Anda di halaman 1dari 13

5 KASUS PELANGGARAN HaKI

Disusun Oleh :
Rahmat Hidayat - 19012109

JURUSAN DESAIN GRAFIS PROGRAM STUDI MULTIMEDIA


POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF JAKARTA
2021
1. Sengketa dagang “Geprek Bensu” dan “Im Geprek Bensu”

Sengketa Hak Kekayaan Intelektual banyak terjadi di dalam dunia perdagangan yang
semakin kompleks ini, terutama di Indonesia. Dalam perkembangannya Sengketa Hak
Kekayaan Intelektual terjadi setiap bidangnya yaitu Hak Cipta, Merek dan Indikasi
Geografis, Paten, Rahasia Dagang, Perlindungan Varietas Tanaman, Desain Industri,
dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Melalui Putusan Pengadilan 57/Pdt.Sus-
Merek/2019/PN Niaga Jakarta Pusat, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan
bahwa menolak gugatan Ruben Onsu yang mana sebagai pemilik Geprek Bensu dan
menyatakan bahwa PT Ayam Geprek Benny Sujono sebagai pemilik yang sah atas
Merek I Am Geprek Bensu berdasarkan Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 21 ayat (2) huruf
a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
sebagai dasar aturan penyelesaian sengketa Hak Kekayaan Intelektual di bidang
Merek.

 Kronologi
Ruben Onsu yang merupakan pemilik dari Geprek Bensu mengajukan gugatan kepada
I Am Geprek Bensu di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri pada
tanggal 22 Agustus 2019 dalam Register Nomor 57/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN
Niaga Jkt.Pst, dimana Ruben Onsu menggugat PT Ayam Geprek Benny Sujono dan
Pemerintah Republik Indonesia, yaitu Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, serta Direktorat Merek dan Indikasi
Geografis. Dalam gugatannya itu Ruben mengklaim sebagai pemilik hak dan
pendaftar pertama merek "Bensu" yang digunakan dalam usaha bisnis kulinernya.
Merek Bensunya ini telah dimohonkan Ruben sejak tanggal 3 September 2015 dan
terdaftar pada tanggal 7 Juni 2018 serta mendapatkan perlindungan sampai dengan
tanggal 3 September 2025, dimana nama Bensu, menurut Ruben, diambil dari
singkatan namanya, yakni Ruben Onsu. Ruben Onsu mengatakan PT. Ayam Geprek
Benny Sudjono telah menggunakan merek Bensu untuk usaha kulinernya yakni "I Am
Geprek Bensu Sedep Beneerrr" yang sekarang dikenal dengan sebutan “I Am Geprek
Bensu” tanpa seizinnya berdasarkan informasi pangkalan data kekayaan intelektual
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. I Am Geprek Bensu sebenarnya telah
beroperasi sejak 17 April 2017 hingga saat ini, dan perusahaannya telah mengajukan
permohonan pendaftaran merek usaha "I Am Geprek Bensu " pada 3 Mei 2017. Usaha
kuliner ini didirikan oleh tiga sekawan, bernama Yangcent, Kurniawan, dan Stefani
Livinus. Pemberian nama Bensu diberikan berdasarkan nama ayah Yangchen yang
bernama Benny Sujono atau dikenal dengan nama Bensu. Usaha kuliner tersebut
kemudian terdaftar sebagai badan hukum berdasarkan Akta Perseroan Terbatas PT
Ayam Geprek Benny Sujono Nomor 130 tanggal 15 Maret 2017. PT Ayam Geprek
Benny Sujono telah mendapat pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0040249.AH.01.01.Tahun
2017 tanggal 13 September 2017. Penggunaan singkatan "Bensu" merupakan
penghargaan terhadap Benny Sujono yang dinilai telah memberikan saran dan
masukan terhadap berdirinya perusahaan. Kemudian, didirikan resto pertama
perusahaan tersebut bernama "I Am Geprek Bensu Sedep" pada tanggal 17 April 2017
di Jalan Padamengan I Gang 5 Nomor 2A, Gunung Sahari, Kecamatan Pademangan
Timur, Jakarta Utara. Lalu Adik Ruben Onsu yaitu Jordi Onsu, menawarkan diri mau
bergabung ke PT Ayam Geprek Benny Sujono sebagai manajer operasional. Tawaran
itu disetujui karena Jordi merupakan teman dari Yangcent dan Stefani Livinus.
Meskipun demikian, bergabungnya Jordi hanya sebatas kerja sama pengelolaan bisnis
makanan merek "I Am Geprek Bensu", bukan kepemilikan merek I Am Geprek
Bensu. Usaha kuliner "I Am Geprek Bensu" terus berkembang hingga dibuka
beberapa cabang di wilayah Jakarta. Jordi pun kemudian menawarkan kakaknya, yaitu
Ruben Onsu, untuk bergabung ke perusahaan sebagai duta promosi pada Mei 2017.
Alasannya, Ruben telah dikenal masyarakat sebagai seorang artis dan punya banyak
penggemar. Foto dan nama Ruben kemudian dipasang di sejumlah cabang atau outlet
usaha kuliner merek "I Am Geprek Bensu". Ruben dan Jordi juga tidak
mempermasalahkan penggunaan nama Bensu dalam usaha kuliner tersebut. Sejak
tanggal 9 Mei 2017 sampai 14 Agustus 2017, Ruben Onsu diketahui telah diberikan
kompensasi sehubungan dengan posisinya sebagai duta promosi sejumlah
cabang/outlet bisnis makanan merek "I Am Geprek Bensu". Dalam putusan
57/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN Niaga Jkt.Pst disebutkan, berdasarkan bukti,
setidaknya Ruben sudah menerima sekitar Rp 663 juta. Oleh karena itu, sudah jelas
Ruben Onsu selama ini hanya berkedudukan sebagai duta promosi, bukan pemilik "I
Am Geprek Bensu". Setelah Ruben bergabung sebagai duta promosi, Jordi Onsu
kemudian meminta seorang karyawannya dipekerjakan di bagian dapur sebagai
quality control pada perusahaan kuliner "I Am Geprek Bensu". Pada Juli 2017, Jordi
menarik kembali karyawannya yang telah bisa memasak dan mengetahui resep usaha
kuliner "I Am Geprek Bensu". Kemudian, pada Agustus 2017, Ruben Onsu membuka
usaha kuliner bernama "Geprek Bensu" yang memiliki kesamaan jenis makanan, logo,
dekorasi ruangan, susunan kata, dan susunan gambar dengan usaha kuliner "I Am
Geprek Bensu". Ruben dan Jordi kemudian mulai mempromosikan usaha "Geprek
Bensu" sehingga menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat. Konsumen "I Am
Geprek Bensu" pun mulai beralih ke "Geprek Bensu". Pada Mei 2018, Ruben
memohon penetapan nama merek Bensu sebagai singkatan namanya Ruben Samuel
Onsu ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor
384/Pdt.P/2018/PN.Jkt.Sel. Pada 31 Agustus 2019, Ruben melakukan somasi kepada
Yangchent agar tidak menggunakan merek Bensu pada usaha kuliner "I Am Geprek
Bensu". Bahkan, Ruben meminta uang ganti rugi senilai Rp 100 miliar dari PT Ayam
Geprek Benny Sujono. PT Ayam Geprek Benny Sujono kemudian mengajukan
rekonvensi atau gugatan balik. Akhirnya, Majelis Hakim PN Jakpus memutuskan
bahwa PT Ayam Geprek Benny Sujono adalah pemilik dan pemakai pertama yang sah
atas merek "I Am Geprek Bensu". Lalu Hakim juga meminta Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, serta
Direktorat Merek dan Indikasi Geografis untuk membatalkan merek-merek atas nama
Ruben Samuel Onsu dengan mencoret pendaftaran merek-merek tersebut dari
Indonesia Daftar Merek. Ruben Onsu juga diwajibkan membayar biaya perkara
senilai Rp 1.911.000. Pada 23 April 2020, Ruben Onsu kemudian mengajukan kasasi
ke Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Pengajuan kasasi
tersebut terdaftar dengan nomor register 575 K/Pdt.Sus-HKI/2020. Namun, MA
menolak kasasi Ruben pada 20 Mei 2020. Oleh karena itu, putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap.
2. Sengketa merk “Superman” antara DC COMICS melawan PT MARXING
FAM MAKMUR

Perkembangan penggunaan Merek Saat ini sangat berkembang pesat dalam era
perekonomian dunia. Merek pada kegunaannya sebagai tanda pembeda saat ini sudah
bertambah menjadi suatu daya tarik dan menjadi suatu nilai lebih terhadap
penggunaan suatu produk. Merek saat ini dapat menambah nilai terhadap suatu
produk. Pada penulisan ini penulis akan membahas mengertai sengketa Merek
Superman antara DC Comic melawan PT.Marxing Fam Makmur pemilik dari
Superman Wafer. Superman merupakan karakter yang dibuat oleh DC Comic namun
di Indonesia Superman digunakan dan didaftarkan untuk kategori wafer. Superman
DC Comic merasa dirugikan dengan adanya Superman wafer maka dari itu
mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung karena keberatan pada putusan Pengadilan
Niaga Jakarta dikarenakan adanya persamaan pada pokoknya antara kedua merek ini
sehingga menimbulkan suatu iktikad tidak baik. Rumusan masalah pada skripsi ini
pertama DC Comics memenuhi ketentuan sebagai pemegang merek terkenal atas
merek dagang Supennan. Kedua Akibat hukum dalam hal terdapat peniruan merek
terkenal terhadap penggunaan hak merek tersebut. Ketiga Pertimbangan hulcum
hakim dalam putusan nomor 1105 ICJ Pdt.Sus-HKI/20 18 sudah sesuai dengan
Undang-undang nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi geografis. Tujuan
khusus penelitian ini yakni pertama Untuk mengetahui dan menganalisa DC Comics
memenuhi ketentuan sebagai pemegang merek terkenal atas merek dagang Superman.
Kedua, Untuk mengetahui dan menganalisa akibat hukum dalam hal terjadi peniruan
merek terkenal terhadap penggunaan merek tersebut. Ketiga Untuk mengetahui dan
menganalisa pertimbangan hukum hakim dalam putusan nomor 1105 IU Pdt.Sus-
HKI/2018 kesesuaiannya dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2016 tentang
merek dan indikasi geografis. Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan tipe
penelitian yuridis normatif dimana penelitian ini menitikberatkan pada norma atau
kaidah hukum yang berada di dalam putusan ini. Pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statue
approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan menggunakan
bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan non-hukum. Analisa bahan hukum dalam penelitian ini bersifat deduktif.
Hasil Penelitian dari penulisan skripsi ini adalah Pertama kepemilikan pemegang hak
atas merek, dilihat dari ketentuan pemegang hak atas merek di Indonesia maka hak
atas merek Superman di Indonesia apabila melihat Pasal 3 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis maka Merek Superman wafer sah
secara hukum namun secara fakta bahwa Merek Supennan DC lah yang berhak atas
Merek tersebut karena merupakan pihak yang memperkenalkan terlebih dahulu secara
global. Supennan DC memenuhi ketentuan sebagai pemegang hak atas merek terkenal
sebagaimana diatur didalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek di Pasal 18 Ayat 3 secara
keseluruhan DC Comic memenuhi ketentuan tersebut sehingga dapat dikatakan
Merek Supennan DC Comic sebagai merek terkenal. Kedua merek Superman wafer
terbukti melakukan tindakan pemboncengan terhadap merek Superman DC dilihat
dari sudah jauh lebih dahulu bahwa DC Comic memperkenalkan karakter Superman
secara global sehingga memudahkan sekali superman wafer uattuk membonceng
nama Superman pada produk wafernya untuk mempermudah penjualan. Serta
terjadinya Pengurangan nilai kapasitas yang dilakukan oleh superman wafer kepada
merek Superman DC dikarenakan produknya dikeluarkan pada kategori yang berbeda
dengan nama yang sama tanpa lisensi resmi dari DC Comic yang lebih dahulu
mengenalkan merek Supennan sehingga menimbulkan ketidak pastian hukum akibat
adanya dua kepernilikan merek Superman di Indonesia. Ketiga Pertimbangan hukum
hakim pada Putusan 1105K/Pdt.Sus-HKU2018 tidak memperhatikan bahwasannya
ada persamaan pada pokoknya antara Merek Superman wafer dan Superman DC
Comic yang dimana sebenarnya dilarang di Pasal 21 Undang-undang tentang Merek
dan Indikasi Geografis, serta hakim juga tidak memperhatikan kedudukan hukum
penggugat sebagai Pihak yang berasal dari negara anggota Paris Convention yang
mana sudah dijelaskan pula di dalam Pasal 9 Undang-undang tentang Merek dan
Indikasi Geografis bahwasannya memiliki hak prioritas. ICesimpulan Skripsi ini
Peruuna Merek dagang Supeman memenuhi ketentuan sebagai pemegang atas Hak
Merek Terkenal untuk merek Superman berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek
dalam pasal 18 ayat l, 2 dan 3. Kedua Akibat Hukum peniruan merek terkenal bagi
penggunaan merek tersebut yakni, adanya pemboncengan dan pengurangan nilai
kapasitas (dilution) terhadap Merek Terkenal sehingga menimbulkan kerugian bagi
merek Superman DC Comic. Lalu tcrtlapat dua merek Superman yang terdallar secara
bersama di dalam Daftar umum merek di Direktorat Jenderal Kekayaan InteleIctual,
hal ini membuat timbulnya ketidakpastian hukum akibat adanya satu merek dengan 2
kepemilikan yang berbeda di kategori yang berbeda, yang dimana sebenarnya tidak
diperbolehkan di dalam pasal 21 ayat l Undang-undang Nomor 20 tahun 2016
Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Ketiga Pertimbangan Hukum Hakim dalam
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HICU2018
dalam memutuskan sengketa Merek Superman antara DC Comic dan PT.Marxing
Fam Makmur Tidak Tepat. Hakim pada pertimbangannya tidak memperhatikan Pasal
9 mengenai Hak Prioritas dan Pasal 21 Ayat 1 dan 2 mengenai persamaan pada
pokoknya di Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
geografis. Saran Pertama Hendaknya Pemerintah lebih memperhatikan ketentuan
Pendaftaran merek Secara lebih teliti sehingga tidak terjadi Pendaftaran atas suatu
Merek Terkenal dari negara lain yang ditiru oleh produk lokal sehingga terciptanya
suatu kepastian hukum. Kedua Hendaknya bagi masyarakat agar membuat suatu
Merek dengan menunjukan orisinalitas sehingga memiliki ciri dan khas yang baru
tanpa membonceng suatu merek dan produk luar. Ketfga Hendaknya bagi Pemilik
Merek Superrnan DC Comic agar melalui kuasa hukumnya mengajukan terlebih
dahulu penetapan sementara sebagai pemegang Merek Terkenal atas Merek Superman
ke Pengadilan Niaga agar mendapatkan hak eksklusif atas mereknya.
3. IKEA Swedia vs IKEA (Intan Khatulistiwa Esa Abadi)

Setiap tahun Mahkamah Agung memilih putusan-putusan yang paling fenomenal dengan
berbagai pertimbangan untuk dijadikan landmark decisions. Untuk 2016, sengketa merek
IKEA terpilih menjadi landmark decisions kategori kasus perdata khusus.
Berdasarkan laporan tahunan MA 2016 yang dikutip detikcom, Jumat (10/2/2017),
sengketa IKEA vs IKEA lokal itu masuk kategori putusan landmark decisions. Perkara
Nomor 264 K/Pdt.Sus-HKI/2015 itu diadili oleh ketua majelis hakim agung Syamsul
Maarif dengan anggota Abdurrahman dan I Gusti Agung Sumanatha.

Posisi kasus yaitu ketika IKEA internasional, yang bermarkas di 2 Hullenbergweg,


Belanda, menggugat perusahaan Surabaya, PT Ratania Khastulistiwa. IKEA internasional
adalah singkatan dari:
Ingvar
Kamprad
Elmatayd
Agunnaryd
Sedangkan IKEA lokal adalah kependekan dari:
Intan
Khastulistiwa
Esa
Abadi.
Atas sengketa merek itu, Syamsul Maarif dkk memilih pemegang merek IKEA di
Indonesia adalah perusahaan Surabaya. MA menilai putusan ini memiliki dua kaidah
hukum mengapa layak dijadikan landmark decisions, yaitu:
1. Merek yang tidak digunakan oleh pemiliknya selama 3 tahun berturut-turut sejak
tanggal pendaftaran, dapat dihapus dari Daftar Umum Merek, didasarkan pada hasil
survei pasar, tanpa perlu mempertimbangkan kredibilitas lembaga surveinya.

2. Pengetahuan hakim di luar persidangan tidak diakui sebagai fakta hukum.

Poin nomor dua di atas seolah untuk menepis pendapat hakim agung I Gusti Agung
Sumantaha. Dalam putusan itu, Sumantha menilai seharusnya IKEA internasional yang
menang dengan asumsi telah berdiri toko IKEA di Jalan Alam Sutera, Tangerang.
Namun, berdasarkan adagium 'pengetahuan hakim di luar persidangan tidak diakui
sebagai fakta hukum', maka alasan Sumanatha ditolak majelis.

Laporan tahunan MA 2016 itu disampaikan dalam sidang paripurna MA di gedung MA,
Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (9/2) kemarin.

4. Toyota Lexus vs ProLeksus

Setelah beberapa kali terlibat dalam sengketa merek, kali ini Toyota kembali menuai
kemenangan atas gugatan merek mobil produksinya, Lexus. Pengadilan Niaga Jakarta
mengabulkan gugatan yang diajukan Toyota Jidosha Kaushiki Kaisha (Toyota Motor
Corporation) dalam sengketa merek Lexus dengan pengusaha lokal bernama Budi.

"Menolak eksepsi tergugat satu dan mengabulkan penggugat untuk seluruhnya dan
mempunyai hak khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia," kata ketua majelis
Hakim Dwi Sugiarto Selasa (11/6).
Dengan putusan tersebut, maka majelis hakim juga memerintahkan tergugat 2 yaitu
Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM
untuk mencoret daftar merek Lexus milik Budi.

Majelis hakim mengakui, merek Lexus milik Toyota merupakan brand terkenal yang
sudah tersebar luas di Indonesia dan luar negeri, semisal Jepang, Brunei, dan Australia.
Merek Lexus milik Toyota dan Budi juga mempunyai persamaan pada pokoknya, yaitu
dalam ucapan kata maupun suara.

Sebelumnya, Toyota telah mendaftarkan merek Lexus di Direktorat Jenderal HKI pada 25
Mei 1992 dan diperbaharui pada 25 Mei 2002 untuk melindungi merek mobil
produksinya, suku cadang beserta perlengkapannya. Sementara itu, Budi mendaftarkan
merek Lexus pada 20 Maret 2012 untuk melindungi merek minuman sari buah, minuman
kesehatan berbentuk serbuk, dan air mineral.

Tidak beriktikad baik


Meski berbeda jenis barang, hakim menilai, Lexus milik Budi didaftarkan dengan iktikad
tidak baik yaitu bertujuan mendompleng ketenaran merek Lexus Toyota. Dengan
demikian, majelis hakim menyatakan merek Lexus milik Budi dapat mengecoh konsumen
yang mengira merek tersebut ada hubungannya dengan Toyota. Hal ini dapat
menimbulkan indikasi  kerugian. Kuasa hukum Toyota, Sani Efendy mengaku puas
dengan keputusan hakim. "Memang sudah semestinya. Jadi ya memang seharusnya
keputusan hakim seperti ini," katanya. Sementara itu tergugat Budi langsung
meninggalkan ruang sidang dan enggan berkomentar. Sebagai informasi, raksasa otomotif
asal Jepang ini kembali melayangkan gugatan kepada pengusaha produk minuman lokal
bernama Budi. Toyota menggugat Budi karena telah mendaftarkan merek Lexus & Logo
L untuk produk dagangannya.  Toyota menegaskan, perusahaannya adalah pemegang hak
khusus di Indonesia bahkan di dunia atas merek dagang Lexus & Logo L. Di Indonesia,
merek ini sudah terdaftar di Ditjen HKI di bawah No.275.609 tanggal 25 Mei 1992 dan
diperbaharui No.496.408 tanggal 25 Mei 2002 untuk melindungi barang masuk dalam
katagori mobil-mobil, suku cadang, dan perlengkapannya.

Ternyata, merek Lexus ini juga dimiliki oleh Budi melalui pendaftarannya ke Ditjen HKI
di bawah No.IDM000351051 tertanggal 20 Maret 2012 untuk melindungi jenis barang
seperti minuman sari bauh, minuman kesehatan berbentuk serbuk, dan air mineral.
Terkait pendaftaran merek Lexus ini, Toyota merasa keberatan. Toyota menilai, merek
Lexus milik Budi memiliki kesamaan dalam ucapan kata maupun suara dengan merek
Lexus merek mobil produksinya. Persamaan ini dapat menimbulkan kesan kepada
khalayak ramai seakan-akan Budi memiliki hubungan dengan Toyota.

Toyota menuding, Budi mendaftarkan merek Lexus tersebut didasari niat membonceng
ketenaran merek miliknya yang telah bertahun-tahun disandangnya. Dari situlah, Toyota
meminta Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat untuk membatalkan pendafatan merek
Lexus milik Budi dan memerintahkan Direktorat Merek mencabut merek Lexus Budi dari
daftar merek. Sementara itu Budi sempat menyampaikan eksepsi kompetensi relatif yang
menilai PN Pusat tidak berhak mengadili sengketa ini. Budi berpendapat, kasusnya
seharusnya diadili di wilayah tergugat yaitu Batam. Dalam pertimbangan hukumnya,
Majelis berpandangan, berdasarkan pasal 80 ayat 1 dan 2 Undang-Undang (UU) Merek
disebutkan gugatan diajukan di wilayah tergugat yakni dalam hal ini Batam. Selanjutnya,
pada pasal 68 ayat 4 UU Merek disebutkan jika salah satu pihak berasal dari luar wilayah
hukum Indonesia maka gugatan diajukan ke PN Pusat. Dengan pertimbangan itu, Majelis
menegaskan eksepsi tergugat Budi benar jika semua pihak berasal dari wilayah hukum
Indonesia. Kalau ada salah satu berada dari luar Indonesia maka pasal 80 ayat 1 dan 2
tidak berlaku. Yang berlaku pasal 68 ayat 4 UU Merek, sehingga PN Pusat yang
berwenangmengadili.

5. Monster Energy vs Andria Thamrun

Perusahaan minuman suplemen asal California, Amerika Serikat (AS), MONSTER kalah
melawan pengusaha Surabaya, Andria Thamrun. MONSTER merupakan minuman
berenergi dan sponsor utama MotoGP serta berbagai laga olahraga internasional lainnya.
Kantor pusat MONSTER ENERGY COMPANY bermarkas di 550 Monica Cirle, Suite,
201, Corona, California, 92880. Untuk mendukung produknya, MONSTER mensponsori
berbagai olah raga seperti motorcross, sepeda ekstrem, sepeda gunung, surfing dan
olahraga sport lainnya. MONSTER juga menjadi sponsor tunggal MotoGP, sebuah balap
motor paling bergengsi di dunia. Pembalap MotoGP Valentino Rossi juga disponsori oleh
MONSTER.

Hasil penjualan MONSTER di berbagai dunia membuahkan keuntungan sangat besar.


Sejak 2002-2012, perusahaan itu meraup untung US$ 20 miliar. Keuntungan ini selalu
tumbuh tiap tahunnya.
Di Indonesia, MONSTER mengantongi sertifikat merek dari Dirjen HAKI sejak 2009 dan
terus memperbaharui untuk berbagai jenis produk MONSTER. 
Pihak MONSTER kaget saat mendapati merek MONSTER serupa di Indonesia. Atas
dasar itu, MONSTER keberatan jika mereknya digunakan oleh Andria. Untuk
membuktikan keyakinannya, MONSTER melakukan survei di berbagai kota di Indonesia
dan terbukti MONSTER asal Surabaya telah tersebar di berbagai daerah. Tidak terima,
MONSTER asal California lalu menggugat MONSTER asal Surabaya ke Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Tapi apa kata majelis hakim?

"Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima," putus majelis hakim sebagimana
dilansir website Mahkamah Agung (MA), Selasa (7/7/2015).

Duduk sebagai ketua majelis Arief Waluyo dengan anggota Heru Prakoso dan Suko
Triyono. Ketiganya tidak menerima gugatan MONSTER karena sengketa merek ini
masih berjalan di Komisi Banding Merek tertanggal 27 Agustus 2014. Majelis hakim
menunggu putusan Komisi Banding Merek supaya tidak ada putusan yang tumpang
tindih.
"Gugatan penggugat prematur," vonis PN Jakpus pada 9 Maret lalu.
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/29430
[2] http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101990
[3] Sengketa Merek IKEA Vs IKEA Lokal Jadi Landmark Decisions MA 2016
(detik.com)
[4] Toyota menangkan gugatan merek Lexus (kontan.co.id)
[5] MONSTER dari California Kalah Lawan Pengusaha Surabaya (detik.com)

Anda mungkin juga menyukai