Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang Masalah


Perkawinan adalah sunatullah hukum alam di dunia.
Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan oleh
tumbuh-tumbuhan1. Allah berfirman:

Artinya : Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasangpasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Ya
Syin:36)2
Sayyid

Sabiq

berpendapat

bahwa

perkawinan

merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan manusia


untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan
hidupnya

setelah

masing-masing

pasangan

siap

melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan


perkawinan.3
Menurut hukum agama pada umumnya, pernikahan
merupakan perbuatan suci, yaitu suatu ikatan antara dua
pihak dalam memenuhi perintah dan anjuran Allah Swt, agar
kehidupan keluarga dan berkerabat berjalan dengan baik
sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jadi, pernikahan
dilihat dari sisi agama, membawa akibat dampak hukum
1Said Talib al-Hamdani, Risalah Nikah ( Jakarta: Pustaka Amami,
2002), hlm. 1.
2Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahnya jilid 8
(Surabaya:Duta Ilmu, 2005), hlm. 221.

3Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Moh Thalib), jilid 6, (Bandung: PT


Almaarif, 1990), hlm.9.

terhadap agama yang dianut kedua calon mempelai beserta


kerabatnya. Hukum agama telah menetapkan kedudukan
manusia dengan iman dan taqwanya (pada Allah Swt),
mengerjakan
dilakukan

dan

perbuatan-perbuatan
menjauhi

apa-apa

yang
yang

seharusnya
seharusnya

ditinggalkan. Agama (pada umumnya) tidak membenarkan


pernikahan berlangsung tidak berdasarkan ajaran agama.4
Dalam perspektif Islam, pernikahan mengandung
beberapa aspek, salah satu dari aspek itu adalah aspek
hukum. Dilihat dari aspek ini, pernikahan merupakan suatu
perjanjian yang kuat mitsaqon ghalidzan, hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt, surat an-Nisa: 21.

Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,


padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur)
dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian
yang kuat. (QS. An-Nisa : 21)5

Pernikahan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai


hubungan atau kontrak keperdataan semata, akan tetapi
mempunyai nilai ibadah,6 dan mendatangkan kemaslahatan
atau kebaikan yang sangat besar, diantanya berguna untuk
4 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: CV. Mandar Maju,
1990), hlm. 10.
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit
6 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), hlm. 69

meneruskan mata rantai keturunan manusia di muka bumi,


memperbanyak jumlah kaum muslimin. Dapat memelihara
dan menjaga kemaluan, serta jangan sampai menikmati halhal yang diharamkan syariat, yang bisa merusak struktur
kehidupan masyarakat. Dapat menjadikan kaum muslim lebih
bertanggung

jawab

melindungi

dan

berusaha

untuk

menafkahi istrinya, sebagaimana firma Allah SWT, dalam


surat An-Nisaa ayat 34:

Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum


wanita, oleh
karena Allah SWT telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. AnNisaa:34)7
Selain

itu

pernikahan

bertujuan

tercapainya

ketenangan dan ketentraman antara suami dan istri serta


terwujudnya perdamaian jiwa. Pernikahan sangat berperan
dalam membantu menjaga pola hidup masyarakat dari tindak
kekejian yang bisa menghancurkan akhlak manusia dan

7 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 66

menjauhkannya

dari

kemaluan.

Mampu

menjaga

dan

melestarikan keturunan, serta menguatkan tali kekeluargaan


dan persaudaraan antar satu sama lainnya. Pernikahan akan
mengangkat manusia dari kehidupan seperti binatang ke
derajat kemanusia yang sangat mulia.8
Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang sangat
penting. Untuk membuktikan adanya suatu perkawinan maka
harus ada bukti secara autentik yang dikeluarkan oleh suatu
instansi yang resmi. Perkawinan tidak dapat dipisahkan
dengan sahnya perkawinan menurut hukum agama. Dengan
adanya pencatatan perkawinan, maka akan terbitlah akta
nikah dari Kantor Urusan Agama (KUA).
Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon
mempelai. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang
diliputi rasa saling cinta mencintai dan rasa kasih sayang
antara sesama anggota keluarga yang penuh ketenangan.
Realisasi tujuan mulia ini harus didukung oleh kesiapan fisik
dan kematangan mental dari masing-masing mempelai.
Seperti yang tercantum dalam pasal 1 Undang-Undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang berbunyi; Perkawinan
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga

(rumah

tangga)

yang

bahagia

dan

kekal

8 Saleh Al- Fauzan, Fiqihh Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006),


hlm. 638

berdasarkan

Ketuhanan

Yang

Maha

Esa.9

Ikatan

ini

mensyaratkan komitmen dari masing-masing pasangan serta


perwujudan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bersama.
Salah satu prinsip untuk menjamin cita-cita luhur
perkawinan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan adalah memperhatikan tentang kesiapan
fisik dan kematangan mental dari calon mempelai. Dengan
memiliki kesiapan fisik dan kematangan mental, diharapkan
ke depannya dalam menjalani bahtera rumah tangga selain
menimbulkan rasa tanggung jawab di antara keduanya juga
dapat memberikan keturunan yang baik dan sehat.
Undang-undang Perkawinan memberikan

peluang

apabila dalam keadaan yang sangat memaksa, perkawinan di


bawah

umur

dapat

dilakukan

dengan

mengajukan

permohonan dispensasi nikah ke pengadilan agama setempat


dengan

surat

pengantar

dari

KUA,

sebagaimana

yang

tercantum dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun


1974 pasal 7 ayat (2).
Dispensasi nikah adalah permohonan pengesahan
pernikahan

yang

dilangsungkan,

di

mana

para

calon

mempelai atau salah satu calon mempelai belum mencapai


batas usia minimal yaitu batas minimal sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.

9Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan AgamaIslam, Bahan Penyuluhan


Hukum, Departemen Agama RI, (Jakarta: 2010), hlm 117

Permohonan dispensasi nikah dari pihak pemohon,


berkaitan erat dengan pengadilan yang memiliki hak untuk
menolak

atau

menerima

permohonan

dispensasi

nikah

apabila alasan yang diajukan tidak didukung dengan adanya


alasan yang kuat. Untuk itu, kebijaksanaan dan kehati-hatian
dari pihak pengadilan sangat berperan dalam menerima
permohonan dispensasi nikah yang sesuai dengan alasan
yang kuat sehingga permohonan dispensasi nikah dapat
dikabulkan atau ditolak.
Selain kebijakan

dan

kehati-hatian,

pertimbangan

majelis hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi


nikah juga memegang peranan penting. Menetapkan atau
membatalkan permohonan dispensasi nikah pada dasarnya
terletak pada alasan yang kuat dalam permohonan, hasil
pemeriksaan dalam persidangan, dan pertimbangan majelis
hakim.
Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang kurang
umur menurut data yang diperoleh di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap pada tahun
2015 terdapat beberapa pasangan yang menikah dengan
mengajukan

permohonan dispensasi nikah dari Pengadilan

Agama Cilacap.
Sejalan dengan itulah penulis terdorong untuk meneliti
faktor-faktor

yang

menyebabkan

pernikahan

yang

menggunakan dispensasi Pengadilan Agama di Kantor Urusan


Agama Kecamatan Kawunganten, yang penulis beri judul

Faktor

Penyebab

Pernikahan

Di

Bawah

Umur

di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kawunganten Tahun


2015
B. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kerancuan dan perbedaan
interpretasi terhadap pokok bahasan skripsi yang berjudul
Faktor Penyebab Pernikahan Di Bawah Umur di Kantor
Urusan

Agama

Kecamatan

Kawunganten

Tahun

2015,

terlebih dahulu dibatasi unsur pokok kata dalam judul


dimaksud. Artinya agar pembahasan dalam skripsi ini lebih
spesifik dan sekaligus mempermudah pemahaman terhadap
isi pembahasan serta dapat menghindarkan dari perbedaan
interpretasi antara penulis dan pembaca, maka penulis perlu
menguraikan kata-kata yang dipandang perlu di antaranya:
1. Faktor Penyebab
Dalam Kamus Bahasa Indonesia faktor yaitu hal (keadaan,
peristiwa)

yang

ikut

menyebabkan

(mempengaruhi)

terjadinya sesuatu.10 Sedangkan penyebab yaitu sesuatu


yang menyebabkan.11
2. Pernikahan
Pernikahan adalah akad antara calon suami istri untuk
memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur syariat.
Dengan

akad

itu

calon

10 Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 405


11 Ibid, hlm.1375

akan

diperbolehkan

bergaul

sebagai suami istri.12 Sedangkan menurut syara nikah


adalah akad (perjanjian) yang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan
mahram, sehingga terjadi hak dan kewajiban antara
keduanya.13
3. Dispensasi Pengadilan Agama
Dispensasi adalah pengecualian dari aturan umum untuk
suatu hal atau keadaan

yang khusus; izin pembebasan

dari

atau

suatu

kewajiban

larangan.14

Sedangkan

dispensasi Pengadilan Agama dalam penelitian ini adalah


pengecualian dari aturan karena adanya pertimbangan
khusus yang diberikan pengadilan agama kepada calon
mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan
perkawinan, bagi pria berumur kurang dari 19 tahun dan
wanita berumur kurang dari 16 tahun.
C. Rumusan Masalah
Dari topik bahasan di atas, yang menyangkut masalah
latar belakang dari hal yang menjadi titik permasalahannya
adalah:

12 Kaelany HD., Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta : Bumi


Aksara, 1992), cet. 1, hlm.107.

13 A.Zainuddin dan Muh. Jamhari, Al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak),


(Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 1, hlm. 29.

14 Kamus Bahasa Indonesia, Op. Cit., hlm. 359

1. Apa saja faktor yang menyebabkan pernikahan di bawah


umur di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kawunganten
tahun 2015?
2. Bagaimana proses Administrasi Pernikahan di bawah umur
di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kawunganten tahun
2015?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
telah diuraikan, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu:
a. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan
terjadinya pernikahan di bawah umur di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Kawunganten tahun 2015.
b. Mengetahui proses Administrasi Pernikahan di bawah
umur

di

Kantor

Urusan

Agama

Kecamatan

Kawunganten tahun 2015.


2. Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
kajian pustaka sebagai kerangka berfikir. Disamping itu kajian pustaka juga
mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada
sebelumnya tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang
digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
Faktor Penyebab Pernikahan Di Bawah Umur di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Kawunganten Tahun 2015 belum
pernah diangkat menjadi skripsi di IAIIG Cilacap. Meskipun
demikian peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang

memiliki tema sama. Beberapa kajian pustaka tersebut diantarannya


adalah:

Roihan A. Rasyid dalam bukunya yang berjudul Hukum

Acara Peradilan Agama, menjelaskan bahwa calom suami


belum berusia 19 tahun dan calon isteri belum berusia 16
tahun sedangkan mereka mau kawin dan untuk kawin
diperlukan dispensasi dari Pengadilan. Jika kedua calon
suami-isteri tersebut sama beragama Islam, keduanya dapat
mengajukan permohonan, bahkan boleh sekaligus hanya
dalam

satu

surat

permohonan,

untuk

mendapatkan

dispensasi kawin ke Pengadilan Agama. Dan jika calon suamiisteri beragama non Islam maka mengajukan permohonannya
ke Pengadilan Negeri.15
Buku Kompilasi Hukum Islam (KHI) Di Indonesia
karangan Abdurrahman.16 Buku ini mengkaji tentang latar
belakang penyusunan, proses penyusunan landasan dan
kedudukan

KHI

beserta

beberapa

kekurangan,

isi-isi
seperti

pasalnya.

Walaupun

kurangnya

ada

penjelasan

terhadap berbagai pasal, buku ini tetap menjadi rujukan


primer dalam penelitian ini.

15Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998, hlm .32.

16Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Cet-Ke 1, (Jakarta:


Akademika, Pressindo, 1992).

10

Buku Hukum Islam Di Indonesia, yang ditulis oleh


Ahmad Rofiq. Buku ini menjelaskan tentang batasan usia
minimal kawin dalam KHI dan memberikan pemaparan
tentang bagaimana pandangan Islam terhadap ketentuan
umur untuk menikah.17
Sedangkan menurut Mahmouddin Sudin sebagaimana
yang telah dikutip oleh A. Rahmat Rasyadi dalam tulisannya
yang berjudul Islam dan Penundaan Usia Ideal Untuk
Melangsungkan Perkawinan, menurutnya Allah Swt, tidak
memberikan ketentuan kapan usia yang baik dan ideal bagi
seseorang untuk melangsungkan pernikahan, karena hal
demikian bukan merupakan urusan Allah, akan tetapi urusan
manusia dalam menyelesaikan problamatika hidupnya.18
Berbeda dengan karya ilmiahi yang sudah ada, disini
peneliti merumuskan tentang faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan pernikahan menggunakan dispensasi nikah PA
dan pertimbangan khusus apa yang digunakan oleh hakim
dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk
mengerjakan sesuatu secara sistematik dan metodelogi
17Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Cet-Ke 6, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 76-83.
18A. Rahmat Rasyadi, KB Ditinjau dari Hukum Islam, Cet-Ke 2, (Bandung:
Pustaka, 1986), hlm. 92-93.

11

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses berfikir,


analis berfikir serta mengambil kesimpulan yang tepat dalam
suatu penelitian.19 Jadi metode ini merupakan langkahlangkah dan cara yang sistematis, yang akan ditempuh oleh
seseorang

dalam

suatu

penelitian

dari

awal

hingga

pengambilan kesimpulan.
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif
dan

penelitian

membutuhkan
intellegendi)

lapangan
ketepatan

dan

(field

research)

pemahaman

ketepatan

yang

(subtilitas

penjabaran

(subtilitas

explicandi) sebagai relevansi hukum serta interpretasi


teleologis
mencari

untuk
tujuan

menerangkan
atau

maksud

dokumen
dari

hukum

suatu

dan

peraturan

perundang-undangan.20
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
yang

dimaksudkan

untuk

mendeskripsikan

dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,


kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang, baik secara

19 Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,


(Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2001), hal 3.

20 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 164-166.

12

individu

maupun

kelompok.

Lexy

J.

Moleong

dalam

bukunya menjelaskan penelitian kualitatif sebagai:


Penelitian yang bertujuan memahami fenomena tentang
apa yangdialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi,tindakan dan lain-lain secara holistik,
dengan cara mendeskripsikan dalambentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dandengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.21
Peneliti memilih jenis penelitian kualitatif karena
berasumsi bahwa penelitian kualitatif lebih mudah dijawab
dan dipaparkan dengan menggunakan alasan:
a. Penelitian kualitatif berpijak pada konsep naturalistik.
b. Penelitian kualitatif berdimensi jamak, kesatuan utuh,
terbuka, dan berubah.
c. Dalam penelitian kualitatif, hubungan peneliti dengan
obyek saling berinteraksi, penelitian dari luar dan
dalam, peneliti sebagai instrumen, bersifat subjektif
dan judgment.
d. Setting penelitian alamiah, terkait tempat dan waktu.
e. Analisis subyektif, intuitif, rasional, dan
f. Hasil penelitian berupa deskripsi, interpretasi, tentatif,
dan situasional.22
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. 23 Adapun
21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm.6.
22 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 61.
23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VI),Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hlm. 129.

13

sumber data yang akan dijadikan penulis sebagai pusat


informasi adalah:
a. Data Primer
Jenis data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama,24 merupakan bahan
hukum yang bersifat autoritatif (mempunyai otoritas)
dan mengikat. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari
perundang-undangan,

catatan-catatan

resmi

atau

risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan


putusan-putusan hakim.
Data yang diperoleh

peneliti

adalah

dari

peraturan perundang-undangan (law in book) dan


penetapan

dispensasi

nikah Pengadilan Agama

di

Kantor Urusan Agama Kawunganten tahun. Dengan


kata lain data ini merupakan data murni yang diperoleh
dari hasil penelitian secara langsung.
b. Data Sekunder
Jenis data sekunder adalah semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumendokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi bukubuku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,
komentar-komentar atas putusan pengadilan, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.25
24 Amiruddin dan Zainal Asikin, op. cit., hlm. 30-31.
25 Ibid, hlm. 141.

14

4. Metode Pengumpulan Data


Dalam metode pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara interaktif dan non interaktif.
Cara interaktif dengan melalui wawancara mendalam dan
secara langsung. Sedangkan non interaktif dengan melalui
observasi dan analisis isi dokumen.
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara sang penanya
atau pewawancara dengan penjawab atau responden
dengan

menggunakan

interview

guide

(panduan

wawancara) untuk mengumpukan data penelitian.26


Pengumpulan data dengan observasi langsung atau
dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut. Cara observasi
ini menuntut adanya pengamatan secara objektif demi
keakuratan data penelitian.27
Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis
atau film, record, yang dipersiapkan karena adanya
permintaan. Record merupakan setiap pernyataan tertulis
yang

disusun

oleh

seseorang

atau

lembaga

untuk

keperluan pengujian suatu peristiwa atau mengajukan


26 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 234.
27 Ibid, 212

15

akunting.

Analisis

dokumen

yang

dimaksud

dalam

penelitin ini yaitu tindak penelitian terhadap berkas-berkas


tertulis

dengan

tujuan

untuk

mengumpulkan

data

penelitian.28
5. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud dengan analisis data yaitu suatu
cara yang dipakai untuk menganalisa, mempelajari serta
mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat diambil
suatu kesimpulan yang kongkret tentang permasalahan
yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisa data deduktif yaitu cara memberi
alasan dengan berpikir dan bertolak dari pernyataan yang
bersifat umum kemudian ditarik pada persoalan yang
berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan dalam
rangka

mengetahui

bagaimana

faktor

penyebab

pernikahan yang menggunakan dispensasi pengadilan


agama.
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan skripsi ini tidak keluar dari pokok
masalah dan kerangka yang telah ditentukan, maka penulis
menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab satu berupa pendahuluan dalam bab ini memuat
tentang:

latar

belakang

masalah,

definisi

operasional,

28 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda


Karya, 2000), hlm.161.

16

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah


pustaka, dan sistematika penelitian.
Bab dua membahas tentang landasan teori yaitu
terdiri atas: pengertian, dasar hukum, syarat-syarat, rukun
dan tujuan perkawinan, selanjutnya yakni konsep batas umur
perkawinan yang terdiri atas batas usia perkawinan dalam
hukum Islam dan batas usia perkawinan menurut hukum
positif. Setelah itu membahas tentang dispensasi nikah yang
terdiri atas pengertian, dasar hukumnya, syarat-syarat dan
prosedur dispensasi nikah.
Bab tiga memuat putusan metode penelitian yang
memuat jenis penelitian, data penelitian, sumber data, teknik
pengumpilan data, teknik pengolahan data, dan teknik
analisis data.
Bab

empat

merupakan

analisis

faktor

penyebab

pernikahan menggunakan dispensasi Pengadilan Agama di


Kantor Urusan Agama Kecamatan Kawunganten.
Bab lima merupakan kesimpulan dan saran.

17

Anda mungkin juga menyukai