GARANSI BANK
Disusun oleh:
Kelompok 11
Dosen Pembimbing:
PALEMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur hanya milik Allah SWT. Karena izinnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami kirimkan sholawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya,
sahabatnya, dan seluruh insan yang di kehendaki-Nya.
Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah mendatang, ini bermanfaat harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
dan memenuhi harapan berbagai pihak Aaminn.
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
C. Garansi Bank..................................................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan edisi Revisi dengan UUHT, (Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, 2003), Hal.92
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang
menyebutkandengan istilah jaminan imateriil. Pengertian jaminan perorangan dapat
di lihat dari berbagai pandangan dan pendapat para Ahli. Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, mengartikan Jaminanimaterill ( perorangan ) adalah
Jenis jaminan ada dua macam. Pertama, Jaminan Perorangan; Kedua, Jaminan
Kebendaan.
a) Hubungan hak bersifat ekstern: hubungan antara para hak debitur dengan pihak
lain (kreditur)
b) Hubungan hak bersifat intren : hubungan hak antara sesama debitur itu satu dengan
yang lainnya
d. Perjanjian garansi ( pasal 1316 KUH Perdata ), yaitu bertanggung jawab guna
kepentingan pihak ke-3 Dari keempat jenis jaminan perorangan tersebut, maka dalam
sub-subbab berikut ini hanya disajikan yang berkaitan dengan penanggungan utang
dan garansi bank.
2. Jaminan Kebendaan.
Jaminan kebendaan ialah jaminan yang objeknya berupa baik barang bergerak
maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukan untuk menjamin utang debitur
kepada kreditur apabila dikemudian hari debitur tidak dapat membayar utangnya
kepada kreditur. Sebagaimana disebutkan di atas, benda debitur yang dijaminkan bisa
berupa benda bergerak maupun tidak bergerak.
D. GARANSI BANK
Istilah garansi bank berasal dari terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu bank
garantie. Pengertian garansi bank dapat kita baca dalam Pasal 1 Surat Keputusan
Direksi Bank IndonesiaNomor: 11/110/Kep./Dir/UPPB tentang Pemberian Jaminan
oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan non-Bank. Garansi bank
adalah :
"Jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank atau oleh lembaga
keuangan nonbank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima jaminanapabila pihak yang menerima jaminan cedera janji."
Warkat bank adalah surat yang diterbitkan oleh bank untuk menjamin
pembayaran kepada pihak ketiga, apabila pihak yang menerima jaminan wanprestasi.
Huyasro dan Achmad Anwari mengartikan garansi bank adalah:
a. Pasal 1820 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata. Ketentuan yang
tercantum dalam KUH Perdata ini merupakan ketentuan umum yang mengatur
tentang jaminan penanggungan pada umumnya. Apabila dalam ketentuan khusus
tidak diatur secara lengkap tentang garansi, maka dapat diacu ketentuan yang bersifat
umum (lex generale);
tentang Perbankan;
6) larangan bagi bank dan lembaga keuangan nonbank (Pasal 7 sampai dengan Pasal
8);
10) tidak berlakunya berbagai surat keputusan lainnya, yang berkaitan dengan garansi
bank (Pasal 12).
d. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: SE 11/11 kepada Bank-bank Umum, Bank-
bank Pembangunan dan LembagaKeuangan Bukan Bank di Indonesia Perihal
Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan
Nonbank.
Surat Edaran ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor: 11/110/Kep./Dir/UPPB tentang Pemberian Jaminan oleh
Bank dan PemberianJaminan oleh Lembaga Keuangan Nonbank. SE memberikan
penegasan terhadap isi dari Surat Keputusan Direksi BI tersebut.
3. Penggolongan Garansi Bank
a. jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga
keuangan bukan bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap
pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin cedera janji
(wanprestasi);
b. . jaminan dalam bentuk tanda tangan kedua dan seterusnya atas surat-surat
berharga seperti aval dan endosemen yangdapat menimbulkan kewajiban
membayar bagi bank atau lembaga keuangan bukan bank apabila pihak yang
dijamin melakukan cedera janji (wanprestasi); dan
c. jaminan lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat
menimbulkan kewajiban finansial bagi bankatau lembaga keuangan bukan
bank. Contohnya, pemberianjaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan
sendiri maupun dalam bentuk penanda tangan kedua dan seterusnya atas
warkat pihak lain yang menimbulkan kewajiban berupa pemberian jaminan,
seperti letter of commitment dan jaminandalam rangka pengeluaran surat-
surat berharga oleh underwriter (underwriting business).
Ada 2 pihak yang terkait dalam perjanjian garansi bank, yaitu pihak bank dan
pihak yang dijamin (nasabah). Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkat- kan taraf
hidup rakyat banyak (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan). Bank
dapat digolongkanmenjadi 2 macam, yaitu bank umum dan bank perkreditan.Bank
umummerupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahasecara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank perkreditan merupakan bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Perbedaan yang prinsip antara bank umum dan bank per-kreditan hanyalah
terletak pada dapat atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaraan. Bank
umum dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank
perkreditan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Di Indonesia ada 53
bank yang diberikan hak untuk menerbitkangaransi bank. Bank-bank itu meliputi
BNI 46, BRI, dan lain-lain.Sedangkan nasabah adalah orang yang dijaminkan oleh
bank atau lembaga keuangan nonbank untuk memperoleh garansi bank.
6. Prosedur, Syarat-syarat, dan Penilaian Bank
Pada prinsipnya tidak setiap nasabah bank dapat diberikan garansi bank oleh
lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank. Tetapi nasabah yang dapat
diberikan garansi bank adalah para nasabah yang telah memenuhi prosedur dan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Setiap nasabah yang ingin mendapatkan garansi
bank, maka nasabah tersebut harus mengajukan permohonan kepada lembaga
perbankan atau keuangan nonbank. Dalam permohonan tersebut nasabah harus
mengemukakan alasan-alasan dan tujuan penggunaan garansi bank tersebut.
Permohonan tersebut harus dilampirkan syarat- syarat sebagai berikut:
berikut:
b. meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin sehingga diberikan jaminan
yang sesuai; ind menilai jumlah jaminan akan diberikan menurut kemampuan
d. menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk mem- berikan kontra jaminan
yang cukup sesuai dengan kemung- bank; kinan terjadinya risiko.
Yang dimaksud dengan kontra jaminan yang cukup adalah kontra jaminan
yang diperoleh dari pihak yang dijamin yang mempunyai nilai yang memadai untuk
menanggung kerugian yang mungkin diderita oleh bank/lembaga keuangan nonbank
apabila pemberian jaminan tersebut pada waktunya direalisasi. Sifat dari kontra
jaminan tersebut dapat berupa jaminan materiil dan/atau imateriil tergantung pada
penilaian bank/lembagakeuangan nonbank atas kemungkinan terjadinya risiko.
Dalamhal kontra jaminan bersifat materiil, perlu dilakukan penilaiandan pengikatan
kontra jaminan sesuai dengan ketentuan hukumyang berlaku disertai tindakan-
tindakan pengamanan lainnya.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka bank dan lembaga keuangan nonbank
dapat menentukan apakah permohonan ditolak atau diterima. Apabila permohonan
tersebut diterima, maka bank dan lembaga keuangan nonbank dapat menerbitkan
garansi bank. Besarnya garansi bank yang diberikan oleh bank dan lembaga keuangan
nonbank kepada nasabah adalah sama besarnya nilai jaminan yang diberikan nasabah.
Misalnya, jaminan yang diberikan nasabah sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), maka besarnya garansi bank yang diberikannya adalah sebesar tersebut di
atas.
7. Bentuk dan Isi Perjanjian Garansi Bank
Bentuk garansi bank yang dibuat oleh bank adalah bentuk tertulis. Ini
dimaksudkan untuk memudahkan para pihak, yaitu penjamin dan yang menerima
jaminan. Hal-hal yang dimuat dalam garansi bank, adalah:
Sejak terjadinya kesepakatan antara nasabah dengan bank dan lembaga keuangan
nonbank, maka sejak saat itulah timbul hak dan kewajiban para pihak. Hak dari
nasabah adalah menerima garansi bank dari bank dan lembaga keuangan nonbank.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agar pihak bank selaku kreditur terhindar dari resiko atau setidaknya
menanggung seminimal mungkin resiko, maka bank selalu ingin mendapatkan
kepastian bahwa kredit yang diberikan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan serta hal yang paling penting adalah kredit yang diberikan dapat kembali
dengan aman.
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan edisi Revisi dengan UUHT,
(Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2003), Hal.92
Salim. 2019.perkembangan hukum jaminan di Indonesia. depok :rajawali
pershttps://dntlawyers.com/jenis-jenis-jaminan/