Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS HUKUM ISLAM

TERHADAP PEMBERIAN
JUMLAH MAHAR YANG
DISESUAIKAN DENGAN
WAKTU PELAKSANAAN
PERNIKAHAN
(STUDI KASUS DIKUA
PATRANG)
Dosen pembimbing : Dr. H. Rafid Abbas, M.A

Oleh :

Rika Rofi’atul Mukaromah S20191162


Latar Belakang
Mahar bukan merupakan sebuah rukun dan syarat dalam perkawinan. Akan tetapi mahar merupakan
salah satu dampak yang diakibatkan oleh akad perkawinan. Bersamaan dengan perkembangan zaman yang sudah
modern, mahar juga mengalami perkembangan. Bukan hanya dengan menghias mahar yang diberikan terlihat
cantik dan lebih indah, sebagian masyarakat di Jember mengingkan agar pemberian jumlah mahar disesuaikan
dengan waktu pelaksanaan pernikahannya. Penyebab dari itu semua menurut masyarakat jumlah mahar yang
disesuai dengan pelaksanaan pernikahan merupakan mahar yang unik dan sedang nge trend pada saat ini.
Seperti contoh masyarakat yang mendaftarkan pernikahan di KUA Patrang Jember. Permintaan
jumlah mahar yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pernikahan inilah yang pada akhirnya menimbulkan
kesulitan bagi suami untuk memberi mahar ersebut kepada calon istri. Seperti contoh mahar pada pasangan
nomer 0609/084/XI/2022 dengan nominal Rp. 1.811.000,- dengan tanggal pernikahan 18 november 2022 dan
pasangan nomer 0633/108/XI/2022 dengan nominal Rp. 2.511.000,- dengan tanggal pernikahan 25 november
2022 yang ter daftar di KUA Patrang Jember.
Tidak seperti zaman sebelumnya yang dalam prakteknya mahar langsung diberikan tanpa
disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pernikahan. Misalnya 50.000 atau 100.000 nominal uang yang muda
ditemukan. Adanya modifikasi mahar pernikahan dengan alasan para calon pengantin untuk mudah diingat waktu
pelaksanaan pernikahan dan sebuah trend yang buming dizaman sekarang. Lalu bagaimanakah hukum islam
mengatur tentang pemberian jumlah mahar yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pernikahan tersebut.
Karena ini merupakan masalah baru yang ada dalam islam tidak mengatur adanya pemberian mahar tersebut
sesuai dengan waktu pelaksanaan pernikahan.
Fokus Penelitian

1. 2.
Mengapa terjadi pemberian jumlah mahar dan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap
disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pemberian jumlah mahar yang disesuaikan
pernikahan di KUA patrang jember ? dengan waktu pelaksanaan pernikahan di KUA
patrang jember ?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan alasan calon penganti di KUA Patrang Jember
tentang pemberian mahar yang disesuaikan dengan waktu
pelaksanaan pernikahaan .

2. Menganalisis secara Hukum islam terhadap alasan calon


pengantin di KUA Patrang Jember tentang pemberian mahar
yang disesuaikan dengan waktu pelsanaan pernikahan
Manfaat Penelitian
Aspek keilmuan (teoritis)
● Sebagai pijakan bagi penenliti peneliti lainnya yang ingin mengkaji masalah relevansinya sama dengan
penelitian ini
● Untuk memperbanyak keilmuan dikalangan akademis,terutama mengkaji masalah yang sama dengan
penelitian ini

Aspek terapan
● Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini memberikan wawasan dan pengalaman yang sangat berharga terkait dengan pemberian
jumlah mahar
● Bagi Uin Kiai Achmad Siddiq Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat di
jadikan refrensi khususnya kepada mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Sidiiq Jember
● Bagi masyarakat kecamatan Patrang
Sebagai bahan patokkan bagi masyarakat dalam praktek pembayaran jumlah mahar yang disesuaikan dengan
waktu pelaksanaan pernikahan
Definisi Istilah
Hukum Islam Mahar
peraturan peratuan dan ketentuan ketentuan
01 yang berkaitan dengan mahar berdasarkan Al
Qur’an dan pendapat para ulama’ serta 02
pemberian wajib berupa barang atau uang
dari calon laki laki kepada calon
perempuan ketika pemberlangsungan akad
ketentuan dari Kompilasi Hukum islam. nikah

Pemberian mahar
cara,proses, dan pembuatan pemberian mahar yang diberikan calon
03 pengantin laki laki sesuai permintaan calon pengantin perempuan
dengan kesepakatan bersama baik dalam bentuk uang,barang atau jasa
yang tidak bertentangan di hukum islam disesuaikan dengan waktu
pelaksanaan pernikahan.
Kajian Pustaka
 Penelitian terdahulu

Pertama : Jurnal yang disusun oleh bambang sugianto dari universitas kendari Sulawesi utara yang berjudul “kualitas dan
kuantitas mahar dalam perkawinan (kasus wanita yang menyerahkan diri kepada Nabi Muhammad SAW) “.

Kedua : Skripsi oleh Eka fitri hidayati dan UIN sunan Ampel Surabaya yang berjudulkan :
“ Analisis Hukum islam terhadap modernisasi mahar nikah di KUA Jambangan Surabaya “

Ketiga : skripsi yang dilakukan oleh alfaroby dari UIN Syarif Hidayatullah berjudul : “tranfsformasi pemahaman
masyarakat tentang mahar dalam adat jambi (studi kasus desa penegah kecamatan pelawan kabupaten
sarolangun)”.

Keempat : skripsi yang dilakukan oleh siti zainab dari UIN sunan ampel Surabaya yang berjudul “ analisis hukum islam
terhadap penentuan mahar oleh orang tua didusun air mata desa desa campor kecamatan proppo kabupaten
pamekasan “.

Kelima : skripsi yang ditulis oleh Muhammad Fikri Nur Fathoni, mahasiswa Fakultas Syariah pada Tahun 2018 yang
berjudul “Faktor-faktor Penyebab Calon Pengantin Memilih Mahar dengan Bentuk Uang Hias Studi Kasus di
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur”.
Kajian Pustaka
 Kajian Teori

● Mahar Dalam Hukum Islam


Hukum islam adalah hukum yang berasal dari agama islam yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah
untuk kemaslahatan hamba hamba nya didunia dan akhirat. Hukum islam itu karena diturunkan oleh
Allah, berarti itu buatan dan ciptaan Allah. Sementara hukum lainnya itu adalah buataan manusia.
Semua hukum yang diwahyukan Allah mempunyai tujuan, jadi dengan demikian hukum islam itu
bukan dibuat dengan sia sia atau main main saja, akan tetapi dibuat untuk suatu tujuan. Tujuannya
ialah maslahat atau kebaikan atau kebijakan hamba hamba Allah didunia dan diakhirat.
Pengertian mahar yang diambil dari bahasa arab mahar yaitu ( ‫ ) مهر‬bentuk mufrad
sedangkan bentuk jamaknya adalah ( ‫ ) مهور‬yang berarti mas kawin. Dalam definisi bahasa arab kata
mahar lebih dikenal dengan sebutan nama : sadaq,nihlah,faridah, ajr dan u’qr. Sadaq yang berarti
kebenaran untuk membenarkan cinta dari suami untuk istri, ada juga yang diartikan sebagai
penghormatan kepada istri dari suami dan pokok dalam kewajiban mas kawin. Nihlah adalah
pemberian dengan kesukarelaan atau bisa diartikan sebagai sesuatu kewajiban
Ajr berasal dari kata ijarah yang artinya upah.
Faridah, yang berasal dari kata faradah artinya kewajiban
U’qr adalah mahar untuk menghormati kemanusiaan perempuan
Kajian Pustaka
● Dasar Hukum Mahar
Mazhab mazhab selain imam malik bersepakat bahwa mahar bukanlah salah satu rukun dalam akad,
tetapi merupakan salah satu konsekuensi adanya akad. Dengan itu akad tidak boleh dilaksanakan
tanpa adannya mahar. Apabilah terjadi percampuran suami istri ditentukanlah mahar, dan jika suatu
hari kemudian istri ditalak sebelum dicampuri maka dia tidak berhak atas maharnya, akan tetapi
mut’ah artinya pemberian secara sukarela dari suami.
Pembayaran mahar harus sesuai dengan perjian yang terdapat dalam akad pernikahan
dan disetujui oleh kedua pihak mempelai tanpa menguranginya sedikitpun. Abu dawud, imam malik
serta imam syafi’I berpendapat untuk mewajibkan pembayaran mahar sepenuhnya bila terjadi
khalwat. Apabila jika suatu nanti terjadi khalwat antara suami dan istri dapat dijadikan dasar bahwa
terjadi dukhul atau persetubuhan antara suami dan istri, pihak suami wajib membayar mahar
sepenuhnya sebagaimana kesepakatan yang telah ditetapkan dalam akad nikah yang sudah tertulis.
Akan tetapi, apabila terdapat alat alat bukti yang dapat menimbulkan keyakinan bahwa sekalipun
keduanya telah berkhalwat jika belum terjadi persetubuhan maka dalam hal ini jika suami menceraikan
istrinya, ia tidak wajib membayar mahar sepenuhnya karena belum terjadi dukhul antar keduanya dan
suami wajib membayar separuh dari mahar nya saja.
Kajian Pustaka
● Hikmah Disyariatkannya Mahar
1. Tujuan mahar yakni memuliakan wanita. Salah satu usaha islam dalam menghargai wanita yakni
memberi hak yang pantas untuk memegang usahanya.
2. Mahar merupakan sebuah modal bagi seorang wanita dalam mempersiapkan diri sendiri.
3. Mahar menunjukan bahwa akad pernikahan mempunyai kedudukan atas yang tinggi. Oleh karena
itu Allah mewajibkan kepada laki laki bukan untuk wanita, karena laki laki lebih mampu untuk
berusaha.
● Syarat Syarat Sah Mahar
1. Berupa harta atau benda yang berharga. Tidak sah jika terjadi sesuatu yang tidak memiliki
harga,seperti biji kurma.
2. Mahar (Barangnya ) suci dan bisa diambil kemanfaatannya tidak sah apabila mahar berupa khamar,
babi, darah dan bangkai.
3. Bukan berupa mahar yang tidak jelas keadaannya.
4. Barang mahar tersebut bukan dari barang yang bersifat ghasab.
● Kadar Mahar
Dalam islam berkewajiban memberi mahar sangat ditekankan,namun tidak ada dalil syar’I yang secara
khusus membahas tentang batasan nilai mahar atau seberapa banyak pemberian mahar, baik
mengenai nilai minimal dan maksimalnya, atau mengenai kualitas bentuk mahar tersebut.
Kajian Pustaka
salah satu hadits yang artinya berbunyi “ dari Aisyah RA : bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
sesungguhnya perkawinan yang paling besar barakahnya adalah yang paling murah mahar nya
(maskawinnya). (H.R. Ahmad)
imam syafi’I berpendapat bahwa minimal yang boleh dijadikan mahar adalah harta atau sesuatu yang
minimal masih berharga dikalangan masyarakat. Menurut ulama’ hanafiyah batas minimal mahar yaitu
sepuluh dirham perak, apabila kurang dari itu maka wajib mahar mitsil. Sedangkan ulama’ makiyyah
berpendapat bahwa batas minimal mahar adalah tiga dirham perak atau seperempat dinar emas.
● Mahar Dalam Kompilasi Hukum Islam (HKI)
Dalam kompilasi hukum islam mengatur bahwa mahar secara panjang kali lebar dalam pasal 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 yang hampir secara keseluruhan mengambil dari kitab fiqih yakni menurut
jumhur ulama’. Berikut secara lengkapnya :
Pada pasal 30 menjelaskan bahwa : calon mempelai laki laki wajib membayar mahar kepada calon
mempelai perempuan yang jumlah, bentuk dan jenisnya yang disepakati kedua belah pihak. Kewajiban
membayar mahar bukan sebelum pernikahan akan tetapi berlangsungnya akad dalam pernikahan.
Demikian pula yang menerima bukan calon mempelai perempuan akan tetapi mempelai perempuan
karena dia baru berhak menerima mahar setelah adanya akad pernikahan.
Kajian Pustaka
Kompilasi hukum islam pada pasal 31 mengatur penentuan mahar yang didasarkan dengan asas kesederhanaan
dan kemudahan sebagaimana telah diatur juga dalam agam islam. mahar yang sudah diberikan kepada
mempelai perempuan,bukan hak milik laki laki ataupun keluarga pihak mempelai perempuan melainkan sudah
menjadi hak milik mempelai perempuan hal ini dijelaskan dalam kompilasi hukum islam pasal 32 yang
mengatur tentang mahar.
Pada pasal 33 kompilasi hukum islam menjelaskan tentang mengatur mahar beriisi 2 ayat, yaitu yang pertama :
penyerahan mahar harus dilakukan secara resmi. Kedua : mahar boleh ditangguhkan baik keseluruhannya
taupun sebagian dari mahar jika di setujui oleh mempelai perempuan. Mahar yang belum lama lunas makan
menjadi hutang bagi mempelai laki laki tersebut. Kewajiban dalam penyerahan mahar bukan termasuk rukun
pernikahan, dan kelalian menyebut jenis dan jumlah mahar tidak menyebabkan batalnya sebuah pernikahan,
yakni sama halnya dengan keadaan mahar masih berhutang epada orang lain, tidak mengurangi sahnya
pernikahan. Hal ini dijelaskan dalam pasal 34 kompilasi hukum islam.
Pasal 35 kompilasi hukum islam menjelaskan tentang suami yang menalak istri (qabla ad dukhul) yaitu sebelum
berhubungan wajib membayar setengah mahar yang telah ditentukan dalam akad nikah. apabila suami
meninggal dunia ( qobla ad dukhul ) seluruh mahar yang telah ditetapkan menjadi sepenuhnya hak istri. Apabila
perceraian terjadi qabla ad dukhul tetapi besarnya mahar belum ditetapkan, maka suami wajib membayar mahar
mitsil kepada istrinya.
Kajian Pustaka
Pada kompilasi hukum islam pasal 36 berisi apabila mahar hilang sebelum diserahkan kepada mempelai
perempuan, maka mahar itu dapat diganti dengan barang lain yang sama bentuknya dan jenisnya atau dengan
barang yang lainnya tetapi sama nilainya atau bisa diganti dengan uang yang jumlah harga nya sama dengan
barang mahar tersebut yang hilang.
Kompilasi hukum islam pasal 37 menjelaskan tentang jika suatu hari terjadinya selisih pendapat mengenai jenis
dan nilai mahar yang sudah ditetapkan, maka penyelesaiannya diajukan ke pengadilan agama.
Lalu dijelaskan dalam pasal 38 tentang apabila mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang akan
tetapi calon mempelai perempuannya tetap bersedia menerima tanpa syarat apapun, maka penyerahan mahar
dianggap lunas. Namun apabila istri menolak untuk menerima mahar karena keadaannya cacat, suami harus
menggantinya dengan mahar lain yang tidak cacat. Selama penggantinya belum diserahkan, maka mahar
dianggap masih belum terbayar lunas.
Tujuan mahar dalam KHI :
1. Untuk menertibkan masalah mahar.
2. Memastikan kepastian hukum bahwa mahar bukan “ rukun dalam pernikahan”.
3. Menetapkan etika mahar dengan atas kemudahan dan kesederhanaan bukan berdasarkan prinsip
ekonomi, gengsi dan status.
H. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Peneliti mengambil lokasi diKUA kecamatan
patrang, kabupaten Jember, jawa timur. Alasan peneliti melakukan penelitian diKUA Patrang karena peneliti
menemukan kasus ini di KUA patrang berdasarkan observasi.

Data yang dikumpulkan


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data data yang menjadi alasan calon pengantin di KUA
Patrang Jember tentang pemberian mahar yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pernikahan.
Sumber data
Sumber data primer , merupakan sumber data yang memperolehSecara langsung dari subjek penelitian. Data
yang diambil dari wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam penelitian ini.
Sumber data sekunder, dalam penelitian ini didapatkan berupa dokumen yang digunakan ialah penelitian
penelitian yang serupa akan tetapi dilakukan pada tempat atau lokasi yang berbeda serta informasi dari
beberapa media. Selain itu beragam foto dan catatan laporan wawancara yang terlibat dalam penelitian ini
yakni tentang pemberian mahar sesuai dengan waktu pelaksanaan pernikahan.
H. METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan data :


Wawancara merupakan membentuk suatu wawancara dengan masyarakat
yang melakukan pemberian mahar yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan pernikahan di KUA Patrang
Jember
Dokumentasi Metode dokumentasi ini merupakan metode yang pengumpulan datanya berupa sumber data yang
tertulis, seperti literature literature yang pembahasannya mengenai mahar.
Teknik pengolahan data :
Editing Merupakan pemeriksaan kembali data yang sudah di peroleh terutama dari segi penjelasan
definisi,kesamaan antara data yang sudah ada serta relevansi dari penelitian.
Organizing Penyusunan data yang diperoleh dan pengaturan data yang diperoleh sehingga menjadikan bahan
untuk penentuan deskriptif dalam penelitian tersebut.
Teknik analisis data :
Dalam penelitian ini penulis meneliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang mana suatu proses
penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari hasil wawancara atau sumber sumber yang tertulis.
Sehingga dalam teknik analisis data ini menggunakan deskriptif analisis yakni penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data, menganalisis, kemudian dipaparkan data tersebut untuk diambil kesimpulan yang sudah
didapatkan.
Sistematika Pembahasan
Bab pertama, bab ini memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi istilah,kajian pustaka,metode penelitian dan sistematika pembahasan penelitian.
Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori yang beriisi tentang konsep mahar dalam hukum islam serta
kompilasi hukum islam yang melingkupi pengertian mahar, dasar dasar mahar dan tujuan mahar, batasan dan jumlah
mahar serta humu mahar yang sudah tertulis dalam hukum islam maupun kompilasi hukum islam.
Bab ketiga ini memaparkan tentang bagaimana pemberian mahar yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan
pernikahan. Melingkupi profil KUA Patrang Jember, kedudukan, fungsi dan tugas Kantor Urusan Agama Patrang
Jember serta alasan mengenai pemberian mahar sesuai dengan waktu pelaksanaan pernikahan pada masyarakat yang
mendaftar di Kantor Urusan Agama Patrang Jember.
Bab keempat, membahas tentang analisis hukum islam terhadap pemberian jumlah mahar yang disesuaikan dengan
waktu pelaksanaan pernikahan.
Bab lima ini adalah bab terakhir dalam skripsi yang berisikan penutup yakni berupa kesimpulan dan saran peneliti.
Daftar Pustaka
Abdul khaliq Syafa’at, hukum keluarga islam, ( Surabaya, Unisa prees,2014 ),
Sayuti thalib, hukum kekeluargaan Indonesia, ( jakarta : UI press,1986 )
Mahmud yunus, hukum perkawinan dalam islam, ( Jakarta : PT Hidakarya Agung,1990 ),
Departemen agama RI, Al Quran dan terjemahannya ( Jakarta : CV , 2004
Abdul aziz muhammad azzam, fiqh munakahat (, Jakarta : bumi aksara, 2011),
Ibn Ali Al ansyari, Almizan Al kubro ( semarang : toha putra 2003 ),
Wahbah Az Zuhaili, fiqih islam
Abdul qodir Jaelani, Keluarga Sakinah (Surabaya:PT.bina ilmu, 1995
Tihami sohari, Hukum perkawinan islam di Indonesia (jakarta:kencana prenada media grup,2009),
Mughniyah Muhammad jawad, fiqih lima mazhab, diterjemakan masykur dkk (Jakarta : lentera, 2007),
Ibnu mas’ud, fiqh mazhab shafi’I buku 2 : muamalat,munakahat,jinayyat, (bandung : pustaka setia 2002),
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta; balai pustaka, 2005
Bambang sugiantoro, kualitas dan kuantitas mahar dalam perkawinan (jurnal universitas kendari Sulawesi utara, 2013),
Eka fitri hidayati “ analisis hukum islam terhadap modernisasi mahar nikah dikua jambangan Surabaya “ ( skripsi UIN sunan ampel,
Surabaya, 2016 ),
Alfaroby, “ tranformasi pemahaman masyarakat tentang mahar dalam adat jambi(studi kasusu desa penegah kec. Pelawan kab. Sarolangun
) “. (skripsi UINSA,jakarta, 2010).
Siti Zainab, ‚Anlisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Mahar Oleh Orang Tua di Dusun Air Mata Desa Campor Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan‛(Skripsi – UIN SunanAmpel, Surabaya, 2014),
Muhammad ichsan,pengantar hukum islam (yogjakarta : gramasurya 2015),
Ibnu mas’ud, fiqh mazhab shafi’I buku 2 : muamalat,munakahat,jinayyat, (bandung : pustaka setia 2002),
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta; balai pustaka, 2005),
Ibrahim Muhammad al jamal, fiqih wanita, diterjemahkan oleh ansori umar sitanggal, ( semarang : Cv. Asy Syifa’,1998),
Ra’d kamil, musthafa al I’liyani, membina rumah tangga yang harmonis, ( Jakarta : pustaka azzam, 2001
Sayyid sabiq, fiqih sunnah, ( Jakarta : ummul qura, 2014
Wahbah az zuhaily, fiqih islam wa adillatuhu 9
Kompilasi hukum islam pasal 1 huruf d
Winarto surakhmad, pengantar penelitian ilmiah, dasar metode dan teknik ( bandung, mizan , 1990 ),
Yahya harahap, kedudukan kewenangan dan acara peradilan agama, (Jakarta: sinar grafika, 2007),
Tim redaksi nuansa aulia, kompilasi hukum islam (bandung : huansa aulia, 2008),
Abdul aziz Muhammad azzam dan abdul wahab sayyed hawwas ,.. fiqih munakahat,
Amir syarifuddin, hukum perkawinan
Muhammad idrus abdul rauf, mukhtasar shahih al tirmidzi ( mesir: Al syuruq al dauliyah),
Darmawan, eksitensi mahar dan walimah
Al utsaimin. M. shaleh dan A. aziz, pernikahan islami, dasar hukum hidup berrumah tangga ( Jakarta : pustaka azzam,
2001 ),
Ahmad rabi’ jabair ar Rahili, mahar kok mahal menimbang manfaat dan mudharatnya, ( solo: tiga serangkai, 2014),
Darmawan, eksitensi mahar dan walimah ( Surabaya : avisa,2011
Tihami dan sohari sahrani, fiqih munakahat kajian fiqih nikah lengkap, (jakarta : rajawali press, 2010),
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai