menjadi jaminan yang dapat dieksekusi jika
peminjam tidak dapat memenuhi kewajibannya.

3.2 Saran

1. Penerima hak tanggungan sebaiknya lebih berhati-hati untuk menerima hak atas
tanah yang mempunyai jangka waktu (dalam hal ini HGU, HGB, Hak Pakai
atas Tanah Negara) untuk lebih memperhatikan jangka waktu hak atas tanah
tersebut yang dibebani hak tanggungan. Hal ini mengingat dengan hapusnya
hak atas tanah tersebut akan berakibat pula hapusnya hak tanggungan, dengan
demikian akan dapat merugikan kreditor tersebut.
2. Apabila kreditor setuju untuk menerima hak atas tanah yang jangka waktunya
terbatas sebaiknya juga disertai jaminan tambahan lainnya, baik jaminan berupa
kebendaan secara fidusia, gadai, maupun hipotik. hal ini untuk melindungi
kepentingan kreditor bila mana hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan
tersebut menjadi hapus.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyatno, Thomas. (1993). Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia.
Salim H S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2014
Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Artikel Jurnal / Ensiklopedi


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/download/43750/20772
https://repository.uin-suska.ac.id/19287/7/7.%20BAB%20II__2018671IH.pdf

Sumber Online
https://www.scribd.com/document/406802699/Makalah-Hak-Tanggungan
https://media.neliti.com/media/publications/26561-ID-tinjauan-mengenai-
pelaksanaan-perjanjian-kredit-dengan-hak-tanggungan.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apht-akte-pemberian-hak-tanggungan-cl944

18

Anda mungkin juga menyukai