Anda di halaman 1dari 3

CONTOH

pemberian lisensi hak cipta dan merek minuman penyegar Cap Kaki Tiga dari perusahaan
Singapura Wen Ken Drug Company (Wen Ken) kepada perusahaan nasional PT. Sinde Budi
Sentosa (Sinde). Wen Ken adalah produsen obat-obatan Cina tradisional dan obat-obatan lainnya
dengan merek Three Legs (Kaki Tiga). Salah satu produk Wen Ken adalah Three Legs Cooling
Water dengan gambar seekor badak pada labelnya. Untuk memasuki pasar Indonesia, pada tahun
1978 Wen Ken melakukan kerja sama dengan Sinde dengan memberikan lisensi merek “Cap
Kaki Tiga” kepada Sinde di wilayah Indonesia. Sinde sejak tahun 1980 memproduksi,
mendistribusikan, dan memasarkan minuman Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga di wilayah
Indonesia. Perjanjian lisensi tersebut kemudian didaftarkan Sinde di Direktorat Merek, Ditjen
HKI, Departemen Hukum dan HAM tanggal 7 Juli 2008. Setelah 30 tahun kerja sama antara
Wen Ken dengan Sinde berjalan dengan baik, Wen Ken dengan surat bertanggal 4 Februari 2008
memutus perjanjian lisensi secara sepihak. Alasan Wen Ken melakukan hal tersebut adalah
karena Sinde tidak membayar royalti dan tidak menyampaikan laporan produksi dan penjualan
produk secara periodik, serta menghilangkan Logo Kaki Tiga dari kemasan produk.

Wen Ken meminta Sinde untuk tidak lagi memproduksi minuman penyegar merek Cap
Kaki Tiga mulai tanggal 7 Februari 2008 dan mengajukan beberapa gugatan pada Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai pembatalan merek dan hak cipta yang
berkaitan dengan produk minuman penyegar Cap Kaki Tiga yang telah didaftarkan oleh Sinde
dan Komisaris Utamanya, BY. Salah satu gugatan tersebut adalah gugatan pembatalan Sertifikat
Pendaftaran Hak Cipta No. 015649 tentang Logo Cap Kaki Tiga dengan Lukisan Badak yang
terdaftar atas nama Wen Ken, Sinde, dan BY. Dalam gugatannya, Wen Ken (penggugat)
memohon kepada Pengadilan Niaga untuk menetapkan bahwa dialah satu-satunya pencipta dan
atau pemegang hak cipta atas Lukisan Badak pada kemasan minuman larutan penyegar Cap Kaki
Tiga dan membatalkan pendaftaran atas nama Sinde (tergugat I) dan BY (tergugat II) serta
mencoret kedua nama tersebut dari Sertifikat Pendaftaran Hak Cipta No. 015649 pada Daftar
Umum Ciptaan.1

Analisis menurut hukum positif

1
Hesty D Lestari, “Kepemilikan Hak Cipta Dalam Perjanjian Lisensi Kajian Putusan Mahkamah Agung Nomor 104
Pk/Pdt.Sus/2011,” Jurnal Yudisial 6, no. 2 (2013): 173–88.
Berdasarkan uraian kasus diatas, penggugat ( Wen Ken Drug ) keberatan terhadap
penggunaan Logo Badak yang dilakukan oleh Tergugat (PT. Sinde Budi Sentosa) yang
digunakan dalam produk minuman yang diproduksi oleh Tergugat. Alasan wen ken menggugat
PT. Sinde karena Sinde tidak membayar royalti dan tidak menyampaikan laporan produksi dan
penjualan produk secara periodik, serta menghilangkan Logo Kaki Tiga dari kemasan produk.
Perlu diketahui bahwa terhadap logo Badak tersebut selain sengketa hak cipta (Putusan Nomor
28/ hak cipta/ 2010/ PN. Niaga. JKT. PST. Jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor 766 K/ Pdt
Sus/ 2010) terdapat juga sengketa merek (Putusan Nomor 29/ merek/ 2010/ PN. Niaga. JKT.
PST. Jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor 767 K/ Pdt Sus/ 2010). Dalam sengketa merek
tersebut Penggugat (WKD) keberatan dengan penggunaaan dan pendaftaran lukisan Badak oleh
Tergugat (SBS) karena lukisan tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
Terkenal Cap Kaki Tiga yang terdapat Lukisan Badak milik Penggugat. Dalam sengketa hak
cipta (Putusan No. 28 hak cipta/ 2010/PN. Jkt.Pst Jo. Putusan 766 K Pdt Sus 2010) Objek :
Lukisan Badak 028036 dan 027523 Penggugat menyatakan bahwa dia adalah yang pertama kali
mengumumkan lukisan Badak tersebut yang digunakan dalam perdagangan larutan penyegar
yang melekat pada merek Cap Kaki Tiga. Pernyataan ini memperjelas peruntukan dari lukisan
Badak sebagai merek atau dengan kata lain komersialisasi dilakukan bukan terhadap lukisan
Badak namun terhadap produk minuman yang diproduksi oleh Penggugat. Dalam sengketa
merek(Putusan No. 29 merek/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst. Jo. Putusan 767 K Pdt Sus 2010)Objek :
“Merek Lukisan Badak” Penggugat berargumen bahwa merek Cap Kaki Tiga dengan lukisan
Badak adalah satu kesatuan yang merupakan merek milik Penggugat sehingga Penggugat
(WKD) keberatan dengan penggunaaan dan pendaftaran lukisan Badak oleh Tergugat (SBS)
yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan lukisan Badak milik Penggugat.2

MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM

2
Issha Haruma, “Kasus Hak Cipta,” Kompas.Com, 2022,
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/23/01350081/contoh-kasus-hak-cipta.
Hukum islam memandang kasus ini sama saja dengan mencuri hak orang lain dan
diharamkan Oleh karena itu, dalam Islam, hak merek harus dilindungi dan dihormati, dan
pelanggaran hak merek dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam. Dalam Islam, pelanggaran hak merek dagang termasuk dalam tindak
kejahatan (jarimah), sehingga dapat dikenakan sanksi. Dalam perspektif hukum Islam, merek
diakui sebagai sesuatu yang bernilai material dan harus dilindungi sebagai hak kekayaan
intelektual. Oleh karena itu, Islam memandang merek sebagai harta yang wajib dilindungi
kepemilikannya.3

DAFTAR PUSTAKA

Haruma, Issha. “Kasus Hak Cipta.” Kompas.Com, 2022.


https://nasional.kompas.com/read/2022/06/23/01350081/contoh-kasus-hak-cipta.

Huda, Nurul, Dan Rohmah, and Miftahul Jannah. “Perlindungan Hak Merek Dagang Menurut
Hukum Islam.” Suhuf 24, no. 1 (2012): 1–13.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/2909.

Lestari, Hesty D. “Kepemilikan Hak Cipta Dalam Perjanjian Lisensi Kajian Putusan Mahkamah
Agung Nomor 104 Pk/Pdt.Sus/2011.” Jurnal Yudisial 6, no. 2 (2013): 173–88.

3
Nurul Huda, Dan Rohmah, and Miftahul Jannah, “Perlindungan Hak Merek Dagang Menurut Hukum Islam,” Suhuf
24, no. 1 (2012): 1–13, http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/2909.

Anda mungkin juga menyukai