HUKUM BAGI
PEMEGANG
MEREK
TERKENAL
Studi Kasus Putusan Nomor
968 K/Pdt.Sus-HKI/2016
Anggota Kelompok 5
Perlindungan
Hukum
Perlindungan hukum Merek
Terkenal yang diterapkan di
03
Indonesia dalam putusan
Nomor 968 K/Pdt.Sus-
HKI/2016
Pengertian Merek
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis, dapat dilihat
bahwa: “Merek adalah tanda yang
dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam 2
(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan
barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam
kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.”
“Merek adalah tanda pengenal
yang membedakan milik
seseorang dengan milik orang
lain.”
— Harsono Adisumarto, S.H.,
MPA
01
PENGATURAN
Pengaturan Perlindungan Hukum
Merek Terkenal
Tentang Merek
Persoalan mengenai Merek sifatnya
“internasional”. Barang-barang yang
diedarkan di pasaran luar negeri
dijualnya adalah berdasarkan Merek.
Adapun orang-orang di luar negeri
membeli barang-barang tersebut karena
mempercayai merek-merek tertentu
yang sudah terkenal. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa pada transaksi-
transaksi jual-beli di luar negeri, lebih
banyak penjualan-penjualan dari
barang-barang dengan Merek terkenal
daripada penjualan dari barang-barang
domestik.
Organisasi Dagang
Masalah-masalah tentang Merek dan perlindungan yang diberikan oleh
perundang-undangan nasional kepada Merek Internasional yang sudah
terkenal sering memperoleh perhatian dari pihak pengusaha internasional.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai usaha Organisasi Kamar Dagang
Internasional (International Chamber of Commerce) yang berkantor pusat di
Paris. Organisasi ini dengan seksama mengikuti perkembangan hukum Merek
dan secara aktif mempersiapkan “Model Laws” tentang Merek-Merek. Selain
hal tersebut, perhatian dari usahawan-usahawan luar negeri dapat dilihat juga
dari perkembangan dan yurisprudensi di negeri kita dalam lingkup merek –
merek dagang, seperti perkara yang dibahas secara khusus di dalam sirkuler
dari CAFI (Commercial Advisory Foundation in Indonesia) di tahun 1975.
Organisasi Dagang
Adapun dalam isi dari Paris Union Convention, terdapat catatan penting mengenai
Merek Terkenal, yaitu adanya perlindungan khusus bagi merek-merek dagang terkenal.
Merek-merek dagang terkenal dapat didaftar untuk barang-barang yang sama atau
serupa oleh pihak lain selain pihak pemegang merek dagang asli. Permohonan
pendaftaran tersebut harus ditolak atau dibatalkan oleh negara anggota, baik secara ex
officio ataupun atas permohonan pemegang pendaftaran merek dagang asli.
April
Perlindungan
Hukum Atas
Merek Terkenal
dikaitkan dengan
Itikad Tidak Baik
02
Hubungan antara
Itikad Tidak Baik
dengan pelanggaran
Merek Terkenal
Dalam hal pelanggaran Merek
Terkenal, erat kaitannya dengan itikad
tidak baik dimana pada Pasal 21 ayat
(3) Undang – Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis menyatakan bahwa:
“Permohonan ditolak jika diajukan
oleh Pemohon yang beritikad tidak
baik”.
Lanjutan
Adapun mengenai penjelasan atas “Pemohon yang beritikad tidak baik” terdapat dalam penjelasan
Pasal 21
ayat (3) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yang
menyatakan
bahwa: “Yang dimaksud dengan "Pemohon yang beriktikad tidak baik" adalah Pemohon yang patut
diduga
dalam mendaftarkan Mereknya memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau mengikuti Merek pihak
lain demi
kepentingan usahanya menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau
menyesatkan
konsumen.”
03
Perlindungan Hukum
Merek Terkenal Yang
Diterapkan Di
Indonesia Dalam
Putusan Nomor 968
K/Pdt.Sus-HKI/2016
Contoh Kasus
Selanjutnya, pada putusan yang menyatakan bahwa Menghukum Termohon Kasasi untuk
membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan pada tingkat kasasi ditetapkan
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dinilai sudah tepat. Hal ini dikarenakan pembebanan
biaya perkara ini sudah sesuai dengan prinsip pembebanan biaya berdasarkan Pasal 181 ayat (1)
HIR, yaitu bahwa dalam keadaan mutlak, dimana gugatan penggugat dikabulkan seluruhnya,
maka hakim membebankan biaya perkara kepada pihak yang kalah.
Terima Kasih!