Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urusan perkawinan di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974 serta diatur ketentuannya dalam Kompilasi
Hukum Islam. Saripati aturan-aturan Islam mengenai perkawinan, perceraian,
perwakafan dan pewarisan ini bersumber dari literatur-literatur fikih Islam
klasik dari berbagai madzhab yang dirangkum dan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia. Kedua dasar hukum mengenai perkawinan
dan urusan keluarga tersebut diharapkan dapat menjadi pijakan hukum bagi
rakyat Indonesia yang akan melaksanakan perkawinan. Namun dalam praktek
pelaksanaan perkawinan yang berlaku di masyarakat, banyak muncul hal-hal
baru yang bersifat ijtihad, dikarenakan tidak ada aturan yang tertuang secara
khusus untuk mengatur hal-hal tersebut.
Kurang lebih satu dekade yang lalu, muncul peristiwa menarik dalam
hal pelaksanaan akad nikah yang dilakukan secara tidak lazim dengan
menggunakan media telepon. Kemudian status pernikahan ini dimohonkan
pengesahannya melalui Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Oleh Pengadilan
Agama Jakarta Selatan status hukumnya dikukuhkan dengan dikeluarkannya
Surat Putusan No. 1751/P/1989. Meski Pengadilan Agama Jakarta Selatan
mengesahkan praktek semacam ini, namun putusan ini tetap dianggap riskan.
Kabarnya, Mahkamah Agung menegur hakim yang memeriksa perkara
tersebut karena dikhawatirkan menimbulkan preseden yang tidak baik.
Peristiwa yang serupa dengan itu terulang kembali. Kali ini praktek
akad nikah tertolong dengan dunia teknologi yang selangkah lebih maju
dengan menggunakan fasilitas video teleconference. Teknologi video
teleconference lebih mutakhir dari telepon, karena selain menyampaikan
suara, teknologi ini dapat menampilkan gambar atau citra secara realtime
melalui jaringan internet. Hal ini seperti yang dipraktekkan oleh pasangan
Syarif Aburahman Achmad ketika menikahi Dewi Tarumawati pada 4

Desember 2006 silam. Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria
sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta
mempelai wanita berada di Bandung, Indonesia. Kedua belah pihak dapat
melaksanakan akad nikah jarak jauh berkat layanan video teleconference dari
Indosat.
Hal ini tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pasangan
Sirojuddin Arif dan Iim Halimatus Sa'diyah. Dengan memanfaatkan teknologi
ini, mereka melangsungkan akad nikah mereka pada Maret 2007 silam.
Hanya perbedaannya adalah, kedua mempelai sedang berada di aula kampus
Oxford University, Inggris, sedangkan wali mempelai berada di Cirebon,
Indonesia ketika akad nikah dilangsungkan.
Fenomena seperti ini menggelitik untuk dikaji dan dikomentari oleh
para pakar hukum keluarga Islam di Indonesia. Oleh sebab praktik akad nikah
jarak jauh dengan menggunakan media teknologi ini belum pernah sekalipun
dijumpai pada jaman sebelumnya. Praktek akad nikah pada jaman Nabi dan
para Salafus shalih hanya menyiratkan diperbolehkannya metode tawkil,
yakni pengganti pelaku akad apabila pihak pelaku akad (baik wali maupun
mempelai pria) berhalangan untuk melakukannya. Oleh karena itu, penulis
juga tertarik untuk memaparkan tentang fenomena nikah jarak jauh tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pernikahan
2. Bagaimana Hukum Pernikahan
3. Bagaimana Rukun Nikah
4. Bagaimana Dasar-Dasar Yang Dipakai Dalam Menentukan Hukum Akad
Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon
5. Bagaimana Hukum Akad Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian Pernikahan
2. Untuk mengetahui Bagaimana Hukum Pernikahan

3. Untuk mengetahui Bagaimana Rukun Nikah


4. Untuk mengetahui Bagaimana Dasar-Dasar Yang Dipakai Dalam
Menentukan Hukum Akad Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon
5. Untuk mengetahui Bagaimana Hukum Akad Nikah Jarak Jauh Melalui
Telepon
6.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.
Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul (aqad) yang menghalalkan
persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata
yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam.
Adapun nikah menurut syariat nikah juga berarti akad. Sedangkan pengertian
hubungan badan itu hanya metafora saja.
Islam adalah agama yang universal, yaitu

mencakup semua sisi

kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun dalam kehidupan ini, yang tidak
dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam,
walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang
memberi rahmat bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah
banyak mengatur mulai dari bagaimana mencari kriteria calon pendamping
hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang
penyejuk hati. Islam menuntun dan mengajarkan bagaimana mewujudkan
sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan
tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan
pesona. Melalui makalah yang singkat ini insyaallah penulis akan membahas
perkawinan menurut hukum islam.
Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan
mendapat pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapatkan dosa
tetapi dimakruhkan karena tidak mengikuti sunnah rosul.
Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insan dengan jenis
berbeda yaitu

laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan

perjanjian atau akad.


Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga
yang sakinah, mawaddah, warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang

shaleh dan shalihah. Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap
orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi bagi orang
tuanya.
B. Hukum Pernikahan
1. Hukum Asal Nikah adalah Mubah
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah mubah artinya
boleh dikerjakan boleh ditinggalkan. Dikerjakan tidak ada pahalanya
dan ditinggalkan tidak berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat
berubah menjadi sunah, wajib, makruh atau haram.
2. Nikah yang Hukumnya Sunnah
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah
itu sunnah. Alasannya yang mereka kemukakan bahwa perintah nikah
dalam berbagai Al Quran dan hadist yang hanya merupakan anjuran
walaupun banyak kata-kata amar dalam ayat dan hadist tersebut. Akan
tetapi bukanlah amar yang berarti wajib sebab tidak semua amar harus
wajib, kadangkala menunjukkan sunnah bahkan suatu ketika hanya
mubah. Adapun nikah hukumnya sunnah bagi orang yang sudah mampu
memberi nafkahdan berkendak untuk nikah.
3. Nikah yang Hukumnya Wajib.
Nikah menjadi wajib menurut pendapat sebagian ulama dengan
alasan bahwa diberbagai ayat dan hadits sebagaimana tersebut diatas
disebutkan wajib. Terutama berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah
seperti dalam sabda Rasululullah SAW, barang siapa yang tidak mau
melakukan sunnahku, maka tidaklah termasuk golonganku.
Selanjutnya nikah itu menjadi wajib sesuai dengan faktor dan
situasi. Jika ada sebab dan factor tertentu yang menyertai nikah menjadi
wajib. Contohnya : jika kondisi seseorang sudah mampu memberi
nafkah dan takut jatuh pada perbuatan zina, dalam situasi dan kondisi
seperti itu wajib nikah. Sebab zinah adalah perbuatan keji dan buruk
yang dilarang Allah SWT, Rasulullah bersabda sebagai berikut : Dari
Aisyah ra., Rasulullah SAW bersabbda: nikahilah olehmu wanita-

wanita itu, sebab sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta


bagimu.
4. Nikah yang Hukumnya Makruh
Hukum nikah menjadi makruh apabila orang yang akan
melakukan perkawinan telah mempunyai keinginan atau hasrat yang
kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah
tanggungaanya.
5. Nikah yang Hukumnya Haram
Nikah menjadi haram bagi seseorang yang mempunyai niat untuk
menyakiti

perempuan

yang

dinikahinya.

Dalam

sebuah hadits

Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang tidak mampu menikah


hendaklah dia puasa karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap
perempuan akan berkurang.
Firaman Allah di dalam Al Quran surat An Nisa ayat 3 yang
berbunyi :
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi
( Q.S. An Nisa:3)
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara
kamu, dan juga orangorang yang layak ( menikah ) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya. Dan
Allah Maha Luas ( pemberianNya), Maha Mengetahui, seperti yang
dijelaskan dalam Al Quran surat An Nur ayat 32 yang berbunyi:
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Berpijak dai firman Allah dan hadits sebagaimana tersebut di atas,
maka bahwa hukum menikah itu akan berubah sesuai dengan factor dan
sebab yang menyertainya. Misalnya, orang-orang yang belum balig,
seorang pemabuk atau sakit gila, maka dalam situasi dan kondisi
semacam itu seseorang haram untuk menikah. Sebab, jika mereka

menikah dikhawatirkan hanya akan menimbulkan mudharat yang lebih


besar pada orang lain.
C. Rukun Nikah
Rukun nikah adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk
melangsungkan sesuatu pernikahan. Rukun nikah terdiri atas :
1. Calon suami, syaratnya antara lain beragama islam, benar- benar pria,
tidak karena terpaksa, bukan mahram ( perempuan calon istri ), tidak
sedang ihram haji, atau umroh dan usia sekurang-kurangnya 19 tahun.
2. Calon istri, syaratnya antara lain beragama islam, benar-benar
perempuan, tidak karena terpaksa, halal bagi calon suami, tidak
bersuami, tidak sedang ihram haji atau umroh dan usia sekurangkurangnya 16 tahun.
3. Sigat akad, yang terdiri atas ijab dan kabul. Ijab dan kabul ini dilakukan
oleh wali mempelai perempuan

dan kabul diucapkan oleh wali

mempelai laki-laki.
4. Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki, beragam islam, balig
(dewasa), berakal sehat, merdeka ( tidak sedang ditahan ), adil dan tidak
sedang ihram haji atau umroh. Wali inilah yang menikahkan mempelai
perempuan atau mengizinkan pernikahannya.
Sabda Nabi Muhammad SAW:
Dari Aisyahra., Rasulullah bersabda: perempuan mana saja yang
menikah tanpa izin walinya, maka pernikahan itu batal batal ( tidak
sah ). ( HR. Al-Arbaah & An-Nasai )
Mengenai susunan dan urutan yang menjadi wali adalah sebgai
berikut:
a. Bapak kandung, bapak tiri tidak sah menjadi wali.
b. Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan.
c. Saudara laki-laki kandung.
d. Saudara laki-laki sebapak.
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
g. Paman yaitu saudara laki-laki sebapak.
h. Anak laki-laki paman.

i. Hakim. Wali hakim berlaku apabila wali tersebut diatas semuanya


tidak ada, sedang berhalangan atau menyerahkan kewaliaanya
kepada hakim.
5. Dua orang saksi, syaratnya laki-laki, beragama islam, balig (dewasa),
berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan), adil dan tidak sedang
ihram haji atau umroh. Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi adalah
tidak sah. Sabda Nabi Muhammad SAW: Dari

Aisyah ra., Rasulullah

SAW bersabda: Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang
saksi yang adil.

D. Dasar-Dasar Yang Dipakai Dalam Menentukan Hukum Akad Nikah


Jarak Jauh Melalui Telepon
Proses pernikahan dalam Islam mempunyai aturan-aturan. Sebuah
akad pernikahan yang syah harus terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya.
Rukunnya adalah ijab dan qabul, sedang syaratnya adalah ijin dari wali
perempuan dan kehadiran dua orang saksi. Ini semuanya harus dilakukan
dengan jelas dan transparan, sehingga tidak ada unsur penipuan dan
pengelabuhan.
Mengenai perkawinan jarak jauh pada prinsipnya dilakukan jarak
jauh dan harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam perkawinan akibat hukumnya adalah timbulnya hak dan kewajiban
suami istri.
Perkawinan jarak jauh memanfaatkan peralatan modern seperti
telekonference, MMS, telepon, Surat elektronik, SMS, faksmili dan
sebagainya. Sah tidaknya perkawinan jarak jauh ditentukan melalui
apakah perkawinan tersebut telah memenuhi ketentuan perundangundangan mengenai perkawinan yaitu undang-undang No 1 tahun 1974
tentang perkawinan dan kompilasi hukum Islam.
Dalam praktiknya, ijab kabul perkawinan jarak jauh sering
ditemukan.

Bahkan,

PT

Telekomunikasi

Indonesia

Tbk

telah

memfasilitasinya pada Maret 2006. Telkom Kandatel Bandung bisa jadi

merupakan penyelenggara pernikahan jarak jauh via internet yang


pertama. Soal biaya, jangan membayangkan angka enam digit alias jutaan.
Karena tarifnya cukup murah, lebih kurang Rp100 ribu.
Tetap bisa terjadi pernikahan, tanpa harus salah satu pihak
mendatangi yang lainnya adalah dengan pewakilan (tawkil). Baik
dilakukan oleh pihak orang tua (wali) pihak wanita, ataupun oleh pihak
pengantin laki-laki.
Seorang ayah kandung (wali) pihak calon pengantin wanita sudah
sering kita lihat mewakilkan wewenangnya kepada pihak lain. Meski yang
bersangkutan hadir di dalam majelis akad nikah. Misalnya, seseorang
dengan pertimbangan tertentu mewakilkan dirinya kepada seorang tokoh
ulama atau pemuka masyarakat untuk menjadi wali nikah. Maka dalam
akad nikah itu dia hanya menonton saja, padahal dirinyalah yang tadinya
melakukan akad nikah. Dan praktek seperti hukumnya dibenarkan dalam
syariat, baik dia ikut hadir dalam majelis akad itu atau pun tidak hadir.
Kalau cara ini yang dipilih, maka orang tua calon istri boleh saja
mengutus seseorang menjadi wakilnya ke negeri tempat calon penganten
tinggal. Atau boleh juga menyampaikan pesan kepada seseorang yang
sudah tinggal di negeri calon penganten untuk menjadi wakilnya. Pesan itu
bisa saja disampaikan lewat telepon international, boleh juga dengan surat,
email atau media lainnya. Yang penting keasliannya bisa dipertanggungjawabkan.
Maka orang yang ditunjuk menjadi wakilnya boleh menjadi wali
dalam akad nikah di negeri tempat calon penganten tinggal. Orang itu
boleh saja seorang teman, atau mungkin famili atau kenalan dari pihak
keluar wanita, atau boleh siapapun. Sebagaimana yang berlaku di dalam
hukum perwakilan umumnya. Tidak disyaratkan harus yang masih punya
hubungan darah dengan wali aslinya.
Jadi akad nikah bisa tetap dilakukan di tempat calon istri. Pastikan
calon mertua sudah mewakilkan hak kewaliannya kepada seseorang. Dan
pastikan juga bahwa akad nikah itu disaksikan oleh sejumlah orang Islam,
minimal 2 orang saksi yang 'aqil, baligh, laki-laki, adil dan tidak fasiq.

Begitu ijab qabul telah diucapkan, resmilah berdua menjadi suami istri.
Meski berada di tempat yang terpisah oleh belahan bumi yang berbeda.
E. Hukum Akad Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon
Prosesi ijab kabul, masih kontroversial. Hampir semua imam fikih
berpendapat ijab kabul harus satu majelis. Namun ulama kontemporer,
dengan menimbang persoalan ekonomi, baru-baru ini memperbolehkan
perkawinan jarak jauh. Tentang perkawinan jarak jauh, menyangkut
persoalan akad atau kontrak. Kontrak itu harus jelas, siapa yang
melakukan akad, saksi dan walinya siapa. Apalagi perkawinan merupakan
kontrak jangka panjang.
Ada yang berpendapat, bahwa momen perkawinan adalah penting,
sehingga kedua mempelai harus hadir. Bukan persoalan sah dan tidak sah.
Tapi secara moral, orang menikah itu harus hadir secara fisik. Karena ada
kedekatan psikologis antara calon pengantin.
Dan ada juga yang berpendapat, bahwa ijab kabul sama dengan
akad sehingga, kalau terpenuhi prinsip-prinsip kepastian, perkawinan bisa
dilakukan jarak jauh.
Sebagai perbandingan, di Mesir, berdasarkan buku laporan pelatihan
hakim Indonesia gelombang II di Kairo, 2003, pengertian satu majelis
tidak harus duduk dalam satu tempat. Oleh karenanya, ijab kabul melalui
telepon dipandang sah bila dapat dipastikan suara yang didengar adalah
suara orang yang melakukan ijab kabul. Begitupun apabila ijab kabul
dilakukan lewat surat elektronik dibacakan oleh kuasanya yang sah di
depan dua orang saksi nikah dan banyak orang.
Adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang pernah melakukan
perkawinan jarak jauh. Ia saat itu menempuh studi di Mesir dan saat ijab
kabul mewakilkan dirinya kepada orang lain lewat surat kuasa. Saat itu,
Gus Dur sebagai mempelai pria diwakili kakeknya dari garis ibu, KH Bisri
Syansuri. Dan ini membuktikan bahwa di Indonesia putusan pengadilan
mengesahkan perkawinan lewat telepon.
Rifyal yang menyabet gelar master dari Department of Social
Sciences, Kairo, Mesir menganalogikan ijab dan kabul perkawinan dengan
10

perdagangan yang menurut Islam juga harus dilakukan dalam satu majelis.
Tapi sekarang jual beli ekspor impor kan tidak begitu. Buyer (pembeli,
red)-nya di Amerika Serikat, kita di sini. Dan itu di seluruh negara Islam
dipandang sah-sah saja, contoh Rifyal.
Perkawinan jarak jauh khususnya lewat media telepon telah
dikukuhkan oleh sebuah putusan pengadilan yaitu putusan Pengadilan
Agama Jakarta Selatan No.1751/P/1989.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan jarak jauh khususnya lewat media telepon telah dikukuhkan
oleh sebuah putusan pengadilan yaitu putusan Pengadilan Agama Jakarta
Selatan No.1751/P/1989. Penggunaan media komunikasi teleconference dan
telepon sebagai sarana yang memungkinkan dan bersifat otentifikasi untuk
ijab kabul perkawinan jarak jauh.
Akad nikah atau ijab kabul sama dengan ijab kabul dalam jual beli. Pada
prinsipnya sama harus ada ijab dan kabul yang jelas. apabila kedua pihak
yang berakad ini tidak berada satu majelis, kemudian melalui bantuan
teknologi keduanya dapat dihubungkan dengan sangat meyakinkan, itu dapat
dihukumi satu majelis. Begitu pun dengan perkawinan. Perkawinan sah atau
bisa dilakukan jarak jauh, jika terpenuhi dan diketahui prinsip-prinsip
kepastiannya.

11

Menjawab soal ijab kabul, selama dapat diyakinkan bahwa suara di


seberang sana adalah orang yang berkepentingan, maka hal tersebut sah-sah
saja. Soal pengertian satu majelis, pengertian satu majelis saat ini tidak bisa
disamakan dengan satu majelis zaman nabi.
Akad nikah melalui telepon, Sms, surat, fax, atau sarana lainnya, atau
melalui kabar yang dibawa oleh orang yang jujur dan adil yang diyakini
kebenarannya dan tidak dapat dipalsukan, dengan terdapat saksi-saksi adil
dan jujur minimal dua orang laki-laki, maka ijal kabul itu sah.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadar masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam materinya, bahasa yang
tidak baku maupun penyampaian isi makalah. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan dan menghargai kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Mohd, Idris Ramulyo, SH. MH. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta. PT Bumi
Akasara. 2002
Mohd, Idris Ramulyo, SH. MH. Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum
Acara Peradilan Agama Dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta. Sinar
Grafika. 1995
Prof. Dr. H. Satria Efendi M. Zein, MA. Problematika Hukum Keluarga Islam
Kontemporer. Prenada Jakarta. Media. 2004
Prof. H. Hilman Hadi kusuma, SH. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung. CV
Mandar Maju. 1995

12

Drs. Slamet Abidin. Fiqh Munakahat. Bandung. CV Pustaka Setia. 1999

MAKALAH
iii

13

Disusun Oleh :
Dosen Pengempuh :

2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.

Pengertian Pernikahan.....................................................................

B.

Hukum Pernikahan...........................................................................

C.

Rukun Nikah....................................................................................

D.

Dasar-Dasar Yang Dipakai Dalam Menentukan Hukum Akad


Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon.....................................................

14

E.

Hukum Akad Nikah Jarak Jauh Melalui Telepon............................

10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................

12

B. Saran....................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
ii

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu,

15

Penulis

16

Anda mungkin juga menyukai