ANALISIS KASUS
Berdasarkan dari kasus yang telah diamati tersebut diatas, dapat diketahui
bahwa jenis produk dari kedua merek yang memiliki memiliki sengketa
dikarenakan adanya kemiripan nama dan kemiripan pada pokoknya yang mana
memiliki kesamaan peruntukan antara Oskadon dan Oskangin sama-sama
merupakan produk obat sakit kepala. kata Oska yang digunakan pada merek
obat sakit kepala Oskangin memang sangat mirip dengan merek Oskadon.
Kesamaan-kesamaan seperti ini memang mengindikasikan adanya itikad tidak baik
dari pihak Oskangin karena cenderung menjiplak atau meniru merek Oskadon
yang keberadaannya sudah lebih dahulu dan telah dikenal oleh masyarakat luas
dibandingkan dengan Oskangin.
Pembatalan merek Oskangin oleh majelis hakim memang merupakan
keputusan yang sudah tepat. Hal ini dilakukan dengan dasar sebab yang jelas baik
dari aspek perizinan dan tampilan visualnya. Merek Oskadon telah lebih dahulu
terdaftar sebagai merek dagang yang sah dan dilindungi Undang-Undang, dalam
hal ini Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Merek obat Oskadon ini juga telah
lama dikenal dan dipasarkan serta diiklankan di masyarakat. Sedangkan Oskangin
yang baru terdaftar pada tahun 2010. Oskangin diduga memiliki maksud tidak baik
dengan memakai unsur kata Oska, yaitu memanfaatkan popularitas dari merek
Oskadon demi memudahkan promosi agar lebih cepat dapat dikenal dengan
menyandang kesamaan merek dengan produk Oskadon yang sudah lebih dahulu
dikenal di masyarakat luas.
SOLUSI KASUS :
ketentuan UU No. 15 tahun 2001 menggunaka Pengadilan Niaga sebagai
lembaga untuk menyelesaikan sengketa merek. Penyelesaian sengketa merek yang
dilakukan ke Pengadilan Niaga ini dimaksudkan agar pemeriksaan perkara merek
dapat berjalan secara lebih cepat.
UU No. 15 Tahun 2001 tentang merek telah memberikan ketentuan-
ketentuan tentang penyelesaian sengketa dibidang merek, upaya penyelesaian
sengketa dibidang merek dapat ditempuh melalui penyelesaian litigasi (jalur
pengadilan) atau non litigasi (penyelesaian diluar pengadilan). Penyelesaian
sengketa merek juga bisa dilakukan dengan jalur damai atau negosiasi yang dapat
disepakati oleh kedua pihak (antara penggugat dan tergugat).
Agar penyelesaian sengketa merek didasarkan pada itikad baik maka, faktor
faktor yang menghambat penerapan itikad baik (Faktor Yuridis, Faktor Budaya
Hukum, Faktor Psikologis, Faktor Edukasi) dapat dihapuskan dan faktor faktor
yang mendorong penerapan itikad baik (Faktor Psikologis, Faktor Ekonomi,
Faktor Hukum) dapat dijalankan.