PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-
Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang
dipilih oleh Allah SWT. Sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan
melestarikan hidupnya.
peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri. Allah SWT
Artinya:
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri darinyaah allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. . .” (Q.S. An-Nisa’ : 1)
Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainya, yang hidup bebas
mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anargik atau tidak
ada aturan. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka allah
Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat
berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan. Bentuk pernikahan ini
memberikan jalan yang aman pada naluri seksual untuk memelihara keturunan dengan
1
baik dan menjaga harga diri wanita agar ia tidak laksana rumpuut yang bisa dimakan oleh
Pergaulan suami istri diletakkan di bawah naungan keibuan dan kebapaan, sehingga
nantinya dapat menumbuhkan keturunan yang baik dan hasil yang memuaskan. Pertauran
pernikahan semacam inilah yang diridhai oleh allah SWT dan diabadikan dalam islam
untuk selamanya.1
Masih dalam kaitan dengan definisi perkawinan kita juga bisa melihat peraturan
indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan instruksi presiden nomor 1 tahun
1991 tentang kompilasi huku islam yang merumuskn demikian: “ perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria denan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang
maha esa.
Definisi ini tampak jauh lebih representatif dan lebih jelas serta tegas dibandingkan
dengan definisi perkawinan dalam kompilasi hukum islam (KHI) yang merumuskannya
sebagai berikut: “perkawinan menurut hukum islam adalah pernikkahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.2
Tujuan nikah pada umumnya bergantung pada masing-masing individu yang akan
melakukannya, karena lebih bersifat subjektif. Namun demikian, ada juga tujuan umum
yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk
kesejahteraan dunia dan akhirat. Dalam hal ini nabi muhammad SAW menyinggung
dalam hadist:
1
Slamet abidin dan H. Amminudin, Fiqih munakahat(Bandung:Pustaka Setia,1999), 9-10
2
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam(Jakarta:Raja Grafindo Persada,), 45-46
2
)اَ ْن ِكحُوْ ا الَ َمرْ َأةَ ِالرْ بَ ٍع لِ َمالِهَا َولِ َح َسبِهَا َولِ َج َمالِهَا َولِ ِد ْينِهَا (رواه البخارى و مسلم
Artinya :
“ Nikahilah perempuan karena empat perkara, yaitu karena hartanya, ketueunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Syarat dan rukun perkawinan merupakan dasar bagi sahnya pernikahan. Tanpa
adanya salah satu rukun, maka perkawinan tidak bisa dilaksanakan. Adapun syarat syarat
perkawinan harus ada di dalam perkawinan. Dalam KHI pasal 14 tercantum rukun-rukun
perkawinan, meliputi calon suami, calon istri, wali, saksi dan ijab qabul.3
Adalah suatu ketentuan hukum bahwa wali dapat dipaksakan kepada orang lain
sesuai dengan bidang hukumnya. Ada wali yang umum dan ada yang khusus. Wali yang
khusus adalah yang berkenaan dengan manusia dan harta benda. Dmana seorang boleh
menjadi wali apabila ia merdeka, berakal, dan dewasa. Budak, orang gila, dan anak kecil
tidak boleh menjadi wali, karena orang-orang tersebut tidak berhak mewalikan diinya. Di
samping itu, wali juga harus beragama islam, sebab orang yang bukan islam tidak oleh
Dalam perkawinan tak jarang kita jumpai kendala ataupun halangan seperti orang tua
yang tidak mau atau enggan menikahkan dan menjadi wali bagi anak perempuannya,
Sebab tanpa adanya wali pernikahan tidak sah, akan tetapi karena semakin majunya
kehidupan manusia dan kurang pahamnya manusia dalam masalah perkawinan terutama
bagi masyrakat awam maka banyak terjadi perkawinan yang kurang memperhatikan rukun
dan syarat syarat yang ada. Akibatnya terjadi perkawinan yan tidak mempunyai wali yang
Namun kebanyakan masyarakat saat ini terdapat suatu realitas pemikiran remaja,
bahwa gadis gadis sekarang tidak semudah itu dijodohkan oleh orang tuanya dikarenakan
3
M.Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak(Malang:Malang Press,2008), 57
4
Slamet abidin dan H. Amminudin, Fiqih munakahat(Bandung:Pustaka Setia,1999), 83
3
sudah dapat memilih calon pendamping hidupnya sendiri, dan melibatkan perselisihan
dengan orang tua. Kenyataan seperti inilah yang memicu seorang anak perempuan nekat
melangsungkan pernkahan tanpa adanya wali, sehingga mereka lebih memilih jalan pintas
Adapun ketentuan mengenai wali adhol dalam hukum perkawinan Indonesia diatur
dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu dalam PERMA No. 30 Tahun 2005,
PERMA No.11 Tahun 2007, KHI Pasal 23. Jadi ketika wali nikah tesebut enggan atau
adhal maka dalam perkawinan tersebut wali hakimlah yang menikahkannya. Dengan
Akan tetapi pada hakikatnya, perkawinan sebab wali yang enggan atau adhal dapat
menimbulkan dampak psikologis, baik bagi calon pengantin, wali dan dua keluarga besar,
yaitu keluarga calon pengantin perempuan maupun keluarga calon pengantin laki-laki. Hal
itu tentu saja sangat bertentangan dengan tujuan perkawinan sebagaimana disebut dalam
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Di samping itu, kasus pernikahan wali adlal yang berakhir di Pengadilan Agama, juga
akan menambah beban finansial bagi calon mempelai yang pada akhirnya akan
keluarga yang bahagia di dambakan oleh setiap orang. Dan perkara diatas undang-undang
tersebut dengan seadil-adilnya. Hal hal yang telah diurikan diatas dan berbagai alasan
4
alasan yang dikemukakan penulis tertarik untuk membahas dan meneliti tentang wali
adhal studi kasus di Pengadilan Agama Trenggalek untuk mengangkat ke dalam suatu
P/2017/PA.TL)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis
2. Apa yang melatar belakangi sebab enggannya wali dalam perkara wali adhal di
D. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui sebab enggannya wali dalam perkara wali adhal di Pengadilan
Agama Trenggalek.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teori
5
ahwal syakhsiyah tentang perkawinan dengan wali hakim akibat wali adhal
2. Secara praktis
a. Dapat dijadikan bahan rujukan atau acuan bagi siapa saja yang ingin
Agama Trenggalek.
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan
gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah
dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, sehingga diharapkan tidak ada pengulangan
Sedangkan skripsi yang sudah ada dan yang berkaitan dengan penelitian ini
antara lain :
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Penetapan Wali Hakim Terhadap Wali
Adhal (Studi Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ponorogo). Dalam skripsi ini
permasalahan yang dibahas yaitu pemahaman pegawai kantor urusan agama kecamatan
ponorogo tentang wali adhal serta penerapan Peraturan Menteri Agama No. 30 Tahun
2005. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pemahaman pegawai kantor urusan agama
kecamtan ponorogo tentang wali adhal adalah wali yang enggan atau mogok menikahkan
calon mempelai dengan alasan apapun. Adapun dalam pelaksanaan akad nikah terhadap
6
wali yang adhal di kantor urusan agama kecamatan ponorogo oleh wali hakim dalam
pelaksanaanya belum sesuai dengan aturan yang ada. Perbedaan denan skripsi yang akan
peneliti tulis adalah dari skripsi sebelumnya membahas mengenai penetapan wali hakin
sekaligus pelakasanaan akad pernikahan dengan wali hakim dalam hal terjadi wali adhal
berdasarkan penerapan Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005. Maka dari itu
skripsi yang akan peneliti tulis akan membahas mengenai dasar dan pertimbangan hakim
dalam mengabulkan permohonan wali adhal serta proses masuknya awal perkara hingga
Ponorogo.2010. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu alasan atau dasar
penghulu dan hakim pengadilan agama dalam memberikan rekomendasi perkawinan tanpa
wali di wilayah kabupaten ponorogo serta perlindungn hukum yang diberikan oleh hakim
terhadap calon suami istri tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa alasan penghulu
dan hakim dalam memberikan rekomendasi perkawinan tanpa wali di pengadilan agama
ponorogo ialah Pasal 39 Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 1974, Pasal 6 Penetapan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 1987 dan juga
menggunakan ayat Alqur’an dan Hadist. Dan perlindungan yang diberikan oleh hakim
pengadilan agama ponorogo terhadap calon suami istri yaitu menjadi wali nikah dan
penyelesaian bagi permasalahan yang dihadapi. Perbedaan dengan skripsi yang akan
peneliti lakukan adalah bahwa dalam hal ini peneliti lebih menitik beratkan terhadap dasar
7
Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat diketahui
bahwa penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian yang
sebelumnya.
G. Landasan Teori
Adalah suatu ketentuan hukum bahwa wali dapat dipaksakan kepada orang lain
sesuai dengan bidang hukumnya. Ada wali yang umum dan ada yang khusus. Wali yang
Seorang boleh menjadi wali apabila ia merdeka, berakal dan dewasa. Budak,
orang gila, dan anak kcil tidak boleh menjadi wali, karena orang-orang tersebut tidak
berhak mewalikan dirinya. Disamping itu wali juga harus beragama islam. Allah SWT
berfirman:
)۱۶۱:َولَ ْن يَجْ َع َل هّللا ُ لِ ْل َكفِ ِر ْينَ َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َسبِ ْيالً (النساء
Artinya:
“Dan allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”5(Q.S. An-Nisa’ : 141)
Dalam ketentuan umum bab 1 pasal 1 huruf (h) KHI disebutkan, bahwa wali
adalah seorang yang memiliki kewenangan untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum
sebagai wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang
tua atau atau kedua orang tua yang masih hidup tidak cakap melakukan perbuatan
hukum6Adapun wali nikah ada empat macam, yaitu: wali nasab, wali hakim, wali tahkim
Adapun wali yang tidak mau menikahkan wanita yang sudh baligh, yang akan
menikah dengn seorang pria yang kufu, maka dinamakan wali adhal.
5
Ibid.,83
6
M.Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak(Malang:Malang Press,2008),61.
7
Slamet abidin dan H. Amminudin, Fiqih munakahat(Bandung:Pustaka Setia,1999),89.
8
Apabila terjadi seperti itu, maka perwalian langsung pindah kepada wali hakim
bukan kepada wali ab’ad karena adhal adalah zalim, sedangkan yang menghilngkan
sesuatu yang zalim adalah hakim. Tapi jika adhal-nya sampai tiga kali, berarti dosa besar
Lain halnya kalau adhalnya trsebut karena sebab nyata yang dibenarkan oleh
syara, maka tidak disebut adhal, seperti wanita menikah dengan pria yang tidak kufu, atau
menikah maharnya dibawah mitsil, atau wanita dipinang oleh pria lain yang lebih pantas
(kufu) dari peminang pertama.8maka kewalianya tidak berpindah kepada hakim, tetapi
berada di tanganya. Karena itu hakim haruslah meneliti lebih dahulu tentang benar atau
tidaknya wali wanita itu adhal sebelum mengambil alih tugs kewalian nikah
1) Wali adhal
2) Wali ghaib9
Mengenai faktor faktor yang dibolehkan hukum islam terhadap orang tua untuk
menolak menikahkan anaknya dengan catatan adanya bukti-bukti yang kuat menunjukkan
bahwa hal-hal yang memiliki penyebab adhalnya adalah benar diantaranya terdapat dalam
Pasal 40
1) Kaerena wanita yang bersangkutan masih terikat stu perkawinan dengan pria
lain;
2) Seorang wania yag masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
9
Pasal 44
Pasal 23
1) Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak
2) Dala hal wali atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai
wali nikah setelah ada putusan pengadilan agama tentang wali tersbut10
Ketentuan tentang masalah wali adhal juga telah diatur dalam peraturan yang
berlaku di negara kita yaitu peraturan menteri agama republik indonesia No. 30 tahun
Pasal 2
1) Bagi calon mempelai wanita yang akan menikah di wilayah indonesia atau di
luar negeri/ di wilayah eritorial indonesia, tidak mempunyai wali nasab yang
berhak atau wali nasabnya tidak mmmenuhi syarat, atau mafqud atau
2) Khusus untuk menyatakan adhalnya wali sebagaimana ersebut pada ayat (1)
Jadi menurut praturan menteri agama no. 30 tahun 2005 ketika seorang wali
tersebut tidak ada, tidak memenuhi syarat, mafqud,berhalangan dan adhal atau enggan
10
KHI pasal 40,44 dan 23
11
Peraturan Menteri Agama R.I, No 30 Tahun 2005 pasal 2
10
H. Metode penelitian
pendekatan penelitian, lokasi atau daerah penelitian, subyek penelitian, sumber data,
Jenis penelitian dilakukan adalah studi kasus penelitian lapangan (field research).
Dengan cara mencari data secara langsung dengan melihat obyek yang akan diteliti.
bersifat naturalistik, fungsi paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta,
melakukan prediksi dan menunjukkan hubungan dua fariabel melainkan lebih banyak
Dalam hal ini jelas penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu
deskripsi dan analisis fenomena tertentu atau sosial individu, kelompok atau
dari unit penelitian, atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata kata yang tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Lokasi penelitan
Sesuai dengan judul yang diajukan, maka penelitian ini di lakukan di Pengdilan
Agama Trenggalek. Pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi ini adalah bahwa
3. Sumber data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan
data skunder.
11
a. Data primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang langsung diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melaui perantara). Data primer dapat berupa opini
subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan buku harian.
terjadi kerancauan, maka tidak terlepas dari metode di atas yaitu peneliti
menggunakan metode :
a. Teknik Obsevasi
obyek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan
b. Teknik wawancara
12
permohonan wali adhal di Pengadilan Agama Trenggalek serta proses awal
c. Teknik Dokumentasi
catatan, transkrip, buku, majalah, jurnal, notulen dan sebagainya. Dalam hal ini
yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga hasil
peneliti sajikan bersifat nyata tanpa ada rekayasa. Dimana teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang penetapan wali hakim akibat wali yang adhal.
6. Analisis Data
Yang dimaksud dengan teknik analisi data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola ktegori dan satuan uraian dasar. Analisis
data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data yang terkumpul dapat berupa
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi,
Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data.
menggunakan pola pikir deduktif. Yaitu berangkat dari teori-teori wali adhal,
kemudian melihat fakta dan data perkara yang ada di Pengadilan Agama Trenggalek
I. Sistematika pembahasan
mengelompokkan menjadi lima bab, dan masing masing bab tersebut menjadi beberapa
12
H.afiffudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung:pustaka setia,2009),145
13
sub bab. Semuanya itu merupakan suatu pembahasan yang utuh , yang saling berkaitan
BAB 1 : Bab ini merupakan pendahuluan sebagai dasar pembahasan dalam skripsi ini,
yang meliputi beberapa aspek yang berkaitan dengan persoalan skripsi, yang di
BAB II : Bab ini merupakan kumpulan kajian teori yang akan dijadikan sebagai alat
BAB III : Bab ini merupakan uraian tentang paparan data dan temuan penelitian, yang
BAB 1V : Merupakan pembahasan yang berisi analisa dari yang telah ditulis dari bab II
dengan hasil penelitian di lapangan. Selain itu juga sebagai usaha untuk
BAB V : Bab ini merupakan bab yang paling akhir dari pembahasan skripsi analisis yang
berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran –saran dan penutup.
14