Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN

MUSEUM SATRIA MANDALA


Jalan Gatot Subroto No. 14, RT.6/RW.1, Kuningan Barat, Mampang Prapatan,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710

Dosen : Kol. L. Wahyu Prihyanto, Drs., MM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II

M. ARGA OKTORI WIDODO 2016330003


CUCI RAHAYU 2016330004
ULFA KHOIROTUNNISA 2016330005
TRISNA ISMA PUTRI 2016330006
NADIA NOVITASARI 2016330022
BISMA RACHMAT MUNANDAR 2016330017
MUTIARA ERWANTO 2015330133

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA


FAKULTAS TEKNIK LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah


lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-
benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Itulah
fungsi dari sebuah museum, menyampaikan dan menginformasikan kepada
generasi mendatang, bahwa peristiwa-peristiwa penting telah terjadi sebelum
zamannya tiba. Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan
Tentara Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta selatan.
Museum yang diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan Presiden
Indonesia Soeharto. Awalnya, museum ini adalah rumah dari salah satu istri
mantan presiden Ir. Soekarno, yaitu Ratna Sari Dewi Soekarno yang
dialihfungsikan.
Museum Satria mandala menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada
Purbawisesa yang menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI
bersama-sama rakyat dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Selanjutnya
penyajian diorama tentang peristiwa pemberontakan G30S/PKI terhadap NKRI
terdapat di Monumen Pancasila Sakti. Selain itu koleksi-koleksi sumber tertulis,
seperti buku-buku dan majalah-majalah yang berkaitan dengan sejarah perjuangan
TNI tersedia di Perpustakaan TNI.
Sebagai seorang manusia yang memiliki rasa keingin tahuan yang besar
mengenai sejarah perjuangan nasional dimana yang didalamnya terdapat sejarah
TNI maka kami mengunjungi Museum Satria Mandala untuk bisa melihat dan
mencari informasi mengenai sejarah perjuangan TNI dalam berjuang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain itu dengan mengunjungi Museum
Satria Mandala kita bisa mempelajari sejarah yang terjadi pada masa lampau
melalui koleksi-koleksi yang berada di Museum Satria Mandala, selain itu kita bisa
terinspirasi dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dan membuat kita bisa
menghargai kemerdekaan ini dengan mengisinya dengan hal-hal positif untuk
kemajuan Indonesia karena kemerdekaan yang di peroleh ini merupakan hasil
perjuangan yang sangat berat dan memerlukan waktu yang lama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah kami mengajukan rumusan masalah


sebagai berikut ini:
 Bagaimana sejarah berdirinya Museum Satria Mandala?
 Apa saja koleksi yang dimiliki Museum Satria Mandala?
 Apa makna dari koleksi yang berada di Museum Satria Mandala?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kunjungannya ke Museum Satria


Mandala adalah :
 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Museum Satria Mandala.
 Untuk mengetahui koleksi yang dimiliki Museum Satria Mandala.
 Untuk mengetahui makna dari koleksi yang berada di Museum Satria Mandala.
BAB II
PENELITIAN

A. Objek yang dikaji

Museum pusat ABRI merupakan gedung yang besar dan megah. Gedung
ini dahulu bernama Wisma Yaso, terletak di Jln. Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan
dibangun pada tahun 1960. Semula gedung ini merupakan tempat kediaman
Nyonya Ratna Sari Dewi Sukarno, salah satu isteri Presiden Sukarno. Gagasan
untuk mendirikan museum ABRI dicetuskan oleh Kepala Pusat Sejarah ABRI saat
itu, Drs. Nugroho Notosusanto. Pembangunannya dimulai sejak 15 November
1971, dan baru selesai pada tahun 1979, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 5 Oktober 1972. Museum Satria Mandala berada di dalam lingkungan
Pusjarah TNI dan menampilkan secara visual tahapan-tahapan perjuangan rakyat
Indonesia.

Tujuan didirikannya museum untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa


bersejarah dari perjuangan bangsa Indonesia yang berintikan TNI/ABRI sejak
Proklamasi 1945 yang berisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya
sejarah perjuangan TNI dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi
kemerdekaan, serta menyimpan dan memamerkan benda-benda peninggalan yang
memiliki aspek Hankam/ABRI. Satria Mandala berasal dari bahasa Sanskerta yang
artinya lingkungan keramat para ksatria. Museum Satria Mandala memiliki
berbagai koleksi, seperti naskah, miniatur, diorama, foto dokumentasi, senjata dan
peralatan ABRI. Di museum ini juga dipamerkan berbagai replika kapal perang
serta alat-alat yang dipergunakan pada operasi TNI-AL, misalnya KRI Pattimura
yang berjasa di dalam operasi Jaya Wijaya di perairan Irian Jaya, Operasi Cakra I
& II, dan kapal KRI Macam Tutul. Kelompok pesawat terbang yang dipamerkan
adalah dalam bentuk asli, antara lain AT-16 Harvard dari Amerika Serikat (AS), B-
25 J. Mitchel yang pernah dipakai dalam penumpasan pemberontakan Andi Aziz di
Ujung Pandang, RMS, DI/TII, PRRI/Permesta serta Trikora dan Dwikora; P-51
Mustang yang terkenal dengan sebutan Cocor Merah karena selongsong baling-
balingnya berwarna merah; RI 001 Seulawah yang setelah selesai tugas militer
dihibahkan kepada Garuda Indonesia Airways; Helikopter MI-4. Museum Satria
Mandala memiliki beberapa ruangan yang dipergunakan untuk menyimpan benda-
benda peninggalan, yaitu Ruang Panji, Ruang Jenderal Soedirman, Ruang Jenderal
Oerip Soemoharjo.

B. MetodeObservasi

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif.Data diperoleh dari


observasi lapangan,dan dokumentasi.Observasi lapangan dilakukan di Museum
Satria Mandala pada 24 Desember 2016 untuk mengetahui berbagai benda sejarah
yang terdapat di dalamnya berupa Panji –panji, ruang Jendral Soedirman, serta
diorama tentang peristiwa sejarah yang dapat merekonstruksi kembali semangat
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta meningkatkan rasa
nasionalisme dikalangan pelajar.Sedangkan Dokumentasi menggunakan kajian
literatur yang digunakan sebagai acuan sekaligus sebagai pisau analisis dari data
yang diperoleh di Lapangan.
BAB III
ISI

A. MUSEUM SATRIA MANDALA


Di dalam sejarah, TNI mempunyai peran penting dalam meningkatkan
semangat juang dan semangat memperkuat jati diri bangsa serta semangat
mempertahankan sendi-sendi serta urat nadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
sebagai garda terdepan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia, TNI mempunyai sejarah dan latar belakang yang panjang,
yang semua itu bisa dituturkan dan digambarkan melalui Museum-museum,
monumen, dan bait-bait tulisan sejarah yang hanya segelintir dibandingkan
keadaan yang sebenarnya pada waktu masa lalu.

Museum-museum, monumen, dan perpustakaan, menyajikan peninggalan


sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dalam merebut, mempertahankan, dan
mengisi kemerdekaan melalui diorama-diorama, peninggalan sejarah dan ribuan
saksi bisunya yang menggambarkan tentang kejayaan Nusantara dan cita-cita
mempersatukan bangsa tersaji di Museum Keprajuritan Indonesia ini.

Museum Satria Mandala terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto no.14,


Jakarta Selatan. Gedung museum ini sebelumnya dikenal sebagai Wisma Yaso
yaitu tempat kediaman Ratna Sari Dewi Soekarno dan tempat Bung Karno
disemayamkan sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Di museum ini tersimpan berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan


perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tahun 1945 sampai sekarang,
seperti aneka senjata berat maupun ringan, peluru dari berbagai jenis ukuran,
atribut ketentaraan, panji-panji dan lambang-lambang di lingkungan TNI,
kendaraan perang seperti tank dan panser, berbagai jenis pesawat terbang yang
masih tampak kewibawaannya pada masa lalu.

Satu diantaranya adalah pesawat Cureng yang pernah diterbangkan oleh


Agustinus Adisutjipto serta tandu yang dipergunakan Panglima Besar Jenderal
Sudriman saat bergerilya melawan penjajah yang konon tandu ini diperkirakan
telah menempuh jarak lebih dari 1.000 km.

Di dalam museum terdapat 74 diorama yang menggambarkan peranan TNI


dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Satu diantaranya adalah diorama yang menggambarkan tentang
Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Masih dalam kompleks
Museum Satriamandala terdapat Gedung Waspada Purbawisesa menyajikan
diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat menumpas
gerombolan separatis pada tahun 60-an. Selain diorama, dipamerkan pula
dokumen, peta operasi, dan benda-benda relik lainnya.

Kita mengumpulkan data dari mulai kita masuk ke dalam ruangan tersebut
bertemu dengan pemandunya yang bekerja di Museum Satria Mandala tersebut
mulai dari awal di jelaskan dari :

1. Pintu Masuk

Museum Satria Mandala dilihat dari depan dengan bendera merah putih
diujung atas tiang yang diapit oleh dua buah artileri pertahanan udara. Halaman
depan Museum Satria Mandala ini sangat luas dan dinaungi oleh pepohonan
yang rindang. Koleksi pertama yang kita jumpai ketika memasuki pintu
pertama adalah konsep teks proklamasi yang ditulis tangan dan di tanda tangani
oleh Bung Karno dan Muhammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Selain itu
juga terdapat panji-panji kebesaran TNI dari Angkatan Laut, Angkatan Udara,
Angakatan Darat, dan Kepolisian Republik Indonesia.

2. Ruang Diorama

Kemudian memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa


dan perjuangan TNI, berjumlah 74 diorama. Ada banyak diorama yang
menceritakan peristiwa - peristiwa seputar perjuangan rakyat Indonesia dalam
masa perang kemerdekaan. Menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada
Purbawisesa yang menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI
bersama-sama rakyat dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Diorama
yang menggambarkan peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Peristiwa ini
berlangsung pada pukul 10.00 WIB dan bertempatan di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Ir. Soekarno didampingi dengan Moh. Hatta membacakan teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran
bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Lanjut ke ruangan diorama
II yang isinya kurang lebih sama dengan ruangan diorama. Di ruangan ini,
terdapat diorama yang menggambarkan perebutan Pangkalan Udara Bugis
Malang. Perisitwa ini terjadi pada tanggal 18 September 1945. Jadi sejarahnya
pangkalan udara Bugis diserbu dan berhasil diduduki oleh rakyat.

3. Ruangan Jendral Soedirman

Mengenai sejarah singkat kehidupan Panglima Besar Soedirman, beliau


lahir pada tanggal 24 Januari 1946 di dukuh Rembang, Purbalingga. Sejak bayi
diambil sebagai anak oleh Tjokrosunaryo, seorang pensiuanan Wedana. Dalam
usia 7 tahun Soedirman memasuki HIS ( Hollands Inlandsche School = SD )
Negeri Cilacap. Menurut beberapa sumber, setelah lulus dari HIS, Sudirman
kemudian masuk ke Taman Dewasa (SLTP di Taman Siswa).
Tahun 1932 Ia masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs = SMP)
Wiworo Tomo. Pada masa pendudukan Jepang, tahun 1944 Ia mengikuti
latihan PETA (Pembela Tanah Air) angkatan kedua di Bogor. Sesudah itu ia
diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalyon) yang berkedudukan di
Kroya, Banyumas. Ia tetap berada di Kroya waktu kemerdekaan Indonesia
diproklamerkan. Sebagai ketua BKR (Badan Keamanan Rakyat) Karesidenan
Banyumas dimulailah usahanya merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Dengan
dibentuknya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka secara otomatis BKR
Banyumas meleburkan diri ke dalamnya. Soedirman diangkat menjadi
Komandan Divisi V (daerah Banyumas) .

Serangan umum yang dilancarkan Soedirman pada tanggal 12 Desember


1945, membuahkan kemenangan di dalam pertempuran Ambarawa melawan
pasukan serikat. Atas kemenangan tersebut Pemerintah melantik Soedriman
sebagai Panglima Besar pada tanggal 18 Desember 1945 dengan pangkat
Jenderal. Ketika Belanda melancarkan agresinya yang kedua tanggal 19
Desember 1948 dalam keadaaan sakit Jenderal Soedirman masih tetap berjuang
bersama anak buahnya dengan ditandu. Selama itu pula Belanda tak bisa
menangkap Jenderal Soedirman dengan semboyan perjuangannya,” Sanggup
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
yang telah diproklamerkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” selain itu juga ada
sebuah kursi tandu koleksi Museum Satria Mandala, yang digunakan untuk
mengangkut Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan tentara Belanda
semasa perang kemerdekaan. Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama
delapan bulan antara tahun 1948-1949, dengan menempuh jarak sekitar 1000
km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

4. Ruangan Jendral Urip Sumoharjo.

Adalah tokoh yang berjasa dalam membangun Tentara Nasional Indonesia


(TNI). Perannya dalam membentuk angkatan perang yang kuat dan modern
untuk melindungi bangsa Indonesia cukup sentral. Karena itu bersama jendral
Soederman, Jendral Urip Sumoharjo sebagai Bapak Angkatan Perang Republik
Indonesia.

5. Ruang Diorama

Kemudian memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa


dan perjuangan TNI, berjumlah 74 diorama. Ada banyak diorama yang
menceritakan peristiwa-peristiwa seputar perjuangan rakyat Indonesia dalam
masa perang kemerdekaan. Menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara
Nasional Indonesia (TNI).

Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa yang menyajikan


diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat dalam
menumpas gerombolan separatis DI/TII. Diorama yang menggambarkan
peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Peristiwa ini berlangsung pada pukul
10.00 WIB dan bertempatan di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ir. Soekarno
didampingi dengan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih
diiringi lagu Indonesia Raya. Lanjut ke ruangan diorama II yang isinya kurang
lebih sama dengan ruangan diorama. Di ruangan ini, terdapat diorama yang
menggambarkan perebutan Pangkalan Udara Bugis Malang. Perisitwa ini
terjadi pada tanggal 18 September 1945. Jadi sejarahnya pangkalan udara Bugis
diserbu dan berhasil diduduki oleh rakyat.

6. Ruangan Jendral Soedirman

Mengenai sejarah singkat kehidupan Panglima Besar Soedirman, beliau


lahir pada tanggal 24 Januari 1946 di dukuh Rembang, Purbalingga. Sejak bayi
diambil sebagai anak oleh Tjokrosunaryo, seorang pensiuanan Wedana. Dalam
usia 7 tahun Soedirman memasuki HIS ( Hollands Inlandsche School = SD )
Negeri Cilacap. Menurut beberapa sumber, setelah lulus dari HIS, Sudirman
kemudian masuk ke Taman Dewasa (SLTP di Taman Siswa).

Tahun 1932 Ia masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs = SMP)


Wiworo Tomo. Pada masa pendudukan Jepang, tahun 1944 Ia mengikuti
latihan PETA (Pembela Tanah Air) angkatan kedua di Bogor. Sesudah itu ia
diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalyon) yang berkedudukan di
Kroya, Banyumas. Ia tetap berada di Kroya waktu kemerdekaan Indonesia
diproklamerkan. Sebagai ketua BKR (Badan Keamanan Rakyat) Karesidenan
Banyumas dimulailah usahanya merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Dengan
dibentuknya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka secara otomatis BKR
Banyumas meleburkan diri ke dalamnya. Soedirman diangkat menjadi
Komandan Divisi V (daerah Banyumas) .

Serangan umum yang dilancarkan Soedirman pada tanggal 12 Desember


1945, membuahkan kemenangan di dalam pertempuran Ambarawa melawan
pasukan serikat. Atas kemenangan tersebut Pemerintah melantik Soedriman
sebagai Panglima Besar pada tanggal 18 Desember 1945 dengan pangkat
Jenderal. Ketika Belanda melancarkan agresinya yang kedua tanggal 19
Desember 1948 dalam keadaaan sakit Jenderal Soedirman masih tetap berjuang
bersama anak buahnya dengan ditandu. Selama itu pula Belanda tak bisa
menangkap Jenderal Soedirman dengan semboyan perjuangannya,” Sanggup
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
yang telah diproklamerkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” selain itu juga ada
sebuah kursi tandu koleksi Museum Satria Mandala, yang digunakan untuk
mengangkut Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan tentara Belanda
semasa perang kemerdekaan. Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama
delapan bulan antara tahun 1948-1949, dengan menempuh jarak sekitar 1000
km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

7. Ruangan Jendral Urip Sumoharjo.

Adalah tokoh yang berjasa dalam membangun Tentara Nasional Indonesia


(TNI). Perannya dalam membentuk angkatan perang yang kuat dan modern
untuk melindungi bangsa Indonesia cukup sentral. Karena itu bersama jendral
Soederman, Jendral Urip Sumoharjo sebagai Bapak Angkatan Perang Republik
Indonesia.

8. Ruang Tanda Jasa

Pada ruang tanda jasa ini berisi mengenai mendali-mendali penghargaan


yang di berikan kepada orang yang berjasa membela negara Indonesia. Selain
itu juga berisi mengenai berbagai jenis bintang, lencana lengkap dengan
pakaian yang pernah di gunakan pada zaman dahulu yang dipergunakan oleh
TNI.

9. Ruangan Senjata

Di ruangan ini terdapat senjata-senjata dari era 1945-1949 dan senjata-


senjata era 1950-sekarang. Ada senapan mesin, pelontar granat, meriam
lapangan, dan persenjataan berat dan ringan lainnya. Ada sederet senapan AK-
47 dan senapan M-16 di dalam lemari kaca. AK-47 adalah senapan serbu yang
diproduksi oleh Negara Rusia dan sangat populer di dunia karena mudah
dioperasikan di berbagai medan tempur. Sementara senapan M-16 adalah
senapan produksi Amerika Serikat yang walaupun lebih ringan dari AK-47,
namun lebih rumit digunakan. Kedua jenis senapan ini digunakan oleh Tentara
Nasional Indonesia dalam berbagai pertempuran. Di ruang senjata ada juga
miniatur tank. Miniatur Tank Scorpion atau FV101 Scorpion yang merupakan
tank buatan Inggris. Tank jenis ini merupakan kendaraan militer yang cepat,
tangkas dan dapat dibawa dengan pesawat udara. Terbuat dari bahan utama
aluminium dan dipersenjatai dengan senjata meriam 76mm. Model awal
menggunakan mesin (bensin) Jaguar 4.2 liter dan dapat berjalan dengan
kecepatan 76 km/jam. Jenis terakhir menggunakan mesin diesel.

Ada banyak jenis pesawat yang dapat dilihat di Taman. Salah satunya
adalah pesawat P-51 Mustang buatan Amerika Serikat yang dijuluki Si Kuda
Liar atau Si Cocor Merah. Pesawat ini merupakan pesawat yang banyak dipakai
pada masa Perang Dunia II. Di lingkungan TNI-AU, si Cocor Merah telah
melahirkan sejumlah penerbang hebat seperti Marsekal TNI Ramli dan Marsda
TNI Leo Wattimena. Banyak jasa yang telah diberikan oleh Si Cocor Merah,
berupa dukungan pasukan darat, laut dalam berbagai operasi.

Beberapa operasi udara yang pernah dilakukan oleh pesawat P-51 Mustang
ini adalah Operasi Tegas di Sumatera tahun 1955 dalam penumpasan separatis
PRRI/Permesta. Kemudian ada Operasi Sambar Kilat di Kalimantan Barat 1966
dalam menumpas G-30/PKI yang menamakan dirinya PGRS/Paraku. Ada pula
Operasi Trikora di Irian Barat dalam rangka membebaskan Irian Barat dari
cengkeraman Belanda. Dalam Operasi Trikora ini disiapkan tujuh pesawat P-51
Mustang sebagai unsur serang pertahanan udara.

Pada awal tahun 1970-an pesawat P-51 Mustang ini dinyatakan grounded,
dikarenakan usianya yang sudah tua, dan sukucadangnya yang langka. Pesawat
ini pernah menunjukkan kebolehannya dalam demonstrasi terbang lintas,
bersama-sama pesawat masa itu pada peringatan Hari ABRI tahun 1985 di
Kemayoran, Jakarta. Sekitar 20 tahun masa pengabdianya di AURI, pesawat ini
telah banyak mewarnai sejarah dan perjuangan TNI AU dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pertahanan udara di wilayah NKRI. Selain si Cocor Merah,
ada juga pesawat anti kapal selam atau juga dapat disebut Fairy Gannet.
Pesawat ini sangat khas, pertama karena sosoknya yang terlihat tambun dan
kedua, Gannet punya dua bilah baling-baling yang sejajar di bagian hidung.
Dua bilah baling-baling ini berputar saling berlawanan arah. Masuknya pesawat
AKS jenis Ganet ke jajaran TNI-AL diawali dengan .kontrak pembelian
pesawat Gannet tipe AS-4 dan T-5 oleh KSAL dengan pihak Fairey Aviation
Ltd (Inggris) pada tanggal 27 Januari 1959 di Jakarta. Sebagai pesawat AKS,
Gannet dirancang untuk bisa beroperasi dari landasan kapal induk, untuk itu
sayap Gannet dapat dilipat dan untuk pendaratan dilengkapi pengait. Gannet
yang dirancang pasca perang dunia kedua (1955) dioperasikan oleh empat
negara, yakni Inggris, Indonesia, Australia dan Jerman. TNI-AL sendiri
menempatkan satuan Gannet dalam skadron 100 AKS sebagai bagian dari
kampanye operasi Trikora.

Untuk ’mengganyang’ kapal selam musuh, Gannet dibekali kemampuan


membawa dua unit torpedo yang ditempatkan dalam bomb bay.Serta tak
ketinggalan peluncur roket dibawah kedua sayap. Namun disebabkan insiden
jatuhnya beberapa Gannet, pesawat ini tak dioperasikan dalam waktu lama
karena sistem avionik yang kurang baik. Alhasil nasib Gannet keburu di
grounded di semua negara. Jejak rekam sejarah pesawat tambun dengan tiga
awak ini bisa dijumpai sebagai monumen di museum Satria Mandala, Jakarta
dan Lanunal Juanda, Surabaya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang kompleks,


yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini identik
dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan koleksi
dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan teknologi
mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium
konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini
harus memperhatikan berbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta
penyaluran informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara
tentang multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli
museum Amerika Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk
menafsirkan manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan
dalam membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia. Kegiatan
dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset yang merupakan suatu mata
rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang
semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masa kini tidak ada lagi yang
merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di seluruh dunia sudah
masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang kegiatan edukasi
cultural.

B. Saran & Kritik

Laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, karena terbatasnya


kemampuan penyusun. Oleh karena itu, diharapkan pada semua pihak untuk
memberikan saran, bimbingan, serta kritik untuk perbaikan dalam penyusunan
laporan selanjutnya. Kritik akan sangat bermanfaat guna memperbaiki penulisan
sebuah laporan agar lebih sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik maupun secara non akademik.

Anda mungkin juga menyukai