Anda di halaman 1dari 7

KASUS PELANGGARAN HAK MEREK OSKADON DAN OSKANGIN

Mata Kuliah:
Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Kelas I)

Disusun Oleh:
1. Devita Ayu Maharani 11000117120027
2. Safira Fauziyyah Prabowo 11000117120046
3. Ayu Lestari 11000117120049
4. Sarah Nurul Hidayah 11000117120050
5. Nurul Aini Kamal 11000117120053

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
Kasus Pelanggaran Hak Merek

Merek merupakan identitas atau tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang satu
dengan perusahaan lain dalam hal produk yang dipasarkan di masyarakat. Menurut Pasal 1 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016, Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi
dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Fungsi merek salah satunya untuk membedakan suatu
produk dengan produk lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai
harganya, khususnya untuk merek-merek yang berpredikat sudah terkenal.
Sebuah merek dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena melalui merek
produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan
bahwa suatu produk tersebut original. Melalui merek sebuah perusahaan telah membangun suatu
karakter terhadap produk-produk, yang diharapkan akan dapat membentuk reputasi bisnis yang
meningkat atas penggunaan merek tersebut. Upaya pemilik merek untuk mencegah pemakaian
mereknya oleh pihak lain merupakah hal yang sangat penting dan patut dilindungi oleh hukum.
Seperti pada kasus yang akan kami angkat di dalam tulisan ini yaitu mengenai kasus yang
terjadi antara PT Supra Ferbindo Farma atau yang biasa kita kenal dengan produk Oskadon ini
mengajukan surat gugatan ke Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 22 Juni 2011
terhadap produk yang bermerek Oskangin.
Kronologis Kasus:
PT Supra Ferbindo Farma, perusahaan farmasi yang memproduksi obat bermerek
Oskadon, menggugat merek Oskangin milik seorang pengusaha bernama Widjajanti Rahardja di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Permasalahannya, anak perusahaan PT Tempo Scan Pacific Tbk
ini menganggap merek Oskangin memiliki ‘persamaan pada pokoknya’ dengan produk-produk
Supra Ferbindo yang banyak memakai kata ‘Oska’.
Kuasa hukum Supra Ferbindo, Ludiyanto, mengklaim kliennya mempunyai hak eksklusif
atas merek-merek yang mengandung kata ‘Oska’. Produk-produk itu pun sudah didaftarkan ke
Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) sejak tahun 1987, Sedangkan
Oskangin baru terdaftar sejak 1 Juni 2010.
Merek-merek yang didaftarkan selain Oskadon yaitu ada merek Oskadon SP, Oskadryl,
Oskamag, Oskasal, Oskamo, dan Oskavit. Merek-merek ini, menurut Ludiyanto, sudah akrab di
telinga masyarakat. Ludiyanto mengatakan "Jika ada produk diawali kata 'Oska', langsung
dianggap milik Supra Ferbindo".
Guna membuat masyarakat lekat dengan nama produk yang mengandung kata 'Oska' itu
tidaklah mudah. Supra Ferbindo mengaku harus mengeluarkan ongkos besar dan waktu selama 20
tahun guna mempromosikan produk-produk tersebut.

Analisis Kasus:
Hal ini dikarenakan Oskangin menggunakan frasa kata ‘Oska’ yang merupakan identitas
produk PT Supra Ferbindo seperti Oskradryl, Oskamag, Oskasal, Oskamo dan Oskavit. Produk-
produk tersebut sudah didaftarkan oleh PT Supra Ferbindo ke Direkrtorat Jenderal (Ditjen) Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI) sejak tahun 1987. Sebelumnya merek Oskangin telah didaftarkan
Widjajanti Rahardja pada tanggal 1 Juni 2010, tetapi Widjajanti membantah jika merek Oskangin
memiliki permasalahan pada kata ‘Oska’ dengan merek Oskadon.
Oskadon menggugat Oskangin ke Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat karena adanya
iktikad tidak baik dari Oskangin yang dilihat atas dasar pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001, yang berbunyi “merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh
pemohon yang beritikad tidak baik.” Dalam penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa pemohon
kepemilikan merek harus beritikad baik yaitu dengan mendaftarkan mereknya secara layak dan
jujur tanpa apapun untuk meniru atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan
usahanya yang mengakibatkan kerugian pada pihak lain atau menimbulkan persaingan curang,
mengecoh dan atau menyesatkan konsumen.
Dapat disimpulkan dalam kasus ini jika dilihat dari pasal tersebut, Oskangin diduga
memiliki maksud tidak baik dengan memakai unsur kata ‘Oska’, yangmana memanfaatkan
popularitas dari merek Oskadon demi memudahkan promosi agar lebih cepat mendapat banyak
konsumen di pasaran. Dari hal tersebut dapat diketahui ada unsur kesengajaan dalam meniru merek
dagang yang sudah dikenal itu.
Ketentuan pasal 6 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yaitu permohonan harus ditolak
oleh Direktorat Jenderal HKI apabila merek tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis
yang sudah dikenal
Dari bunyi pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dirjen HKI melanggar ketentuan pasal itu,
dimana ia sudah mengumumkan Oskangin dalam berita resmi merk dengan No. IDM000249832
kelas barang : NCL9 05. Padahal sebelumnya, sudah ada merek dari Oskadon yang sudah terdaftar
terlebih dahulu, akan tetapi Dirjen HKI tidak menolak permohonan atas merek dari Oskangin yang
dimana mempunyai persamaan pada pokoknya dengan pihak Oskadon.
Adanya pihak yang bermaksud beriktikad tidak baik dalam proses perindustrian, yang
mana menirukan nama dari produk lain yang telah terkenal, dalam hal ini aparat penegak hukum
sangat berpengaruh dalam pemutusan sengketa antara pihak Oskadon dan Oskangin. Dalam kasus
ini, Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan atas Oskadon serta
memerintahkan Oskangin untuk mencabut nama tersebut. Selain itu juga Oskangin atau pihak
tergugat mendapatkan hukuman untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 491.000,- (empat ratus
sembilan puluh satu ribu rupiah). Berdasarkan bukti pada persidangan, merek Oskadon telah
dipromosikan secara besar-besaran sudah sejak lama. Sedangkan Oskangin baru terdaftar sejak 1
Juni 2010. Selain itu, UU Merek di Indonesia menganut asas konstitutif, dimana ditegakkannya
asas: “prior in tempora nelior in jure” yang berarti siapa yang pertama kali mendaftar, maka dia
yang berhak mendapat perlindungan hukum (the first to file principle), dengan demikian maka
Penggugat/ PT Supra Ferbindo Farma selaku Pemilik Hak Eksklusif dan Pendaftar Pertama (first
to file) di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan hukum atas penggunaan merek-
mereknya tersebut. Alasan lain majelis membatalkan merek Oskangin karena merek tersebut
mengandung unsur kata ‘Oska’ yang mendominasi unsur kata Oskadon dan secara visual bisa
terlihat persamaan antara Oskadon dan Oskangin yang berarti melanggar Ketentuan Pasal 6 UU
Merek.

Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis:
Tidak jauh berbeda dengan ketentuan pasal yang telah dilanggar dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001. Jadi berdasarkan kasus tersebut, Oskangin tetap kalah karena memang ia
telah beritikad tidak baik dengan membonceng nama dari merek yang sudah terkenal. Dapat dilihat
dari Pasal 21 ayat 1 yaitu Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan:
a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis;
b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi
persyaratan tertentu; atau
d. Indikasi Geografis terdaftar.
Tetapi Dirjen HKI meloloskan merek Oskangin yang menimbulkan terjadinya pelanggaran pada
Pasal 21 ayat 1 tersebut, Sehingga penggugat mengajukan gugatan yang didasari pada Pasal 83
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016.
Kesimpulan:
Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa terjadi pelanggaran merek dari Oskangin terhadap
Oskadon, dimana Oskangin menggunakan unsur kata ‘Oska’, yang merupakan ciri atau identitas
dari produk PT Supra Febrindo Farma antara lain Oskadon, Oskradryl, Oskamag, Oskasal,
Oskamo dan Oskavit. Hal ini menjadikan Oskangin dianggap memanfaatkan popularitas dari
merek Oskadon untuk memudahkan promosi dan memenuhi pangsa pasar Indonesia.
Merek Oskadon sendiri sudah terdaftar terlebih dahulu sebagai merek dagang yang sah
sejak tahun 1987, sedangkan Oskangin baru terdaftar pada tanggal 1 Juni 2010. Dalam hal ini
terdapat kesalahan dari Dirjen HKI yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pada Pasal 6
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dimana telah meloloskan pendafataran merek atas
Oskangin, Padahal UU Merek di Indonesia menganut asas konstitutif, dimana ditegakkannya asas:
“prior in tempora nelior in jure” yang berarti siapa yang pertama kali mendaftar, maka dia yang
berhak mendapat perlindungan hukum (the first to file principle), dengan demikian maka
Penggugat/ PT Supra Ferbindo Farma selaku Pemilik Hak Eksklusif dan Pendaftar Pertama (first
to file) di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan hukum atas penggunaan merek-
mereknya tersebut.
Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek di http://www.gmf-aeroasia.co.id/wp


-content/uploads/bsk-pdf manager/15_UU_NO_15_TAHUN_2001_TENTANG_MEREK
.PDF (di akses 20 Maret 2019)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 di http://www.dgip.go.id/images/ki-images/pdf-


files/uu_pp1/UU%20no%2020%20tahun%202016%20tentang%20Merek1.pdf (di akses
21 Maret 2019)

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di


https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/df52354f2ae704f9c0a90fa9
0f6b6889/pdf (di akses 20 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai