Anda di halaman 1dari 3

CONTOH KASUS:

PT Supra Ferbindo Farma, perusahaan farmasi yang memproduksi obat bermerek Oskadon, menggugat
merek Oskangin milik seorang pengusaha bernama Widjajanti Rahardja di Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. Persoalannya, anak perusahaan PT Tempo Scan Pacific Tbk ini menganggap merek Oskangin
memiliki 'persamaan pada pokoknya' dengan produk-produk Supra Ferbindo yang banyak memakai kata
'Oska'.

Kuasa hukum Supra Ferbindo, Ludiyanto, mengklaim kliennya mempunyai hak eksklusif atas merek-
merek yang mengandung kata 'Oska'. Produk-produk itu pun sudah mereka daftarkan ke Direktorat
Jenderal (Ditjen) Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) sejak tahun 1987, Sedangkan Oskangin baru terdaftar
sejak 1 Juli 2010.

Merek-merek yang didaftarkan, selain Oskadon, ada juga merek Oskadon SP, Oskadryl, Oskamag,
Oskasal, Oskamo, dan Oskavit. Merek-merek ini, menurut Ludiyanto, sudah akrab di telinga masyarakat.
"Jika ada produk diawali kata 'Oska', langsung dianggap milik Supra Ferbindo," ujar Ludiyanto, akhir
pekan lalu.

Guna membuat masyarakat lekat dengan nama produk yang mengandung kata 'Oska' itu tidaklah
mudah. Supra Ferbindo mengaku harus mengeluarkan ongkos besar dan waktu selama 20 tahun guna
mempromosikan produk-produk tersebut.

E. PEMBAHASAN DARI KASUS TERSEBUT:

Oskadon merupakan salah satu obat sakit kepala yang sudah cukup lama beredar di Indonesia.
Masyarakat Indonesia pun sudah tidak asing lagi jika mendengar merek obat sakit kepala yang satu ini.
Slogan “Oskadon Memang Oye!” ternyata bukan hanya suatu slogan kosong belaka. Hal ini terbukti saat
Oskadon mengajukan gugatan ke pengadilan. Merek obat sakit kepala ini ternyata tidak terkalahkan
melawan obat sejenis dengan merek Oskangin. Oskadon telah menggugat merek Oskangin di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Hasilnya hakim mengabulkan permohonan tersebut serta
memerintahkan Oskangin mencabut nama tersebut.

Di dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi “Merek tidak
dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik. dalam
Penjelasan Pasal 4 tersebut menyatakan bahwa Pemohon kepemilikan merek harus beritikad baik, yaitu
dengan mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa apa pun untuk membonceng, meniru atau
menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak
lain atau menimbulkan persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.

Menurut majelis hakim, berdasarkan bukti merek Oskadon telah dipromosikan secara besar-besaran
sudah sejak lama. Sedangkan Oskangin baru terdaftar sejak 1 Juli 2010. Majelis juga beralasan
membatalkan merek Oskangin karena merek tersebut mengandung unsur kata 'Oska' yang
mendominasi unsur kata Oskadon. Maka Oskangin telah mendaftarkan merek Oskangin dengan berniat
membonceng ketenaran merak Oskadon.

Selain itu, kata 'Oska' telah digunakan sebaagai merek Oskadon dan terlebih dahulu dibanding Oskangin.
Hakim juga melihat secara visual antara kedua merek tersebut memiliki persamaan pada pokoknya.

Dapat disimpulkan dalam kasus tersebut jika dilihat dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 Tentang Merek Oskangin diduga memiliki maksud tidak baik dengan memakai unsur kata “Oska”,
yaitu memanfaatkan popularitas dari merek Oskadon demi memudahkan promosi agar lebih cepat
mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Dan hal tersebut patut diketahui bahwa ada unsur
kesengajaan dalam meniru merek dagang yang sudah dikenal tersebut.

Ketua majelis hakim Marsudin Nainggolan dalam sidang di PN Jakpus mengabulkan permohonan
penggugat dan membatalkan merek Oskangin. Menanggapi putusan ini, kuasa hukum Oskadon “Nur
Hatimah’ mengaku senang. Sebab putusan hakim seperti yang diharapkan oleh kliennya. Sementara
kuasa hukum Oskangin, Irawan Adnan mengaku kecewa dan akan mengajukan kasasi.

F. ANALISIS KASUS

Berdasarkan kasus tersebut, diketahui bahwa jenis produk dari kedua merek yang memiliki sengketa
sama-sama merupakan obat sakit kepala. Penggunaan kata “Oska” pada merek obat sakit kepala
Oskangin memang sangat mirip dengan merek Oskadon. Kesamaan-kesamaan seperti ini memang
mengindikasikan adanya itikad tidak baik dari pihak Oskangin karena cenderung menjiplak atau meniru
merek Oskadon yang sudah terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas.

Pembatalan merek Oskangin oleh majelis hakim memang sudah merupakan keputusan yang tepat. Hal
ini dilakukan dengan dasar sebab yang jelas baik dari aspek perizinan dan tampilan visualnya. Merek
Oskadon telah terlebih dahulu terdaftar sebagai merek dagang yang sah dan dilindungi Undang-Undang,
dalam hal ini Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Sedangkan Oskangin baru terdaftar pada tahun
2010. Oskangin diduga memiliki maksud tidak baik dengan memakai unsur kata “Oska”, yaitu
memanfaatkan popularitas dari merek Oskadon demi memudahkan promosi agar lebih cepat mendapat
tempat di hati masyarakat Indonesia. Namun, masyarakat yang cerdas tentu dapat menilai originalitas
dari kedua merek tersebut. Merek manakah yang meniru (plagiat) dan merek manakah yang ditiru.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kasus pelanggaran merek dagang Oskangin terhadap merek dagang Oskadon ini merupakan salah
satu contoh nyata yang memberi pelajaran bagi para pengusaha agar sangat hati-hati dalam membuat
suatu merek dagang. Perlu dipastikan bahwa merek dagang yang dibuat tidak mengandung kemiripan
atau kesamaan dengan merek dagang yang sudah terdaftar sebelumnya.

Cara-cara promosi dan branding dari suatu produk yang melanggar hak cipta (dalam hal ini hak merek
dagang) merupakan cara yang salah dan tidak dibenarkan dalam hukum perindustrian di Indonesia.

Pihak perusahaan pun diharapkan lebih kreatif lagi mencari nama untuk merk nya sendiri, tidak akal-
akalan mengambil nama yang mirip. Meskipun beda, jatuhnya seperti terkesan ingin mendompleng
suatu nama yang sudah terkenal karena agak mirip dan memanfaatkan orang yang tidak hati-hati
membacanya.

Anda mungkin juga menyukai