Anda di halaman 1dari 10

‫النكاح اليفسد بفساد الصدق‬

‫‪ALI AKBAR : 210211050123‬‬


LATAR BELAKANG
• Mahar di Indonesia banyak perbedaan terhadap apa yang ingin
diberikannya kepada pasangannya. Mahar itu bisa dibayar dengan emas,
jasa, alat shalat serta yang lainnya.
• Mahar diberikan oleh calon suami untuk menunjukan kemuliaan akan
pentingnya akad perkawinan dan penetapan mas kawin bukan merupakan
sebuah timbal balik, kewajiban menyerahkan mahar bukan berarti calon
istri dengan pemberian mahar sepenuhnya telah dimiliki suaminya, yang
seenaknya suami memperlakukan istri.
• Pelaksaan membayar mahar bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan atau
disesuaikan dengan keadaan dan adat masyarakat. Namun dalam syari’at
Islam memungkinkan penangguhan pelaksanaan membayar mahar baik itu
seluruhnya atau sebagian, maka status mahar yang dalam status hutang
pembayarannya menjadi hutang mempelai suami, tentunya perbedaan
pembayaran mahar ini tergantung situasi dan kondisi.
• Kaitannya dalam makalah ini mencoba membahas terkait kaidah fiqhiyyah
cabang ‫“ النكاح اليفسد بفساد الصدق‬akad nikah tidak rusak dengan rusaknya
mahar” dikaitkan dengan pengertian mahar, dasar hukum mahar,
ketentuan dan jenis mahar dalam islam, serta pandangan ulama terkait
mahar.
Pengertian Cabang Kaidah
Fiqhiyyah
‫النكاح اليفسد بفساد الصدق‬
“Akad nikah tidak rusak dengan rusaknya mahar”

Artinya akad nikah tidak rusak apabila rusaknya mahar, sebagai contoh
apabila dalam akad nikah mengangkat wakil pada saat akad nikah
kemudian menyebut mahar sebanyak 10 gram emas, kemudian
wakilnya tadi menambah mahar tersebut menjadi sebanyak 15 gram
emas, maka pernikahan itu tetap sah dan kepada perempuan diberikan
mahar mitsil.
• Pengertian Mahar
Secara terminologi, mahar adalah pemberian wajib dari calon
suami kepada calon istri sebagai tanda ketulusan hati calon
suami untuk menimbulkan rasa cinta bagi seorang istri
kepada calon suaminya. Atau suatu pemberian yang
diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik
dalam benda maupun jasa (memerdekakan, mengajarkannya
dan sebagainya).
Pengertian mahar dalam KHI adalah pemberian dari calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik
berbentuk barang, uang, atau jasa yang tidak bertentangan
dengan hukum Islam.

Dasar Hukum :
Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 4, surah An-Nisa’ ayat 24, sabda
Nabi SAW dan Hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
SYARAT DAN MACAM – MACAM MAHAR
Adapun mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi
syarat- syarat berikut :
• Harta atau bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak
berharga, walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya
mahar. Dalam perkawinan, substansi mahar bukanlah imbalan
mahar belaka, melainkan simbol hajat dan niat seseorang
melakukan pernikahan. Dengan itu, mahar itu bisa berupa harta
atau bisa juga berupa apa saja yang bernilai.
• Barang yang halal dan dinilai berharga dalam syariat Islam. Mahar
akan menjadi tidak sah jika mahar itu dari khamar, darah, babi atau
yang tidak bisa bermanfaat dan tidak bisa diperjual belikan bagi
perempuan yang menerimanya.
• Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan
memberikan barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak
disebutkan jenisnya.
Para fuqaha telah membagikan mahar kepada dua macam:
Mahar Musamma
• Mahar musamma adalah mahar yang disepakati oleh pengantin laki-
laki dan perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad.
• Dalam buku Hukum Perkawinan Islam di Indonesia yang ditulis
Amir Syarifuddin mengatakan mahar muthamma adalah mahar
yang disebutkan bentuk, wujud atau nilainya secara jelas dalam
akad.

• Mahar Mithsil adalah mahar yang tidak disebutkan jenis jumlahnya


pada waktu akad, maka kewajibannya adalah membayar mahar
sebesar mahar yang diterima oleh perempuan lain dalam
keluarganya.
• Maksudnya adalah mahar yang diusahakan kepada mahar-mahar
yang pernah diterima pendahulunya atau mahar yang diukur
(sepadan) dengan mahar yang pernah diterima oleh keluarga
terdekat, agak jauh dari tetangga sekitarnya, dengan memperhatikan
status sosial, kecantikan, dan sebagainya.
RUSAK DAN GUGURNYA MAHAR
SERTA HIKMAH ADANYA MAHAR
Mahar yang rusak bisa terjadi karena barang itu sendiri atau karena
sifat-sifat dari barang tersebut, seperti tidak diketahui atau sulit
diserahkan. Mahar yang rusak karena zatnya sendiri, yaitu seperti
khamar yang rusak karena sulit dimiliki atau diketahui, pada
dasarnya disamakan dengan jual beli yang mengandung lima
persoalan pokok, yaitu:
• Barang tidak boleh dimiliki.
• Mahar digabungkan dengan jual beli.
• Penggabungan mahar dengan pemberian.
• Cacat pada mahar.
• Persyaratan dalam mahar
Tinjauan Hukum Sebagai
Pengendali Sosial
• Hukum sebagai mekanisme pengendali sosial merupakan fungsi
utama dari negara dan kerja melalui kekuatan yang dilaksanakan
secara sistematis dan taratur oleh agen yang ditunjuk untuk
melaksanakan fungsi tersebut.
• Memandang hukum sebagai agen pengendali sosial, maka hukum
dapat dilihat sebagai suatu alat pengendali sosial, meskipun alat lain
juga masih diakui misalnya pranata sosial lainya (keyakainan,
kesusialaan).
• Hukum sebagai agen pengendali sosial memberikan arti bahwa
hukum merupakan suatu yang mampu mengatur tingkah laku
manusia.
Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa ada beberapa hikmah dan tujuan
syara’ tentang kewajiban mahar, antara lain :
1. Menampakkan betapa pentingnya akad pernikahan.
2. Sebagai bentuk memuliakan wanita.
3. Sebagai bukti bahwa sang suami benar-benar ingin
membangun rumah tangga bahagia bersama istrinya.
4. Menunjukkan niat baik, bahwa suami akan
mempergaulinya dengan baik.
5. Sebagai bukti langgengnya tali perkawinan.

Pandangan para Ulama tentang mahar perkawinan. kesimpulannya


bahwa tujuan dari diwajibkan mahar perkawinan adalah simbol
keseriusan para laki-laki dalam menjalankan perkawinan yang
notabene sebagai salah satu ibadah dan simbol kemuliaan terhadap
kaum hawa. Dan inilah asas dasar kewajiban pemberian mahar yang
dilakukan oleh suami kepada istrinya.
SIMPULAN
‫النكاح اليفسد بفساد الصدق‬

“Akad nikah tidak rusak dengan rusaknya mahar”


Artinya akad nikah tidak rusak apabila rusaknya mahar, sebagai
contoh apabila dalam akad nikah mengangkat wakil pada saat akad
nikah kemudian menyebut mahar sebanyak 10 gram emas, kemudian
wakilnya tadi menambah mahar tersebut menjadi sebanyak 15 gram
emas, maka pernikahan itu tetap sah dan kepada perempuan
diberikan mahar mitsil.
Mahar mithsil adalah mahar yang tidak disebutkan jenis jumlahnya
pada waktu akad, maka kewajibannya adalah membayar mahar
sebesar mahar yang diterima oleh perempuan lain dalam keluarganya

Anda mungkin juga menyukai