Hukum Bisnis
dan
Lingkungan
Hak atas Kekayaan
Intelektual, hak Merek,
Rahasia Dagang, dan
Pelanggaran Hak merek dan
Rahasia Dagang, serta Hak
Paten
Fakultas Program Studi Online Kode MK Disusun Oleh
13
Ekonomi & Bisnis Akuntansi F041700009 Dinar Nur Affini, SE., MM.
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan tentang: Diharapkan mahasiswa mampu
Definisi dan peran Hak Kekayaan menjelaskan definisi dan peran HAKI
Intelektual sesuai dengan sesuai peraturan yang berlaku dan
menjelaskan isu-isu yang timbul dari
peraturan yang berlaku Hak Merek, Rahasia Dagang serta Hak
Isu yang timbul dari Hak Merek dan Paten
Rahasia Dagang
Dua lembaga internasional, yaitu United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD) dan International Society for Clinical Densitometry (ISCD) mendefinisikan HKI
sebagai hasil-hasil usaha manusia kreatif yang dilindungi oleh hukum. Di samping itu,
Direktorat Jenderal (Ditjen) HKI Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia bekerja sama dengan European Commission ASEAN Project on the Protection of
Intellectual Property Rights (ECAP) mendefinisikan HKI sebagai hak yang timbul dari hasil
olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk yang berguna bagi manusia (Ditjen
HKI:2006)
Apapun rumusan definisi yang dikemukakan oleh para ahli maupun lembaga-lembaga, HKI
selalu mempunyai tiga unsur, antara lain:
1. Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;
2. Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan
intelektual
3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.
Hak Merek
Merk atau merk dagang adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa
dan menimbulkan arti psikologis/asosiasi.
Fungsi dari merek dapat dikatakan sebagai pemberitahu dan pembanding produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan atau seseorang dengan produk dari perusahaan lain atau
orang lain. Dapat dikatakan pula fungsi dari merek adalah sebagai jaminan mutu produk
tersebut terutama dari segi kualitasnya. Oleh karena itu agar kepemilikan dan merek
tersebut diakui oleh konsumen, maka dibutuhkan suatu hak merek agar tidak mudah di
salah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti menduplikasi merek
tersebut dengan merubah beberapa kata dari merek tersebut tetapi jenis produk sama
ataupun sebaliknya.
Kasus merek di Indonesia banyak terjadi baik bidang industri. Kasus-kasus tersebut bahkan
ada yang menuai kontroversi dan ada yang masih saat ini tetap beredar di pasaran.
Penulisan ini saya akan membahas salah satu contoh kasus merek yang beredar di
pasaran, beserta analisis dan contoh-contoh lainnya.
Rahasia Dagang
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/
atau bisnis dimana mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang dimaksud dengan
lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan
pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu
rahasia dagang yang diberikan perlindungan pada jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Ketiga syarat yang harus dipenuhi itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bersifat rahasia apabila informasi itu hanya diketahui oleh orang-orang terbatas.
2. Informasi mempunyai nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau bisnis yang komersial atau
mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya.
3. Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak.
Prosedur Perlindungan:
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan pendaftaran
(berlangsung secara otomatis), karena undang-undang secara langsung melindungi
Rahasia Dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai ekonomis dan
dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi
Rahasia Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HKI - DepkumHAM.
Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara atau pemerintah kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak
lain untuk melaksanakannya. Kalau seorang yang secara sendiri atau beberapa orang
secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan kedalam penelitian dan
menemukan atau menghasilkan invensi di bidang teknologi adalah seorang inventor.
Sehingga pemegang paten adalah inventor yang sebagai pemilik paten atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten. (Undang-undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2001 tentang paten).
Paten adalah hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya
dibidang teknologi atas hasil penelitiannya sendiri atau orang lain dengan persetujuannya.
Sedangkan seseorang atau beberapa orang yang melakukan penelitian dan menemukan
suatu temuan (invensi) dalam bidang teknologi dinamakan inventor. Pemegang paten
adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dan terdaftar
dalam Daftar Umum Paten.
Sekarang ini, banyak kasus pelanggaran hak paten khususnya di bidang industri. Hal
tersebut disebabkan karena si penjiplak menginginkan produk yang didistribusikan ke
seluruh negara atau seluruh daerahnya dapat diakui di masyakarat dan terutama ingin
meraih keuntungan yang besar karena dianggap memiliki kesamaan dengan produk
produsen lain. Padahal, hal tersebut memasuki pelanggaran hak paten karena pemilik awal
telah mendaftar patennya atas kepemilikan dari hasil ciptaan awal.
Akibat dari kasus tersebut, menimbulkan permasalahan yang panjang bahkan sampai
menuju jalur hukum yang mengakibatkan si penjiplak mengalami kerugian yang sangat
besar, mulai dari segi keuntungan penjualan sampai pada image atau nama baik si
produsen penjiplak tersebut dengan Undang-Undang yang berlaku.
Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas. (2011). Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Salemba
Empat. Jakarta
Richard Burton Simatupang. (2003). Aspek Hukum dalam Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta