Anda di halaman 1dari 45

BAB II

Pengantar Hukum Merek Dan Indikasi Geografis

A. Dasar Hukum Merek dan Indikasi Geografis

1. Dasar Hukum Merek

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor


15 Tahun 2001, tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, corak warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut tidak dianggap sebagai pembeda.1 Misalnya merek
dagang. Ciri khas yang digunakan dalam perdagangan barang dan jasa dunia. Merek yang
dilindungi adalah merek dagang yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Merek dagang terdaftar adalah
merek dagang yang sah dan diakui secara hukum dengan nomor pendaftaran sehingga
dilindungi oleh negara melalui otoritas kehakiman. Di sisi lain, merek dagang yang tidak
terdaftar atau tidak terdaftar tidak mendapatkan perlindungan hukum nasional. Karena
pelanggaran merek dagang adalah gugatan gugatan, Panitera Pengadilan akan menangani
keluhan tersebut jika pihak yang memiliki hak merek dagang mengajukan keluhan.2

Tindakan ini merupakan bentuk perlindungan yang diberikan kepada pemilik merek
dagang yang sah oleh Negara atau terdaftar pada Direktur Hak Kekayaan Intelektual. Jika
pelanggaran merek dagang hukum dan persuasif ada atau ada, hakim akan memberikan
perlindungan melalui keputusan yang adil. Pelanggarnya dikenakan sanksi (baik sanksi
pidana maupun denda) berdasarkan ketentuan delik merek yang diatur dalam Pasal 90 sampai
dengan dan Pasal 95 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Pelanggaran dikenakan sanksi
(pidana atau denda) tergantung pelanggaran yang dilakukan. Oleh karena itu,perlindungan
hukum diberikan oleh negara hanya untuk merek dagang terdaftar.

Sanksi dikenakan untuk pelanggaran merek hukum, karena pelanggaran merupakan


tindakan (KUHP Bagian 1365) melanggar hukum, termasuk pelaksanaan unsur-unsur berikut:

a. Perbuatan melawan hukum,


b. Adanya Kerugian,
1
Suyud Margono dan Lingginus Hadi, Pembaharuan Perlindungan Hukum Merek, Novirindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 2002, hlm. 27
2
Budi, Santoso, 2009. “Pengantar HKI Dan Audit HKI Untuk Perusahaan”, Penerbit Pustaka Magister,
Semarang.
c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan,
d. Adanya Kesalahan

Pihak yang melanggar hukum dikenakan sanksi karena jelas memenuhi unsur
perbuatan melawan hukum, yaitu dengan sengaja menggunakan merek orang lain tanpa
izin. Juga menimbulkan korban. Pemilik Merek akan dirugikan (baik berwujud maupun tidak
berwujud) oleh pelanggaran Merek. Karena pelanggaran merek dagang merupakan
perbuatan yang dapat digolongkan lalai, maka pihak yang melanggar merek harus diberi
sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Konvensi internasional di bidang merek dimulai pada tahun 1883 dengan


ditandatanganinya Paris Convention for the Protection of Industrial Property (selanjutnya
disebut Paris Convention). Awalnya ditandatangani oleh 11 negara peserta, perjanjian itu
kemudian diperluas pada tahun 1976 untuk memasukkan 82 negara dan Indonesia. Istilah
HKI dalam Konvensi Paris meliputi paten, model utilitas, desain, merek dagang, merek
layanan, nama dagang, indikasi asal atau sebutan asal, dan anti persaingan tidak sehat (Pasal
1 Konvensi Paris). dalam Konvensi Properti Industri 1967, Perjanjian TRIPs, WIPO,
Jenewa). Salah satu tujuan dari Konvensi Paris Union adalah untuk mencapai keseragaman
yang seluas-luasnya di bidang hukum merek dan untuk menyatukan merek dagang atau
hukum merek sehingga masalah merek dapat diatur secara seragam di seluruh dunia. Ada tiga
hal penting yang diatur dalam Konvensi Paris ini, yaitu perlakuan nasional. Ini berarti bahwa
warga negara dari negara Konvensi Paris dapat mengklaim kepada negara peserta lain bahwa
mereka diperlakukan sama sebagai warga negara Prioritas, yaitu prioritas untuk mendaftarkan
merek dagang dalam waktu singkat, yang diberikan kepada warga negara dari negara peserta
Konvensi Dalam waktu 6 bulan sejak tanggal pendaftaran merek di negara mana pun yang
berpartisipasi dalam Konvensi Paris dan tanggal pendaftaran yang merupakan Harmonisasi
Global terkait dengan pendaftaran merek setiap peserta dalam Konvensi Paris.3

Selain itu, terdapat pula badan internasional yang terkait dengan HKI yaitu WIPO
(World Intellectual Property Organization), yang didirikan pada tahun 1883, yang memiliki
mandat untuk memajukan dan melindungi HKI di seluruh dunia. Indonesia telah resmi
memasuki globalisasi perdagangan dengan diadopsinya World Trade Organization's
Agreement (WTO Agreement), termasuk Agreement on Trade-Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPS Agreement).

3
Dwi Rezeki Sri Astarini, Penghapusan Merek Terdaftar, Bandung: PT. Alumni, 2009, hlm. 62.
Adapun Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan merek:

1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Permohonan Merek;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993 Tentang Kelas Barang dan Jasa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Komisi Banding Merek;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Merek
Internasional;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Pencatatan
Perjanjian Lisensi Kekayaan Intelektual;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2019 Tentang Jenis dan Tarif Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP);

2. Dasar Hukum Indikasi Geografis

Dilihat dari sejarah hukumnya, dasar hukum Indikasi Geogra pertama kali tertuang
dalam Pasal 56(1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan selanjutnya
dalam Enforcement Directive yaitu Keputusan Nomor 51 telah diatur. sejak tahun 2007
untuk indikasi geografis. Hingga saat ini, sejarah Undang-Undang Indikasi Geografis terus
berlanjut hingga Indikasi Geografis akhirnya diatur dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Selain itu, Indikasi Geografis tunduk pada
peraturan khusus Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dan juga diakui oleh Kementerian
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dijelaskan dan diterbitkan dalam Buku
Indikasi Geografis Indonesia.

Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 mengkonsolidasikan aturan tentang


indikasi geografis menjadi hanya satu bab, yaitu Bab VII (7) dari Pasal 56 sampai 60 dan
bagian dari seluruh pengaturan indikasi geografis.Saya di sini. Sejalan dengan sejarah
perkembangan regulasi indikasi geografis, indikasi geografis memiliki regulasi baru, yang
lebih optimal dan lebih ketat, diatur dalam UU No. 20 Tahun 2016.4

B. Definisi dan Tujuan Pelindungan Merek

1. Definisi dan Lingkup Merek

4
www.dgip.go.id. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2022 pukul 19.00
Merek dagang adalah pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik
orang lain.5 Penggunaan stempel dan tanda lain yang mempunyai ciri pembeda yang
memungkinkan barang atau milik seseorang dapat dibedakan dengan barang atau milik orang
lain yang sejenis. Selain itu, merek juga merupakan atribut produk yang dianggap sangat
penting dalam mempromosikan persepsi positif, dan konsumen, setelah mengevaluasi atribut
merek, percaya bahwa persepsi positif terhadap merek dan kepercayaan konsumen terkait
dengan citra merek. Pada akhirnya, merek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
niat beli konsumen.

Pengertian merek menurut Undang-undang No.15 Tahun 2001 No. 15 terdapat


dalam pasal 1 ayat 1, yang susunan kata lengkapnya adalah :

“Merek dagang adalah lambang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, skema
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, yang mempunyai ciri khas dan
digunakan dalam kegiatan komersial sehubungan dengan barang atau jasa.”

Terlepas dari batasan hukum, beberapa sarjana telah menyatakan pendapat mereka
tentang definisi merek dagang yaitu :

1. Sudargo Gautama (1997) menyatakan bahwa, menurut ketentuan Konvensi Paris,


merek atau merek secara umum didefinisikan sebagai tanda yang dimaksudkan
untuk membedakan barang suatu perusahaan dengan barang perusahaan lain.6
2. R.M. Suryodiningrat (1980) menyatakan bahwa barang hasil produksi pabrik
dikemas dan huruf atau huruf fonetik ditempatkan pada kemasan untuk
membedakannya dengan barang sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain.
Tanda ini disebut logo.7
3. M.N. Purwosutjipto (1991: 88) menyatakan bahwa merek ada dua macam: merek
perusahaan atau merek dagang dan merek dagang. Merek perusahaan atau merek
pabrik (Brand Factory, Brand Factor) adalah merek yang diterapkan pada barang
oleh pabrikan (pabrik). Di sisi lain, merek dagang (merek dagang, merek dagang)
adalah tanda yang diterapkan pada barang oleh badan komersial yang menempatkan
barang di pasar.8

5
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Akademika Pressindo: Jakarta, 1989,
hlm. 44.
6
Muhammad Ahkam Subroto dan Suprapedi, op.cit., hlm. 196.
7
Suryodiningrat, RM, Pengantar Ilmu Hukum Merek. (Pradnya Paramitha. Jakarta. 1974). hlm. 30
8
H.M. N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia. (Djambatan Jakarta. 1984). hlm.
82
4. R. Soekardono, S.H. menyatakan bahwa merek dagang adalah karakter (Jawa: ciri
atau tenger) dengan nama yang dipersonalisasi untuk komoditas tertentu , dan
bahwa asal komoditas atau jaminan mutu komoditas tersebut harus dipersonalisasi.
dulu. Perbandingan dengan produk sejenis atau dengan produk serupa yang
diproduksi atau diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain.
5. Tn. Tirtaamidijaya mendukung pendapat Profesor Vollmar bahwa “Merek atau
merek dagang adalah merek yang diterapkan pada barang atau kemasan untuk
membedakan barang dari barang sejenis lainnya.”9
6. Mr. Tirtaamidijaya dan Drs. Iur Soeryatin menjelaskan bahwa Fungsi Dengan
memeriksa merek dari aspek “Merek digunakan untuk membedakan barang yang
bersangkutan dari barang lain yang sejenis. Dengan demikian, barang yang
bersangkutan dapat memiliki asal merek, nama dan kualitas merek tertentu.”
Garansi”10

Dari berbagai pandanan para sarjana dan pengertian Merek berdasarkan UU Merek
sebagaimana telah dikemukakan di atas, secara umum dapat dipahami bahwa Merek
adalah suatu tanda untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang
dihasilkan dan diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum
dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang
memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.11

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Tentang Merek dan Indikasi Geografis (selanjutnya


disebut “UU”) mendefinisikan merek sebagai tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, dan angka, dan warna. sedang dilakukan. Susunan
dalam dua dan/atau tiga dimensi,suara, hologram, atau dalam bentuk kombinasi dua atau
lebih dari unsur-unsur tersebut yang membedakan barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh
orang perseorangan atau badan hukum perdagangan barang dan/atau jasa.

Merek merupakan salah satu atribut penting dari suatu produk, dimana merek suatu
produk dapat memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Merek dagang bukan hanya
nama produk, tetapi lebih dari itu juga merupakan ciri pengenal untuk membedakannya

9
Pipin Syarifin, Deda Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Alumni: Bandung, 2004,
hlm. 167.
10
Suryatin, Hukum Dagang I dan II, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2004, hlm. 344.
11
H.OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). (PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007). hlm. 345.
dengan produk yang diproduksi oleh perusahaan lain. Dengan identifikasi khusus, produk
tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan hal ini tentunya akan memudahkan
pembelian ulang produk (Philip Kotler, 2009).

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang merek, penulis menyajikan teori beberapa ahli
tentang pengetahuan merek. Menurut (Philip Kotler, 2009) disebutkan bahwa merek adalah
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya khusus yang dibedakan dan digunakan. secara
komersial. kegiatan dan layanan.

Definisi merek dagang sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau
kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual
atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dengan barang atau jasa pesaing. Merek
memungkinkan konsumen untuk mengatur pengalaman berbelanja mereka dengan lebih baik,
membantu mereka mencari dan menemukan deskripsi produk. Sedangkan fungsi dari merek
adalah untuk membedakan kepentingan perusahaan, penawaran masing-masing. Informasi
tentang produk dan merek berasal dari berbagai sumber, termasuk iklan, berita, penjualan,
dan kemasan.12

Merek adalah tanda atau simbol yang memberikan identitas dari barang atau jasa
tertentu, yang dapat berupa kata-kata, gambar, atau kombinasi keduanya (DR. Buchori
Alma, 2000).

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa semua definisi memiliki pengertian
yang sama tentang merek. Pada dasarnya, merek dagang terdiri dari dua bagian, bagian yang
dapat diucapkan adalah nama merek dan bagian yang dapat dikenali tetapi tidak dapat
diucapkan adalah merek dagang.

Ada enam makna yang dapat disampaikan oleh sebuah merek (Kotler, 2009):

1. Atribut

Seperti kualitas, reputasi, nilai jual kembali gaya dan lain-lain. Produk yang mewakili
sesuatu yang mahal, produk yang dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan
lama, sangat terkenal, dll.

2. Manfaat

12
Gautama, Sudargo, Hukum Merek Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1989, hal. 34.
Meskipun merek memiliki beberapa atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat
produk. Dalam hal ini, atribut merek perlu diubah menjadi manfaat fungsional atau
manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut "mahal" cenderung diterjemahkan ke
dalam manfaat emosional, sehingga orang yang menggunakan suatu produk merasa
dihargai dan penting.

3. Nilai

Tanda juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsen. Produk mewakili produk
dengan kinerja tinggi, keamanan, reputasi, dll. Dengan demikian, produsen suatu
produk juga memperoleh nilai tinggi di mata orang.

4. Budaya

Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Produk yang mencerminkan budaya yang
terorganisir, konsistensi, keseriusan tinggi, efisiensi dan kualitas tinggi.

5. Kepribadian

Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Biasanya, produk tertentu


menggunakan kepribadian selebriti untuk memperkuat atau mempertahankan merek
produknya.

Ruang lingkup merek meliputi merek dagang dan merek layanan merek dagang
cenderung mencakup produk komersial berupa barang, dan merek jasa cenderung
berhubungan dengan produk komersial berupa jasa. Selain merek dagang dan merek jasa, ada
juga merek kolektif. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan bersama oleh satu orang atau lebih atau badan hukum untuk
membedakannya dari barang lain yang sejenis.13

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang dipasarkan oleh satu orang
atau lebih dengan atau badan hukum yang sama untuk membedakannya dengan jasa lain yang
sejenis.

Selain 2 (dua) rentang merek di atas, UU Merek dan Indikasi Geografis juga mengatur
tentang perlindungan merek kolektif.

13
Iswi Hariyani, op.cit, hlm. 87.
Merek Kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa yang
memiliki ciri-ciri serupa dengan dipasarkan oleh lebih dari satu orang atau badan hukum
bersama-sama untuk membedakannya dari barang dan/atau jasa lain yang sejenis

Merek Kolektif dapat berasal dari dua atau lebih badan hukum yang bekerja sama
untuk memiliki merek yang sama. Merek Kolektif juga dapat berasal dari suatu badan niaga
tertentu yang memiliki produk niaga berupa barang dan jasa.

Dalam rangka pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, pemerintah dapat
mendaftarkan merek kolektif yang diperuntukkan bagi pengembangan usaha. Permohonan
pendaftaran merek sebagai merek kolektif hanya dapat diterima jika dalam permohonan
dengan jelas dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Selain
penegasan mengenai penggunaan merek kolektif, permohonan wajib disertai dengan salinan
ketentuan penggunaan merek tersebut sebagai merek kolektif. Penggunaan merek kolektif
memiliki ketentuan paling sedikit memuat pengaturan mengenai:

a. sifat, ciri umum, atau mutu barang dan/atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan; dengan adanya ketentuan antara lain mengenai sifat, ciri
umum, atau mutu barang dan/atau jasa serta pengawasannya, terkandung
pengertian adanya persyaratan yang harus diikuti oleh pihak yang ikut
menggunakan merek kolektif yang bersangkutan;
b. pengawasan atas penggunaan merek kolektif; dan
c. Sanksi atas pelanggaran ketentuan penggunaan merek kolektif.
Syarat dan Tata Cara serta Mekanisme Permohonan Pendaftaran Merek kolektif
juga berlaku untuk merek dagang, inspeksi, dan sertifikat.14

Konvensi Paris mengatur tentang merek kolektif. Merek kolektif ini adalah merek
dagang terafiliasi atau terafiliasi. Menurut Sudargo Gautama, tanda yang diperkenalkan
dengan istilah merek kolektif tidak dimaksudkan untuk membedakan barang atau jasa dari
satu perusahaan ke perusahaan lain. Namun demikian, merek kolektif ini digunakan untuk
membedakan asal geografis atau karakteristik yang berbeda dari barang atau jasa dari
perusahaan yang berbeda dengan menggunakan merek kolektif yang sama di bawah kendali
perusahaan yang berbeda pemegang hak. Dengan kata lain, barang dan jasa menerima
jaminan kualitas tertentu.

Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada produk dan/atau jasa dengan
karakteristik serupa yang dipasarkan bersama oleh lebih dari orang perseorangan atau badan
14
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual
(Pertannyaan dan Jawabannya), (Ditjen HKI Depkeh dan HAM, Jakarta, 2000), hlm. 42
hukum untuk membedakannya dengan produk dan/atau jasa serupa lainnya. Permohonan
pendaftaran merek kolektif hanya diterima jika dalam permohonan pendaftaran merek
kolektif dengan jelas disebutkan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek
kolektif .

Selain itu, untuk permohonan pendaftaran Merek Kolektif harus diserahkan salinan
peraturan penggunaan Merek yang merupakan Merek Kolektif yang ditandatangani oleh
pemilik Merek yang bersangkutan. Memeriksa kelengkapan persyaratan sama seperti untuk
permohonan merek biasa.

Peraturan penggunaan merek kolektif harus memuat hal-hal sebagai berikut:15

a. Sifat, ciri umum atau kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dan
perdagangannya akan menggunakan merek kolektif.
b. Peraturan memungkinkan pemilik merek dagang kolektif untuk melakukan kontrol
yang efektif atas penggunaan merek yang ditentukan.
c. Sanksi untuk penggunaan merek kolektif secara illegal

Pemilik merek kolektif terdaftar hanya dapat menggunakan merek dengan perusahaan lain,
asosiasi atau asosiasi yang juga menggunakan merek kolektif yang relevan, jika persyaratan
secara tegas dinyatakan dalam perjanjian tentang penggunaan merek kolektif yang
dijanjikan. Kepemilikan Merek Kolektif Terdaftar hanya dapat dialihkan kepada penerima
yang memiliki penguasaan efektif sesuai dengan peraturan yang mengatur tentang
penggunaan Merek tersebut.

Kantor Merek dapat mencabut pendaftaran Merek Kolektif karena terdapat 3 (tiga) alasan:

a. Permohonan terpisah oleh pemilik merek kolektif dengan persetujuan tertulis dari
semua pengguna merek kolektif.
b. Cukup bukti bahwa Merek tidak dipakai terus menerus selama tiga tahun atau lebih
sejak tanggal pendaftaran.
c. Terdapat bukti yang kuat bahwa Merek Kolektif yang digunakan untuk jenis barang
atau jasa tidak sesuai dengan golongan barang atau jasa yang perlu didaftarkan.
d. Terdapat bukti otentik bahwa penggunaan merek kolektif tidak sesuai dengan
ketentuan penggunaan merek kolektif. Adanya putusan pengadilan karena adanya
gugatan pihak ketiga.

15
Muhammad Djumhana, op.cit, hlm. 127.
Dengan demikian, melihat ketiga aspek tersebut, dapat disimpulkan bahwa merek tidak
hanya bermanfaat bagi produsen tetapi juga melindungi pedagang dan konsumen. Selain itu,
merek juga berfungsi sebagai sarana publisitas. Persyaratan, tata cara serta mekanisme
pengajuan permohonan merek, pemeriksaan dan sertifikasi juga berlaku untuk merek
kolektif. Berlaku juga untuk permohonan yang diajukan setelah merek kolektif diberikan
perlindungan, seperti perbaikan merek terdaftar sertifikat, perpanjangan jangka waktu
perlindungan merek terdaftar, pendaftaran perubahan nama dan/atau alamat, permohonan
pengalihan dari hak merek dagang. Biaya pendaftaran merek kolektif tersedia di situs resmi
http://www.dgip.go.id/tarif-merek atau papan reklame untuk pabrikan ataupedagang atau
pengusaha yang memasarkan barang-barang ini atau jasa.

Konsep perlindungan hukum atas hak merek mengacu pada sifat eksklusif hak
merek. Tanpa izin dari pemilik merek dagang, lainnya tidak dapat menggunakan hak
tertentu. Jika pihak lain menggunakan hak khusus tanpa izin dari pemegang hak merek,
maka telah terjadi pelanggaran dan hukuman tertentu mungkin berlaku.16

The Paris Convention for the Protection of Industrial Property adalah konvensi
pertama HKI pada tahun 1883 di Paris, di mana perlindungan merek mulai diatur secara
internasional. Konvensi ini merupakan konvensi internasional yang penting di bidang HKI
karena meletakkan dasar bagi perlindungan HKI dan memberikan panduan ruang lingkup
HKI untuk negara-negara di seluruh dunia.17 pada tahun 1883 dengan misi untuk
mempromosikan dan melindungi hak kekayaan intelektual di seluruh dunia.

Indonesia resmi memasuki proses globalisasi perdagangan dengan diundangkannya


Convention Establishing the World Trade Organization (WTO Convention), termasuk
Agreement tentang aspek hak milik Intellectual Property Affects Trade (TrIPS Agreement).
Hal ini disusul dengan pengesahan UU No. 7 Tahun 1994 yang meratifikasi Agreement
Establishing the World Trade Organization atau Agreement Establishing the WTO. Konvensi
ini mencakup perjanjian yang berkaitan dengan aspek komersial dari hak kekayaan
intelektual (HAKI) yang terkandung dalam TRIPS. Pasal 7 UU menyatakan bahwa UU
perlindungan dan penegakan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) bertujuan untuk mendorong
munculnya dan berkembangnya inovasi, transfer dan diseminasi untuk memanfaatkan
platform ekonomi negara di dunia.

16
Agung Sudjatmiko, 2000, Perlindungan Hukum Hak Atas Merek, Yuridika, Vol. 15 No. 5 September-
Agustus, 2000, hal. 349.
17
Oka Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7
Di antara aksesi Indonesia ke WTO (World Trade Organization) dan TRIPS, Negara
Indonesia harus menyesuaikan pasal dengan ratifikasi yang telah diberikan oleh Indonesia,
mengubah undang-undang yang ada dan pengenalan UU n. 15 tahun 2001 diubah UU No. 1
Tahun 1997.

Terjadinya pelanggaran merek sebagaimana diuraikan di atas, perlindungan hukum


atas merek terdaftar, terutama terhadap merek terkenal sangat penting. Secara keseluruhan,
pemalsu dan pemalsu adalah merek terkenal, yang diharapkan dapat meningkatkan
penjualan melawan pemalsu yang tidak bertanggung jawab. Jika suatu merek telah
memperoleh predikat terkenal, maka perlindungan hukum yang diperlukan untuk mencegah
peniruan atau pemalsuan oleh orang lain, merupakan bentuk perlindungan hukum yang
mencegah dan menekan yang menitikberatkan pada upaya pencegahan merek tersebut. yang
terkenal tidak disalahgunakan oleh orang lain. Upaya ini dapat berupa tindakan-tindakan
berikut:

1. Kepastian peraturan tentang merek terkenal

Kepastian peraturan tentang merek terkenal di sini berkaitan dengan masalah


hukum, khususnya undang-undang dan peraturannya. peraturan terkait merek
diatur dalam undang-undang merek . Dokumentasi yang dipersyaratkan harus
jelas, tidak tumpang tindih dan tidak menimbulkan multitafsir, terutama yang
berkaitan dengan kriteria merek terkenal dan sistem perlindungan hukum.

2. Pendaftaran merek

Untuk memperoleh hak atas merek harus didaftarkan melalui mekanisme


pendaftaran. Pendaftaran merek merupakan sarana perlindungan hukum bagi
pemilik merek. Pendaftaran merek di sini merupakan inisiatif dari pemilik, yang
menyadari perlunya perlindungan hukum atas merek dagangnya. Seperti yang
diungkapkan di atas, hak merek dagang baru muncul jika telah didaftarkan oleh
pemiliknya ke Kantor Merek. Dengan demikian, hakekat pendaftaran merek
adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh pemilik. Mekanisme pendaftaran hak
merek mengikuti sistem konstitusional (prinsip pengajuan pertama. ) disahkan
oleh undang-undang merek.

3. Kantor Merek menolak untuk mendaftarkan Adopsi Undang-Undang Merek,


suatu mekanisme perlindungan hukum atas merek terkenal, selain pemilik merek
yang aktif mendaftarkan merek, ada juga yang dapat dituntut oleh Kantor Merek
yang menyangkal permohonan merek serupa pada pokoknya atau seluruhnya
untuk merek terkenal. Jika ada pendaftaran merek yang dibuat oleh lain untuk
meniru merek terkenal yang sudah ada, maka akan ditolak oleh Kantor Merek
(Pasal 6 ayat (1) b dan ayat (2) Kantor Merek ). Undang-undang Merek)
4. Pembatalan Merek Terdaftar Untuk melindungi pemilik yang sah dari merek
tersebut, ini dapat dilakukan dengan membatalkan merek dagang terdaftar yang
melanggar hak atas merek dagang orang lain. Karena kesalahan pendaftaran yang
dilakukan oleh agen Kantor Merek, merek yang seharusnya tidak didaftarkan
didaftarkan dalam Daftar Umum Merek, meratifikasi merek tersebut. Padahal,
merek dagang jelas-jelas melanggar merek orang lain, karena berbagai alasan,
termasuk sama atau mirip dengan merek orang lain yang terdaftar sebelumnya.
Dalam hal demikian, pemilik merek yang dilanggar dapat mengajukan gugatan
pembatalan merek ke Pengadilan Niaga (pasal 68 ayat 3). Tindakan dapat
diambil dalam waktu 5 tahun sejak tanggal pendaftaran merek (pasal 69 ayat 1).
Sedangkan jika merek yang bersangkutan bertentangan dengan agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum, dapat diajukan permintaan pembatalan untuk
waktu yang tidak ditentukan (pasal 69 ayat 2). Jika permohonan disetujui, merek
tersebut akan dihapus dari Daftar Umum Merek, yang mengakibatkan kehilangan
perlindungannya.

Perlindungan hukum represif berfokus pada menekankan hukum, baik perdata


maupun pidana untuk properti melanggar hak merek yang pemilik merek terdaftar menerima
perlindungan pembelaan hukum terhadap pelanggaran merek dalam bentuk klaim atau
penghentian semua tindakan yang terkait dengan penggunaan merek serta berdasarkan
pengaduan hukum pidana melalui aparat penegak hukum. Pemilik merek terdaftar juga
berhak mengajukan permohonan pencabutan pendaftaran merek atas merek yang telah
didaftarkannya oleh orang lain tanpa hak tersebut.

Pasal 28 UU Merek menyebutkan bahwa “ merek terdaftar dilindungi secara hukum


untuk jangka waktu sepuluh (10) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu
perlindungan dapat diperpanjang untuk merek dagang terdaftar dalam daftar umum merek
dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU Merek yaitu selama sepuluh (10) tahun.
Jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang kembali dengan mengajukan permohonan
perpanjangan perlindungan atas merek yang sama. Pemberian upaya hukum tersebut
merupakan bagian dari upaya memberikan perlindungan hukum kepada pemilik merek yang
sah.

Jika merek terdaftar, akan dilindungi secara hukum, perdata dan pidana. Tentang
perlindungan hukum pidana, yaitu dengan menghukum barang pidana dan merek yang
melanggar berdasarkan Pasal 90, 91 dan 94 UU Merek. Pasal 90 Undang-undang Merek
Dagang pada dasarnya memberikan ancaman pidana penjara hingga lima tahun dan/atau
denda hingga satu miliar rupiah bagi siapa saja yang dengan sengaja dan melawan hukum
menggunakan merek dagang sejenis. identik dengan merek dagang terdaftar milik pihak
ketiga untuk barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau ditukar serupa.

Sedangkan Pasal 91 diancam dengan pidana penjara dengan jangka waktu paling lama
empat tahun dan/atau denda paling banyak delapan ratus juta rupiah bagi siapa saja yang
secara melawan hukum menggunakan merek atas dasar salinan identik dari merek terdaftar.
merek dagang milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa dari jenis yang diproduksi dan/atau
dipasarkan.

Sedangkan Pasal 94 diancam dengan pidana penjara dengan pidana penjara paling
lama satu tahun atau pidana denda paling banyak dua ratus juta rupiah terhadap siapa saja
yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dengan mengetahui atau harus mengetahui
bahwa barang dan /atau merupakan hasil dari pelanggaran yang disebutkan dalam Pasal 90
dan 91. Berdasarkan Undang-Undang Merek, pelanggaran sebagaimana disebutkan di atas
merupakan tindakan pelanggaran. Hal ini mengubah ketentuan yang termuat dalam UU No.
19 Tahun 1992 dan direvisi serta disempurnakan dengan UU No. 15 Tahun 1997.

Perlindungan hukum perdata juga diberikan kepada pemilik merek dagang yang sah.
Jika hak atas merek telah dimiliki, menurut sistem hukum merek Indonesia, pemilik merek
dilindungi secara hukum.18 Artinya jika terjadi pelanggaran merek, pemilik merek dapat
menggugat pihak lain yang melanggar hak merek. Gugatan ini mengklaim kompensasi untuk
dan menahan semua tindakan yang terkait dengan terkait dengan penggunaan merek dagang.
Kasus ini dibawa ke pengadilan niaga (pasal 76 ayat 1 dan ayat 2 undang-undang merek
dagang).

2. Tujuan Perlindungan Merek

Tujuan Perlindungan Merek sebagai Dasar Adanya Hak Merek


18
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2005, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 82.
Tujuan dari adanya perlindungan merek ini adalah untuk melindungi pemilik hak
merek yang sah dari pemalsuan merek yang mungkin dilakukan oleh pihak lain. Selain itu,
keberadaan perlindungan merek juga terkait dengan pencegahan tindakan persaingan curang
dan perlindungan kepentingan konsumen ekonomi. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada pemilik merek terdaftar untuk jangka waktu tertentu baik
dengan menggunakan merek itu sendiri maupun dengan mengizinkan penggunaannya oleh
pihak lain. Hak ini diperoleh pada saat seseorang telah mendaftarkan mereknya menjadi
merek. Dapat dikatakan bahwa pemberian hak atas merek ini sudah tepat mencerminkan
tujuan perlindungan merek. Tujuan hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum, hak
merek ini merupakan jaminan kepada pemilik merek untuk mendapatkan kepastian hukum
sehingga mencerminkan tujuan dari perlindungan rumah tangga merek. Peraturan harus
mencerminkan tujuan hukum yang ingin dicapai dan dalam hal ini ketentuan hak merek
dalam UU No. 20 Tahun 2016 sejalan dengan apa yang harus dicapai.

Berkaitan Dengan Pemilik Merek

Merek dagang adalah bagian dari hak kekayaan intelektual. Dalam Hak Kekayaan
Intelektual, terdapat hak khusus yang disebut hak ekonomi dan merek diklasifikasikan
sebagai hak ekonomi. Hak ekonomi sendiri adalah hak untuk memperoleh manfaat ekonomi
dari hak atas kekayaan intelektual, disebut hak ekonomi karena hak atas kekayaan intelektual
dapat digolongkan menjadi benda yang dapat dinilai dengan uang. Hak ekonomi ini berupa
keuntungan diperoleh melalui penggunaan hak kekayaan intelektual mereka sendiri atau dari
penggunaan pihak lain atas dasar lisensi.19 Perlindungan hukum atas merek dagang menjadi
sangat penting bagi Pemilik Merek, karena dengan perlindungan hukum, pemilik merek tidak
perlu lagi khawatir akan pemalsuan merek yang dapat merugikan pemilik merek.

Sebagai hak atas kekayaan intelektual, merek dilindungi oleh Undang-Undang, dalam
hal ini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Undang-undang ini tidak secara eksplisit menyebutkan pemilik merek, tetapi dapat kita lihat
melalui perlindungan mereknya. . Perlindungan merek menurut undang-undang ini
didasarkan pada pendaftaran pertama merek, sehingga orang pertama yang mendaftarkan
merek adalah pihak ke- yang memiliki hak atas merek tersebut. Pihak yang
mendaftarkanmerek pertama kali dikenal sebagai pemilik merek, yang memiliki semua hak
atas merek tersebut. Bersama dengan hak merek yang dimilikinya, pemilik merek berhak
19
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, h.
13.
untuk mencegah pihak lain menggunakan mereknya tanpa izin dari pemilik merek. Jika pihak
lain ingin menggunakan merek tersebut, harus terlebih dahulu mengadakan perjanjian dengan
pemilik merek yang disebut lisensi.

Hak Merek adalah hak yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek terdaftar,
sehingga tidak ada pihak lain yang dapat menggunakan merek tersebut tanpa izin dari
pemilik merek sendiri. Hal ini sering disebut dengan monopoli. Di Indonesia, hak eksklusif
pemilik merek diatur dalam Pasal 1 Nomor 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016,
sebagai berikut:

“Hak atas merek dagang adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan merek itu
sendiri atau dengan mengizinkan pihak lain untuk menggunakannya.”

Mempertimbangkan interpretasi ini, dapat disimpulkan bahwa hak atas merek dagang
yang diperoleh dari Negara berada di tangan pemilik merek dagang ketika seseorang telah
mendaftarkan mereknya untuk jangka waktu tertentu untuk menggunakannya. Pemilik merek
memiliki kendali penuh atas hak atas merek, sehingga jika pihak lain juga ingin
menggunakan merek tersebut, harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari pemilik merek.
Selain UU No. 20 Tahun 2016.

Pemilik merek memiliki hak eksklusif untuk mencegah semua pihak ketiga tanpa izin
pemiliknya, menggunakan dalam kegiatan komersial, tanda yang sama atau serupa, untuk
barang atau jasa yang sama atau serupa dengan barang atau jasa yang mereknya didaftarkan,
di mana seharusnya memperkirakan bahwa penggunaan Penggunaan tersebut dapat
menghasilkan hak yang dijelaskan di atas tanpa merusak hak yang ada dan tanpa
mempengaruhi kemampuan Negara Anggota untuk memberikan perlindungan hak merek
dagang atas dasar penggunaan tersebut.20

Hak eksklusif untuk menggunakan merek dagang bekerja seperti monopoli dan hanya
berlaku untuk produk atau layanan tertentu. Karena merek dagang memberikan hak khusus
atau mutlak untuk subjek data, itu dapat dilindungi dari siapa pun. , yaitu selama 10 dan jika
kondisi tertentu terpenuhi, ekspansi dapat dilakukan.21

Berkaitan dengan Perlindungan Konsumen

20
Rahmi Jened, Hukum Merek Trademark Law: Dalam Era Globalisasi dan Integrasi Ekonomi, Prenadamedia
Group, Jakarta, 2015, h. 193
21
Fauzi Wibowo, Hukum Dagang di Indonesia, Legality, Yogyakarta, 2017, h. 257
Dalam hal perlindungan konsumen, perlindungan merek menjadi penting karena
bersama dengan perlindungan merek dapat mencegah penyalahgunaan reputasi oleh pihak
lain. Penggunaan reputasi ini sering terjadi pada merek terkenal, dimana terdapat pihak lain
yang meniru atau meniru merek terkenal tetapi dengan kualitas yang berbeda dan umumnya
lebih rendah dari kualitas merek aslinya. Dengan tindakan tersebut mempengaruhi konsumen
dalam menentukan barang mana yang akan dibeli, konsumen akan merasa bingung ketika
memilih barang dengan merek yang sama. Konsumen yang tidak cermat dalam memilih
produk akan mudah tertipu dan tidak dapat menerima produk yang mereka butuhkan.

Konsumen merupakan salah satu pemain kunci dalam kegiatan ekonomi. Dalam
kaitannya dengan merek, konsumen menjadi penentu kualitas merek apakah suatu produk
memenuhi kebutuhan, sesuai dengan kebutuhan konsumen, dan memberikan kepuasan.
Dalam kegiatan komersial, konsumen menikmati perlindungan untuk kepentingannya sendiri
melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun Tahun 1999. Undang-
undang tersebut memberikan definisi konsumen dalam Pasal 1 Nomor 1 sebagai berikut: 22

“Konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa yang tersedia di
masyarakat, baik untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun orang lain Di luar
pengertian perlindungan konsumen, UU juga menjelaskan pengertian perlindungan
konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 1 (1) yang menyatakan : “Perlindungan
konsumen adalah serangkaian upaya untuk menjamin kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen” Dalam perdagangan, meskipun konsumen memiliki peran
penting, posisi konsumen selalu lebih lemah dari konsumen. terhadap merek produk tertentu
yang mereka konsumsi. Bentuk upaya pemerintah untuk menjaga kelancaran kegiatan usaha
dan upaya menciptakan keseimbangan antara konsumen dan pelaku usaha, karena dengan
pesatnya pertumbuhan. Di sektor industri dan komersial, lokasi konsumen menjadi hanya
untuk mencari keuntungan. objek komersial. Oleh karena itu, upaya pemerintah adalah untuk
mengatur undang-undang perlindungan konsumen yang berkaitan dengan hak dan kewajiban,
baik konsumen maupun pelaku komersial. Ruang lingkup perlindungan konsumen dapat
dibagi menjadi dua aspek, yaitu:23

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen


tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. Melindungi dari pengenaan ketentuan yang tidak adil terhadap konsumen.
22
Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
23
Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 152.
3. Sistem Perlindungan Merek

Tujuan pendaftaran merek adalah agar mendapat kepastian hukum dan untuk
perlindungan hukum hak merek. Pendaftaran merek dilakukan di Direction Générale des
Droits de Propriété Intellectual. Departemen Umum Kekayaan Intelektual adalah agen
pendaftaran merek dagang yang bertanggung jawab untuk mendaftarkan merek dagang yang
diminta oleh pemilik merek dagang. Pendaftaran merek yang dilakukan dengan memenuhi
persyaratan sebagaimana ditentukan oleh undang-undang no. 15 tahun 2001.24

Ada dua sistem yang dianut dalam pendaftaran merek, yaitu sistem deklarasi dan
sistem konstitutif (atributif). Merek dalam Sistem Registrasi UU 2001 mengikuti sistem
konstitutif, sama seperti UU sebelumnya, yaitu UU No. 19 Tahun 1992 dan UU No. 1 1997.
Ini adalah perubahan mendasar dalam UU Merek Indonesia. Sistem konstitutif atau
pengajuan pertama (first filing principle). Maksud dari pemohon pertama adalah bahwa
aplikasi yang diajukan telah memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan dalam Bagian
13 Undang-Undang Merek Dagang dan Indikasi Geografis. Pemohon memiliki aplikasi
pertama. Jika pertama kali diajukan dan didaftarkan terlebih dahulu, perlindungan merek
dagang Anda akan berlaku sejak tanggal penerimaan.

Hak atas merek terdaftar dilindungi secara hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan dan perlindungan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
yang sama.

Pendaftaran merek dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa pemohon
dianggap sebagai pengguna pertama sampai dibuktikan oleh orang lain. Hak merek tidak ada
tanpa pendaftaran. Inilah yang memberikan kepastian lebih. Karena jika seseorang dapat
membuktikan bahwa dia telah mendaftarkan merek dan dia mendapatkan sertifikat merek
yang membuktikan haknya atas merek tersebut, maka orang lain tidak dapat menggunakan
merek itu dan orang lain tidak berhak menggunakan merek yang sama untuk item serupa.
Oleh karena itu, sistem konstituen ini memberikan kepastian yang lebih.

Merujuk pada definisi merek dalam Pasal 3 Undang-Undang Merek, yang


menyatakan bahwa merek dagang adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek dagang terdaftar. Jadi apa yang tunjukkan di sini adalah bahwa hak atas merek

24
Helianti Hilman, Manfaat Perlindungan Terhadap Karya Intelektual pada Sistem HaKI, Disampaikan pada
Lokakarya Terbatas tentang “Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya ”, 10-11
Februari 2004, Financial Club, Jakarta, hlm. 4.
dagang dibuat karena pendaftaran dan bukan oleh penggunaan pertama. Jelas bahwa sistem
konstitutif digunakan di sini. Dan ini menjamin kepastian hukum yang lebih besar.

Hanya pemilik terdaftar dari yang dapat menggunakannya, dan memberikan hak
kepada orang lain untuk menggunakan (dengan sistem lisensi). Tapi tidak bisa membiarkan
orang lain memakainya. Dan jika tidak terdaftar, tidak ada perlindungan untuk karena tidak
ada hak merek.25

Selain itu, Bagian Undang-Undang Merek Tahun 2001 juga menetapkan bahwa:
"Merek dagang tidak boleh didaftarkan berdasarkan aplikasi oleh pelamar dengan niat
buruk"26

Dari ketentuan Pasal di atas, dapat dikatakan bahwa dalam Undang-Undang Merek
2001, meskipun menganut sistem konstitutif, prinsip tetap tentang melindungi pemilik yang
beritikad baik. Hanya aplikasi yang diajukan dengan itikad baik oleh pemilik merek dagang
yang dapat diterima untuk pendaftaran. Dengan, aspek perlindungan hukum masih diberikan
kepada orang yang beritikad baik sebesar.

Sistem First to File dalam Pemberian Perlindungan Merek

Pada umumnya negara-negara yang menganut sistem civil law27, termasuk Indonesia,
mengikuti sistem pemberian merek. Di bawah sistem pengarsipan pertama, pemilik merek
dagang, termasuk merek terkenal, harus mendaftarkan merek dagang tersebut ke Departemen
Umum Kekayaan Intelektual ("DJP") untuk mendapatkan hak eksklusif atas merek tersebut
dan berhak secara hukum atas perlindungannya. Hanya pemilik merek yang dapat
memperoleh eksklusivitas dengan membuktikan bahwa ia adalah pengguna merek pertama
di Indonesia. Sistem pengajuan pertama berarti bahwa pihak yang mengajukan permohonan
pertama diprioritaskan untuk mendaftarkan merek dan diakui sebagai pemilik merek yang
sah.

Prinsip ini secara tegas diatur oleh Pasal 3 Undang-Undang Merek Dagang dan
Indikasi Geografis No. 20 Tahun 2016 (“UU MIG”) yang menyatakan bahwa hak atas merek
dagang diperoleh setelah pendaftaran merek. Arti kata "terdaftar" adalah setelah permohonan
melalui proses peninjauan formal, proses pemberitahuan dan proses peninjauan substantif,

25
Ibid, hal 367.
26
Lihat UU No. 15 Thn.2001 Pasal 4.
27
 Ciri civil law yaitu : adanya kodifikasi hukum,hakim tidak terikat dengan preseden atau dokrin,dan sistem
peradilannya bersifat inkuisitorial.
serta disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ("Menteri") untuk menerbitkan
sertifikat. .

4. Hak dan Kewajiban serta Manfaat Merek

Dalam hal merek yang terdaftar, menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemilik merek
dan menciptakan manfaat bagi pemilik merek dan konsumen.

4.1. Hak Pemilik Merek

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek Dagang dan Indikasi Geografis


No. 20 Tahun 2016 (“UU MIG”), perlindungan hak merek dagang memerlukan pendaftaran.
Pasal 1 angka 5 UUMIG mengatur bahwa:

Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek
terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan merek itu sendiri atau
dengan pemberian hak pakai oleh pihak ketiga.

Pemilik merek dagang terdaftar memiliki hak eksklusif atas merek dagangnya. Ini
memberinya hak untuk menggunakan merek dagang dan mencegah pihak ketiga
menggunakan secara ilegal atau merek serupa yang membingungkan. Merek juga membantu
konsumen dan masyarakat untuk tidak bingung tentang suatu produk.

Merek dagang dilindungi oleh hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal
penerimaan. Periode perlindungan dapat diperpanjang untuk periode yang sama (Pasal 3 UU
No. 20 Tahun 2016).

4.2. Kewajiban Pemilik Merek

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 bersama dengan Undang-


undang Nomor 1 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, hak merek adalah
hak yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu
tertentu untuk menggunakan merek itu sendiri, atau untuk untuk memberi wewenang kepada
satu orang atau lebih dengan yang sama atau badan hukum, atau untuk menggunakan merek
tersebut.28

4.3. Manfaat Merek

Bagi Pemilik Merek


28
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta,
Pusat Studi Hukum UII, 2000), hlm.89
Manfaat merek bagi pemilik merek menurut Keller (2003) yang dikutip oleh Tjiptono (2012)
adalah sebagai berikut:

a. Alat yang menentukan untuk memfasilitasi pemrosesan atau pelacakan produk untuk
bisnis, terutama dalam organisasi inventaris dan catatan akuntansi.
b. Suatu bentuk perlindungan hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. merek
dagang mungkin dilindungi oleh kekayaan intelektual.
c. Tingkat kualitas sinyal bagi pelanggan yang puas, sehingga memudahkan mereka
untuk memilih dan membeli lagi di lain waktu.
d. Cara unik untuk menciptakan asosiasi dan makna membedakan produk dari pesaing.
e. Sumber keunggulan bersaing, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas
pelanggan dan citra unik yang terbentuk di benak konsumen.
f. Sumber keuntungan finansial, terutama untuk pendapatan masa depan.

Bagi Konsumen

Bagi konsumen, merek dapat memberikan berbagai manfaat. Keller (2003) yang dikutip oleh
Tjiptono (2012) menyatakan bahwa merek dapat memberikan manfaat bagi pelanggan, antara
lain sebagai berikut:

a. Sebagai ketertelusuran produk.


b. Mengalokasikan tanggung jawab kepada produsen atau distributor tertentu.
c. Pengurangan risiko.
d. Mengurangi biaya pencarian internal dan eksternal.
e. Janji atau hubungan khusus dengan produsen.
f. Alat ikon yang memproyeksikan gambar diri Anda.
g. Kualitas sinyal

Astray (2011) menegaskan bahwa merek dapat memberikan dua manfaat bagi penggunanya,
yaitu:

1. Manfaat fungsional

Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan produk untuk melakukan fungsi. Manfaat
fungsional dapat diukur dari segi kenikmatan atau kenyamanan, keamanan, daya tahan,
dan jaminan.

2. Manfaat Simbolik
Manfaat Simbolik mengacu pada kemampuan untuk memberikan citra produk kepada
pengguna. Kepentingan simbolik dapat diukur dari segi estetika, identitas sosial, status,
dan identitas pribadi.

Jika sebuah bisnis melihat merek hanya sebagai nama, ia gagal melihat tujuan
sebenarnya dari merek tersebut. Tantangan branding adalah mengembangkan serangkaian
makna mendalam untuk brand. Mengingat enam tingkat kesadaran merek di atas, perusahaan
harus menentukan di tingkat mana mereka akan mengintegrasikan identitas merek mereka.
Hanya mempromosikan atribut merek adalah sebuah kesalahan. Pertama, konsumen kurang
peduli tentang atribut merek daripada manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah
meniru atribut ini. Ketiga, atribut saat ini mungkin memiliki nilai lebih rendah di masa depan,
merugikan merek yang terlalu melekat pada atribut tersebut.

Fungsi utama merek adalah untuk membedakan barang atau jasa sejenis yang
diproduksi oleh perusahaan lain, oleh karena itu merek dikatakan memiliki fungsi pembeda. 29
fungsi lain dari merek adalah:

a. Menjaga persaingan usaha yang sehat


Hal ini berlaku dalam rangka menjaga keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha
dan kepentingan umum dalam menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dengan
menciptakan persaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian peluang usaha
yang sama untuk semua orang dan mencegah persaingan usaha tidak sehat yang
disebabkan oleh pelaku usaha yang tercipta efektif dan efisien dalam kegiatan usaha.
b. Perlindungan Konsumen
Berdasarkan tinjauan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek Dagang
dan Indikasi Geografis, menyatakan bahwa salah satu tujuan pembentukan undang-
undang adalah untuk memberikan perlindungan konsumen menggunakan,
meningkatkan pelayanan dan memberikan informasi hukum. kepastian bagi pelaku
ekonomi. Dengan merek, konsumen tidak perlu lagi bertanya-tanya tentang kualitas
produk. Jika merek dikenal konsumen dengan kualitas dan membeli barang, maka
konsumen akan percaya bahwa kualitas barang tersebut adalah sebaik yang
diharapkan.
c. Sebagai wahana bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya
Merek produk telah dikenal konsumen sebagai tanda produk berkualitas tinggi yang
akan memudahkan pemasaran produk terkait.
29
Hery Firmansyah, Op. Cit., hlm. 33
d. Sebagai sarana untuk dapat menilai dengan baik Kualitas suatu barang tentu tidak
selalu baik atau tidak dapat memuaskan semua orang yang membelinya. Barang yang
baik atau buruk tergantung pada produsen itu sendiri dan peringkat yang diberikan
oleh setiap pembeli. Tanda dapat memberikan kepercayaan kepada pembeli bahwa
semua produk bertanda setidaknya memiliki kualitas yang ditentukan oleh pabrik
yang mengeluarkannya.
e. Untuk menghadirkan produk atau nama produk
Merek juga berperan sebagai cara untuk menghadirkan batang atau nama produk
(promosi) kepada publik. Pembeli sudah mengetahui nama merek, dari pengalaman
mereka atau mendengar dari pihak lain, ketika mereka membutuhkan barang tersebut,
harap diingat nama mereknya.
f. Untuk Memperkenalkan Identitas Perusahaan Kadang-kadang merek dagang
digunakan untuk merujuk pada nama perusahaan yang menggunakan merek
dagangnya.

C. Definisi dan Tujuan Pelindungan Indikasi Geografis

1. Definisi Indikasi Geografis

Pembahasan Indikasi Geografis pada hakikatnya tidak terlepas dari kajian tentang
Merek, Indikasi Geografis berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 merupakan
bagian dari Merek.

Ada beberapa pengertian dari merek, salah satunya menurut H.M.N Purwo Sutjipto, S.H,
yaitu:

“Merek adalah tanda bahwa suatu benda tertentu dipersonalisasi agar dapat
dibedakan dari benda lain yang sejenis”.30

Sedangkan definisi lain berkaitan dengan Merek Dagang, yaitu31:

"Merek dagang adalah tanda yang dengannya merupakan individu dari suatu
komoditas tertentu, di mana juga perlu mempersonalisasikan asal produk, atau untuk
memastikan kualitasnya dari barang terhadap barang sejenis yang diproduksi atau
dipertukarkan dengan pihak lain atau badan hukum".

30
Suyud Margono. 2003, Hukum & Perlindungan Hak Cipta. Novindo Pustaka Mandiri. Jakarta
31
Tomi Suryo Utomo. 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global Sebuah Kajian Kontemporer.
Graha Ilmu. Yogyakarta
Pada dasarnya, tidak ada satu pun definisi tentang HAKI atau Intellectual Property
Rights yang diterima secara umum/universal. Meskipun demikian, haki tetap dipakai sebagai
pedoman dalam melakukan pembahasan selanjutnya.

HAKI menurut W.R. Cornish adalah traditionally the term intellectual property was
used to refer to the rights conferred by the grant of a copying in literary, artistic, and musical
works. In more recent times, however it has been used to refer to a wide rande of disparate
rights, including a number of more often known as industrial property, such as patent and
trademarks.

Menurut David Brainbridge intellectual property law is that area of law which
concern legal rights assorted with creative effort or commercial reputation and goodwill.

Indikasi geografis (geographycal indications) merupakan salah satu bidang pada


hak kekayaan intelektual. Menurut TRIPs Artikel 22 bagian I, Indikasi geografis memberikan
perlindungan produk yang kualitas, reputasi atau ciri khas lainnya yang dipengaruhi pada
kondisi geografis suatu daerah.

TRIPs memberikan dua kewenangan pada negara-negara anggota untuk mencegah


pihak lain melanggar hak, berdasarkan pada indikasi geografis. Berdasarkan TRIPs Art 22,
bagian II, kewenangan-kewenangan tersebut adalah:

1. Penggunaan cara penunjukan barang yang merujuk atau menjanjikan bahwa barang
tersebut berasal dari daerah geografis, selain dari tempat asal yang sebenarnya
sehingga menyesatkan publik mengenai asal geografis dari barang tersebut
2. Setiap penggunaan yang menunjukkan adanya perbuatan persaingan curang menurut
Pasal 10 bis Paris Convention tahun 1967.32

Rujukan pada Art.10 bis Paris Convention tahun 1967 menunjukan bahwa indikasi
geografis berkaitan erat pada upaya pencegahan kecurangan persaingan yang sama seperti
pada bidang hak kekayaan intelektual lainnya.

Menurut Frederick Abbott, terdapat dua fungsi pada isu indikasi geografis, yaitu:

1. Fungsi promosi produk yang mempunyai karakter tertentu sehingga dapat


memberi manfaat ke wilayah tempat produk itu berasal dibuat (manufactured)
atau produk tersebut dipasarkan. Dengan demikian, indikasi geografis

32
Hak Milik Intelektual. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hlm. 21
2. melindungi produsen di wilayah asal produk terhadap penggunaan yang tidak
sah (unauthorized) dari goodwill yang diciptakan seperti kualitas produk
tersebut kepada para pesaing.
3. Fungsi sumber informasi penting bagi para konsumen pasar dalam hal
kaitannya dengan asal, kualitas dan juga reputasi produk. Sehingga para
konsumen dapat membedakan keaslian barang tersebut.33

Dalam hal indikasi geografis, TRIPs memiliki pengecualian dalam pengaturan,


seperti yang tercantum dalam TRIPs Art.24.6, yaitu customary in common language as the
common name for suchs goods or service in the territory of that member.

indikasi geografis merupakan konsep yang relatif baru, namun dekat dengan konsep
indikasi sumber dan appellation of origin. Indikasi sumber merupakan setiap ekspresi ataupun
setiap tanda yang digunakan untuk menunjukkan sumber produk atau jasa tersebut berasal
atau tumbuh dari suatu negara, daerah atau tempat khusus lainnya. Sedangkan appellation of
origin adalah nama geografis dari suatu negara, daerah, atau tempat khusus yang
menunjukkan bahwa ada suatu produk yang berasal dari tempat tersebut yang mempunyai
karakter khusus secara eksklusif atau esensial yang berkaitan dengan lingkungan geografis,
termasuk yang berkaitan dengan lingkungan geografis, termasuk yang ada didalamnya seperti
faktor-faktor alam atau manusia atau kedua-duanya. Appellation of origin mengandung
hubungan kualitas antara produk dengan daerah produksinya. Meskipun begitu, menurut
WIPO indikasi sumber dapat diartikan hanya sebagai untuk menunjukkan asal barang
tersebut. Sedangkan indikasi geografis cakupannya lebih luas.34

Pada hakikatnya, indikasi geografis sama seperti hak kekayaan intelektual lainnya,
untuk menyampaikan suatu pesan dari produk tersebut. Pada indikasi geografis, para calon
pembeli dapat mengetahui dari mana produk itu berasal, karena setiap produk yang
dihasilkan akan menunjukkan tempat tertentu dengan memperlihatkan ciri khas dan
karakteristik khusus yang hanya dapat kita temukan di tempat tertentu.

Indikasi geografis merupakan salah satu cara yang dapat digunakan secara strategis
untuk memajukan industri regional atau nasional. Karena pada indikasi geografis terdapat
keistimewaan khusus dari suatu daerah. Para pelanggan dapat melihat keistimewaan suatu

33
rederick Abbot,et al, 1999. The International Intellectual Property System : Commentary and Materials. Part
Two. The Hague. Kluwer Law International. Page. 185-186
34
World Intellectual Property Organization. 1998. Intellectual Property Reading Material. Geneva. WIPO. Page.
116
daerah apabila terdapat kelompok suatu daerah yang anggotanya memiliki hak eksklusif
untuk menggunakan suatu indikasi geografis tertentu.

Indikasi geografis juga dapat meningkatkan pemasaran suatu produk yang dinamis.
Hal tersebut dikarenakan indikasi geografis dimiliki secara bersamaan pada suatu daerah
tersebut. Masyarakat di daerah tersebut, dapat memanfaatkannya dengan menjadikan indikasi
geografis sebagai alat yang sangat bagus bagi daerahnya dan juga bagi pembangunan
ekonomi berbasis komunitas dan kearifan lokal.

Indikasi geografis adalah tanda yang menunjukkan daerah suatu barang, karena faktor
lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Menurut Pasal 22 TRIPs “geographycal indications are, ... indications which identify
a good as originating in the terriroty of a member, or a region or locality in that terrotory,
where a given quality, reputation or other characteristic of the good is essentially attributavle
to its geographical origin”

Indonesia merupakan pengikut TRIPs yang merunutkan aturan internasional ini ke


dalam Undang-Undang Nasional Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pasal 56
menjelaskan bahwa indikasi geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk alam, manusia
atau kombinasi antara kedua faktor tersebut, yang pada akhirnya memberikan ciri dan
kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Indikasi geografis memberikan tanda perlindungan berupa identitas yang


menunjukkan tempat barang tersebut berasal. Tempat tersebut akan menunjukkan kualitas
dan karakteristik suatu produk. Selain itu juga indikasi geografis tidak hanya dipengaruhi
faktor alam saja, tetapi juga ada faktor campur tangan manusia yang bisa menghasilkan
kekhasan suatu produk.

Sebagai contoh faktor alam sebagai ciri indikasi geografis adalah produk kopi.
Indonesia dikenal dengan adanya Kopi Toraja yang kualitas dan karakteristik kopi dari
daerah tanah toraja sangat kuat, sehingga kopi toraja pun dikenal ke seluruh penjuru dunia.
Berbeda dengan faktor manusia, contohnya adalah kerajinan batik jawa. Batik dihasilkan oleh
para pengrajin batik yang pada akhirnya mendapatkan kekhasan sendiri tentang produk
tersebut.
Pemegang hak Indikasi geografis dapat melarang pihak lain untuk menggunakan
indikasi geografis yang sama, pelanggaran terhadap peraturan ini menyebabkan hak indikasi
geografis dapat menuntut ganti rugi kepada pihak lain. Meskipun begitu, kepemilikan hak
indikasi geografis tidak bisa bersifat induvidualistik. Indikasi geografis bersifat komunalistik,
dimiliki secara bersama oleh masyarakat daerah tertentu. Tetapi, proses pendaftaran indikasi
geografis dapat diwakili oleh lembaga yang diberikan kewenangan untuk hal tersebut.
Pendaftarannya juga ditempat yang sama yaitu Kementerian Hukum dan HAM.

Indonesia sebagai peserta TRIPs yang aktif dalam pergaulan dagang internasional,
harus menyesuaikan diri dengan konsep indikasi geografis. Meskipun peraturan indikasi
geografis sudah tersimpul dalam undang-undang merek, namun pada pelaksanaan masih ada
kendalanya

Masalah yang dihadapi Indonesia menurut Emawati Junus saat ini adalah belum
adanya produser atau asosiasi indikasi geografis yang terkelola secara profesional. Padahal,
asosiasi ini mampu mengidentifikasi potensi indikasi geografis suatu daerah yang pada
akhirnya dapat mewakili daerah itu untuk mendaftarkan indikasi geografisnya ke Direktorat
Jenderal HAKI.

Bahwa merek adalah suatu tanda untuk membedakan produk atau jasa sejenis
diproduksi atau dipasarkan oleh satu orang atau sekelompok orang atau badan hukum dengan
produk atau jasa serupa yang diproduksi atau dipasarkan oleh satu orang lain memiliki
kekuatan khusus serta jaminan mutunya dan digunakan dalam kegiatan niaga barang atau
jasa.

Indikasi geografis adalah tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang atau
produk yang diciptakan oleh faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, reputasi, kualitas, dan karakteristik
produk. dan/atau produk manufaktur. Hak atas indikasi geografis adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh Negara kepada pemilik indikasi geografis yang terdaftar, sepanjang reputasi,
kualitas, dan karakteristik yang dilindungi indikasi geografis tersebut masih ada.

Indikasi Geografis diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, khususnya dalam Pasal 1, Pasal 6,
Indikasi Geografis adalah tanda yang menunjukkan daerah asal barang dan/atau produk
karena faktor lingkungan geografis meliputi faktor manusia, atau kombinasi keduanya yang
memberikan reputasi, kualitas, dan karakter tertentu pada barang dan/atau produk
manufaktur.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti kata Indikasi adalah tanda-tanda
yang menarik perhatian. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tanda juga menunjukkan
sebuah potensi. Kemudian geografi berasal dari kata geografi yang berasal dari kata Yunani
yaitu geo adalah bumi dan graphein menulis atau menjelaskan. Juga sangat umum bahwa
geografi adalah ilmu yang mempelajari dan menggambarkan tempat. Jadi geografi
menunjukkan lokasi. Berdasarkan uraian singkat, Indikasi Geografis adalah tanda yang
menarik perhatian suatu daerah.

Indikasi Geografis merupakan salah satu dari peraturan Hak Kekayaan Intelektual
(HKI).35 Menurut dokumen Anglo-Saxon, Hak Kekayaan Intelektual disebut sebagai Hak
Kekayaan Intelektual Hak, yang dalam terjemahan berarti hak kekayaan intelektual. Secara
konseptual, hak kekayaan intelektual memiliki tiga kata kunci, yaitu hak, properti, dan
kekayaan intelektual. Kekayaan adalah sesuatu yang abstrak yang dapat dimiliki, dialihkan,
dibeli atau dijual. Yang dimaksud dengan kekayaan intelektual adalah kekayaan semua hasil
produksi daya intelektual pemikiran seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, karya tulis,
dll. Artinya HKI adalah hak (wewenang/kekuasaan) untuk melakukan sesuatu atas kekayaan
intelektual yang diatur oleh standar atau undang-undang yang berlaku (Adrian Sutedi,
2009:38).

Indikasi geografis telah mempengaruhi perkembangan hukum HKI di Indonesia dan


telah diakui secara internasional sejak tahun 1994 berdasarkan perjanjian Agreement
pembentukan World Trade Organization (WTO). Unsur geografis suatu wilayah atau wilayah
suatu negara dan/atau wilayah merupakan faktor penentu dalam membentuk kualitas,
reputasi, atau karakteristik tertentu dari suatu barang atau produk yang akan dilindungi oleh
indikasi geografis.

Hak indikasi geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemegang hak Indikasi Geografis terdaftar, sepanjang reputasi, kualitas, dan karakteristik
yang menjadi dasar perlindungan indikasi geografis tersebut tetap ada.36

35
Yusran Isnaini, Buku Pintar HAKI Tanya Jawab Seputar Hak Kekayaan Intelektual, Ghalia Indonesia, Bogor,
2010, hlm. 133c
Istilah "tanda" dalam konteks merek tidak sama dengan istilah yang didefinisikan
dalam konteks indikasi geografis. Untuk sebuah merek, tanda kuncinya adalah ia memiliki
kekuatan khusus. Berdasarkan teori spektrum diskriminan, kekhasan suatu merek dapat
dikelompokkan menjadi lima: khayal, arbitrer, sugestif, deskriptif, dan umum. Untuk indikasi
geografis, “tanda” harus menunjukkan daerah asal produk; sedangkan produk itu sendiri
harus menunjukkan karakteristik dan kualitas tertentu yang diciptakan oleh faktor geografis
dan lingkungan, termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut. Jika “merek dagang” pada merek tersebut diberikan oleh produsen produk tersebut,
maka “merek dagang” dalam indikasi geografis tersebut diberikan oleh masyarakat. Hampir
tidak mungkin untuk mengetahui anggota komunitas mana yang pertama kali menyebutkan
nama tersebut. Yang jelas dalam praktik komersial adalah “tanda” yang digunakan untuk
membedakannya dengan produk sejenis dari daerah lain.

Di bawah Trademark Act 2001, subjek indikasi geografis tidak terbatas pada produk
alam. Karena undang-undang menetapkan bahwa dari tiga kelompok orang yang dapat
mendaftarkan indikasi geografis, satu orang adalah produsen manual atau industri. Ini berarti
bahwa objek yang diberi geotag dapat mencakup produk budaya. Penataan ini menjadi
membingungkan, karena benda-benda dari budaya lokal sebenarnya dapat dianggap sebagai
cerita rakyat. Persoalannya, pengaturan cerita rakyat tidak menggunakan undang-undang
merek, tetapi menggunakan undang-undang hak cipta. Selanjutnya, ketentuan Undang-
Undang Hak Cipta tampaknya hanya mencakup cerita rakyat berupa lagu dan tarian,
meskipun pengertian cerita rakyat lebih luas dari itu.

Dalam sistem hukum merek, perlindungan hukum terhadap pemilik merek hanya
berlaku jika pemohon telah mendaftarkan mereknya. Ini berarti bahwa tanpa pendaftaran,
dari sudut pandang hukum, posisi hukum pemilik merek untuk mengetahui sebelumnya
pesaing atau pesaing komersial akan menjadi agak lemah. Terlepas dari kekurangannya,
kebijakan pengaturannya jelas. Namun, dalam konteks indikasi geografis, tidak jelas apa
yang diinginkan pembuat undang-undang. Karena mereka menetapkan indikasi geografis
yang tidak terdaftar disebut indikasi asal; dan pemegang hak asal mempunyai hak yang
sama dengan pemegang hak indikasi geografis.

Memahami lebih lagi mengenai Indikasi Geografis, bertitik tolak dari segi lingkup
pengaturan :
36
Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Airlangga University Press,
Surabaya, 2010, hlm. 193.
a. Dari segi defenisi atau pengertian bahwa Indikasi Geografis merupakan nama
daerah yang digunakan sebagai indikasi yang menunjukkan wilayah/daerah asal
produk.
b. Dari segi sifat bahwa Indikasi Geografis menunjukkan kualitas, reputasi dan
karakteristik suatu produk.
c. Dari segi kepemilikan bahwa Indikasi Geografis dimiliki secara komunal.
d. Dari segi jangka waktu perlindungan bahwa Indikasi Geografis tidak mempunyai
batas waktu perlindungan selama terjaganya reputasi, kualitas dan karateristik yang
menjadi dasar diberikannya perlindungan. Atau perlindungan Indikasi geografis
berakhir apabila wilayah tersebut tidak dapat menghasilkan lagi produk indikasi
geografis.

3. Tujuan Pelindungan Indikasi Geografis

Keberadaan produk-produk daerah yang berkualitas tentu sangat penting bagi


perkembangan perekonomian daerah, terutama demi peningkatan taraf hidup masyarakat
setempat. Semakin unik dan berbeda produk maka semakin menarik daya tariknya bagi
konsumen, maka akan meningkatkan nilai jual dan nilai tambah produk tersebut. Oleh
karena itu, keberadaan produk-produk premium yang bersifat unik atau spesifik lokasi
seperti ini harus dilestarikan.

Mempertahankan eksistensi produk unggulan daerah dengan cita rasa yang khas dan khas,
tentunya diperlukan upaya yang besar untuk melindunginya, terutama dari segi konservasi
habitat, dimana adalah dengan menjaga eksistensi lahan dari sampai dengan konversinya,
termasuk melestarikan sumber benih dan melestarikan budaya masyarakat setempat dalam
pemilihan atau budidaya tanaman produk tersebut. Di sinilah penting untuk melindungi
Indikasi Geografis produk daerah premium dengan mengajukan dan menerima sertifikasi
sebagai tanda kepemilikan. Upaya untuk mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis itu tentu
saja tidak mudah.

Sesuatu yang memiliki perlindungan, harus memiliki tujuan dan/atau manfaat yang
dimaksudkan. Dalam konteks indikasi geografis dikatakan bahwa indikasi geografis
membawa banyak keuntungan, diantaranya:

a. Melindungi produk dan produsen dari anggota organisasi Indikasi Geografis dari
penipuan, penyalahgunaan, dan pemalsuan Indikasi Geografis;
b. Meningkatkan posisi bisnis produk dan kemampuan menembus pasar domestik dan
internasional baru;
c. Meningkatkan nilai tambah, meningkatkan lapangan kerja meningkatkan kualitas
produk, meningkatkan output, meningkatkan peluang diversifikasi produk;
d. Memberikan informasi yang jelas kepada konsumen tentang jenis, kualitas dan asal
produk yang mereka beli;
e. Peningkatan peluang promosi untuk mendapatkan reputasi yang lebih baik;
f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha;
g. Meningkatkan perekonomian dan mempercepat pembangunan daerah;
h. Menjaga kelestarian lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup fitur dan
kualitas produk;
i. Menjaga kelestarian budaya bangsa dalam kaitannya dengan kualitas dan reputasi
Indikasi geografis.

Tujuan lainnya :

1. Menjaga kualitas produk khas daerah


2. Melestarikan dan melestarikan daerah
3. Melestarikan budaya dan pengetahuan tradisional penduduk menghasilkan produk
khas daerah
4. Memantapkan kelembagaan masyarakat penghasil produk khas daerah
5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dunia usaha, produk khas daerah.

Perlindungan hukum atas Indikasi-geografis hanya dapat diberikan kepada setelah


didaftarkan pada Badan Kekayaan Intelektual Nasional atas dasar permohonan yang diajukan
oleh:

a. Organisasi yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang tersebut,


termasuk petani hasil alam atau sumber daya alam, produsen pertanian, dan produsen
kerajinan, kerajinan atau produk industri atau pedagang yang menjual barang-barang
tersebut;
b. Organisasi yang diberdayakan untuk itu dapat berupa organisasi pemerintah atau
organisasi resmi lainnya seperti koperasi, asosiasi dan lain-lain;
c. kelompok konsumen komoditas. Ketentuan mengenai penerbitan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 2, dan Pasal Pasal 25 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun Merek 2001 berlaku perubahan terhadap untuk penerbitan
Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis., sedangkan penolakan untuk
mendaftarkan indikasi geografis dapat diajukan banding ke Dewan Banding Merek
berdasarkan Bagian 29, 30, 31, 32, 33 dan 34 Undang-Undang Merek No. 15 Tahun
2001.
d. Perlindungan hukum Indikasi geografis terdaftar ini berlaku selama sepanjang ciri
dan/atau kualitas yang menjadi dasar indikasi geografis. Jika sebelum atau pada saat
mengajukan permohonan pendaftaran indikasi geografis, merek digunakan dengan
itikad baik oleh pihak lain tanpa hak pendaftaran, maka pihak yang beritikad baik
masih dapat menggunakan merek dalam waktu 2 (dua) ) tahun sejak tanggal
pendaftaran, merek terdaftar sebagai indikasi geografis.37

Kurangnya perhatian pemerintah daerah menjadi salah satu faktor yang membuat
indikasi geografis disalahpahami oleh masyarakat setempat secara luas. Mereka lebih
cenderung mengetahui istilah-istilah HKI seperti paten dan merek dagang. Daerah jika
pemerintah lebih berinisiatif mengembangkan potensi alam daerah secara tepat dan
bijaksana, hal ini dapat tercapai apabila sumber daya alam didukung oleh sumber daya tenaga
kerja yang mencukupi. Oleh karena itu, agar Indikasi Geografis ini benar-benar dapat
dinikmati oleh suatu wilayah dan/atau masyarakat, diperlukan Perlindungan Sah.

Melindungi Indikasi Geografis bertujuan untuk melindungi fitur tersebut dari


pemalsuan atau penyalahgunaan sekaligus memberikan peluang dan perlindungan kepada
komunitas di area produksi produk khas untuk mendapatkan manfaat maksimal dari spesial
tersebut. Selain, perlindungan Indikasi Geografis juga menguntungkan konsumen karena
menjamin kualitas produk. Untuk ciptaan harus mendapat perlindungan hukum penuh.

Jika dianalisa semua yang tercatat berdampak positif dan membawa manfaat yang
baik. Produk Indikasi Geografis, jika didaftarkan, manfaat utama yang diperoleh adalah
jaminan hak atas kepemilikan, subjek dan/atau merek dagang atas wilayah asal fisik Produk
Indikasi Geografis. Keunggulan adalah objek indikasi geografis dilindungi dari segi reputasi,
karakteristik, dan kualitas yang terkait dengan produk indikasi geografis.38

D. Pelindungan Merek berdasarkan Protokol Madrid

Protokol Madrid diawali dengan sistem Madrid, dimana sistem Madrid diawali
dengan diberlakukannya kesepakatan 5 (lima) negara, yaitu: Perancis, Swiss, Tunisia,

37
Risang Ayu, Miranda. 2009, Perlindungan Indikasi Geografis, Jakarta: Media HKI
38
Hadjon, M. Philipus., Perlindungan Hukum bagi rakyat Indonesia.
Spanyol dan Belgia. Pada tahun 1891, negara menandatangani perjanjian di kota Madrid
(Spanyol) dengan gagasan membentuk sistem pendaftaran internasional yang akan menjamin
perlindungan merek dagang dari negara anggotanya. Dalam hal ini, negara pihak dalam
perjanjian tersebut mempertahankan kedaulatan mereka atas penerapan undang-undang
merek dagang nasional mereka. Penandatanganan perjanjian di kota Madrid dikenal sebagai
Perjanjian Madrid.39

Perjanjian Madrid mengatur prosedur pendaftaran dan keabsahannya, bahasa resmi


yang digunakan, jangka waktu perlindungan dan pembaruannya, amandemen pendaftaran
merek, juga seperti kemungkinan pembatalan pendaftaran merek internasional. Berdasarkan
perjanjian, masing-masing dari pihak dalam perjanjian yang telah memiliki pendaftaran
merek di negaranya (negara asal) dapat mengajukan permohonan pendaftaran merek
internasional ke Kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian. Properti Organisasi
Intelektual Dunia (WIPO) ) melalui kantor merek dagang yang berlokasi di negara asal.
Negara asal yang kami maksud adalah negara tempat tinggal pemohon atau negara di mana
pemohon adalah warga negara dari negara-negara yang disebutkan di atas atau negara tempat
pemohon melakukan kegiatan industri dan komersial yang nyata dan efektif. Keuntungan dari
pendaftaran merek internasional melalui sistem Perjanjian Madrid adalah bahwa pemilik
merek dapat mengalihkan hak untuk merek dagang Anda, mengubah nama/alamat Anda pada
pendaftaran merek dan memperbarui pendaftaran merek dagang Anda sebelum satu aplikasi
melalui Biro Internasional untuk semua pendaftaran merek secara internasional di negara-
negara tertentu.

Protokol Madrid Protocol Relating to the Madrid Agreement Concerning the


International Registration of Marks adalah perjanjian internasional yang ditandatangani oleh
negara-negara anggota WIPO pada tahun 1989 sebagai dasar hukum pembentukan Sistem
Madrid (Madrid System) untuk pendaftaran merek internasional. Dengan sistem Madrid,
negara-negara anggota dapat mendaftarkan merek dagang di semua negara anggota dengan
satu pendaftaran di kantor merek nasional mereka (Ali, 2008:9).

Permohonan merek internasional harus didasarkan pada satu atau lebih pendaftaran
di Para Pihak pada Protokol di mana pemohon bertempat tinggal, melakukan bisnis atau
berkewarganegaraan nasional. Aplikasi harus diajukan ke Kantor Merek Nasional. Kantor
Merek Dagang akan meninjau detail Aplikasi Internasional, termasuk kesamaan aplikasi atau
pendaftaran di negara tersebut, dan kemudian mengirimkannya ke WIPO International Office
39
Ermansyah Djaja. Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 222
(IB). IB tidak melakukan pemeriksaan substantif IB hanya melakukan pemeriksaan
formalitas, termasuk biaya, klasifikasi merek berdasarkan Nice Agreement. Jika ada
ketidaksesuaian, IB akan memberitahu Kantor Merek Nasional asal dan/atau Pemohon, dan
memberikan waktu untuk koreksi. Apabila tidak terdapat perbedaan atau telah dilakukan
koreksi, maka IB akan mendaftarkan merek tersebut di Pendaftaran Internasional,
memberitahukan kepada Kantor Merek negara asal dan mengirimkan sertifikat pendaftaran
kepada pemilik yang dimilikinya. Biro Internasional juga akan mempublikasikan aplikasi
tersebut di Jurnal Resmi Merek Dagang Internasional WIPO dan mengirimkan rinciannya ke
negara-negara tujuan. Setiap negara tujuan akan memeriksa pendaftaran internasional
berdasarkan undang-undang merek dagangnya masing-masing.40

Meskipun keberadaan sistem internasional pendaftaran merek berdasarkan Perjanjian


Madrid sudah ada lebih dari tahun, anggota sistem ini hanya mencakup 56 (lima puluh enam)
negara. Memang, beberapa ketentuan Perjanjian Madrid kurang menguntungkan, terutama:

a. Registrasi Dasar Diperlukan;


b. batas waktu 12 (dua belas) bulan bagi untuk melakukan penilaian substantif;
c. Peraturan tentang Royalti, Royalti Pokok dan Royalti Tambahan , Nomor Tetap
d. Kewajiban menggunakan bahasa Prancis; dan
e. sistem pusat serangan;

Sekitar tahun 1980-an, Asosiasi Merek Dagang Eropa mengusulkan kepada Biro
Internasional untuk mengembangkan sistem Perjanjian Madrid agar lebih menarik dan
diinginkan. Akhirnya pada tanggal 27 Juni 1989 pada Konferensi Diplomatik ke-3 yang
diadakan di kota Madrid (Spanyol), Protokol Madrid ditandatangani. Beberapa
penyempurnaan dari Madrid Protocol terhadap Madrid Agreement adalah:

a. Peraturan yang berkaitan dengan pendaftaran merek sebagai dasar dari aplikasi
internasional untuk pendaftaran merek (pendaftaran dasar);
b. Peraturan yang berkaitan dengan biaya pendaftaran untuk merek internasional;
c. Ketentuan tentang penggunaan bahasa;
d. Pengaturan batas waktu untuk melengkapi permohonan pendaftaran merek
internasional untuk negara tujuan; dan

40
Nurhayati, I. dan Agustina Merdekawati. 2008. “Relevansi Keikutsertaan Indonesia Dalam International
Registration of Marks Madrid System Melalui Ratifikasi Madrid Protocol Terhadap Potensi Peningkatan Daya
Saing Bangsa Indonesia di Bidang Perdagangan International”, Mimbar Hukum, Vol. 20, No.3, hlm. 411-588
e. Dibandingkan dengan Madrid Agreement, Madrid Protocol lebih fleksibel,
sehingga lebih menarik bagi negara yang belum bergabung dengan Madrid
Agreement.

Dalam hal terjadi sanggahan atau sanggahan, negara tujuan akan memberitahukan
kepada IB yang akan menyampaikannya kepada Pemegang Merek. Selain itu, penyelesaian
akan diteruskan ke dengan bantuan agen merek lokal. Berdasarkan Protokol Madrid, Kantor
Merek harus menolak dalam waktu 12 bulan dengan kemungkinan perpanjangan 6 bulan.
Jika tidak ditolak dalam waktu 12 atau 18 bulan, merek tersebut harus dilindungi. Tujuan dari
Perjanjian Madrid adalah untuk memfasilitasi pendaftaran merek di negara dan juga untuk
mencegah kesalahan penyajian asal barang. Indonesia sendiri belum bergabung dengan
sebagai anggota Madrid Agreement.41

Keuntungan pendaftaran merek internasional berdasarkan Protokol Madrid adalah


sebagai berikut:

1. Kenyamanan
2. Penghematan anggaran, karena biaya pendaftaran dan perpanjangan hanya
dilakukan sekali kali
3. Hemat waktu, karena terdaftar di WIPO sekali IB, itu secara otomatis berlaku
untuk semua Negara yang berpartisipasi dalam protokol ini,
4. Perluas perlindungan ke negara-negara baru yang bergabung dengan sistem
komunikasi formula ini,
5. Pelamar merek dagang memiliki pilihan antara tanggal pengajuan, berdasarkan
aplikasi nasional, atau berdasarkan pendaftaran nasional.
6. Adanya waktu pemeriksaan yang lebih panjang yakni 18 (delapan belas) bulan,
sehingga memberikan keleluasaan waktu pada setiap kantor pendaftaran merek di
negara pihak
7. Tersedianya database merek yang terdaftar melalui mekanisme Sistem Madrid
secara detail dan online pada website WIPO
8. Pendapatan dari "biaya pribadi" ke Kantor Merek di negara anggota adalah tujuan
pendaftaran merek,
9. Ada mekanisme konversi untuk setiap merek dagang terdaftar yang terdaftar di
WIPO untuk masa percobaan 5 (tahun) tahun sejak tanggal pengisian pendaftaran
41
Syafrinaldi, “Urgensi dan Permasalahan Harmonisasi Undang – Undang Merek Terhadap Protokol Madrid”,
Jurnal Hukum Bisnis, 2009, hlm. 5.
internasional menerima permintaan dari negara asal atau kantor asal dan terbukti
bahwa pendaftaran merek batal. Mekanisme konversi memiliki jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal pembatalan, tidak perlu melakukan registrasi ulang
seperti pada awal pendaftaran merek, tanggal pengisian dihitung berdasarkan
pendaftaran pertama dan tidak dikenakan biaya pendaftaran dibebankan kemudian
menandatangani ulang (Hidayati dan Ester, 2017:178).42

Kelemahan Registrasi Merek Internasional Sistem Madrid berdasarkan Madrid Protocol


meliputi:

1. Prinsip Dependency di Negara Asal Madrid Protocol menerapkan Dependency


Principle (Attacking China) center) untuk registrasi di negara asal untuk 5 (lima)
tahun pertama sejak tanggal pendaftaran internasional. Merek dagang yang terkena
serangan konsentrasi diizinkan untuk mengubah pendaftaran internasional dalam
aplikasi individu. Tanda ini harus diajukan dalam waktu dari 3 (tiga) bulan sejak
pembatalan pendaftaran internasional.
2. Sistem ini relatif mahal, terutama bagi pemilik merek kelas menengah ke bawah,
karena:
a. Tingkat perlindungan untuk merek dagang tergantung pada royalti individu yang
dapat dibayarkan oleh pemilik merek dagang di masing-masing negara.
b. Penyelesaian sengketa mengenai pendaftaran internasional sistem merek Madrid
tunduk pada mekanisme penyelesaian sengketa di WIPO,tidak didasarkan pada
mekanisme nasional masing-masing negara.
3. Penggolongan merek dalam kelompok barang dan jasa dalam sistem Madrid
didasarkan pada perjanjian baik yang berkaitan dengan klasifikasi internasional
barang dan jasa untuk keperluan pendaftaran merek,Dampak negatif, dalam
khususnya dalam hal pembatalan sehubungan dengan kelas barang dan jasa dari pos,
suatu klaim yang memuat lebih dari barang dan jasa, akan ditafsirkan sebagai
pencabutan merek untuk semua permintaan.
4. Membutuhkan SDM dengan kemampuan bahasa asing, teknologi canggih dan khusus
5. Negara yang tidak siap akan menjadi pasar negara.
6. Negara-negara yang tidak siap akan terjebak dalam gelombang globalisasi.

42
Novianti, “Implikasi Aksesi Protokol Madrid Bagi Indonesia”, Negara Hukum, Vol. 7, No.2, November 2016,
hlm. 207.
Tujuan pendaftaran berdasarkan Protokol Madrid adalah sebagai berikut:

1. Memudahkan pemohon atau pemilik merek dari negara asal untuk memberikan
perlindungan di negara tujuan dengan menggunakan satu aplikasi tanda;
2. Meningkatkan promosi dan presentasi produk sebagai barang atau jasa negara asal di
pasar internasional;
3. Meningkatkan ekspor dengan merek sendiri.

Protokol Madrid (Madrid Protocol) merupakan perjanjian tambahan yang bertujuan


untuk meringankan kelemahan Perjanjian Madrid dengan memperkenalkan perbaikan baru
dalam sistem pendaftaran merek internasional, untuk pengembangan sistem Madrid, dan
negara lain berpartisipasi. Sampai saat ini, 81 (delapan puluh satu) negara telah bergabung
dengan Sistem Madrid, 8 (delapan) negara, yang hanya telah menjadi anggota Perjanjian
Madrid, 26 (dua) tiga puluh enam) negara menjadi anggota Protokol Madrid saja, dan 7
(empat puluh tujuh) negara menjadi anggota dari keduanya (Perjanjian Madrid dan Protokol
Madrid).
BABIII
Pendaftaran Merek

A. Pendaftaran Merek

Tujuan pendaftaran merek adalah untuk memperoleh kepastian hukum dan


perlindungan hukum atas hak merek. Pendaftaran merek dilakukan di Direction Générale des
Droits de Propriété Intellectual.

Departemen Umum Kekayaan Intelektual adalah agen pendaftaran merek dagang


yang bertanggung jawab untuk mendaftarkan merek dagang yang diminta oleh pemilik merek
dagang. Pendaftaran merek yang dilakukan dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
ditentukan oleh undang-undang no. 15 tahun 2001.

Suatu merek dapat dianggap sebagai merek jika memenuhi syarat mutlak yaitu dalam
bentuk daya pembeda (distinguishable) yang cukup. Artinya tanda yang digunakan mampu
membedakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Untuk memiliki kekuatan khusus ini, merek harus dapat mengidentifikasi
(mempersonalisasi) barang atau jasa yang bersangkutan43. Dalam penafsiran Pasal UU
Merek No. 15 Tahun 2001, pemohon pendaftaran merek harus beritikad baik, yaitu dengan
mendaftarkan mereknya secara benar dan jujur. atau meniru brand awareness pihak lain
untuk keuntungan bisnisnya sendiri, merugikan pihak lain, atau mendorong persaingan yang
sehat, menipu atau menyesatkan konsumen. Contoh: merek A yang telah dikenal masyarakat
umum selama tahun, ditiru sedemikian rupa sehingga memiliki kesamaan secara substansi
atau totalitas dengan merek A.44

1. Penelusuran Merek

Penelusuran tersebut merupakan langkah awal pemohon untuk melihat apakah merek
dagang yang terdaftar sudah terdaftar dan dimiliki oleh pihak lain, ataukah merek belum
terdaftar. Saat ini, pelamar dapat mencari di laman resmi https://pdki-indonesia.dgip.go.id/.

Penelusuran merek memiliki fungsi lain yang belum banyak diketahui orang, yaitu
profitabilitas yang ditanggung oleh calon pemohon merek, karena dengan melakukan

43
Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah, op. cit, hal 156.
44
Umbara, Citra, Undang-undang Republik Indonesia tentang Paten dan Merek 2001, Citra Umbara, Bandung,
2001, hal. 13.
penelusuran terlebih dahulu, pemohon merek akan mengetahui apakah merek tersebut
terdaftar atau tidak terdaftar dan telah terdaftar dalam database Departemen Umum Kekayaan
Intelektual, karena biaya yang dikeluarkan pada saat mengajukan permohonan pendaftaran di
bidang kekayaan intelektual yang tidak dapat segera ditarik oleh pemohon.

Selain melakukannya secara mandiri melalui website resmi tersebut di atas, pemohon
dapat mengajukan surat permintaan pendahuluan ke kantor DJKI dengan membayar biaya
yang telah ditentukan untuk setiap merek dan setiap kelas. Anda dapat melihat tarif pajak
yang terutang di situs resmi http://www.dgip.go.id/tarif-merek.

2. Klasifikasi Barang dan Jasa dalam Pendaftaran Merek

Sistem Klasifikasi Barang dan Jasa adalah sistem klasifikasi internasional yang
diterbitkan oleh WIPO melalui Biro Internasional untuk membedakan golongan barang dan
jasa pada setiap permohonan merek atau klasifikasi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Golongan barang, khususnya golongan barang, meliputi 34 (tiga puluh empat


golongan, yaitu dari 1 (satu) sampai dengan 34 (tiga puluh empat) golongan.
2. Lapisan layanan, khususnya lapisan layanan, terdiri dari 11 (sebelas) lapisan, yaitu
dari kelas 35 (tiga puluh lima) hingga kelas 45 (empat puluh lima).

Klasifikasi barang dan jasa berubah setiap 5 (tahun) dan pola perubahan tahunan
dipertahankan. Sistem klasifikasi ditampilkan di 2 situs resmi:

1. Sistem klasifikasi WIPO : https://webaccess.wipo.int/mgs/


2. Sistem klasifikasi DJKI : http://skm.dgip.go.id/index.php/skm/searching

Apabila suatu jenis barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan daftar kelas, daftar
penjelasan dan daftar abjad, barang tersebut dapat diklasifikasikan dengan menetapkan
kriteria sebagai berikut:

1. Jenis barang tersebut diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan tujuannya. Dalam hal
suatu fungsi atau tujuan dari barang tersebut tidak terdapat dalam judul kelas
manapun, maka jenis barang jadi tersebut diklasifikasikan dengan cara menganalogi
dengan jenis barang jadi lainnya yang sebanding. Namun, apabila tidak ditemukan
diperlukan kriteria tambahan lainnya seperti bahan pembuatan jenis barang atau
menerapkan metode pengoperasiannya.
2. Jenis barang jadi yang merupakan obyek komposit multiguna (seperti jam yang
dilengkapi radio), maka pengklasifikasian untuk jenis barang tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan tujuan utama jenis barang tersebut. Namun
demikian jika tidak ditemukan dalam judul kelas manapun, maka ketentuan huruf (a)
di atas dapat diterapkan.
3. Jenis barang berupa bahan mentah, baik yang belum dikerjakan maupun yang
setengah jadi, pada prinsipnya dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan
pembuatannya.
4. Jenis barang yang termasuk menjadi bagian dari jenis barang lain, dapat
diklasifikasikan dalam kelas yang sama dengan jenis barang utama atau sama dengan
jenis barang tersebut dan jenis barang tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan
lainnya. Namun demikian jika tidak ditemukan dalam judul kelas manapun, maka
ketentuan huruf (a) di atas dapat diterapkan.
5. Dalam suatu produk baik berupa barang jadi maupun tidak, dapat diklasifikasikan
menurut bahan pembuatannya meskipun dibuat dari bahan atau material yang
berbeda, hanya saja barang tersebut tetap diklasifikasikan menurut bahan atau
material yang mendominasi.

Sedangkan untuk jenis jasa yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan daftar kelas, daftar
abjad maupun catatan penjelasan, maka jasa tersebut dapat diklasifikasikan dengan
menetapkan kriteria sebagai berikut:

1. Jenis jasa ditunjukkan berdasarkan cabang kegiatan yang ditentukan dalam judul kelas
jasa dan dalam catatan penjelasannya atau dengan menganalogikan sesuai dengan
jenis jasa serupa yang telah ditunjukkan dalam daftar abjad.
2. Jasa sewa pada prinsipnya diklasifikasikan dalam kelas yang sama dengan layanan
yang disediakan melalui objek sewa, seperti penyewaan telepon termasuk dalam kelas
38 dikarenakan layanan telepon termasuk dalam kelas telekomunikasi.
3. Jasa pemberian nasihat, informasi, atau konsultasi, pada prinsipnya dapat
diklasifikasikan dalam kelas yang sama dengan jenis jasa yang sesuai dengan materi
pokok nasihat, informasi, maupun konsultasi. Misalnya, konsultasi yang berkaitan
dengan transportasi (kelas 39), konsultasi manajemen bisnis (kelas 35), konsultasi
keuangan (kelas 36), konsultasi kecantikan (kelas 44).
Pelanggan dapat melihat jenis barang atau jasa yang akan didaftarkan melalui 2 (dua)
halaman di atas. Jika ada jenis barang atau jasa yang tidak ada dalam daftar klasifikasi,
pemohon dapat meminta terlebih dahulu jenis barang atau jasa tersebut dari kantor DJKI
melalui email.

Tujuan pemeriksaan klasifikasi merek bebas juga harus dilakukan dengan mengetahui
kedudukan golongan barang/jasa menurut sistem klasifikasi merek yang telah disediakan oleh
KEMENKUMHAM melalui Departemen Umum Kekayaan Intelektual. Instruksi untuk calon
pelamar kekayaan intelektual dapat dibaca di halaman berita situs payung.

3. Permohonan Pendaftaran Merek

Permohonan merek diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada Menteri secara
elektronik (selanjutnya disebut online) atau non-elektronik (selanjutnya disebut manual).
aplikasi online dapat dilakukan melalui website resmi DJKI yaitu www.dgip.go.id sedangkan
aplikasi manual dapat dilakukan melalui kantor DJKI terdekat atau kantor wilayah
Kemenkumham. Permohonan merek dapat diajukan oleh pemohon sendiri atau oleh agen
mereka. Agen yang dimaksud dalam adalah Pengacara Kekayaan Intelektual atau dikenal
sebagai Pengacara KI (pasal 1 angka 13 dan 1 Kode Merek dan Indikasi Geografis).

Selain pengajuan manual, pengajuan merek dapat diajukan secara online, hal ini
berdasarkan Peraturan Menteri UU dan Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Hak Asasi Manusia terkait pelayanan aplikasi kekayaan intelektual elektronik . Pendaftaran
online bertujuan untuk lebih meningkatkan layanan aplikasi kekayaan intelektual dalam
komunikasi untuk menjamin kepastian hukum dunia industri dan perdagangan dan investasi
dalam menghadapi pembangunan ekonomi dari tingkat lokal ke tingkat internasional.

Akses pendaftaran online disediakan untuk pelamar, apakah mereka orang perseorangan,
badan hukum atau Konsultan HKI untuk berinteraksi dengan sistem HKI. Sistem KI
merupakan sistem informasi elektronik yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Online
Penerimaan Negara Bukan Pajak (SIMPONI).45

4. Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek

Langkah-langkah untuk mengajukan permohonan merek secara online adalah sebagai


berikut:

45
ndirani Wauran-Wicaksono, Op.Cit., hal 18-19.
a. Calon mengirimkan alamat email calon ke DJKI dengan nomor untuk mendapatkan akun
terdaftar.
b. Pemohon membayar biaya pendaftaran yang ditentukan. Anda dapat melihat tarif pajak
yang terutang di situs resmi http://www.dgip.go.id/tarif-merek. Pembayaran dilakukan
kepada bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima simpanan
dari penerimaan negara bebas pajak (bank pengumpul).
c. Setelah membayar biaya, kandidat akan menerima kode invoice (kode ID) untuk
pembayaran.
d. Melalui website resmi: https://brand.dgip.go.id, pemohon melengkapi formulir elektronik

Bagian yang harus diisi pemohon adalah:

1. Data Pemohon, meliputi Identitas Pemohon, Alamat Pemohon, Alamat Email


Pemohon atau Nomor Telepon. Identitas Pemohon meliputi nama orang, alamat dan
berkas kewarganegaraan; jika permohonan merek diajukan secara bersama-sama
atau oleh lebih dari satu pemohon, semua pemohon harus menandatangani
permohonan merek dan memilih salah satu alamat sebagai alamat pemohon;
2. Alamat surat pemohon jika alamat surat pemohon berbeda dengan alamat yang
tertera pada KTP pemohon.
3. Alamat surat pemohon jika alamat surat pemohon berbeda dengan alamat yang
tertera pada KTP pemohon.
4. Alamat email pelamar.
5. Nama dan tanggal bukti prioritas, jika pemohon berasal dari luar negara dengan
terjemahan resmi bukti prioritas.
6. Rincian merek dagang termasuk merek dagang, nama merek, arti bahasa / nomor
asing suara pengucapan merek dagang, terjemahan jika istilah adalah bahasa asing,
warna merek dagang dan elemen merek dagang yang dinyatakan sebagai merek
dagang
7. Warna jika merek terdaftar adalah dengan menggunakan unsur warna.
8. Jenis barang dan/atau jasa serta uraian barang dan/atau jasa
9. Nama, alamat dan alamat elektronik (e-mail) dan nomor telepon agen (penerima).

Setelah pemohon melengkapi data dalam formulir online, pemohon kemudian wajib
mengunggah dokumen pendukung seperti:

a. Surat pengumuman kepemilikan merek


b. Merek label
c. Bukti prioritas
d. Proksi
e. Surat persetujuan untuk menunjuk seorang wakil
f. Bukti pembayaran biaya pendaftaran untuk setiap kelas

Bahwa jika pemohon telah melengkapi pengisian formulir dan memenuhi persyaratan
regulasi, DJKI akan memberikan tanggal untuk menerima permohonan. Untuk merek
terdaftar,46

Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografi menerima permohonan merek non-


tradisional berupa tanda holografik, tanda sonik dan hologram.

Pemohon mengajukan merek dalam 3 (tiga) ukuran, label yang dilampirkan


merupakan ciri khas dari merek yang berupa gambar wajah yang berbeda.

Dalam bentuk tanda audio, label yang dibubuhkan pemohon adalah dalam bentuk
simbol dan rekaman suara. Namun, jika suara tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai tanda,
maka pemohon dapat melampirkan tanda suara dalam bentuk ultrasonik (jenis tanda adalah
tanda suara). Dalam pengajuan voting ini, selain skor rating, kandidat dapat menyertakan
suara lagu/puisi.

Dalam hal pemohon mengklaim merek dagang dalam bentuk hologram, pemohon
harus melampirkan label merek dalam hologram dalam tampilan visual pada sisi yang
berbeda (jenis merek adalah merek). Setelah aplikasi dinyatakan lengkap, dipublikasikan di
Official Trademark Review (selanjutnya disebut BRM).

5. Pendaftaran Merek Internasional berdasarkan Protokol Madrid

5.1. Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek Sebagai Office of Origin

Pendaftaran merek melalui Protokol Madrid dilakukan melalui kantor DJKI yang
sebagai Kantor Asal menyelenggarakan pemeriksaan formulir dengan verifikasi dan
sertifikasi atau menyetujui berkas ekspresi.formulir MM2 dalam bahasa Inggris
(www.dgip.go .id , Prosedur Aplikasi Protokol Madrid). Permohonan yang dinyatakan
lengkap oleh kantor DJKI selanjutnya akan diteruskan ke kantor internasional (selanjutnya

46
is Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Cipta, HakPaten, Hak Merek, dan Selukbeluknya,
Esensi Erlangga, Jakarta, 2011, hal 51.
disebut WIPO) untuk nomor registrasi internasional (IRN). Setelah IRN, WIPO mengirimkan
permintaan Protokol Madrid ke negara-negara tujuan.

Persyaratan untuk permohonan internasional mencakup syarat-syarat pokok. Berikut


syarat syarat tersebut :

Subyek yang dapat mendaftar adalah:

1. Pelamar berkewarganegaraan Indonesia;


2. Pemohon berdomisili atau berdomisili secara sah di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Pemohon mempunyai kegiatan komersial atau industri yang nyata di wilayah
negara kesatuan Republik Indonesia.

Persyaratan pendaftaran internasional adalah pemohon memiliki permohonan merek


terdaftar dan statusnya masih dalam tahap pengajuan (permohonan dasar) atau pemohon telah
memiliki merek terdaftar (catatan dasar). Kedua faktor ini diperlukan oleh untuk pendaftaran
internasional suatu merek.47

Permohonan yang diajukan meliputi nama pemohon, alamat pemohon, jenis


barang/jasa, uraian jenis barang/jasa, merek dagang dan logo merek yang tercantum dalam
permohonan, merek nasional harus dicantumkan dalam pengajuan permohonan merek
internasional, baik permohonan dasar maupun pendaftaran dasar. Pengajuan pendaftaran
merek internasional dapat dilakukan langsung oleh pemohon atau dengan menggunakan agen
yaitu Konsultan HKI terdaftar.

Persyaratan status pelamar nasional yang dapat mengajukan lamaran internasional


adalah:

1. Calon berkewarganegaraan Indonesia;


2. Pemohon berdomisili atau tempat tinggal yang sah di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3. Pemohon mempunyai kegiatan industri atau perdagangan yang nyata di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

47
Riswandi, B.A dan Sumartiah, S. (2006). Masalah-masalah HAKI Kontemporer. Yogyakarta : Gitanagari. h.
51.
DJKI juga memberikan layanan informasi mengenai proses pengisian formulir dan
langkah-langkah pengajuan Protokol Madrid, seperti pencarian data International Registered
Trademark dan pemantauan aliran file Protokol Madrid.

Perlu diketahui bahwa pada saat pengisian formulir MM2, negara memerlukan bukti
koneksi ke penggunaan merek dagang dalam kegiatan komersial seperti Amerika Serikat.
Sementara beberapa Negara Anggota hanya mencentang kotak di MM2. Serupa dengan
elemen warna, beberapa negara mengharuskan pemohon untuk mencentang kotak yang
disediakan dan membayar biaya yang telah ditentukan sebelumnya.

Biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Basic fee\
2. Biaya tambahan (supplementary fee) untuk tiap kelas dalam klasifikasi
internasional, melebihi tiga, barang atau jasa yang diajukan oleh merek;
3. Biaya pelengkap (complementary fee) untuk tiap permintaan perluasan
perlindungan berdasarkan pasal 3 ter.

Madrid Protocol memiliki prinsip ketergantungan pada pendaftaran di negara asal,


oleh karena pada 5 (lima) tahun pertama mengikuti pada tanggal efektif dari pendaftaran
internasional, keberlakuan dan cakupan pendaftaran di negara lain akan tergantung pada
nasib dari permohonan atau pendaftaran di negara asal.48 Sebagai contoh apabila ada
pembatasan, penolakan final atau abandonment di negara asal, atau pembatalan, pencabutan
pada negara asal dalam jangka waktu 5 tahun, maka akan memiliki efek yang sama pada
pendaftaran internasional dan pada pendaftaran di negara-negara anggota Madrid Protocol. 49
Termasuk juga untuk abandonment, pembatalan atau semacamnya pada pendaftaran nasional
yang terjadi sesudah masa 5 tahun dimana proses terjadi elama periode 5 tahun. Konsep
ketergantungan ini sering menjadi central attack. Pendaftaran baru dapat menjadi independen
apabila telah melewati masa 5 (lima) tahun. Namun apabila terjadi hal-hal yang diakibatkan
oleh central attack tersebut, akan diberikan kesempatan untuk melakukan transformasi
dimana diijinkan untuk Mentransformasi pendaftaran internasional menjadi pengajuan
permohonan Individual yang harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan dari pembatalan
48
Madrid, Protocol Relating to ike Madrid Agreement Concerning the International Registration o f Marks,
2006, Article 6. Wawancara dengan Bpk. Anggoro Dhasananto, ibid., “problem sentral (central attack); adanya
prinsip ketergantungan pada pendaftaran di negara asal yang dapat menimbulkan problem sentral karena
dipengaruhi oleh terhambatnya proses pendaftaran di Negara asal, maka akan mempengaruhi pendaftaran pada
Negara lainnya.”
49
Madrid, Protocol Relating to the Madrid Agreement Concerning the International Registration o f Marks,
2006, Article 5(2)
atas Pendaftaran internasional.50 Tentunya dengan sistem ketergantungan ini maka Akan
merugikan pemilik merek apabila pendaftaran merek di Negara asal Mengalami hambatan
karena berdampak pada Negara-negara lainnya.

5.2. Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek Sebagai Designation Contracting


Parties

Berbeda dengan DJKI sebagai Kantor Asal, DJKI sebagai Negara Kedatangan atau
Pihak yang Ditunjuk bertanggung jawab untuk menerima kiriman Protokol Madrid dari
WIPO dan untuk melaksanakan terjemahan kiriman Protokol Madrid. jangka waktu selama 2
(dua bulan). Setelah itu, DJKI akan melakukan pemeriksaan substansial terhadap
permohonan Protokol Madrid.

Seperti semua pemberitahuan dari DJKI, akan diteruskan langsung ke WIPO, yang
kemudian akan memberitahukan pemohon dari luar negeri. tindakan terkait cek konten,
apakah itu mengajukan tanggapan atas proposal dari ditolak, mengajukan banding, pemohon
dari luar negeri harus menggunakan agen, yaitu konsultan kekayaan intelektual terdaftar di
Indonesia.

50
Ibid., Article 9

Anda mungkin juga menyukai