Anda di halaman 1dari 35

HUKUM PERIZINAN

PENDIRIAN PERUSAHAAN PENERBANGAN

RAKA DANIRA 1587090


NAYU MUSTIKA 1587041
THOMMY BUDIMAN 1587082
GALDY PUTRA DA SILVA 1587031

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas karunia, kasih, dan PertolonganNya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Hukum Perizinan yaitu bapak Demson Tiopan Sitompul, S.H., M.H

Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari Buku dan Jurnal
sebagai refrensi. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan rekan
mahasiswa yang bersama sama bekerja sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat


bagi kita semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan
dengan pengangkatan judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan
kesempatan sehingga makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.

Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin.

Bandung, 6 Juni 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum Udara merupakan hukum yang mengatur penggunaan ruang


udara, khususnya mengenai penerbangan, penggunaan pesawat-pesawat terbang

dalam peranannya sebagai unsur yang diperlukan bagi penerbangan. 1 Sebagai


salah satu cabang hukum internasional yang relatif baru, hukum udara mulai
berkembang pada awal abad ke-20 setelah munculnya pesawat udara. Berbeda
dengan hukum laut yang umumnya bersumber kepada hukum kebiasaan, hukum

udara terutama sangat berdasar pada ketentuan-ketentuan konvensional. 2

Setiap negara memiliki wilayah kedaulatan sendiri-sendiri. Wilayah suatu


negara sebagai suatu ruang, tidak saja terdiri atas daratan atau tanah tetapi juga
perairan dan wilayah udara. Secara rinci bagian-bagian dari wilayah suatu
negara meliputi wilayah daratan termasuk tanah dibawahnya, wilayah perairan,
dan wilayah ruang udara dan ruang angkasa.

Kedaulatan terhadap wilayah suatu negara adalah mutlak, namun untuk


dapat mengadakan hubungan antar negara, Wilayah perairan dan wilayah udara
memiliki keistimewaan sehingga dikenal adanya Hukum Laut dan Hukum
Udara.

1. K. Martono dan Ahmad Sudiro, 2012, Hukum Udara Nasional dan


Internasional Publik, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 3.

2. Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi


dalam Era Dinamika Global, Bandung: P.T. Alumni, hlm. 379.

3
Hukum Udara, adalah hukum yang mengatur obyek udara, telah dikenal
sejak jaman Romawi, dengan adanya Prinsip ”Cuius est solum, eius est usque
ad coelum” (yang memiliki tanah, memiliki juga udara diatasnya sampai ke
langit), persoalan yang sering diperdebatkan adalah masalah kedaulatan di
ruang udara, terutama antara mereka yang berpendapat bahwa ” ruang udara
adalah bebas” dan antara mereka yang berpendapat bahwa ”negara masing-
masing berdaulat diruang udara diatasnya”.

Dalam hal ini soal jarak sama sekali tidak memainkan peranan
melindungi wilayah negara, Dalam era teknologi canggih dewasa ini, karena
bahaya yang dapat ditimbulkan dari penerbangan pesawat asing di atas wilayah
suatu negara terhadap keamanan nasional negara lain adalah sama, lepas dari
ketinggian terbangnya pesawat asing tersebut maka perlu adanya pengaturan di
ruang udara atau Hukum Udara.

Otto Riese dan Jean T.Lacour dalam buku mereka ”Precis de Droit
Aerien” menyebutkan Hukum udara adalah seluruh norma-norma hukum yang
khusus mengenai penerbangan, pesawat-pesawat terbang dan ruang udara dalam
peranannya sebagai unsur yang perlu bagi penerbangan, maka rasanya Hukum
Penerbangan merupakan istilah yang tepat. Namun Hukum udara dapat
ditafsirkan sebagai segala peraturan hukum yang mengatur obyek tertentu yaitu
udara. (E. Suherman, 1983:5)

Hukum Penerbangan baru timbul ketika manusia mengarungi udara dan


erat kaitannya dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam lapangan tehnik
penerbangan, terutama dalam beberapa tahun sebelum dan sesudah perang
dunia II. Pengembangan penerbangan yang ditata dalam satu kesatuan sistem,
dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya
yang terdiri dari prasarana dan sarana penerbangan, peraturan-peraturan,
prosedur dan metoda sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang
utuh, berdayaguna, berhasil guna serta dapat diterapkan.

4
Sesuai dengan peran dan fungsi penerbangan yang sangat penting
terutama ditinjau dari segi politik, ekonomi dan kedaulatan negara, telah
menyebabkan perkembangan yang sangat pesat terhadap dunia penerbangan.
Perkembangan ini tidak hanya dalam jumlah pesawat udara tetapi juga dalam
jumlah perjanjian antar negara (bilateral) untuk membuka jalur penerbangan.

Pentingnya peraturan tentang penerbangan negara-negara di dunia


melahirkan Konvensi-Konvensi Internasional tentang penerbangan sipil
Internasional diantaranya Convention Relating to The Regulation of Air
Navigation (Paris Convention 1919), Convention on International Civil
Aviation (Chicago Convention 1944), Convention for The Unification of
Certain Rules Relating to International Carriage by Air 1929 (Warsawa
Convention 1929) dan Convention on Damage Caused by Foreing Aircraff to
third Parties on Surface (Roma Convention 1952)

Masalah yang mungkin timbul karena adanya penerbangan internasional


adalah apabila terjadi kecelakaan yang melibatkan negara-negara yang memiliki
kedaulatan masing-masing wilayah. Dalam penerbangan antar negara apabila
terjadi suatu kecelakaan pesawat akan melibatkan berbagai pihak, diantaranya
negara pesawat (state of registry), negara tempat jatuhnya pesawat (state of
occurrence), negara pembuat pesawat/negara pabrik (state of desing and
manufacture), ICAO (International Civil Aviation). Dari kecelakaan tersebut
maka timbul hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang terlibat. Hak dan
kewajiban tersebut menimbulkan kewenangan dan tanggung jawab negara-
negara. Maka oleh karena itu maka dibutuhkan kebangsaan suatu pesawat untuk
lebih mudah mengenal pemilik dan tempat asal pesawat tersebut serta
memudahkan informasi satelit radio berkomunikasi atau memberikan informasi.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prosedur dan Persyaratan Pendirian perusahaan penerbangan ?


2. Bagaimanakah Tanda kebangsaan dan tanda pendaftaran ?
3. Apa saja sumber-sumber hukum penerbangan di Indonesia ?
4. Kasus dan Solusi Tentang Perizinan Penerbangan

1.3 Tujuan

1. Agar mengetahui Kedudukan Hukum Perizinan Dalam Izin Penerbangan


di Negara Indonesia di dalam masyarakat
2. Agar mengetahui dan memahami tanda kebangsaan dan tanda pendaftaran
perusahaan di Indonesia
3. Agar mengetahui sumber sumber hukum penerbangan di Indonesia
4. Pemberian solusi terhadap kasus dalam aspek filosofis, yuridis, dan
sosiologis

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SYARAT DAN PROSEDUR PENDIRIAN PERUSAHAAN


PENERBANGAN

1. SYARAT MENDIRIKAN AIRLINES

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan KM No.25 Tahun 2008


Mendapat ijin usaha dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Ijin tersebut meliputi :
a. Izin usaha angkutan udara niaga berjadwal
b. Izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal
c. Izin tersebut berlaku dan akan dievaluasi setiap 3 ( tiga) tahun,
pemegang izin harus menjalankan usaha secara nyata dan beroperasi
terus menerus

LAMPIRAN PERMOHONAN IJIN :

1. Akta pendirian perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) ,


telah disahkan oleh Menteri yang berwenang dan salah satu pokok
usahanya dibidang angkutan udara niaga berjadwal / tidak berjadwal
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3. Surat keterangan domisili diterbitkan oleh instansi yang berwenang
4. Surat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal / Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah apabila yang bersangkutan
menggunakan fasilitas penanaman modal
5. Tanda bukti modal yang disetor
6. Bank Garansi / jaminan Bank

7
7. Rencana bisnis (business plan) dalam kurun waktu minimal 5 tahun
yang sekurang-kurangnya memuat :
a. Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan di operasikan
b. Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan ( operation base ) dan
rute penerbangan bagi perusahaan angkutan udara niaga berjadwal
c. Aspek pemasaran dalam bentuk potensi permintaan pasar
angkutan udara (demand)
8. Sumber daya manusia termasuk teknisi dan awak pesawat udara
9. Kesiapan atau kelayakan operasi
10. Analisis dan evaluasi aspek ekonomi dan keuangan

Syarat 1-6 diserahkan dalam bentuk salinan yang telah dilegalisir oleh instansi
yang mengeluarkan, apabila diperlukan Dir Jend dapat meminta pemohon
menunjukkan dokumen aslinya

Catatan :
1. Jenis & jumlah pesawat udara
a. Angkutan udara niaga berjadwal : minimal 2 dimiliki , dan 3 bisa
sewa
b. Angkutan udara niaga tidak berjadwal : minimal 1 dimiliki dan 2
bisa sewa
c. Angkutan udara niaga khusus kargo minimal 2 unit sewa
2. Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan bagi perusahaan angkutan
udara niaga berjadwal , minimal harus menggambarkan :
a. Rencana kegiatan operasi penerbangan ( operation base)
b. Peta jaringan rute penerbangan
c. Rute, frekuensi, rotasi diagram penerbangan, utilisasi pesawat
udara yang akan dilayani secara bertahap selama 5 ( lima ) tahun
d. Rute penerbangan maksimal 55 % untuk rute padat dan 45 % rute
tidak padat

8
3. Aspek pemasaran , minimal berisi :
a. Peluang pasar angkutan udara secara umum / khusus pada rute
penerbangan yang akan dilayani
I. Perkembangan jumlah permintaan penumpang / kargo
pertahun untuk jangka waktu minimal 5 tahun terakhir
II. Potensi juml pax / cargo pertahun minimal 5 tahun kedepan
III. Rencana utilisasi pesawat udara secara bertahap selama 5
tahun kedepan
IV. Kondisi pesaing saat ini di route penerbangan yang yang
akan dilayani
b. Target / pangsa pasar yang akan diraih, meliputi :
Segment pasar yang akan dilayani Pangsa pasar ( market
share) pertahun yang akan diraih pada masing-masing route
yang akan dilayani sekurang-kurangnya 5 tahun kedepan

4. Sumber daya manusia termasuk teknisi dan awak pesawat udara ,


memuat kebutuhan sumber daya manusia langsung / tidak langsung
menyangkut kualifikasinya dan jumlah pertahun untuk jangka
waktu minimal 5 tahun kedepan

5. Kesiapan / kelayakan operasi, minimal berisi


a. Rencana pengadaan, pemeliharaan / perawatan pesawat udara
b. Fasilitas pendukung operasional pesawat udara
c. Fasiliatas pelayanan penumpang
d. Pemasaran jasa angkutan udara

9
6. Analisa & evaluasi aspek ekonomi / keuangan
a. Rencana investasi , jangka waktu minimal 5 tahun kedepan
b. Proyeksi aliran kas ( cash flow ), rugi / laba, neraca untuk
jangka waktu minimal 5 tahun kedepan
c. Dengan menghitung :
I. Periode pengembalian ( payback period)
II. Nilai bersih saat ini ( net present value )
III. Tingkat kemampulabaan ( profitable index )
IV. Tingkat pengembalian hasil intern ( internal rate of
return )

2. PESAWAT UDARA SIPIL

Setiap pesawat yang telah didaftarkan akan diberikan Sertifikat Pendaftaran


(Certificate of Registration = C o R) dan akan tercatat dalam daftar pesawat udara
sipil. Semua daftar pesawat udara sipil yang terdaftar di Indonesia sesuai pasal 9
UU No. 15/1992 harus dirawat oleh Dirjen Perhubungan Udara.
Daftar tersebut meliputi beberapa hal, yaitu :
Nomor sertifikat pendaftaran
Tanda kebangsaan dan tanda pendaftaran
Nama/sebutan pesawat menurut manufaktur pembuat pesawat
Nomor seri/serial number pesawat udara
Nama Pemilik
Alamat pemilik
Nama operator terdaftar
Alamat operator
Tanggal pendaftaran dan masa berlaku
Jenis penggunaan pesawat udara

10
Pesawat udara yang dapat didaftarkan di Indonesia jika pesawat tersebut :
Dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang yang berhak menjadi pemilik pesawat
udara yang didaftarkan di Indonesia. Yang diijinkan untuk dapat memiliki
pesawat udara dan didaftarkan di Indonesia adalah :
1. Warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia,
2. Warga Negara Asing atau badan hukum asing dan pesawat
dioperasikan oleh warga Negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia untuk jangka waktu pemakainannya minimal dua tahun
secara terus menerus berdasarkan suatu perjanjian sewa beli, sewa
guna usaha atau bentuk perjanjian lainnya,
3. Instansi Pemerintah,
4. Lembaga tertentu yang diijinkan oleh Pemerintah,Pesawat tidak
terdaftar di Negara lain.

Semua pajak dan pembayaran telah terselesaikan sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Telah bersertifikat dan dilengkapi dengan peralatan sesuai
peraturan yang berlaku menurut jenis penggunaan pesawat tersebut. Sebagaimana
yang telah disebutkan didalam peraturan penerbangan Republik Indonesia pasal
25 Undang-Undang No 1 tahun 2009 yang berbunyi:
‘’Pesawat udara sipil yang dapat didaftarkan di Indonesia harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak terdaftar di negara lain; dan
b. Dimiliki oleh warga negara indonesia atau dimiliki oleh badan hukum
Indonesia;
c. Dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing dan
dioperasikan oleh warga negara indonesia atau badan hukum indonesia
untuk jangka waktu pemakaiannya minimal 2 (dua) tahun secara terus-
menerus berdasarkan suatu perjanjian;
d. Dimiliki oleh instansi pemerintah atau pemerintah daerah, dan pesawat
udara tersebut tidak dipergunakan untuk misi penegakan hukum; atau

11
e. Dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing yang
pesawat udaranya dikuasai oleh badan hukum indonesia berdasarkan
suatu perjanjian yang tunduk pada hukum yang disepakati para pihak
untuk kegiatan. penyimpanan, penyewaan, dan/atau perdagangan
pesawat udara.”

Sertifikat Pendaftaran (Certificate of Registration = C o R).


Sertifikat Pendaftaran (Certificate of Registration = C o R) merupakan bukti
pendaftaran suatu pesawat udara, C o R ini berlaku selama 3 tahun dan dapat
diperpanjang. C o R berwarna kuning dan pada bagian belakangnya terdapat
cuplikan Undang-Undang Penerbangan yang mengatur masalah pendaftaran
pesawat udara

PENDAFTARAN PESAWAT UDARA


Pemilik pesawat udara yang akan mendaftarkan pesawat udaranya di Indonesia,
diharuskan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan Tahap Pertama
a. Mengajukan permohonan pendaftaran pesawat udara (Form KU-011
DGAC)
b. Menyerahkan salinan surat ijin pengadaan pesawat/helicopter,
c. Menyerahkan salinan bukti kepemilikan pesawat udara (missal : bill of
sale, perjanjian jual beli, dll).
d. Menyerahkan salinan surat serah terima (acceptance letter),
e. Menyerahkan salinan surat pembatalan pendaftaran dari Negara asal
bila pesawat tersebut sebelumnya telah didaftarkan atau surat
pemberitahuan bahwa pesawat belum didaftarkan,
f. Menyerahkan Airwortness Certificate fir Export,
g. Menyerahkan rencana penempatan tanda pendaftaran di pesawat,
rencana warna, hiasan dan ukuran-ukurannya,
h. Menyerahkan ijin operasi (bagi operator baru),
12
i. Pesawat telah memenuhi persyaratan import pesawat terbang.

2. Persyaratan Tahap Kedua


Persyaratan ini dipenuhi bila pesawat telah didaftarkan di Indonesia,
yaitu :
a. Menyerahkan salinan bebas bea cukai,
b. Menyerahkan salinan Surat ijin penggunaan frekuensi radio (radio
permit),
c. Menyerahkan salinan bukti asuransi pesawat,

3. Special Permit untuk Sertifikat Pendaftaran


Special permit berlaku sebagai sertifikat pendaftaran sementara bila
pemilik belum dapat menyerahkan persyaratan tahap kedua, tetapi
telah memenuhi persyaratan tahap pertama dan telah dinyatakan lolos.
Masa berlaku special permit adalah 2 bulan dan dapat diperpanjang
bila pemilik belum juga dapat menyerahkan persyaratan tahap kedua.

4. Surat Tanda Pendaftaran Sementara


Surat tanda pendaftaran dapat diterbitkan sebagai pengganti special
permit bila pemilik pesawat telah menyerahkan radio permit dan
bukti asuransi namun belum menyerahkan bukti bebas bea cukai
(dengan catatan tidak mendapatkan peringatan dari bea cukai).
Surat tanda pendaftaran sementara ini berlaku 1 tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 tahun kemudian.

13
2.2 TANDA KEBANGSAAN DAN TANDA PENDAFTARAN

Setiap pesawat udara harus diberi tanda pengenal (Identification Mark). Tanda
pengenal tersebut terdiri dari tanda kebangsaan (Nationality Mark) dan tanda
pendaftaran (Registration Mark). Penulisan dan penempatan nationality dan
registration mark ini harus seijin Dirjen Pehubungan Udara dan tidak boleh diubah
tanpa ijin. Penulisan tanda kebangsaan dan tanda pendaftaran ini harus :
1. Ditulis dengan huruf Roman capital, tidak ada hiasan (ornament) atau
apapun yang dapat mempengaruhi pembacaan,
2. Diberi warna yang kontras dan jelas dengan warna dasar pesawat,
3. Dapat dan mudah terlihat,
4. Dituliskan pada pesawat dengan cat tahan panas, atau dibubuhkan pada
benda yang ditempelkan (removable material) bila :

• Merupakan tanda kebangsaan dan pendaftaran sementara,


• Pesawat akan dikirim ke luar negri yang mana akan diganti,
• Untuk keperluan khusus.

Identitas merek
Tanda kebangsaan (Nationality Mark ) untuk Indonesia adalah PK, dan
dilanjutkan dengan tiga huruf tanda pendaftaran (Registration Mark). Antara tanda
kebangsaan dan tanda pendaftaran dipisahkan dengan tanda hubung (hyphen).
Tidak diperbolehkan menambahkan huruf atau tanda apapun sebelum dan sesudah
huruf PK, kecuali untuk keperluan tanda pendaftaran.

14
Penempatan Tanda Kebangsaan dan Pendaftaran
1. Pesawat Fixed Wing aircraft

Tanda pengenal ditempatkan :


a. Sekali di permukaan atas sayap kanan,
b. Sekali di permukaan bawah sayap kiri,
c. Pada masing-masing permukaan luar dari fuselage atau pada vertical
tail surface.

2. Selain Fixed Wing Aircraft

a. Rotorcraft :
1) Pada permukaan bawah fuselage, dengan bagian atas tulisan ada pada
sebelah kiri,
2) Pada masing-masing permukaan samping dari fuselage.

b. Airship :
Tanda pengenal ditempatkan pada daerah kiri dan kanan hull atau
stabilizer sebelah luar.
c. Spherical Ballon :
Tanda pengenal harus diperagakan pada dua tempat yang bertentangan,
ditempatkan pada dekat lingkaran balon paling besar.
d. Non- Spherical Ballon :
Tanda pengenal ditempatkan pada tiap sisi luar dari balon, ditempatkan
pada daerah yang terbesar dari balon atau diatas tempat pengikat kabel-
kabel keranjang.

15
3. Non Conventional Aircraft
Jika rancangan dari pesawat tidak wajar, sehingga ketentuan diatas tidak bias
diperagakan, maka tanda pengenal diperagakan pada tempat yang disetujui
oleh Dirjen Perhubungan Udara.

Ukuran Dari Tanda Pengenal


1. Umum
a. Menggunakan huruf Roman (A B C…) atau angka (1 2 3…) tanpa
ornamen atau hiasan apapun,
b. Lebar dari huruf, termasuk tanda hubung adalah 2/3 dari tinggi huruf,
kecuali huruf I dan angka 1,
c. Huruf, angka dan tanda hubung dibuat dengan warna utuh (blok)
dengan tebal huruf 1/6 dari tinggi,
d. Tiap karakter mempunyai jarak minimal 11/4 dari lebar huruf atau tiap
karakter dipisahkan minimal 1/6 dari tinggi huruf.

2. Fixed Wing Aircraft :


a. Tinggi huruf pada wing tidak kurang dari 50 cm,
b. Tinggi huruf pada fuselage atau vertical stabilizer tidak kurang dari 30
cm,
c. Semua tulisan dituliskan pada jarak minimal 5 cm dari sisi tepi.

3. Rotorcraft :
a. Tanda pengenal dituliskan sebesar mungkin tetapi tidak boleh melebihi
struktur pada helikopter,
b. Tinggi huruf pada wing tidak kurang dari 50 cm,
c. Tinggi huruf pada fuselage atau vertical stabilizer tidak kurang dari 15
cm.

16
2.3 SUMBER-SUMBER HUKUM PENERBANGAN DI INDONESIA

1. Undang-undang dan peraturan-peraturan penerbangan yang nasional dalam


arti dibuat oleh pembuat undang-undang nasional.(Undang-Undang No 15
Tahun 1992 dan Perubahan Undang-Undang No 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia.No. Km.26
tahun 2001, PP No 71 Tahun 1996 dan peraturan pelaksana lainnya seperti
tentang kebandar udaraan, keselamatan penerbangan lalu lintas udara,
angkutan udara, tekhnik perawatan pesawat udara.dll )

2. Perjanjian-perjanjian internasional sebagai sumber hukum udara dan hukum


penerbangan tidak dapat kita abaikan juga di Indonesia. Misalnya ordonansi
pengangkutan udara yang sebagaimana dikatakan diatas merupakan salah satu
peraturan penerbangan yang terpenting adalah berdasarkan,kalau kita hendak
dikatakanhampir merupakan turunan semata-mata dari pada perjanjian
warsawa yaitu perjanjian yang lebih dikenal dengan nama warsa convenstion
(Statuta Mahkamah Internasional Pasal 38. Perjanjian Internasional,
Kebiasaan Internasional (International Costums), Prinsip-Prinsip Hukum
Umum, Doktrin, Yurisprudensi, Dan Sumber Hukum Udara Internasional
Terdiri Dari Perjanjian Multilateral, Perjanjian Bilateral, (Bilateral Air
Transport Agreement) dll. )

3. Sebagai sumber hukum penerbangan ketiga di Indonesia persetujuan-


persetujuan pengangkutan. Sebagai suatu organisasi internasional, dalam man
tergabung sebagian besar dari pada pengangkutan-pengangkutan udara seluruh
dunia ang besar-besar, maka IATA (International Air Transport Association)
mempunyai kekuasaan yang tidak sedikit terhadap anggota-anggotanya.

17
2.4 Kasus Keterlambatan Penerbangan Pesawat Lion Air

Berdasarkan website liputan6, keterlambatan pesawat lion air mulai tejadi pada
penerbangan pada jam 13.00 WIB pada tanggal 18 Februari 2015. Menurut Staf
Khusus Menteri Perhubungan, Hadi M. Djuraid mengatakan jika ada enam
penerbangan Lion Air yang mengalami keterlambatan pada tanggal 18 Februari
2015. Berdasarkan kabar yang beredar bahwa keterlambatan pesawat Lion Air ini
disebabkan oleh rusaknya 10 pesawat miliknya. Pada saat itu, pihak Lion Air
masih bungkam dan sulit dihubungi hingga berlanjut kepada keesokan harinya
tanggal 19 Februari 2015. Hal ini memberikan dampak kepada calon penumpang.
Penumpukkan penumpang terlihat di bandara Soekarno Hatta khususnya pada
terminal 1, 3 dan 1b. Belum lagi calon penumpang dibandara lainnya seperti
bandara internasional Kualanamu (Medan), Bandara Juanda (Surabaya),dan
Bandara Minangkabau (Padang). Tercatat akumulasi rute penerbangan yang
mengalami delay selama 3 hari adalah sebanyak 50 rute penerbangan
(sumber:Youtube/Seputar Indonesia) . Hal ini dikarenakan keterlambatan pesawat
Lion Air juga menyebabkan keterlambatan bagi maskapai penerbangan lainnya
seperti Air Asia yang harus men-delay 6 rute penerbangannya, yang terdiri dari 3
rute domestik dan 3 rute Internasional. Sehingga dapat dibayangkan berapa
banyak calon penumpang yang mengalami kerugian baik berupa materil, waktu,
dan tenaga.

Penumpukkan penumpang ini diperparah dengan minimnya pemberian informasi


mengenai keterlambatan pesawat dari pihak Lion Air. Sehingga, calon penumpang
merasa kebingungan. Ketidakjelasan mengenai keberangkatan dan tidak adanya
pihak Lion Air yang turun langsung menangani calon penumpang selama 3 hari,
menimbulkan kemarahan dari calon penumpang. Beberapa calon penumpang
mencari – cari staf Lion Air, tetapi tetap saja tidak dapat memberikan penjelasan
apapun karena ketidaktahuan mereka. Oleh karena itu, sebagian calon penumpang
menumpahkan kekesalan dan kemarahan mereka dengan bertindak anarkis. Dari
memukul meja, memecahkan kaca loket Lion Air, memblokir jalan masuk,
18
menempel surat kaleng, menyandera staf Lion Air hingga membajak pesawat
dengan cara duduk di landasan pesawat.

Keadaan calon penumpang yang terlantar memang dapat dikatakan miris.


Berdesak – desakan karena penumpukkan penumpang, cuaca panas, serta ketidaan
makanan ataupun minuman yang diberikan pihak Lion Air, menjadi pemandangan
miris di bandara. Beberapa penumpang merupakan anak – anak dan balita. Salah
satunya adalah anak balita yang mengalami sakit panas, dikarenakan meununggu
terlalu lama (Sumber:Youtube/Seputar Indonesia).

Melihat kelambanan pihak Lion Air serta kondisi para calon penumpang, akhirnya
pihak PT. Angkasa Pura II mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Langkah pertama, penumpang dari dua penerbangan yang memilik
kesamaan rute tujuan diberangkatkan bersama dengan satu pesawat lebih besar.
Langkah kedua, penumpang dapat pengembalian uang tiket. Langkah ketiga,
penumpang diinapkan di hotel agar diberangkatkan sejak Rabu malam. Direktur
Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi menjelaskan, penyaluran
pembayaran ganti rugi untuk para penumpang Lion Air terbagi dalam dua
tahapan. Tahap pertama, pembayaran untuk 250 penumpang Lion Air di terminal
3 dan tahap kedua, pembayaran atas 350 orang di terminal 1 Bandara Soekarno
Hatta, Tangerang.

Akhirnya pada hari Jumat, tanggal 20 Februari 2015, Head of Corporate Secretary
Lion Group, Dwiyanto Ambarhidayat angkat bicara atas nama perusahaan
mengaku meminta maaf sebesar-besarnya (liputan6.com).

"Ada tiga pesawat kami yang kena Foreign Object Damage pada Rabu pagi dan
hal ini menyebabkan rentetan jadwal penerbangan Lion menjadi terganggu
terlebih lagi rusaknya tiga pesawat tersebut tepat pada saat musim puncak libur
tahun baru Imlek."

Untuk mengantisipasi hal ini, menejemen Lion Air mengaku siap untuk mematuhi
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 mengenai ganti rugi penumpang.
19
Dwiyanto menuturkan pihak Lion Air tidak berdiam diri dan berusaha agar
masalah ini dapat diselesaikan serta penumpang dapat terbang secepatnya. Khusus
untuk bandara internasional Soekarnao Hatta, pihak Manajemen Lion Air
mengambil keputusan untuk mengatasi kekacauan yang terjadi di Bandara
Internasional Soekarno Hatta dengan membatalkan seluruh penerbangan yang
menurut jadwal diberangkatkan dari Bandara Soetta mulai pukul 17.00 WIB
hingga pukul 00.00 WIB. Hal ini diikuti dengan pemberian tawaran kepada calon
penumpang, untuk melakukan refund 100% tanpa ada potongan atau melakukan
re-booking. Di sisi lain, bagi para calon penumpang Lion Air yang ingin
bepergian pada hari Senin, Selasa dan Rabu (tanggal 23 sampai 25 Februari
2015) maka akan diberikan tiket gratis dengan menyebutkan kode booking
sebelumnya yang telah refund.

Pada hari yang sama (20/08/2015), Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, juga
mengungkapkan kronologis penyebab delay panjang yang terjadi sejak rabu
hingga hari jumat (tribunnews.com). Delay panjang tersebut telah menyebabkan
kurang lebih 2000 calon penumpang Lion Air terlunta-lunta. Menurut Edward
delay panjang tersebut diakibatkan oleh kerusakan tiga pesawatnya pada hari
Rabu, (18/2/2015). Pesawat tersebut yang dipersiapkan sebagai angkutan liburan.
Pada hari rabu pagi, adanya tiga pesawat yang mengalami kerusakan di Semarang
dikarenakan mesin. Di Jakarta, terdapat dua pesawat yang akan terbang ke
Denpasar mengalami kerusakan sehingga dapat dikatakan kondisi pesawat tidak
aman untuk digunakan. Sebelumnya memang beredar kabar apabila keterlambatan
pesawat Lion Air dikarenakan birds strike dan FOD. Hal ini diakui juga oleh
Ketua Indonesia Slot Coordinator (IDSC) Hemi Pamuhardjo. Birds stike atau
biasa juga disebut dengan bird hit atau bird aircraft strike hazard merupakan
tabrakan antara pesawat dengan hewan terbang seperti burung. Sedangkan
Foreign Object Debris (FOD) yaitu keberadaan benda-benda asing yang dapat
merusak mesin dan sistem pesawat, seperti puing dan partikel.

Tetapi masalah keterlambatan pesawat Lion Air ini tidak berhenti sampai disini.
Munculnya rumor yang beredar apabila pemerintah menganakemaskan maskapai
20
penerbangan Lion Air (Liputan6.com). Bermula dari bantuan dari PT. Angkasa
Pura II yang mengeluarkan dana sebesar 4 milliar untuk membantu pihak Lion Air
dalam menangani calon penumpang yang terlantar. Wakil Ketua Komisi VI DPR
Farid Alfauzi (22/02/2015) mempertanyakan langkah yang diambil oleh PT.
Angkasa Pura II. Hal ini dikarenakan PT. Angkasa Pura II dianggap melanggar
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang asuransi delay
pesawat. Farid Alfauzi juga mengatakan apabila pemberian dana bantuan kepada
Lion Air bukanlah kewajiban PT. Angkasa Pura II. Tetapi hal ini dibantah dengan
pendapat wakil presiden, Jusuf Kalla. Jusuf Kalla malah memberikan tanggapan
positif mengenai hal tersebut. Ini dikarenakan delay terjadi tepat pada hari libur
panjang Imlek yang menyebabkan kegiatan operasional Lion Air saat itu tidak
sanggup mengakomodir seluruh penggantian uang tiket penumpang. Pada saat
yang sama, PT.Angkasa Pura II memiliki cadangan kas, yang mampu
mengakomodir dana refund. Sehingga sudah sewajarnya PT. Angkasa Pura II
membantu. Selain itu, Kementerian Perhubungan juga membantah pemerintah
menganakemaskan Lion Air setelah peristiwa keterlambatan penerbangan yang
menyebabkan ratusan penumpang telantar. Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Kemenhub, Suprasetyo mengatakan, jika pihaknya telah memberikan sanksi
kepada Lion Air sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan dengan mengacu pada
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Selain itu, pinjaman dana refund dari PT. Angkasa Pura II juga menimbulkan
spekulasi apabila Lion Air mengalami kebangkrutan. Tapi spekulasi itu juga
dibantah oleh pihak Lion Air. Edward Sirait, selaku direktur umum Lion Air
mengatakan, kondisi keuangan Lion Air sampai saat ini masih baik (23/02.2015).
Sedangkan terkait pemakaian dana talangan, hal ini disebabkan bank – bank yang
tutup pada liburan panjang Imlek. Setelah bank dibuka, baru pihak Lion Air
menggunakan dananya sendiri. Dia juga mengatakan bahwa dari dana 4 miliar
rupiah yang disediakan, pihak Lion Air hanya menggunakan sebesar Rp.
526.000.000,00 (lima ratus dua puluh enam juta rupiah) dan sudah
mengembalikannya lagi kepada PT. Angkasa Pura II.
21
Beredarnya rumor ini, tidak terlepas dari peran Rusdi Kirana, pemilik Lion Air,
yang kini menjadi anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) saat ini.
Daniel Putut Kuncoro Adi selaku Direktur Bandara Lion Air mengatakan, meski
berstatus pemilik, namun Rusdi Kirana yang saat ini tidak ikut campur dalam
insiden ini. Rusdi Kirana hanya fokus kepada pemerintahaan pada saat ini dan
hanya berpesan agar permasalahan ini diselesaikan dengan baik.

Selain menghadapi rumor yang bereda, Lion Air juga mesti mengahadapi
tuntutan pelanggan yang merasa dikecewakan atas delay nya penerbangan
mereka. Kompesasi yang diberikan memang beragam, mulai dari refund
sepenuhnya, menyiapkan penginapan gratis untuk penumpang, kompensasi dana
Rp 300.000, dan re-booking/re-schedule. Beberapa calon penumpang Lion Air
merasa kompensasi yang diberikan tidak sebanding dengan kerugian yang diderita
penumpang. Bahkan, ada sebagian calon penumpang yang belum menerima
kompensasi dikarenakan terhambat dengan minimnya informasi dari pihak Lion
Air serta prosedur refund yang menyulitkan (Sumber: Youtube/Liputan6). Hal ini
memancing Adi Pratama, seorang netizen asal Yogyakarta yang prihatin atas
kasus Lion Air, membuat petisi yang ditujukan untuk pemerintah khususnya
pemilik Lion Air, Rusdi Kirana, menteri perhubungan, Ignasius Jonan, dan
Presiden, Joko Widodo. Petisi yang dibuat hari Jumat, tanggal 20 Februari 2015
ini pada dasarnya meminta adanya sanksi tegas atas maskapai yang bermasalah
tak terkecuali Lion Air. Petisi ini meminta ketegasan pemerintah dalam menindak
kasus Lion Air. Hal ini dikarenakan keterlambatan penerbangan selama 3 hari ini
tidak hanya merugikan waktu, tenaga , dan uang, tetapi memberikan nama buruk
kepada dunia penerbangan Indoenesia. Hal ini dikarenakan ada beberapa turis
asing yang ikut dalam penerbangan Lion Air. Petisi ini langsung disambut baik
dengan keikutsertaan 9000 netizen yang setuju akan petisi ini selama 3 hari.
Hingga saat ini petisi tersebut sudah didukung oleh 22.248 netizen.

Pada awalnya, Menteri Perhubungan mengatakan tidak akan memberikan sanksi


kepada pihak Lion Air dikarenakan hal tersebut sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Perhubungan nomor 77 (Sumber: news.detik.com). Tapi, pada tanggal 20
22
Februari 2015, Menteri Perhubungan, Jonan Ignasius, mengatakan bahwa pihak
Lion Air mendapat sanksi dalam bentuk teguran keras, dibuat secara tertulis oleh
Dirjen Perhubungan Udara, pembekuaan izin rute baru Lion Air untuk sementara
hingga pengurangan rute. Rencananya Kemenhub akan memanggil Lion Air
pekan depan terkait dengan audit yang akan dilakukan oleh pihak Kemenhub.
Pemanggilan itu terkait dengan standar prosedur operasional (SOP) pada
penumpang saat krisis dan pemeriksaan jumlah rute dengan pesawat dan kru yang
dimiliki Lion Air.

Akhirnya, pada tanggal 3 April 2015, akhirnya Kementrian Perhubungan


mengumumkan hasil audit mengenai kasus Lion Air. Direktur Jenderal
Perhubungan Udara, Suprasetyo mengungkapkan, dari hasil audit tersebut harus
melakukan beberapa perbaikan (liputan6.com). Perbaikan pertama yang harus
dilakukan Lion Air adalah tingkat komunikasi antar petugas dan kecepatan
memutuskan solusi. Suprasetyo mengatakan (Liputan6.com),

"Kalau ada pesawat rusak, informasikan ke terminal cek in area, segera


informasikan ke penumpang. Info ini yang paling penting demi kepastian. Kalau
delay info cepat, penumpang bisa pahami dan tidak kesal."

Suprasetyo juga memberikan instruksi apabila terjadi delay dan tidak bisa diatasi
dengan pesawat cadangan, manajemen Lion Air harus segera mengorbankan salah
satu penerbangan. Dalam hal pelayanan informasi, Lion Air diminta untuk
melengkapi petunjuk-petunjuk pelayanan. Misalnya, para penumpang dapat
menukarkan tiket, di mana penumpang dapat mengurus bagasi mereka. Hal itu
dinilai saat ini masih kurang. Sedangkan untuk jumlah pesawat dan crew , masih
dianggap cukup untuk selama setahun

Perumusan Masalah

Kasus delay pada maskapai penerbangan Lion Air pada tahun 2015 ini,
merupakan kasus delay terparah yang terjadi di Indonesia (Liputan6.com). Hal ini
dikarenakan rentang waktu delay yang mencapai waktu 3 hari, serta diperparah
23
dengannya minimnya informasi yang menimbulkan kekesalan dan kemarahan dari
penumpang. Dikutip dari website liputan6, Direktur Utama PT Angkasa Pura II ,
Budi Karya Sumadi mengatakan jika pihaknya telah menanggung seluruh
kemarahan para penumpang dari maskapai penerbangan Lion Air yang mengalami
keterlambatan. Selain itu, PT. Angkasa Pura telah mengahadapi tindakan anarkis
yang dilakukan oleh calon penumpang sampai menalangi dana refund tiket
penumpang. Sehingga bisa dikatakan, jika peristiwa delay pesawat Lion Air pada
saat itu merupakan kejadian yang luar biasa (extraordinary event).

Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dijabarkan


pelanggaran etika bisnis yang telah dilakukan pihak Lion Air dalam masalah ini,
yaitu :

Sering terjadinya keterlambatan penerbangan yang berjam jam pada maskapai


Lion Air, mengindikasikan kurangnya efektifitas kegiatan operasional maskapai
Lion Air yang memberikan dampak kepada calon penumpang. Menurut Undang
– Undang No.1 tahun 2009, keterlambatan adalah adalah terjadinya perbedaan
waktu antara waktu keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan
realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan. Menurut Bambang.S.Ervan ,
selaku Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementrian Perhubungan, mengatakan
bahwa toleransi batas waktu untuk keterlambatan penerbangan adalah 15 menit
(tempo.co). Berdasarkan data kementrian perhubungan, hampir sebagian
maskapai yang terkenal di Indonesia pernah mengalami keterlambatan. Dan
jumlah keterlambatan penerbangan terbanyak terjadi di Lion Air.

Sebelumnya kita mengetahui apabila Maskapai penerbangan Lion Air adalah


maskapai penerbangan yang menawarkan harga tiket lebih murah dibandingkan
dengan maskapai penerbangan yang lain. Bahkan Lion Air memiliki citra sebagai
pelopor penerbangan murah , Low Cost Carriers (LCC). Hal ini yang menjadikan
Lion Air mendapatkan tempat di hati masyarakat dengan semboyannya “We make
people fly”. Tetapi, hal ini juga mengindikasikan apabila Lion Air mesti dituntut
untuk efisien agar mampu memberikan keuntungan kepada pemilik serta tetap
24
menyajikan tiket murah. Efisiensi pada perusahaan dapat dianggap sesuatu yang
baik, tapi akan dianggap buruk apabila mengurangi efektifitas perusahaan.
Apalagi sampai merugikan salah satu pihak, yang dalam masalah ini adalah
penumpang.

Ketiadaan informasai yang diberikan pihak Lion Air kepada calon penumpang,
ketika terjadi masalah pada penerbangan yang menyangkut safety penumpang.
Hal ini dibuktikan dengan menumpuknya calon penumpang selama berjam – jam
di bandara , menunggu kepastian keberangkatan mereka. Beberapa pegawai Lion
Air menghindar serta menghilang sesaat terjadi keterlambatan penerbangan.
Adapun pegawai Lion Air yang tertangkap oleh calon penumpang, mengatakan
jika ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan tidak bisa memberikan solusi.

Lambatnya gerak pihak Lion Air dalam memberikan jasa pelayanan bagi calon
penumpang yang mengalami keterlambatan penerbangan, sehingga terkesan
adanya pembiaran dengan kondisi calon penumpang. Tidak adanya makanan ,
minuman, serta akomodasi yang diberikan oleh pihak Lion Air sebagai jasa
pelayanan atas keterlambatan penerbangan yang terjadi. Apabila merujuk pada
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2012, maka diketahui jika
keterlambatan penerbangan merupakan tanggung jawab maskapai. Dan maskapai
penerbangan wajib memberikan pelayanan, baik dalam bentuk makanan,
akomodasi, dan jasa re-booking, apabila terjadi keterlambatan penerbangan
dengan rentang waktu yang sudah ditentukan.

Terkait dengan kompensasi yang diberikan. Minimnya informasi yang diberikan


serta lambatnya koordinasi pada pihak Lion Air dalam memberikan kompensasi
kepada calon penumpang. Beberapa penumpang masih ada yang tidak tahu
mengenai kompensasi yang diberikan. Ada juga penangguhan pemberian
kompensasi karena menunggu koordinasi, sehingga terkesan lambat. Selain itu,
terdapat prosedur yang menyulitkan calon penumpang untuk mendapatkan
kompensasi yang telah dijanjikan.

25
Permasalahan kasus ini sebenarnya mulai terselesaikan ketika pihak Lion Air
mengambil langkah pertama untuk melakukan konferensi pers. Walaupun
terlambat, sudah hari ketiga sejak keterlambatan penerbangan, pihak Lion Air
bermaksud menjelaskan penyebab terjadinya keterlambatan selama berjam – jam
yang menyebabkan penumpukkan calon penumpang. Dengan alasan kerusakan
mesin dan mengutamakan keamanan serta keselamatan calon penumpang, pihak
Lion Air meminta maaf dan mengakui kesalahan mereka di khalayak publik.
Pihak Lion Air juga menjanjikan adanya kompensasi yang akan diterima oleh
calon penumpang sesuai undang – undang peraturan menteri Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 49 Tahun 2012. Selain pemberian informasi mengenai
penyebab keterlambatan pesawat dan pemberian kompensasi, pihak Lion Air juga
mengklarifikasi mengenai rumor pengaruh Rusdi Kirana, anggota Wantimpres
sekaligus pemilik maskapai penerbangan Lion Air, terhadap penanganan kasus
oleh pemerintah yang terkesan dibantu dan dianakemaskan. Pihak Lion Air
mengatakan Rusdi Kirana tidak mempunyai keterkaitan dengan peristiwa ini
karena sudah fokus pada urusan negara. Setelah konferensi pers, pihak Lion Air
segera mengambil langkah kedua , yaitu: pemberian kompensasi sekaligus
mengembalikan dana talangan yang dipinjamkan oleh PT. Angkasa Pura II.
Dilanjutkan dengan pengadaan audit dari Kemenhub terhadap maskapai Lion Air.
Yang menghasilkan beberapa saran perbaikan yang berkaitan dengan tingkat
komunikasi antar petugas, pengambilan keputusan atas kejadian – kejadian
penting, serta pemberian informasi.

Selain langkah – langkah pemecahan diatas, ada beberapa alternatif pemecahan


masalah yang sebenarnya dapat dilakukan oleh pihak Lion Air sebagai
penanggung jawab apabila terjadi keterlambatan penerbangan. Langkah –
langkahnya sebagai berikut :
1. Ketika adanya kemungkinan atau prediksi untuk terjadi keterlambatan
dikarenakan adanya kerusakan mesin atau masalah – masalah yang
berkaitan dengan teknis atau pun padatnya penerbangan bandar udara,
maka informasi tersebut haruslah secara cepat di informasikan kepada
26
karyawan – karyawan yang memiliki tugas langsung berhadapan dengan
calon penumpang. Hal ini dimaksudkan agar apabila keterlambatan
memang benar – benar terjadi, maka karyawan – karyawan ini mampu
memberikan penjelasan kepada calon penumpang. Selain itu, pemberian
informasi keterlambatan penerbangan juga termasuk dalam undang –
undang peraturan Menteri Perhubungan No. 49 tahun 2012 pada bagian 8
pasal 31. Pada dasarnya calon penumpang selaku konsumen , memang
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan jasa
atau produk yang dipilihnya (Weiss, 2009). Sehingga calon penumpang
berhak mengetahui apa yang terjadi dengan jasa yang digunakannya.

2. Apabila terjadi keterlambatan, maka karyawan Lion Air mestilah sigap


serta cepat dalam memenuhi kebutuhan calon penumpang, sehingga calon
penumpang tidak merasa ditelantarkan. Hal ini dikarenakan calon
penumpang memiliki hak yang mesti dipenuhi yang tertuang di peraturan
kementerian perhubungan no. 49 tahun 2012 mengenai kompensasi yang
menyatakan sebagai berikut :

a. Keterlambatan lebih dari 60 (enam puluh) menit sampai dengan 120


(seratus dua puluh) menit, badan usaha angkutan udara niaga
berjadwal wajib memberikan minuman dan makanan ringan (snack
box).
b. Keterlambatan lebih dari 120 (seratus dua puluh) menit sampai dengan
180 (seratus delan puluh) menit, badan usaha angkutan udara niaga
berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan (snack box),
makanan berat (heavy meal) dan memindahkan penumpang ke
penerbangan berikutnya, atau ke badan usaha angkutan udara lainnya,
apabila diminta penumpang
c. Keterlambatan lebih dari 180 (seratus delapan puluh) menit sampai
dengan 240 (dua ratus empat puluh) menit, badan usaha angkutan
27
udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan
(snack box), makanan berat (heavy meal) dan apabila penumpang
tersebut tidak dapat dipindahkan ke penerbangan berikutnya atau ke
badan usaha angkutan udara niaga lainnya, maka kepada penumpang
tersebut wajib diberikan fasilitas akomodasi untuk dapat di angkut
pada penerbangan hari berikutnya

Selain Peraturan Menteri Perhubungan diatas, ketentuan mengenai


tanggung jawab maskapai dimuat dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut
Angkutan Udara. Dimana pasal 2 huruf e menyatakan maskapai wajib
bertanggung jawab atas kerugian terhadap keterlambatan angkutan udara.
Sementara itu Pasal 9 menjelaskan, keterlambatan angkutan udara
mencakup keterlambatan penerbangan atau flight delayed, tidak
terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat atau denied
boarding passenger, serta pembatalan penerbangan.

3. Apabila terjadi keterlambatan secara besar – besaran yang memiliki


dampak besar terhadap penerbangan lainnya seperti pada kasus ini, maka
ada baiknya perusahaan Lion Air mengadakan konferensi pers untuk
menjelaskan kronologis terjadinya keterlambatan atau delay sekaligus
meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Sekaligus
mengklarifikasi berita – berita yang beredar di masyarakat mengenai kasus
keterlambatan penerbangan ini.

4. Berkaitan dengan kompensasi berbentuk refund atau pengembalian dana,


maka diharapkan tidak adanya prosedur yang sengaja menyulitkan calon
penumpang. Apabila hal ini terjadi, maka bisa saja Lion Air dianggap
tidak memiliki itikad baik dalam membayar haknya serta menambah
kekecewaan calon penumpang.

28
2.5 Solusi Keterlambatan Penerbangan Pesawat Lion Air

Keterlambatan penerbangan atau delay merupakan suatu kondisi yang ingin


dihindari oleh semua pihak baik itu dari sisi maskapai penerbangan sebagai
penyedia jasa transportasi penerbangan maupun calon penumpang sebagai
konsumennya. Dalam kasus Lion Air, keterlambatan penerbangan telah menjadi
penyakit yang akut yang merugikan banyak pihak. Tidak hanya maskapai dan
calon penumpang saja, tapi juga nama transportasi penerbangan Indonesia dimata
dunia khususnya turis asing. Maka dari itu butuh pencegahan agar dimasa yang
akan datang kejadian ini tidak terulang kembali. Tindakan pencegahan ini
membutuhkan semua pihak, dari Lion Air, pemerintah, dan masayarakat itu
sendiri. Tindakan tersebut antara lain :
1. Dari pihak Lion Air
Keterlambatan penerbangan hanyalah sebuah indikasi awal atas
ketidakberesan dalam manajemen operasional. Hal ini dikarenakan
adanya prinsip yang diyakini oleh pakar keamanan dunia jika insiden
kecil adalah sebuah simptom, atau gejala-gejala awal bahwa ada sesuatu
yang tak beres dalam manajemen keselamatan sebuah organisasi. Oleh
karena itu , perbaikan kinerja perusahaan menjadi langkah awal untuk
menghindari adanya peristiwa – peristiwa yang lebih besar lagi di dunia
penerbangan. Dimulai dari perubahan orientasi kerja yang lebih mengarah
pada safety management . Memang sudah seharusnya pengelolaan
keamanan produk atau jasa menjadi prioritas pertama dalam perusahaan
(Weiss, 2009). Apalagi Lion Air merupakan perusahaan yang
menyediakan jasa penerbangan, dimana keselamatan dan keamanan adalah
faktor utama dalam maskapai penerbangan.
Setelah manajemen operasional, sumber daya manusia, baik pilot,
pramugari, teknisi, dan ATC atau Air Traffic Control haruslah
diperhatikan. Pada tahun 2013, perusahaan Lion Air membeli pesawat
sebanyak 230 buah dengan unit harga satuannya sebesar Rp 700 milyar
pasca pembelian boeing 737 seri 900 ER pada beberapa bulan sebelumnya.
29
Mengingat kurangnya tenaga kerja ahli dan profesional dibidang ini di
Indonesia, maka dikhawatirkan adanya fenomena kerja “ekstra” di antara
karyawan Lion Air. Lebih lanjut lagi, dikhawatirkan dengan adanya kerja
“ekstra” ini akan memberikan dampak pada penurunan stamina karyawan
khususnya pilot, yang pasti merujuk pada Human Error. Human Error
adalah faktor penyumbang terbesar pada kecelakan ataupun peristiwa di
penerbangan (60%). Maka dari itu, kesejahteraan, keselamatan dan
kenyamanan karyawan dalam bekerja menjadi suatu yang mesti
diperhatikan.

2. Dari Pihak Pemerintah


Perlunya pengawasan dan regulasi yang baik dari pemerintah agar
kejadian keterlambatan penerbangan atau delay selama 3 hari berturut –
turut ini tidak akan terulang kembali. Hal ini dikarenakan adanya
kewajiban maskapai penerbangan untuk mentaati segala SOP dan aturan
yang ditetapkan pemerintah, yang dalam konteks ini adalah Kementrian
Perhubungan.
Selain itu hindari adanya sikap tebang pilih. Apabila dibandingkan dengan
sikap pemerintah yang keras dan cepat dalam menangani kasus Air Asia,
maka akan terlihat sikap pemerintah yang cenderung pasif dan sedikit acuh
tak acuh dalam kasus Lion Air. Belum lagi pemerintah juga terlihat
‘membantu’ dengan memberikan dana talangan kepada Lion Air.
Dikhawatirkan, tindakan pemerintah ini tidak akan menimbulkan efek jera
kepada maskapai penerbangan tertentu.

3. Dari Pihak Masyarakat


Walaupun sudah ada pengawasan dari pihak pemerintah, tetapi
pengawasan dari pihak masyarakat tetap menjadi instrumen penting.
Pemberian petisi yang dilakukan netizen asal Yogyakarta, Adi Pratama,
merupakan salah satu bentuk pengawasan terhadap kasus penerbangan ini.
Pengawasan dari masyarakat diperlukan ketika pengawasan dari
30
pemerintah dianggap ‘longgar’. Sehinngga diperlukan sistem pengawasan
lain, yang membuat maskapai penerbangan tidak melakukan asal sesuai
kehendak sendiri. Selain pengajuan petisi, adanya pengaduan masyarakat
serta saran dan kritik terhadap maskapai penerbangan adalah bentuk dari
kontrol masyarakat. Diharapkan tindakan dari ketiga pihak ini akan
mewujudkan sistem transportasi angkutan udara yang mampu menjamin
keamanan, keselamatan, serta kenyamanan kepada calon penumpang,
sehingga kasus seperti ini tidak terjadi kembali.

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap negara memiliki wilayah kedaulatan sendiri-sendiri. Wilayah suatu


negara sebagai suatu ruang, tidak saja terdiri atas daratan atau tanah tetapi juga
perairan dan wilayah udara. Secara rinci bagian-bagian dari wilayah suatu negara
meliputi wilayah daratan termasuk tanah dibawahnya, wilayah perairan, dan
wilayah ruang udara dan ruang angkasa.
Masalah yang mungkin timbul karena adanya penerbangan internasional
adalah apabila terjadi kecelakaan yang melibatkan negara-negara yang memiliki
kedaulatan masing-masing wilayah. Dalam penerbangan antar negara apabila
terjadi suatu kecelakaan pesawat akan melibatkan berbagai pihak, diantaranya
negara pesawat (state of registry), negara tempat jatuhnya pesawat (state of
occurrence), negara pembuat pesawat/negara pabrik (state of desing and
manufacture), ICAO (International Civil Aviation). Dari kecelakaan tersebut
maka timbul hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang terlibat. Hak dan
kewajiban tersebut menimbulkan kewenangan dan tanggung jawab negara-negara.
Maka oleh karena itu maka dibutuhkan kebangsaan suatu pesawat untuk lebih
mudah mengenal pemilik dan tempat asal pesawat tersebut serta memudahkan
informasi satelit radio berkomunikasi atau memberikan informasi.

32
4.2 Saran

Pentingnya peraturan tentang penerbangan negara-negara di dunia melahirkan


Konvensi-Konvensi Internasional tentang penerbangan sipil Internasional
diantaranya Convention Relating to The Regulation of Air Navigation (Paris
Convention 1919), Convention on International Civil Aviation (Chicago
Convention 1944), Convention for The Unification of Certain Rules Relating to
International Carriage by Air 1929 (Warsawa Convention 1929) dan Convention
on Damage Caused by Foreing Aircraff to third Parties on Surface (Roma
Convention 1952), kami rasa pesawat itu perlu menerapkan ini semua demi
maskapai yang damai, dan nyaman.
Pemerintah seyogyanya memperhatikan permasalahan ini, karena kebutuhan
akan penggunaan pesawat terbang dalam perkembangannya dewasa ini sudah
bukan merupakan hal yang exclusive, namun sudah merupakan kebutuhan primer
bagi mobilitas umat manusia, sehingga pembiayaan kredit bagi perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang usaha air traffic carrier sangat terbuka luas
dan memberikan tantangan peluang usaha kedepan. Sehingga pemerintah dituntut
untuk segera mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang tata cara pengikatan
pesawat terbang dan helikopter.
Demikian pula untuk pelaku usaha perbankan di tanah air, agar
segera mendapatkan kepastian dalam mengakomodir tantangan dan peluang
kedepan dalam melakukan pembiayaan terhadap usaha air traffic carrier sehingga
kedepan tidak ada hambatan regulasi untuk membiayai kredit jasa air traffic
carrier tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

BUKU_BUKU :
Mieke Komar Kontaatmadja.1989.Hukum Udara Dan Angkasa. Remaja
Karya.Bandung.
Suherman. 1978 . Hukum Udara Indonesia dan Internasional. Alumni
Bandung.
Junaidi Indrawadi, 2006. Hukum Internasional. Proyek Sitem Penyusunan
Program Pedoman Dan Penerbangan. Jakarta.

BLOGER WEB’s :
International Civil Aviation Organization (ICAO) Hari Selasa 1 November
2011 ; Jam 20.33 WIB.
IlmuTerbang. Com Hari Rabu 2 November 2011; 19.12 Wib.

PERUNDANG_UNDANGAN :
Undang-undang NO 1 Tahun 2009. Tentang Penerbangan.
Undang –undang No 15 tahun 1992 tentang penerbangan.
Peraturan pemerintah No 3 tahun 2001.

Buntut Kasus Delay, Ini Hasil Audit Kemenhub Soal Lion Air, yang diunduh pada
tanggal 22 April 2015 di website
http://bisnis.liputan6.com/read/2207080/buntut-kasus-delay-ini-hasil-audit-
kemenhub-soal-lion-air
Cerita di Balik Delay Lion Air yang Kacaukan Bandara Soetta, yang diunduh
pada tanggal 23 April 2015 di website
http://bisnis.liputan6.com/read/2178839/cerita-di-balik-delay-lion-air-yang-
kacaukan-bandara-soetta
Delay Lion Air Terparah bagi Angkasa Pura II, yang diunduh pada tanggal 22
April 2015 di website http://bisnis.liputan6.com/read/2179586/delay-lion-air-
terparah-bagi-angkasa-pura-ii
34
Delay Parah, Ini Sanksi yang Diberikan ke Lion Air, yang diunduh pada tanggal
22 April 2015 di website http://bisnis.liputan6.com/read/2179998/delay-
parah-ini-sanksi-yang-diberikan-ke-lion-air
Ini Penyebab Delay Panjang Versi Lion Air, yang diunduh pada tanggal 23 April
2015 di website http://m.tribunnews.com/bisnis/2015/02/20/ini-penyebab-
delay-panjang-versi-lion-air
JK: Dana Talangan Refund Lion Air, yang Punya Cash Angkasa Pura, yang
diunduh pada tanggal 22 April 2015 di website
http://news.liputan6.com/read/2180216/jk-dana-talangan-refund-lion-air-
yang-punya-cash-angkasa-pura

35

Anda mungkin juga menyukai