Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

JAMINAN PERORANGAN (BORGTOCHT)


Disusun untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Matakuliah Hukum Jaminan, Semester Genap,
Tahun Ajaran 2021/2022
Disusun oleh :
 Ilma Ainun Nabila Fasya (191000249)
 M. Rizky Fadillah (191000252)
 De Muhammad Malkadani (191000256)
 Ghita Rhakasiwi (191000257)
 Dewangga Khresna (191000307)
 Mukti Dwi W (191000321)
 Arief Mutaqien (191000313)
KELAS B
Dosen Pembimbing :
DR. SAIM AKSINUDIN, SH., MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Jaminan Perorangan (Borgtocht)”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Hukum Jaminan. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan kepada pihak yang telah
membantu atau membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan
ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pendidikan pada khususnya. Dan kami menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Bandung, 26 April 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 2
1.4 Metode Penelitian.................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAAN ................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Perorangan (Borgtocht) .................................... 3
2.2 Unsur-Unsur dalam Jaminan Perorangan (Borghtocht) ................................................... 4
2.3 Ciri dan jenis jaminan perorangan (borghtocht) ..................................................................... 5
2.4 Hak-Hak Istimewa Yang Dimiliki Penjamin...................................................................... 6
2.5 Berakhirnya Jaminan Perorangan ...................................................................................... 9
2.6 Isi Akta Borghtocht............................................................................................................. 10
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP............................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin meningkat sejalan dengan


laju pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan kebutuhan yang
semakin bertambah dan membawa persoalan dalam pemenuhannya. Kebutuhan akan
menimbulkan suatu dorongan atau desakan alam untuk memuaskan kebutuhan tersebut dan
adanya kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan akan mudah terpenuhi bila
sumber-sumber tersedia, tetapi apabila jumlahnya terbatas, maka manusia akan tertantang
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu, menurut kami, dalam rangka memenuhi
kebutuhan atau untuk mendapatkan modal akan sesuatu, seseorang akan berusaha untuk
meminjam modal kepada pihak bank maupun orang lain, atau dengan menjaminkan suatu
barang.

Jaminan atau agunan adalah aset atau barang-barang berharga milik pihak peminjam
yang dijanjikan atau dititipkan kepada pemberi pinjaman sebagai tanggungan atau jaminan atas
pinjaman yang diterima jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman atau memenuhi
kewajiban peminjam tersebut. Jaminan perorangan pada dasarnya sama dengan penanggungan
atau perjanjian penanggungan atau yang biasa disebut dengan “borgtocht”. Menurut Sri
Soedewi Masjchoen Sofwan, dalam bukunya Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok
Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, di samping jaminan yang bersifat kebendaan
terdapat jaminan yang bersifat perorangan.1

Jaminan perorangan adalah sama dengan penanggungan atau perjanjian penanggungan


atau yang biasa disebut dengan “borgtocht”. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, dalam
bukunya Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan
, di samping jaminan yang bersifat kebendaan terdapat jaminan yang bersifat perorangan.
Kedudukan penjamin perorangan yang pada awalnya hanya menjadi pihak ketiga yang akan

1
Wahyu Kurniawan, TANGGUNG JAWAB PEMBERI JAMINAN PRIBADI (BORGTOCHT) DALAM SENGKETA
KEPAILITAN, diakses dari https://repository.unair.ac.id/60266/1/abstrak.pdf pada tanggal 26 April 2022, pukul
21.06

1
menjamin dan menanggung pelunasan utang- utang debitor yang lalai dapat berubah menjadi
seperti debitor utama yang dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh kreditor secara
langsung tapa harus terlebih dahulu menyita harta dari debitor utama yang pailit termasuk
mempailitkan penjamin perorangan tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah apakah pemberi jaminan pribadi (borgtocht) dapat dimintai pertanggungja waban secara
langsung untuk memenuhi kewajiban debitur kepada kreditor tapa terlebih dahulu meminta
pertanggungjawaban debitur utama dan apakah pemberi jaminan pribadi (borgtocht) dapat
dimohonkan pailit secara langsung apabila debitur utama melakukan wanprestasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan dasar hukum dalam Jaminan Perorangan (Borgtocht)?


2. Unsur-unsur dan ciri apa saja yang ada dalam Jaminan Perorangan (Borgtocht)?
3. Bagaimana sifat dan jenis dalam Jaminan Perorangan (Borgtocht)?
4. Bagaimana bentuk hak istimewa yang di miliki penjamin dan bagaimana berakhirnya
jaminan perorangan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apa itu pengertian dan dasar hukum dari Jaminan Perorangan (Borgtocht)
2. Mengetahui unsur-unsur dan ciri apa saja yang ada dalam Jaminan Perorangan
(Borgtocht)
3. Mengetahui bagaimana sifat dan jenis dalam Jaminan Perorangan (Borgtocht)
4. Mengetahui bagaimana bentuk hak istimewa yang di miliki penjamin dan bagaimana
berakhirnya jaminan perorangan

1.4 Metode Penelitian

Metode Penelitian ini adalah penelitian hukum Yuridis normatif yang bersifat preskriptif.
Jenis data sekunder meliputi bahan hukum primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah studi dokumen atau studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan
bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Perorangan (Borgtocht)

Jaminan perorangan atau borgtocht menurut pasal 1820 KUHPerdata, bahwa


penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang,
manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. Menurut Bahsan (2002), jaminan adalah
segala suatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang-
piutang dalam masyarakat. Sedangkan menurut (Poestoko, 2006), jaminan adalah sesuatu
yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.”2

Jaminan perorangan dikenal dengan istilah borgtocht. Dasar hukum mengenai jaminan
perorangan yaitu termuat dalam ketentuan Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPer). Dalam KUHPer jaminan
perorangan dikenal dengan istilah penanggungan dalam Pasal 1820 KUHPer yang menyatakan:
“Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi
perikatannya.”3

Tujuan dalam jaminan perorangan sama halnya dengan jaminan pada umumnya yaitu
memberikan jaminan kepada kreditor untuk dipenuhinya suatu prestasi atau utang oleh debitor
yang melibatkan pihak ketiga sebagai penanggung (personal guarantor). Syarat untuk dapat
menjadi seorang penanggung (personal guarantor) yaitu harus cakap hukum untuk
mengikatkan diri dalam perjanjian maupun memenuhi perjanjian sebagaimana ketentuan
dalam Pasal 1827 KUHPer. Jaminan perorangan tidak dapat dilakukan tanpa adanya perjanjian
yang sah menurut undang-undang sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1821 KUHPer,

2
I Gusti Ngurah Bagus Denny Hariwijaya, PERJANJIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN
BORGTOCHT(PERORANGAN), diakses dari
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jukonhum/article/view/2552/1864, pada tanggal 26 April
2022, pukul 22.12
3
Apa Itu Jaminan Perorangan, diakses dari https://mh.uma.ac.id/apa-itu-jaminan-perorangan/, pada tanggal
26 April 2022, pukul 22.20

3
sehingga adanya jaminan perorangan harus didasari adanya perjanjian pokok antara debitor
dan kreditor.

2.2 Unsur-Unsur dalam Jaminan Perorangan (Borghtocht)

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofyan didalam buku H. Salim HS “Perkembangan


hukum jaminan diindonesia” bahwa Jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan
hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitor
tertentu, terhadap harta kekayaan debitor pada umumnya.

Unsur jaminan perorangan, yaitu :4

1. Mempunyai hubungan langsung dengan orang-orang tertentu


2. Hanya dapat dipertahankan pada orang tertentu
3. Seluruh kekayaan debitur menjadi jaminan pelunasan hutang
4. Menimbulkan hak perorangan yang mengandung asas kesamaan/keseimbangan
5. Jika Pailit maka harta dibagikan pada kreditur seimbang dengan besarnya piutang

Jaminan perorangan memberikan hak verbaal kepada kreditor, terhadap benda keseluruhan dari
debitor untuk memperoleh pemenuhan dari piutangnya. Yang termasuk jaminan perorangan
adalah :

1) Penanggung (borgtocht) adalah orang lain yang dapat ditagih;

2) Jaminan perusahaan (corporate guarantee);

3) Tanggung menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng;

4) Garansi bank (bank guarantee).

4
Diakses dari http://repository.uin-suska.ac.id/15596/7/7.%20BAB%20II__2018188IH.pdf, pada tanggal 26
April 2022, pukul 23.01

4
2.3 Ciri dan jenis jaminan perorangan (borghtocht)

1. Merupakan jaminan yang bersifat perorangan, yaitu adanya pihak ketiga (badan
hukum) yang menjamin pemenuhan prestasi manakala debiturnya wanprestasi. Pada
jaminan yg bersifat perorangan dmk pemenuhan prestasi hanya dapat dipertahankan
terhadap orang-orang tertentu, yaitu Debitur atau penanggungnya.

2. Bersifat accesoir, yakni perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya. Perjanjian


penanggungan akan batal demi hukum atau hapus jika perjanjian pokok juga batal demi
hukum atau hapus.

3. Untuk perjanjian yang dapat dibatalkan, perjanjian accesoirnya tidak ikut batal
meskipun perjanjian pokoknya dibatalkan. misalnya Perjanjian Pokok dibuat oleh
orang yang tidak cakap, sehingga dapat dibatalkan dan bila hal ini terjadi mk perjanjian
penanggungannya dianggap tetap sah.

4. Bersifat sepihak dimana hanya penanggung yg hrs melaksanakan kewajiban. Tetapi


adakalanya kreditur menawarkan suatu prestasi sehingga pihak ketiga mau menjadi
penanggung dan dlm keadaan demikian perjanjian bersifat timbal balik.

5. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi besarnya


prestasi/perutangan pokoknya tetapi boleh lebih kecil. Jika penanggung lebih besar
maka yang dianggap sah hanya yang sebesar utang pokok (Psl 1822 BW).

6. Bersifat subsidiair, jika ditinjau dr sudut cara pemenuhan prestasi. Hal ini berdasarkan
Ps.1820 BW bahwa penanggung mengikatkan diri untuk memenuhi perutangan debitur
manakala debitur sendiri tidak memenuhinya. Ini berarti penanggung hanya terikat
secara subsidiair karena hanya akan melaksanakan prestasi jika debitur tdk
memenuhinya sedang debitur yg harus tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan
prestasi tsb dan stlh penanggung melaksanakan prestasi maka ia mempunyai hak regres
terhadap debitur.

7. Beban pembuktian yang ditujukan ke si berutang dalam batas-batas tertentu juga


mengikat si penanggung.

8. Penanggungan diberikan untuk menjamin pemenuhan perutangan yang timbul


dari segala macam hubungan hukum baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat
hukum publik, asalkan prestasi tersebut dapat dinilai dalam bentuk uang

5
Jenis – jenis jaminan perorangan (borghtocht)
 Jaminan penanggungan (borgtocht) adalah kesanggupan pihak ketiga untuk menjamin
debitur.
 Jaminan garansi (bank garansi) (Pasal 1316 KUH Perdata), yaitu bertanggung jawab
guna kepentingan pihak ketiga.
 Jaminan Perusahaan

2.4 Hak-Hak Istimewa Yang Dimiliki Penjamin

1. Hak untuk menuntut penjualan benda milik debitor lebih dahulu (vooorrecht van
uitwinning)
Penanggung hutang mempunyai hak menurut undang-undang untuk menuntut supaya
benda-benda debitur terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi pinjaman debitur
yang bersangkutan. Kecuali Penanggung/Penjamin telah melepaskan hak istimewanya
itu, hak istimewa dari Penanggung/Penjamin hilang apabila ia telah melepaskannya dan
hal itu dengan tegas dinyatakn dalam surat jaminannya.
“Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar
utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi utangnya” (pasal 1831 KUHPerd).

2. Hak untuk membagi-bagi utang (voorrecht van schuldsplitsing)


Dalam hal terdapat beberapa orang/pihak sebagai penanggung/penjamin untuk seorang
debitur dan hutang yang sama, maka menurut undang-undang mereka terikat untuk
seluruh hutang tersebut (pasal 1837 KUHPerdata). Masing-masing
penanggung/penjamin pada pertama kalinya ia digugat di muka hakim, dapat menuntut
supaya kreditur lebuh dahulu membagi piutangnya dan mengurangi hingga bagian
masing-masing penggung/penjamin yang terikat secara sah. Hak untuk membagi
hutang ini hilang apabila penanggung/penjamin telah melepaskannya.
“Jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk seorang
debitur yang sama dan untuk utang yang sama, maka masing-masing penanggung
terikat untuk seluruh utang itu” (pasal 1836 KUHPerd).

3. Hak untuk mengajukan eksepsi

Penanggung/penjamin dapat menggunakan segala tangkisan/eksepsi yang dapat


dipakai oleh debitur utama terhadap kreditur dan mengenai hutangnya yang ditanggung
itu sendiri.

6
“Terhadap kreditur itu, penanggung utang dapat menggunakan segala tangkisan yang
dapat dipakai oleh debitur utama dan mengenai utang yang ditanggungnya sendiri.
Akan tetapi, ia tidak boleh mengajukan tangkisan yang semata-mata mengenai pribadi
debitur itu” (Pasal 1847KUHPerd).

4. Hak untuk membebaskan sebagai penanggung/penjamin dikarenakan salahnya


kreditur
penanggung/penjamin dapat minta dibebaskan dari kewajibannya sebagai peanggung
apabila karena salahnya kreditur sehingga penanggung/penjamin tidak lagi dapat
menggantikan hak-haknya, hipotik-hipotiknya dan hak-hak istimewanya daripada
kreditur.
Perikatan yang timbul karena penanggungan. hapus karena sebab-sebab yang sama
dengan yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan lainnya” (Pasal 1845
KUHPerd).

5. Melakukan perjumpaan utang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1430


KUHPerdata.
Penjamin berhak melakukan perjumpaan utang antara kreditur dan debitur. Dengan
demikian, bisa menyebabkan utang debitur kepada kreditur lunas karena debitur punya
piutang yang besarnya sama dengan utangnya kepada kreditur.

6. Atas permintaan penjamin, kreditur tidak diwajibkan menjual ataupun menyita


harta debitur (pasal 1833 KUHPerdata).

7. Hak meminta pemecahaan terhadap utang yang ditanggung secara bersama-


sama
Dalam hal yang bertindak sebagai penjamin terdiri dari beberapa orang atau beberapa
perusahaan, para penjamin tersebut berhak meminta pemecahaan terhadap utang yang
ditanggung secara bersama-sama, sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Pemecahan kewajiban pemenuhan utang oleh penjamin tersebut dapat dilakukan atas
inisiatif dari kreditur (Pasal 1837-1838 KUHPerdata).5

Cara-cara yang harus ditempuh oleh seorang penanggung untuk melaksanakan hak
istimewanya agar supaya lebih dahulu disita benda-benda si berutang. Ia harus memintanya
pada waktu ia pertama kali dituntut di muka pengadilan, yaitu pada waktu ia menerima
panggilan seorang jurusita yang akan menita harta bendanya. Kesempatan untuk mengajukan

5
Indra Pratama, Jaminan Perorangan, diakses dari Jaminan Perorangan | Ringkasan UPN (indrapratama.com),
pada tanggal 26 April 2022, pukul 23.12

7
permintaannya itu masih ada pada waktu ia pertama kali menghadap di muka sidang pengadilan
dengan mengajukan jawabannya atas surat gugatan. Selanjutnya ia diwajibkan menunjukkan
harta benda si berpiutang yang dapat disita, dengan pedoman yang diberikan oleh pasal 1834
KUHPerdata tersebut.

8
2.5 Berakhirnya Jaminan Perorangan

Dalam Pasal 1845 KUH Perdata dikatakan bahwa perikatan yang diterbitkan dari
penanggungan hapus karena sebab-sebab yang sama, sebagaimana yang menyebabkan
berakhimya perikatan-perikatan lainnya. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui perihal
hapusnya perjanjian penanggungan karena hal-hal sebagai berikut:6

1. Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebab-sebab yang sama
sebagaimana yang menyebabkan berakhimya perikatan perikatan lainnya.

2. Percampuran yang terjadi, diantara pribadinya berhutang utama, sekalikali mematikan


tuntutan hukum berpiutang terhadap orang yang telah mengajukan diri sebagai
penanggungnya si penanggung (Pasal 1846). Dengan percampuran yang disebutkan itu
hapuslah perikatan antara berhutang utama dan penanggung, karena hak dan kewajiban
kedua pihak berkumpul dalam satu tangan (misalnya si berhutang menjadi waris tunggal
dari penanggung), tetapi kejadian itu tidak mempengaruhi kedudukan seorang
penanggung, ia tetap dapat dituntut oleh kreditur untuk membayar hutangnya debitur.

3. Penanggung dapat menggunakan terhadap si berpiutang segala tangkisan yang dapat


dipakai oleh yang berhutang utama dan mengenai hutangnya yang ditanggung itu
sendiri. Namun tak bolehlah ia mengajukan tangkisan-tangkisan yang khusus hanya
mengenai pribadinya si berhutang.

4. Penanggung dibebaskan apabila ia karena kesalahan si berpiutang (kreditur) tidak lagi


dapat menggantikan hak-haknya, hipotik-hipotiknya dan hak-hak istimewanya si
berpiutang (kreditur).

5. Jika si berpiutang secara sukarela menerima suatu benda tak bergerak maupun suatu
benda lain sebagai pernbayaran atas hutang pokok, maka penanggung dibebaskan
karenanya, biarpun benda itu kernudian, karena suatu putusan hakim, oleh si berpiutang
harus diserahkan kepada seorang lain.

6. Suatu penundaan pembayaran belaka yang oleh si berpiutang diberikan kepada si


berhutang, tidak membebaskan si penanggung hutang; namun si penanggung ini dalam
hal yang seperti itu, dapat menuntut si berhutang dengan maksud untuk memaksanya
membayar hutangnya atau membebaskan si. penanggung dari penanggungannya.

6
Sri Wardani Legowati, EFEKTIFITAS JAMINAN PERSEORANGAN (BORGTOCHT) APABILA DEBITUR
WANPRESTASI PADA BANK JATENG CABANG PEMUDA SEMARANG, diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/11715839.pdf, pada tanggal 26 April 2022, pukul 23.18

9
2.6 Isi Akta Borghtocht

Akta penanggungan atau akta Borgtocht di samping sebagai alat bukti adanya
penanggungan bagi kreditur, juga memuat ketentuan-ketentuan atau janji-janji yang mengatur
perjanjian penanggungan tersebut. Janji-janji yang biasa dimuat dalam akta penanggungan
adalah sebagai berikut:

1. Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk menuntut penjualan harta benda
debitur lebih dahulu;

2. Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk membagi-bagi hutang (Voorrechtvan


schuldsplitsing);

3. Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk diberhentikan sebagai penanggung.


Jika karena perbuatan si kreditur mengakibatkan tidak dapat lagi menggantikan hak-
haknya, hipoteknya dan hak-hak utama dari kreditur.

Selain adanya tiga macam janji tersebut, kreditur masih dimungkinkan untuk membuat janji-
janji yang lebih khusus lagi dalam akta penanggungan, misalnya:

1. Janji untuk tidak dibagi;

2. Janji agar penanggungan tetap, sah, tidak peduli apakah penanggung bersama ikut
terikat ;

3. Janji tentang adanya kuasa yang tidak dapat ditarik kembali untuk melaksanakan hak
regres.

Di dalam Pasal 1381 KUH Perdataditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian penanggungan


utang, yaitu :

1. Pembayaran

2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

3. Pembaharuan utang

4. Penjumpaan utang atau kompensasi

5. Pencampuran utang

6. Pembebasan utangnya

10
7. Musnahnya barang yang terutang

8. Kebatalan atau pembatalan

9. Berlakunya suatu syarat batal

10. Lewatnya waktu

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bahwa dalam implementasi pemberian kredit bank dengan jaminan perorangan


(borgtoch) sama dengan pemberian kredit lainnya yaitu dengan tujuan untuk membantu
masyarakat yang memerlukan dana atau modal untuk memulai suatu usaha atau memerlukan
modal didalam usahanya tetapi implementasi pemberian kredit dengan jaminan perorangan
(borgtocht) menggunakan prinsip kehati-hatian agar terjadinya wanprestasi cukup kecil dan
tetap berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah diterapkan.

3.2 Saran

Meskipun jaminan perorangan hanya merupakan jaminan tambahan, seharusnya bisa


diefektifan untuk melindungi kepentingan kreditur agar terhindar dari resiko kemacetan kredit
pada saat debitur wanprestasi. Agar jaminan perorangan dapat efektif melindungi kreditur,
maka dalam prosedur pemberian jaminan perorangan harus dipenuhi persyaratan yuridis teknis
perbankan seperti dilakukannya analisa yuridis yang mendalam terhadap penjamin.

Pemberi jaminan juga harus mempunyai hubungan yang erat kuat dengan debitur yang
dijamin, baik hubugan kekeluargaan ataupun hubungan usaha/bisnis. Hal ini akan memberikan
dampak psikologis manakala kondisi debitur wanprestasi, maka penjamin memiliki moral
untuk menjamin kewajiban debitur tersebut.

Dalam pengikatan jaminan perorangan, penjamin harus melengkapi dengan penyerahan


daftar kekayaan yang dimiliki. Sehingga tidak terjadi hambatan pada saat proses gugatan
terhadap penjamin serta pelaksanan sita jaminan terhadap asset milik jaminan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Apa Itu Jaminan Perorangan. (2022, April 5). Retrieved from Magister Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas Medan Area: https://mh.uma.ac.id/apa-itu-jaminan-perorangan/

Hariwijaya, I. G., Budhiarta, I. P., & Widia, I. K. (2020). PERJANJIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN
BORGTOCHT(PERORANGAN). Jurnal Konstruksi Hukum , 342-344.

Kurniawan, W. (2017). Universitas Airlangga Repository. Retrieved from


https://repository.unair.ac.id/60266/1/abstrak.pdf

Pratama, I. (n.d.). Ringkasan UPN. Retrieved from Jaminan Perorangan:


http://indrapratama.com/upn/jaminan/perorangan.html#pengertian-jaminan-perorangan

SRI WARDANI LEGOWATI, S. (n.d.). EFEKTIFITAS JAMINAN PERSEORANGAN (BORGTOCHT) APABILA


DEBITUR WANPRESTASI PADA BANK JATENG CABANG PEMUDA SEMARANG. Retrieved from
https://core.ac.uk/download/pdf/11715839.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai