Anda di halaman 1dari 15

URGENSI MAHAR DALAM PERKAWINAN

Renaldi1 Dedry Wijaya2 Pebriansyah3 Hikmah Mediansyah4 Dewi Sumsari5


Hikma Nadia6 Lisa Anggaresta7 Intan Rahayu8 Dina Meisandi9 Diyaanah
Dhiya Ulhaq10 Rizky Adelia11
1
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
2
UIN Rden Fatah Palembang
E-Mail: dedrywijaya123@gmail.com

ABSTRACT
In Islamic marriage contracts, the dowry is one of the most important aspects related
to the continuation of the marriage. In practice, Muslim communities who enter into
marriage contracts have different traditions regarding payment and retention of
dowry. Therefore, payment must be made in cash when signing the contract. Some
make family members or guardians the rightful owners of the dowry. However, some
men put the dowry only as one of the conditions and amendments to the contract,
eliminating the need to pay in cash at the time of contract and making it the property
of the woman. Specifically, this article provides insight into how dowries are
validated in Islamic marriage law, how payments are made, and who should have
dowry rights. This article uses a qualitative library research approach to examine
documents specifically related to dowry and legal positions on the subject. The results
showed that dowry payment in Muslim marriages can be implemented in two ways:
cash at the time of contract and credit (debt) after contract. On the other hand, Islamic
Marriage Law stipulates that the dowry is the property of the wife and under certain
conditions the guardian or family member is the owner of the dowry.
Keywords: Mahar, Islamic Marriage, Implementation of Payments, Rightsholders

ABSTRAK
Dalam akad pernikahan Islam, mahar adalah salah satu aspek terpenting yang
berkaitan dengan kelangsungan pernikahan. Dalam praktiknya, masyarakat
Muslim yang melakukan akad pernikahan memiliki tradisi yang berbeda terkait
pembayaran dan penyimpanan mahar. Oleh karena itu, pembayaran harus
dilakukan secara tunai saat menandatangani kontrak. Beberapa orang menjadikan
anggota keluarga atau wali sebagai pemilik sah mahar. Namun, beberapa pria
menempatkan mahar hanya sebagai salah satu syarat dan amandemen kontrak,
sehingga tidak perlu membayar tunai pada saat kontrak dan menjadikannya milik
wanita. Secara khusus, artikel ini memberikan wawasan tentang bagaimana mahar
disahkan dalam hukum perkawinan Islam, bagaimana pembayaran dilakukan, dan
siapa yang seharusnya memiliki hak atas mahar. Artikel ini menggunakan
pendekatan penelitian kepustakaan kualitatif untuk memeriksa dokumen-dokumen
yang secara khusus terkait dengan mahar dan posisi hukum pada subjek tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembayaran mahar dalam pernikahan
Muslim dapat dilakukan dengan dua cara: tunai pada saat akad dan kredit (utang)
setelah akad. Di sisi lain, Hukum Perkawinan Islam menetapkan bahwa mahar
adalah milik istri dan dalam kondisi tertentu wali atau anggota keluarga adalah
pemilik mahar.
Kata Kunci: Mahar, Perkawinan Islam, Pelaksanaan Pembayaran, Pemegang Hak
PENDAHULUAN menentukan nilai mahar. Tingginya
Mahar sangat penting dalam mahar yang dibutuhkan perempuan
pernikahan Islam. Hal ini berkaitan mempengaruhi kinerja pembayaran.
dengan keabsahan pernikahan. Bahkan, beberapa suami cenderung
Beberapa pengacara menjadikannya membayar tunai pada saat mereka
sebagai pilar pernikahan mereka. menandatangani kontrak. Namun,
Implikasinya, sebagian besar beberapa orang memberikan pinjaman
masyarakat Islam tidak hanya menilai dan melunasi hutang. Ini ada
keabsahan perkawinan, tetapi juga hubungannya dengan mahar tinggi
jaminan kelangsungannya, terutama yang dibutuhkan.
kepada kedua mempelai, diciptakan
Perbedaan adat dalam
hanya sebagai syarat pelengkap. Atas
menentukan jumlah mahar juga
dasar ini, sebagian masyarakat
mempengaruhi tradisi mahar.
Muslim tidak memandang mahar
Beberapa masyarakat Islam
sebagai jaminan kelangsungan
memberikan hak dan wewenang
perkawinan.
kepada calon istri untuk membuat
Memang, keputusan mahar mahar. Hal ini didasarkan pada
dalam perkawinan Islam lebih erat pandangan bahwa mahar adalah hak
hubungannya dengan adat setempat. . wanita menurut ketentuan Hukum
Mahar biasanya ditentukan dengan Perkawinan Islam. Karena itu,
musyawarah. Keputusan mahar keluarga tidak memiliki wewenang
biasanya dibuat di tempat tinggal atas mahar. Namun, dalam tradisi-
calon istri. Keputusan mahar juga tradisi lain mahar relatif umum
mempengaruhi kedua belah pihak, dimiliki oleh sebuah keluarga.
calon istri dan suami, atau keluarga
Tulisan ini memberikan
kedua belah pihak.
gambaran tentang mahar dalam
Pada umumnya penetapan pernikahan khas Islam, berdasarkan
nilai mahar merupakan tradisi, dan tradisi pembayaran mahar dan
besarnya disesuaikan dengan pemegang hak mahar yang berbeda-
peraturan keluarga calon istri dan adat beda antara satu daerah dengan daerah
istiadat setempat. Calon istri dan lainnya. Selain itu, pasal ini juga
tempat tinggal keluarganya juga menjelaskan antara lain tentang
pelaksanaan pembayaran mahar dan mendefinisaan mahar ialah sejumlah l l l l l l l

pemegang hak mahar dalam Hukum harta yang wajib diberikan karena
l l l l l l l

Perkawinan Islam. Dengan nikah atau wathi’ (persetubuhan).l l l l l

menggunakan pendekatan penelitian Maskawin disebut dengan “sadāq”


l l l l

kepustakaan kualitatif, artikel ini karena


l l di dalamnya l l l terkandung l

mengkaji dokumen-dokumen yang pengertian bahwa pemberi sesuatu itu l l l l

secara khusus berkaitan dengan mahar betul-betul senang l mengikat l

dan pandangan sarjana hukum pernikahan, l l sedangkan l l nikah l

terhadap subjek tersebut. merupakan pangkal yang mewajibkan l l l l l l l

adanya maskawin.3
l l l l l

Selain itu, Wahbah Zuhaili l l l l

TERMINOLOGI MAHAR DALAM


FIKIH PERKAWINAN dalam Fiqh Islam Wa Adillatuhu
l l l l l l

Mahar dalam bahasa Arab l l l l l l l l l


menyebut mahar sebagai harta yang l l l l l l l

disebut Sadāq. Kata tersebut juga l l l l


berhak didapatkan oleh seorang istri l l l l l

yang harus diberikan oleh sang


dapat diartikan maskawin bagi istri.1
l l l l

l l l l l l l

suami; baik karena akad maupun


Sementara itu, teminologi mahar
l l l l l l l

l l l l

(maskawin) menurut
l l para fukaha
l l l l
persetubuhan hakiki.4 Definisi tersebut l l

terdapat beragam definisi yang secara


l l l l l l l senada dengan pandangan madhab l l l l l l l l

umum memiliki kesamaan. l l l Syafi’i yang menyebutkan bahwa


l l l l l

Abdurrahmān Al-Jaziri dalam al-Fiqh


l l l l l l l mahar merupakan sesuatu yang wajib
l l l l l l l

Ala
l l al-Madahib l l l al-Arba’ah l l l l diberikan karena sebab akad nikah l l l l l l l

mendefinisikan mahar sebagai benda l l l l l l atau


l l wathi’ l (persetubuhan).5 l

yang wajib diberikan oleh seorang


l l l l Sementara itu, dalam konteks ke l l l l

pria terhadap seorang wanita yang


l l l l l l l Indonesiaan, terminologi mahar juga l l l l l

disebut dalam akad nikah sebagai l l l l l l l disebukan dalam pasal 1 sub d l l l l l

pernyataan persetujuan antara pria dan


l l l l l l l l l Kompilasi l Hukum Islam l (KHI),
wanita itu untuk hidup bersama
l l l l mahar adalah pemberian dari calon
l l l l l l l l

mempelai pria kepada calon mempelai


sebagai suami istri.2 Al-Malibāri
l l l l l l

l l l l l

wanita, baik berbentuk barang, uang


l l l l l l

1
Muhammad Zuhaily, Fiqih Munakahat
atau jasa yang tidak bertentangan
l l l l l l l l

Kajian Fiqih Pernikahan dalam Perspektif


Madzhab 3
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-
Syafi’i, terj. Mohammad Kholison Fanani, Fath Al- Mu’in (Semarang: Toha
(Surabaya: CV. Imtiyaz, 2013), 235. Putra, tt), 70.
2 4
Abdurrahman Al-Jaziri, al-Fiqh Ala al- Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
Madazhib al-Arba’ah (Beirut: Dar Al- kitab Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 2007), 6758.
5
Al-Ilmiyah, 1990), 76. Ibid., 6758.
dengan hukum Islam.6 Berdasarkan l l
l l l pemberian dari Allah atau hadiah. l l l l l l l l

Jumhur fukaha berpandangan bahwa


pengertian tersebut dapat disimpulkan
l l l l l l l

l l l l

al-mukhatab bihi (objek) dalam ayat


l l l l l l l

bahwa yang dimaksud dengan mahar


l l l l l l l

tersebut ditunjukkan l kepada l l para l l

dalam perkawinan adalah pemberian


l l l l l l l l
calon suami. Sementara itu, sebagian
l l l l l l

fukaha berpandangan bahwa ayat


wajib dari calon suami kepada calon
l l l l l l l l l

l l l l l l l

tersebut ditunjukan kepada para wali, l l l l l l

istri dan hak penuh istri. l l


hal itu dikarenakan pada zaman
l l l l l l l l

Jahiliyah mereka yang mengambil


DASAR HUKUM MAHAR
l l l l l

l l l l

mahar tersebut yang disebut dengan


Mahar merupakan kewajiban
l l l l

l l l l l l

bagi calon suami kepada calon isteri,


l l l l l l
‘nihlah’.7 Ayat tersebut menjadi dalil l l l l l

bukan sebaliknya. Kewajiban mahar l l l l l l l


bahwa l l mahar l l merupakan l l simbol
bagi calon suami dalam perkawinan di
l l l l l l l
sebagai pemuliaan terhadap wanita.
l l l l l l l l

dasarkan pada Al- Quran dan Al-


l l l l l l l l l
Dalam surat An-Nisā’, Allah l l l l l l

SWT, berfirman sebagai l l l

Sunnah. Pertama, di dalam Al-Quran l l l l l l l


berikut:
surat Al-Nisā’ ayat 4, Allah SWT Karena itu kawinilah mereka
l l l l l l

l l l l l

berfirman: l

dengan seizin tuan mereka, dan l l l l

berilah l maskawin l l mereka l

menurut yang patut. (QS. An- l l l

Berikanlah maskawin kepada


Nisa’, 4: 25)
l l l l l l

wanita sebagai pemberian


Dalam ayat diatas digunakan
l l l l l

l l l l l l l l

dengan penuh kerelaan.


istilah ajrun atau ujūrahun. Istilah
l l l

l l l l l l

Kemudian jika mereka


tersebut yang makna asalnya upah,
l l l

l l l l l l l

menyerahkan l l kepada l l kamu l

dalam konteks ayat itu bermakna


l l l l l l

sebagian dari maskawin itu l l l l l

mahar atau maskawin bagi hamba


l l l l l l l l l

dengan senang hati, maka l l l l l

sahaya perempuan yang hendak


makanlah pemberian itu yang
l l l l l l

l l l l l

dinikahi, yang di samping harus


sedap lagi baik akibatnya. (QS.
l l l l

l l l l l l

atas izin orang tuanya, juga harus


An-Nisa, 4: 4).
l l l l l l l

l l

dibayar maharnya. Oleh karena itu,


l l l l l l l

Ayat l l tersebut menyebutkan l

dalam konteks hak mahar, tidak ada


l l l l l l l l

“mahar” dengan istilah “sadaq” yang


l l l l l l l

perbedaan antara perempuan budak l l l l l l l

dapat
l l juga l diartikan l l sebagai l l

dan perempuan merdeka, Islam telah


l l l l l

6
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi
Hukum Islam (Bandung: Nuansa Aulia, 7
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
2008), 10. Adillatuhu, 6759
menjadikannya adil, terutama dalam
l l l l l l l l antara kamu. Sesungguhnya
l l l l l

ipayanya membebaskan perempuan


l l l l l l Allah Maha melihat segala apa
l l l l l l l l l

dari penindasan sosisal budaya.


l l l l l l
yang kamu kerjakan. (QS. Al-
l l l l l

Baqarah, 2: 237)
Demikian pula, dalam surat An-
l l l

l l l l l l

Nisā’ ayat 20 Allah SWT l l l l


Demikian pula, surat An-Nisā’ l l l l

berfirman: l
ayat 34 yang menyebutkan
l l l l

Dan jika kamu ingin


l l l sebagai berikut: l l

mengganti l isterimu dengan l


Kaum l laki-laki l l itu adalah l l l

isteri yang lain, sedang kamu l l l l

pemimpin bagi kaum wanita, l l l l

telah l memberikan l kepada l l

oleh karena l l Allah l l telah l

seseorang di antara mereka l l l l l

melebihkan sebahagian mereka l l l l l

harta yang banyak, maka


(laki-laki) atas sebahagian
l l l l l l l

l l l l l l l

janganlah kamu mengambil


yang lain (wanita), dan karena
l l l l l

l l l l l l l

kembali dari padanya barang


mereka (laki-laki) telah
l l l l l l l

l l l l

sedikitpun. Apakah kamu akan


menafkahkan sebagian dari
l l l l l l

l l l l l l

mengambilnya kembali
harta mereka. (QS. An-Nisa’,
l l l

l l l l l

dengan jalan tuduhan yang


4: 34)
l l l l l

dusta l dan l dengan l

(menanggung) l dosa l yang l


Ayat-ayat Al-Quran yang telah
l l l l l l l l

nyata? (QS. An-Nisa’, 4: 20) l l l l


dikemukakan di atas merupakan dalil l l l l l l l

kepada kaum laki-laki yang hendak


l l l l l l l

Dalam surat Al-Baqarah l l l l l l l

ayat 237 disebutkan:l l l


menikahi l perempuan l untuk

Jika kamu menceraikan isteri- l l l l


memberikan mahar dengan ikhlas agar l l l l l l l

isterimu sebelum kamu l


hak perempuan sejak awal telah
l l l l l l

bercampur l dengan l mereka, l


ditegakkan. l l

Padahal Sesungguhnya kamu


l l l l l
Dasar hukum kedua kewajiban l l l l l

sudah menentukan maharnya, l l l l l


mahar adalah hadis, sebagaimana
l l l l l l l l l l

Maka bayarlah seperdua dari l l l l l l l yang


l diriwayatkan l l l oleh Imam l

mahar yang telah kamu tentukan


l l l l l l Bukhori:
itu, kecuali jika isteri- isterimu
Telah berkata Yahya, telah
l l

l l l l l l

itu mema'afkan atau


berkata Waqi’ dari Sufyān dari
l l l l l

l l l l l

dima'afkan oleh orang yang


Abi Hāzim bin Dinār dari
l l l l l

l l

memegang ikatan nikah, dan


Sahal bin Sa’id bahwa Nabi
l l l l l

l l l l l l

pema'afan kamu itu lebih dekat


berkata: Hendaklah seseorang
l l l l l

l l l l l

kepada takwa. dan janganlah


menikah meskipun (hanya
l l l l l l l l

l l l

kamu melupakan keutamaan di


l l l l l l
dengan mahar) sebuah cincin l l l l hidup perkawinan l l itu. Dengan l

yang terbuat dari besi. (Sahih


l l l l pemberian l mahar l l tersebut suami l

Bukhari, 601). l dipersiapkan dan dibiasakan untuk l l l l l l

HIKMAH DISYARIATKAN l l l l
menghadapi l l kewajiban l l materiil l

MAHAR l l lainnya.9
l l

Dalam l l Fiqh Islam l Wa l


Mahar l l bukanlah l l harga l l

Adillatuhu, Wahbah Zuhailyi


seorang wanita. Seorang wanita tidak
l l l l l

l l l l l l l

menyebutkan l beberapa l l hikmah l

menjual dirinya untuk mahar. Tapi


disyariatkannya l l l l mahar l l dalam l l
l l l l l

perkawinan. l l Diantara l l l hikmah l mahar l l pemberian l calon l suami l

diwajibkannya mahar bagi calon


menjadi saksi kebenaran kesetiaan,
l l l l l l l

l l l l l l

suami l yaitu l untuk menampakkan l l l

cinta, dan kasih sayangnya kepada


urgensinya akad nikah dan
l l l l l l l l

l l l l l

kedudukannya. Selain itu, mahar juga l l l l l l calonl istri. Pemberian l mahar l l

sebagai simbol kemuliaan seorang l l l l l

merupakan wujud tanggung jawab l l l l l

wanita. Mahar juga menunjukkan


l l l l l l

kepada Allah sebagai al-shali


kebenaran dan kesungguhan cinta
l l l l l l l l

l l l l l

kasih seorang calon suami kepada


l l l l l l
(penguasa) dan kepada wanita yang l l l l l l l l

calon isteri. Mahar merupakan bukti


l l l l l
dinikahinya sebagai pasangan hidup l l l l l l l

kebenaran l l ucapan l l laki-laki l l atas l l

bersama. l l

keinginannya untuk menjadi suami l l l l

bagi orang yang dicintainya dan


l l l l l l
NILAI DAN JUMLAH MAHAR l l l l l

melangsungkan kehidupan bersama- l l l l l Jumhur fuqahā’ sepakat bahwa l l l l l

sama.l l
8
mahar tidak memiliki ukuran batas
l l l l l l

Mahar merupakan pemberian l l l l l yang harus dilakukan (batas minimal)


l l l l l l l

wajib pertama seorang suami kepada


l l l l l l l dan tidak boleh melebihinya (batas
l l l l l

istri yang dilakukan pada saat akad l l l l l l l l l maksimal). Tidak ada dalil syara’
l l l l l l l l

nikah. l Dikatakan l l l pertama l l karena l l


yang l membatasi l l mahar l l dengan l

setelah l akad l l niah l akan l l timbul batas l l minimal l dan l batas l l

beberapa kewajiban materiil lain yang l l l l l l l


maksimal.10 l l Pandangan l l l tersebut
harus dilaksanakan oleh suami selama
l l l l l l l l
didasarkan pada firman Allah dal Q.S
l l l l l l l l l

9
masa perkawinan untuk kelangsungan
l l l l l l
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan
Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana,
2006), 87.
8 10
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
Adillatuhu, 6760. Adillatuhu, 6762.
An-Nisa ayat 20 yang berbunyi
l l l l l bahwa seorang wanita dari Bani
l l l l l l l

“sedang l kamu l telah l memberikan l Fazārah menikah atas sepasang


l l l l l l l

kepada seseorang di antara mereka l l l l l l l dua sandal. Rasulullah bertanya:


l l l l l l l

harta yang banyak, maka janganlah


l l l l l l l l l l Apakah kamu rela dari dirimu dan
l l l l l l l

kamu l mengambil l kembali l dari l hartamu dengan sepasang dua l l l l l l

padanya barang sedikitpun”.


l l l l l sandal? Wanita itu menjawab: “yal l l l l l l

Madhab l l Shāfi’iyah l dan l aku l rela”, l maka l l beliau l

Hanbaliyah berpendapat bahwa mahar


l l l l l l l l l memperbolehkannya. (Al- Jami’ l l l l

tidak ada batas minimalnya. Segala


l l l l l l l l l Al-Shahih: 345) l l

sesuatu yang dapat menjadi harga bagi l l l l l l l l Hadis tersebut menunjukkan l l

sesuatu yang lain dapat dijadikan l l l l l l l bahwa apa saja yang bernilai material
l l l l l l l l l l

mahar. l l Pendapat l l ini juga l walapun sedikit, sah dijadikan mahar.


l l l l l l l

dikemukakan oleh Ibnu Wahab dari l l l l l Demikian l pula l hadist l yang l

kalangan pengikut Imam Malik.11


l l l l l
diriwayatkan l l l bahwa l l Nabi l SAW l

Sekalipun Fuqaha' sepakat bahwa l l l l l l l


bersabda kepada seseorang yang ingin l l l l l l

mahar tidak ada batas atas, tetapi tidak


l l l l l l l l l l l
menikah: l Menikahlah l l walaupun l l

boleh berlebihan. l
dengan sebuah cincin besi. l l

Rasulullah SAW bersabda:


Madhab Hanafiyah
l l l l l

l l l l l

“Perkawinan yang paling besar l l l l l

berkahnya ialah yang paling ringan l l l l l l l


berpandangan bahwa mahar memiliki l l l l l l l

maharnya" l l l
nilai minimal. Ukuran minimal mahar
l l l l l l

Ulama l l Shafi’iyyah l l dan l

yaitu 10 dirham.12 Dasar pandangan


l l l l l l l

Hanbaliyah berpendapat tidak ada


l l l l l l l l

tersebut adalah l l l hadis l yang l

batas minimal mahar, tetapi sah


l l l l l l l

diriwayatkan Jabir dari Nabi SAW l l l l l l l

dengan apa saja yang mempunyai nilai l l l l l l l l

bersabda: l l

materi, baik sedikit maupun banyak.


l l l l l

Alasannya, karena beberapa teks Al-


l l l l l l l l l
”Tidak ada mahar dengan jumlah yang l l l l l l l l

Quran l yang l menjelaskan l l tentang l


kurang dari 10 dirham”. Sementara
l l l l l

mahar dengan jalan kebijaksanaan,


l l l l l l l l l
itu, Ulama Malikiyah berpendapat l l l l l l

layak baginya sedikit dan banyak.


l l l l l l l
bahwa minimal sesuatu yang layak
l l l l l l l

Sebagaimana l l l l firman l Allah l l SWT dijadikan mahar adalah seperempat


l l l l l l l l

dalam Q.S. An-Nisā’ ayat 24. Selain


l l l l l l
dinar eman atau tiga dirham perak.
l l l l l l l

itu juga didasarkan pada hadis yang l l l l l l l l


Karena Abdu Al-Rahman bin ‘Auf
l l l l l l l

diriwayatkan dari Amir bin Rabi’ah l l l l l l l


menikah atas emas seberat biji kurma, l l l l l l

11 12
Ibid., 6764-6765. Ibid., 6764.
yaitu seperempat dinar dan ukuran
l l l l l Para fukaha sepakat bahwa l l l l l l l l

itulah l nishab l pencurian l menurut macam-macam mahar meliputi dua


l l l l l l l

mereka. Artinya, harta seukuran itu l l l l l l jenis yaitu mahar musamma dan l l l l l l

mempunyai arti nilai dan kehormatan l l l l l l

mahar l l mistil.14 Pertama, l l mahar l l

berdasarkan l l l dipotong tangan l l


musamma yaitu mahar yang sudah l l l l l l l

pencurinya l dan l tidak l dipotong disebut atau dijanjikan kadar dan l l l l l l l

dibawah ukuran itu, maka itulah batas l l l l l l l l


besarannya ketika akad nikah, denganl l l l l l l l

ukuran minimal mahar. l l l l


13
kesepakatan l l l bersama, l l atau l l

Pada l l dasarnya l l l Fikih kesepakatan bersama hakim. Hal ini l l l l l l l

Perkawinan tidak menetapkan jumlah l l l l l l


didasarkan pada firman Allah dalam
l l l l l l l l l l

Maha l l minimal l atau l l maksimal, l l


surat Al-Baqarah ayat 237 yang
l l l l l l l l

berdasarkan pendapat mayoritas para l l l l l l l l l


berbunyi: “padahal l l l sesungguhnya l

Fukaha. Hal ini disebabkan perbedaan l l l l l l l


kamu sudah menentukan maharnya
l l l l l l

kemampuan manusia untuk memberi. l l l l maka bayarlah dari seperdua dari


l l l l l l l l

Seorang l pria l kaya l l memiliki mahar yang telah kamu tentukan


l l l l l l

kesempatan untuk memberikan mahar l l l l l itu”.15


yang besar kepada calon istrinya. Di
l l l l l l

Para fukaha membagi mahar l l l l l l l

sisi lain, ada juga orang miskin yang l l l l l l


musamma ini menjadi dua macam, l l l l l l

hampir tidak bisa membeli apa-apa.


l l l l l l l
yakni mahar musamma mu’ajjah dan
l l l l l l l l

Penyerahan mahar oleh karena itu l l l l l l


musamma ghairu mu’ajjal. Mahar l l l l l l l

dilakukan sesuai dengan kompetensi


l l l l
musamma muajjal adalah mahar yang l l l l l l l l l l

para pihak yang terlibat, dengan


l l l l l l wajib segera diberikan kepada isteri.
l l l l l

kehendak dan persetujuan masing- l l l l Sementara l l itu, mahar l l musamma l l

masing pasangan untuk menentukan


l l l l l
ghairu mu’ajjal yaitu mahar yang
l l l l l l l

jumlahnya. Hanya ada rekomendasi l l l l l l l


telah ditetapkan bentuk dan jumlahnya
l l l l l l

untuk memfasilitasi l l mas l kawin. l


tetapi ditangguhkan pembayarannya.16
l l l l l l l

Artinya,l l mahar l l yang l mudah l


Para fukaha sepakat dalam l l l l l l l l

dijangkau oleh mempelai pria itulah


l l l l l
pelaksanaannya l l l l l mahar l l musamma l l

harus diberikan secara penuh apabila;


yang dianjurkan sebagaimana sabda
l l l l l l l

l l l l l l l l l

a) telah bercampur (bersenggama). b)


Rasulullah SAW: “Sebaik pernikahan
l l l l l

l l l l l l

Apabila salah satu dari suami istri


adalah yang paling mudah”.
l l l l l l l l

l l l l l l

MACAM-MACAM MAHAR l l l l l l
14
Ibid., 677-6775.
15
Ibid., 6774.
13
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa 16
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat
Adillatuhu, 6764 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 275.
meninggal. Mahar musamma juga l l l l l l menghalangi l l pandangan) l l l hanya l l

wajib l dibayar seluruhnya l l l apabila l l l mewajibkan separuh mahar, selama l l l l l l l

suami telah bercampur dengan istri,


l l l l tidak terjadi persetubuhan. Demikian
l l l l

dan ternyata nikahnya rusak dengan


l l l l l l l
juga pendapat Suraih juga Said bin l l l l l l

sebab-sebab tertentu, seperti: ternyata


l l l l
Mansur, l Abd l Ar- l Razaq l l juga l

istrinya mahram sendiri, atau dikira l l l l l l


meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa, l l l l l l l l

perawan ternyata janda, atau hamil


l l l l l l l l l
tidak l wajib l membayar l l mahar l l

dari bekas suami lama. Akan tetapi,


l l l l l l l l
seluruhnya l sebelum terjadi l

kalau istri dicerai sebelum bercampur,


l l l l
persetubuhan. Perbedaan pendapat ini l l l l l

hanya wajib dibayar setengahnya.


l l l l l l l
17
disebabkan oleh adanya pertentangan l l l l l l l

Dalam hal khalwat terdapat l l l l l l l


antara
l l l keputusan l para l l sahabat l l l

perbedaan pendapat dikalangan ahli l l l l l l l l


berkenaan dengan masalah tersebut l l l l l l

fikih beraitan l l dengan l kewajiban l l


dengan turunnya Al-Quran dimana l l l l l l

membayar l l mahar. l l Abu l Hanifah l l


terhadap istri yang telah dinikahi dan l l l l l l

berpandanga bahwa apabila suami l l l l l l l l l


digauli, l yang menegaskan l l l bahwa l l

istri sudah tinggal menyendiri dalam l l l l


maskawinnya tidak boleh diambil
l l l l l

pengertian yang sebenarnya, maka ia l l l l l l l


kembali sedikitpun, yang didasarkan l l l l l

wajib membayar mahar yang telah


l l l l l l l
pada firman Allah SWT dalam surat
l l l l l l l l

dijanjikan. Artinya jika suami istri


l l l l l l
An-Nisā’ ayat 21 yang berbunyi;
l l l l

berada disuatu tempat yang aman dari


l l l l l l l l
“Bagaiman kamu akan mengambilnyal l l l l l l l

pengelihatan siapa pun dan tidak ada l l l l l l l l


Kembali, padahal Sebagian kamu l l l l l l l

halangan hukum untuk bercampur,


l l l l
telah bergaul (bercampur) dengan
l l l l

seperti salah seorang berpuasa wajib l l l l l l


yang lain sebagai suami isteri. Dan
l l l l l l

atau istri sedang haid, atau karena ada


l l l l l l l l l l
mereka l (isteri-isterimu) telah l

halangan emosi seperti salah seorang


l l l l l l
mengambil dari kamu perjanjian yag l l l l l l

menderita sakit, sehingga tidak bisa l l l l l


kuat”.18 l

melakukan l l persenggamaan l l l yang l


Kedua, mahar mitsil (sepadan) l l l l l

wajar, atau karena ada halangan yang


l l l l l l l l l l l l
yaitu l mahar l l yang l jumlah l dan l

bersifat alamiah, seperti ada orang l l l l l l l


bentuknya menurut jumlah dan bentuk l l l

ketiga disamping mereka. Sementara l l l l l


yang biasa diterima keluarga pihak
l l l l l l l

itu Imam Syafi’i, Imam Malik, dan l l l l l


isteri karena l l tidak l ditentukan l

Abu Dawud,
l l berpendapat bahwa l l l l

dengan penutupan tabir (yang dapat 18


Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan
l l l l l l

17
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa dalam Islam (Jakarta: Hidakarya Agung,
Adillatuhu, 6774. 1981), 80-89.
sebelumnya dalam akad nikah.19 Bila l l l l l l l
bergantung pada adat dan budaya l l l l l l l l

terjadi l demikian, l mahar l l tersebut masyarakat. Fakta bahwa kemampuan


l l l l l l l l l l

mengikuti mahar saudara perempuan l l l l l l


setiap orang berbeda pada tingkat
l l l l l l

pengantin wanita (bibi, bule, anak l l l l l


ekonomi. Beberapa orang memiliki l l l

perempuan bibi/bule), apabila tidak l l l l l


lebih banyak kekayaan daripada yang l l l l l l l l l

ada, maka mitsil itu beralih dengan


l l l l l l
mereka butuhkan, sementara yang lain l l l l l l

ukuran wanita lain yang sederajat l l l l l l l tidak. l Oleh karena l l itu, Islam l

dengan dia. Mahar mitsil juga terjadi l l l l l l memberikan kemudahan bagi laki-laki l l l l l l

apabila
l l l dalam l l keadaan l l l sebagai l l yang tidak mampu memberikan mahar
l l l l l l

berikut: a) nikah tafwid )‫اح‬VVV‫(تفويض نك‬ l l l yang besar atas permintaan istrinya,
l l l l l l l

yaitu nikah yang tidak disebutkan atau


l l l l l l l
untuk mencicil atau melunasinya. l l l l

tidak ditetapkan maharnya. Hal ini


l l l l l l l
Kebijakan mahar ini merupakan jalan l l l l l l l l

menurut jumhur ulama diperbolehkan. l l l


tengah l untuk menciptakan l l

b) Kesepakatan tidak ada mahar. Bila l l l l l l l l l


keseimbangan l l terbaik l antara l l l

tidak disebutkan kadar dan besarnya


l l l l l l l
kemampuan laki-laki dan hak-hak l l l l l l l

ketika l berlangsung l akad l l nikah, l


perempuan, l dan l tidak l ada l l yang l

kemudian suami telah bercampur l l l l

merasa dirugikan. Pembayaran mahar


l l l l l l l l

dengan istri, atau meninggal sebelum l l l l

dalam Islam dapat dilakukan dengan 2


l l l l l l l l

bercampur. c) Penyebutan mahar yang


(dua) cara yaitu:
l l l l l

l l l l

tidak sesuai dengan ketentuan yang


l l l l l

Pertama, secara tunai. Mahar


diperbolehkan, seperti penyebutan
l l l l l l l

l l

boleh dilaksanakan dan diberikan


mahar dengan bangkai atau sesuatu
l l l l l l

l l l l l l l l

dengan kontan atau utang, mau


yang dilarang.20
l l l l l l

l l l

dibayar kontan sebagian dan utang


l l l l l l l

PELAKSANAAN PEMBAYARAN
sebagian. Kalau memang demikian,
l l l l l l l

MAHAR
l l l l l l

l l

maka disunahkan membayar sebagian,


Menurut jumhur ulama tidak
l l l l l l l l

l l l

berdasarkan sabda Nabi Saw:


ada batasan minimal dan maksimal
l l l l l l l

l l l l l l l l l

mahar. l l Namun l mahar l l dalam l l


Dari Ibnu Abbas, ia berkata: l l l l l l

pernikahan l l merupakan l l simbol Tatkala Ali kawin dengan l l l l l l

sekaligus l bentuk penghormatan l l


Fatimah, l l maka l l Rasulullah l l

terhadap l l calon l istri. Penentuan l


SAW bersabda kepada Ali, l l l l l l

“Berilah ia sesuatu!”. Al i
besarnya mahar oleh karena itu sangat
l l l l

l l l l l l l l

19
menjawab, “Saya tidak punya l l l l l l

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat,


276. apa-apa”. l l l l Rasulullah l l SAW l

20
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
Adillatuhu, 6777-6781.
bertanya, “Mana baju besimu l l l l l
dari Mithamiyah itu?”. (Sunan
l l l l
Kedua, secara hutang. Dalam l l l l l l

hal penundaan pembayaran


Abi Dawud: 399)
l l l l l l

l l
mahar (dihutang) l l l

Hadist di atas menunjukkan l l l l


terdapat l l dua l perbedaan l l pendapat l l

bahwa l l larangan l l l itu dimaksudkan l l


dikalangan ahli fikih. Sebagian ahli
l l l l l l l

sebagai tindakan yang lebih baik, dan l l l l l l l


fikih berpendapat bahwa mahar itu l l l l l l

secara l l hukum dipandang l l sunnah l


tidak boleh diberikan dengan cara
l l l l l

memberikan mahar sebagian terlebih l l l l l


dihutang l keseluruhan. l Sebagian l l

dahulu. Ulama Imamiyah dan Hanbali


l l l l l l l l
lainnya berpandangan bahwa mahar
l l l l l l l l l

berpendapat bahwa manakala mahar l l l l l l l l l l


boleh ditunda pembayarannya, tetapi l l l l l l

disebutkan, l tapi l kontan l atau l l


menganjurkan l l agar l l membayar l l

dihutangnya tidak disebutkan, maka l l l l l l sebagian mahar di muka manakala l l l l l l l l l

mahar l l harus l dibayar l l kontan l akan menggauli istri. di antara fukaha


l l l l l l l l

seluruhnya. l Sementara l l Hanafi l l yang membolehkan penundaan mahar


l l l l l l

mengatakan, tergantung pada ‘urf l l l l l l (diangsur) ada yang membolehkannya


l l l l l l

yang berlaku. Ia harus dibayar kontan,


l l l l l l l hanya untuk tenggang waktu terbatas
l l l l l l

manakala tradisi yang berlaku adalah


l l l l l l l l l l yang telah l l ditetapkan. l l Demikian l

seperti itu, dan boleh dihutang pula l l l pendapat l l Imam l Maliki. l Mahar l l

manakala tradisinya seperti itu pula.


l l l l l l l dapat dihutang diperbolehkan karena
l l l l l l

Maliki mengatakan bahwa akad nikah


l l l l l l l l l
kematian atau perceraian, ini adalah l l l l l l l l l

tersebut fasid, dan harus di faskh l l l l


pendapat l l Al-Auza’i. l l l Perbedaan l l

sebelum terjadi percampuran. Tetapi l l l l


tersebut dikarenakan pernikahan itu l l l l l

bila l sudah l terjadi l percampuran, l l


disamakan dengan jual beli dalam hal
l l l l l l l l

akadnya
l l l dinyatakan l l l sah l dengan l
penundaan, l l atau l l tidak l dapat l l

menggunakan mahar mitsil. Namun l l l l l


disamakan dengannya. Bagi fukaha
l l l l l l l l

Shafi’i berpendapat bahwa apabila


l l l l l l l l
yang mengatakan bahwa disamakan
l l l l l l l l l

hutang tersebut tidak diketahui secara


l l l l l
dengan jual beli, mereka berpendapat l l l l l

detail, tetapi secara global, misalnya


l l l l l l l
bahwa penundaan itu tidak boleh
l l l l l

akan dibayar pada salah satu diantara


l l l l l l l l l l l l
sampai l l terjadinya l l kematian l l atau l l

dua waktu yang ditetapkan tersebut


l l l l l
perceraian. l l Sedangkan l l yang l

(sebelum mati atau jatuh talak), maka l l l l l l l l


mengatakan tidak dapat disamakan l l l l l l l l l

mahar l l musammanya l l l fasid l dan l

dengan jual beli, mereka berpendapat l l l l l

ditetapkan mahar mitsil. l l l l


21
bahwa penundaan membayar mahar
l l l l l l l l

21
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fikih itu tidak boleh dengan alasan bahwa l l l l l l l

Lima Madhab, Terj. Masykur AB (Jakarta:


Lentera, 2000), 369.
pernikahan itu adalah ibadah.22 l l l l l l l dengan ketentuan mahar mitsil.24 l l l l

Sementara itu, dalam konteks


PEMEGANG HAK MAHAR
l l l l

l l l l

Dalam l l Fiqh Islam l Wa l


untuk keberlangsungan perkawinan, l l l l

Adillatuhu,
l l Wahbah l l Zuhailyi l
mahar merupakan hak mutlak bagi
l l l l l l l

menyatakan bahwa pemegang hak l l l l l l l


isteri. Oleh karenanya, isteri memiliki l l l

mahar meliputi dua aspek yakni


l l l l l
hak penuh atas kepemilikan dan
l l l l l

permulaan l l perkawinan l l dan l


penguasaan l l l penuh atas l l mahar l l

keberlangsungan l l perkawinan. l l
tersebut. Isteri berhak menggunakan l l l

Berdasarkan l l l aspek l permulaan l l


mahar tersebut untuk segala bentuk
l l l l

perkawinan l l Wahbah l l Zuhailyi l


kepentingannya. Demikian juga isteri l l l l

menyatakan bahwa pemegang hak l l l l l l l


memiliki hak untuk membebaskan dan l l l l

mahar meliputi tiga jenis, yaitu hak


l l l l l
menghibahkan mahar tersebut untuk l l l l

suaminya.25 l l

Allah, hak isteri, dan hak wali. Hak


l l l l l l
23
l

Islam mewajibkan pemberian l l l l

Allah dalam mahar dapat diartikan


l l l l l l l l l l

mahar sebagai simbol bahwa suami


bahwa mahar dalam perkawinan
l l l l l l l

l l l l l l l l

memberikan penghargaan kepada


merupakan kewajiban bagi calon
l l l l l l

l l l l l l

istrinya yang telah bersedia menjadi


suami dan wajib dilaksanakan sebagai
l l l l l

l l l l l l l l l

pendampingnya dalam kehidupan


rukun dan syarat keabsahan
l l l l l

l l l l l l

mereka kelak. Oleh karena itu mahar


perkawinan. Sementara hak isteri
l l l l l l

l l l l l

menjadi hak mutlak bagi istri dan tak


dalam mahar dapat diartikan bahwa
l l l l l l

l l l l l l l l l l

seorang pun selain dirinya, baik


isteri merupakan orang yang
l l l l

l l l l

suaminya sendiri, kedua orang tuanya


ditetapkan sebagai penerima dan
l l l l l l

l l l l l l

maupun sanak keluarga memiliki hak


pemilik mahar. Dalam hal ini, isteri
l l l l l l

l l l l l

untuk menggunakan tanpa seizin dan


juga memiliki hak untuk menolak dan
l l l l l

l l l l

membatalkan l l l perkawinan l l yang l


dasar kerelaan sepenuhnya dari istri.
l l l l l l

dilakukan oleh wali tanpa mahar.


l l l l l l l
Namun demikin, sebagaimana dalam
l l l l l l l

Sementara itu, hak wali dalam mahar l l l l l l l l


surat Al-Nisā’ ayat 4 yang telah
l l l l l l

berkaitan dengan mahar mitsil. Dalaml l l l l l l


disebutkan l sebelumnya, l terdapat l l

hal ini wali juga dapat menolak


l l l l l l
pengecualian dalam hal pemegang l l l l l l

perkawinan l l yang l dilakukan l l oleh mahar sebagaimana pendapat Sayyid


l l l l l l l l l

perawan yang menikahkan dirinya


l l l l l l
Sābiq yang menyebutkan bahwa jika l l l l l

dengan mahar yang tidak sesuai 23


Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa
l l l l l l

Adillatuhu, 6784.
22 24
Abdurrahman Ghazali, Fikih Munakahat Ibid., 6785.
25
(Jakarta: Kencana, 2003), 91. Ibid., 6786.
istri masih kecil maka ayahnya yang l l l l l l l

berhak menyimpan hartanya atau


l l l l l l l

maharnya, tetapi jika istri tidak punya


l l l l l l l

ayah atau disebabkan telah meninggal


l l l l l l l l

dunia dan sebagainya, maka wali


l l l l l l l l

lainnya yang berhak mengurusnya dan


l l l l l l

menyimpannya.26 l l

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Kairo: Dar al-


26

Qalam, 2006), 538.


DAFTAR PUSTAKA l l l l

Abdurrahman Al-Jaziri, al-Fiqh Ala al-Madazhib al-Arba’ah (Beirut: Dar Al- kitab
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

Al- Ilmiyah, 1990).


l l

Abdurrahman Ghazali, Fikih Munakahat (Jakarta: Kencana, 2003)


l l l l l l l l l l l l l

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006)


l l l l l l l l l l l

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009)


l l l l l l l l l l l

Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam (Jakarta: Hidakarya Agung,


l l l l l l l l l l l l l

1981)
Muhammad Zuhaily, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Pernikahan dalam Perspektif
l l l l l l l l l l l l

Madzhab Syafi’i, terj. Mohammad Kholison (Surabaya: CV. Imtiyaz, 2013).


l l l l l l l l l

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fikih Lima Madhab, Terj. Masykur AB (Jakarta:


l l l l l l l l l l l l l

Lentera, 2000) l

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Nuansa Aulia, 2008)
l l l l l l l l l l l l

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Kairo: Dar al-Qalam, 2006).


l l l l l l l l

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 2007).


l l l l l l l l l l

Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Fath Al- Mu’in (Semarang: Toha
l l l l l l l l l l l l l l

Putra, tt). l

Anda mungkin juga menyukai