Rumusan Masalah
1
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkawinan
اع فَإ ِ ْن ِخ ْفت ْم اَالَّ تَ ْع ِدلىا َ َب لَك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َى َو ثال
ِ َث َو رب َ َ في ْاليَتَا َمى فَا ْن ِكحىا َما طا
ِ َوإِ ْن ِخ ْفت ْم أالَّ ت ْق ِسطىا
.ًفَ َىا ِح َدة
Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka
kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat
orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang.1
Secara arti kata nikah berarti “bergabung” atau “hubungan kelamin” dan juga
berarti akad yang dalam Al-Qur‟an terdapat kata yang mengandung arti tersebut.
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2
Perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat atau
miitsaqan ghalizhan untuk menaatiperintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
2. Hukum Perkawinan
.ّوأَ ْن ِكحىْ ا األَيَا ِمى ِم ْنك ْم َوالصَّا لِ ِحي ّْن ِم ْن ِعبّا ِدك ْم َوإِ َمائِك ْم إِ ْن يَكىْ نىْ ا فقَ َرا َء ي ْغنِ ِهم هللا ِم ْن فَضْ لِ ِه
3
Dalam perkawinan itu sendiri juga ada syarat yang harus dipenuhi
guna memenuhi keabsahan akad, yaitu sebagai berikut:
Dilakukan dalam satu majelis jika kedua belah pihak hadir. Jika jika
pihak perempuan berkata “aku menikahkanmu dengan diriku”, lantas
pihak yang lain berdiri sebelum mengucapkan kata qobul, atau
menyibukkan diri dengan perbuatan yang menunjukkan berpaling dari
majelis, kemudian setelah itu baru mengatakan “saya terima” maka
akad tersebut tidak sah. Ini menjelaskan bahwa sekedar berdiri saja
4
sudah merubah majelis. Demikian juga jika pihak pertama
meninggalkan majelis setelah mengucapkan kalimat ijab, lantas pihak
kedua mengucapkan qobul di dalam majelis saat pihak pertama tidak
ada atau setelah kembalinya, maka itu juga dianggap tidak sah.
Nikah online adalah suatu bentuk pernikahan yang transaksi ijab qabulnya
dilakukan melalui keadaan konektivitas atau kegiatan yang terhubung dengan
suatu jaringan atau sistem internet, jadi antara pihak mempelai laki-laki dan
perempuan, wali dan saksi, tidak berkumpul dalam satu tempat, yang ada hanya
tampilan visual dari kedua belah pihak melalui bantuan alat elektronik.
Dengan melihat apa yang tampak dari permasalahan tersebut, dapat kita
bandingkan dengan putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 1751/P/1989
tentang Pengesahan Praktik Akad melalui media telepon. Jika majelis hakim
sudah menetapkan bahwa akad melalui media telepon adalah sah, maka peraturan
itu dapat kita pegangi terkait dengan nikah online. Dalam perundang-undangan
hukum positif Indonesia, peraturan mengenai nikah online memang belum
disinggung. Di Indonesia sendiri dalam hal pernikahan kita mengacu dan terikat
pada peraturan yang tertulis pada UU No. 1 Tahun 1974, ataupun juga KHI.
Terkait pemaknaan pernikahan dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 hanya
memberikan definisi perkawinan sebagai suatu ikatan lahir batin antara laki-laki
5
dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dengan kekal berdasarkan Ketuhahan Yang Maha Esa.4 Selanjutnya
dalam KHI pada pasal 2 disebutkan bahwa perkawinan menurut hukum Islam
adalah akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Dapat dilihat bahwa dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan juga KHI hanya
dijelaskan nikah secara umum, tak sedikitpun menyinggung mengenai nikah
online. Namun jika kita cermati dari bunyi pasal tersebut terdapat kata yang bisa
kita tafsirkan terhadap nikah online, bahwa dalam pasal tersebut menyebutkan
salah satu tujuan pernikahan sebagai ikatan lahir dan batin antara laki-laki dan
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia, serta
bertujuan untuk mentaati perintah Allah, yang artinya bahwa pernikahan pada
dasarnya bertemunya laki-laki dan perempuan yang memang bertujuan
membentuk keluarga, entah dalam konteks lewat pernikahan apapun, yang paling
penting ialah ia bertujuan untuk pernikahan yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
6
Islam adalah berdasarkan pada menjelasan dari UU No. 1 Tahun 1974 pasal 2 (2)
dan KHI pasal 5 (1). Selanjutnya, apabila permohonan nikah online ditolak atau
tidak dapat dikabulkan oleh pihak Pengadilan Agama, mereka yang berkehendak
melangsungkan akad nikah tersebut dapat melakukan upaya lainnya yakni
banding ke Pengadilan Tinggi Agama. Selanjutnya apabila mereka tetap ditolak
oleh Pengadilan Tinggi Agama, maka upaya terakhir yang dapat mereka tempuh
ialah upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung.5
1. Talak melalui media sosial dapat diqiyaskan dengan talak lewat tulisan.
Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah talak
semacam itu tergolong talak sharih (tegas) seperti, “ kamu saya talak “
sehingga talaknya sah tanpa niat atau tergolong talak kinayah yang
talaknya tidak sah tanp adanya niat.
2. Talak dengan tulisan dihukum jatuh sebagaimana talak dengan ucapan.
a. Talak dalam syariat islam termasuk perkara yang tidak
membedakan antara keseriusan dan gurauan sehingga mesti
berhati-hati dalam mengucapkannya, harus difikirkan matang. Oleh
sebab itu pun harus berhati-hati dalam menerapkan hukumnya.
Maksudnya: talak dihukumi jatuh, baik serius maupun canda.
Demikian pula nikah dan rujuk, semuanya jatuh baik serius
maupun canda. Abu Dawud meriwayatkan:
7
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
bersabda: “Tiga perkara, seriusnya adalah serius dan candanya
adalah serius, yaitu; Nikah, perceraian, dan rujuk.”
b. Selama keinginan talak masih belum diekspresikan, maka tidak ada
konsekuensi hukum. Namun jika keinginan talak tersebut telah
diekspresikan baik dengan ucapan maupun tulisan, maka jatuhlah
talak dan berlaku hukum-hukum seputar talak. Bukhari
meriwayatkan:
“Dari Abu Hurairah radliallahu „anhu, dari Nabi shallallahu „alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT memaafkan
apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun
mengungkapnya.” (H.R.Bukhari).
c. Talak yang ditulis dihukumi seperti ucapan karena tulisan
hakekatnya adalah simbolisnya bunyi-bunyi bahasa yang memiliki
makna dan bisa difahami oleh orang yang membacanya. Secara
fakta, tulisan mewakili ucapan sehingga hukum tulisan sama
dengan hukum ucapan. Allah SWT, memerintahkan Rasulullah
SAW untuk berdakwah kepada seluruh umat manusia.
Sebagaimana firman-Nya, al-Qur‟an surat as-saba‟ ayat 28:
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
8
terindra seperti tulisan pada udara atau air, atau tulisan yang tidak terbaca, maka
talak tersebut tidak sah.
Berdasarkan pokok pikiran di atas dapat ditarik hukum talak melalui media
sosial adalah sah dengan diqiyaskan kepada talak secara tertulis dengan surat
biasa. Illatnya adalah bahwa keduanya merupakan pesan cerai melalui teks yang
bukan verbal (lisan). Para ulam fikih (fuqaha) sepakat bahwa hal itu efektif jatuh
talak karena (tulisan dinilai sama dengan ucapan). Tentunya menurut penulis
dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
6
Desi Asmaret, “Perceraian Melalui Media Sosial (Medsos)”, Menara Ilmu 12, no 6 (Juli
2018): 72-74, https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/830/741
9
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Asmaret, Desi. “Perceraian Melalui Media Sosial (Medsos)”, Menara Ilmu 12, no
6 (Juli 2018), https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/830/741
11