Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

MEREK

Dosen Pengampu : HERU SUNARDI S.H M.H

Di Susun oleh :

Muhammad Ilham (210201066)

Muhammad Sofyan Assauri ( 2102010

Lalu Aan Pratama ( 210201056)

Yatul Ayuni ( 210201053 )

Rindiyani (210201078 )

Kelas : 5B

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha ESA karena atas berkat dan
karunianya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum Hak Kekayaan
Intelektual dengan judul MEREK. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum hak kekayaan intelektual dan sebagai penambah wawasan dalam pengetahuan kita
semua.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari dosen pengampu mata
kuliah hukum hak kekayaan intelektual, yaitu bapak Heru Sunardi S.H M.H. sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini pasti tidak jauh dari kesalahan
atau kekurangan baik secara sengaja ataupun ketidaktahuan, Kami mohon maaf dalam tidak
nyaman-an dalam membaca makalah ini.

kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan memberikan
banyak manfaat bagi kita semua.

Mataram, 17 Seftember 2023


Bab 1

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Merek dagang sebagai hak kekayaan intelektual pada hakikatnya adalah suatu tanda yang
digunakan untuk mengidentifikasi asal barang dan jasa suatu perusahaan (brand of origin)
dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Dengan bantuan merek, pengusaha dapat menjaga
dan menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi (quality Guarantee) serta mencegah
terjadinya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pengusaha lain yang beritikad buruk dan
berniat mengkhianati reputasinya..1

Dari sejarah pengaturan merek di Indonesia dapat diketahui bahwa Reglement Industriele
Eigedom (RIE) yang diterapkan pada masa penjajahan Belanda, tertuang dalam Stb. 1912 no.
545 Jo. dll. 1913 no. 214 hingga setelah Indonesia merdeka, Peraturan Merek diberlakukan
berdasarkan Pasal 2 Ketentuan Peralihan UUD 1945. Peraturan ini bertahan hingga akhirnya
pada akhir tahun 1961 peraturan tersebut diganti dengan UU No. 21 Tahun 1961 tentang Merek
Dagang dan Merek Dagang Perusahaan, diterbitkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan dimuat
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 290 dan penjelasannya dimuat dalam lampiran
Berita Negara Republik Indonesia. 2341, yang mulai berlaku pada bulan November 1961. 2

Merek juga bermanfaat bagi konsumen, mereka membeli produk tertentu (yang juga
terlihat pada mereknya) karena menganggap merek tersebut berkualitas atau karena reputasi
merek tersebut aman untuk dikonsumsi, juga merek itu sendiri. adalah tanda pengenal yang
membedakan. harta seseorang dari milik orang lain, seperti halnya kepemilikan ternak, dengan
cara menginjak punggung sapi. Pembeda ini dilakukan oleh pengusaha atau perusahaan untuk
membedakan barang atau jasa yang dihasilkannya. Bagi produsen, merek berperan sebagai
jaminan nilai hasil produksi terkait kualitas dan kepuasan konsumen.3

1
Prof Dr. Rahmi Jened S.H., M.H 2015 hukum merek (TRADEMARK LAW) dalam era globalisasi dan integrasi
ekonomi hal. 3.
2
H.OK.SAIDIN,S.H.,M.HUM. Aspek hukum hak kekayaan intelektual. Hal. 331 .
3
Wiranto Dianggoro, 1997, Pembaharuan Undang-undang Merek dan Dampaknya Bagi Dunia Bisnis, Jakarta:
Yayasan Perkembangan Hukum Bisnis, hlm: 34.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukan merek di indonesia?
2. Apa saja pengertian, jenis dan juga persyaratan merek?
3. Apa saja sistem pada hak atas merek ?
4. apa saja prosedur-prosedur pendaftaran merek ?
5. bagaimana cara pengalihan hak atas merek ?
6. berapkah jangka waktu perlindungan hak atas merek ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah pengaturan merek yang ada di Indonesia
2. Untuk sama-sama memahami pengertian, jenis, beserta persyaratan merek
3. Untuk mengidentifikasi sistem pada hak atas merek
4. Untuk mengetahui prosedur dalam melakukan pendaftaran merek
5. Untuk memahami cara pengalihan hak atas merek dan jangka waktu perlindungan hak
atas merek
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

Bab 1................................................................................................................................................3

Pendahuluan.....................................................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

C. Tujuan penulisan.....................................................................................................................4

Bab 2................................................................................................................................................6

Pembahasan.....................................................................................................................................6

A. Sejarah pengaturan merek di Indonesia..................................................................................6

B. Pengertian,jenis dan persyaratan merek..................................................................................6

C. Merek yang sama secara keseluruhan dan kesamaan pada pokoknya....................................7

D. Sistem hak atas merek (sistem deklaratif dan kosntitutif)......................................................7

E. Prosedur pendaftaran merek....................................................................................................7

F. Cara pengalihan hak atas merek..............................................................................................8

G. Jangka waktu perlindungan...................................................................................................10

Bab 3..............................................................................................................................................11

Penutup..........................................................................................................................................11

Kesimpulan................................................................................................................................11

Daftar Pustaka................................................................................................................................12
Bab 2

Pembahasan
A. Sejarah pengaturan merek di Indonesia
Dalam Perkembangan hukum Merek di Indonesia dimulai sejak zaman kolonial sampai
saat ini dari masa bawah kekuasaan Belanda, di Hindia Belanda berlaku Reglement Industrieële
Eigendom tahun 1912 dan Setelah Indonesia Merdeka dan dibentuk beberapa peraturan
perundang-undangan di bidang Merek antara lain :

UU Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan,

UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek,

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas merek

UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek.

Dalam perkembangannya, forum internasional telah menyaksikan perubahan signifikan


dalam perdagangan, terutama dengan berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada
tahun 1995. WTO telah memperkenalkan peraturan terkait perdagangan di bidang hak kekayaan
intelektual, khususnya Perjanjian tentang Hak Kekayaan Intelektual. Aspek Hak Kekayaan
Intelektual Terkait Perdagangan. Aset. Hak Asasi Manusia (TRIPS), hal ini berdampak pada
negara. Tak terkecuali Indonesia dalam meratifikasi perjanjian pembentukan WTO. Pada tahun
2001, UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dagang disahkan sebagai penyesuaian atas
persetujuan WTO.4

B. Pengertian,jenis dan persyaratan merek


Dalam UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, merek adalah
tanda dengan ciri khas yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, corak warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Adapun menurut para tokoh tentang pengertian merek
adalah antara lain:

4
Rosyda gramedia blog pengertian merek : sejarah, fungsi, dan Jenis-jenisnya
1. Menurut Tjiptono

Merek adalah simbol, alat hukum ( hak milik ), perusahaan, singkatan, mitigasi
risiko, positioning, kepribadian, rantai nilai, visi, nilai tambah harga, identitas, citra, hubungan,
dan entitas yang berkembang.
2. Menurut Simamora

Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual di antara barang dan
jasa dari penjual lain.

Adapun jenis merek yang diatur dalam UU Merek Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis (UU Merek) antara lain sebagai berikut:

1. Merek Dagang
2. Merek jasa
3. Merek kolektif 5

C. Merek yang sama secara keseluruhan dan kesamaan pada pokoknya


Dalam pasal 21 ayat (1) UU MIG dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “kesamaan
secara substansial” adalah kesamaan yang disebabkan oleh adanya unsur yang menonjol antara
merek yang satu dengan merek yang lain, sehingga menimbulkan kesan serupa baik bentuk
maupun cara, kedudukan, ejaan atau kombinasi unsur atau persamaan bunyi ujaran yang
terkandung dalam Merek Dagang.

Selain itu, Putusan MA Nomor 789 K/PDT.SUS-HKI/2016 dan Putusan MA Nomor 279
PK/Pdt/1992 juga dengan jelas menyatakan bahwa Merek mempunyai persamaan sifat atau
keseluruhan apabila memiliki :

1. Persamaan bentuk (similarity of form);


2. Persamaan komposisi (similarity of composition);

5
Kekayaan Intelektual(HKI) » Merek » Yuk, Kenali Jenis Merek Berdasarkan Undang-Undang
3. Persamaan kombinasi (similarity of combination);
4. Persamaan unsur elemen (similarity of elements);
5. Persamaan bunyi (sound similarity);
6. Persamaan ucapan (phonetic similarity) atau;
7. Persamaan penampilan (similarity of appearance).6

D. Sistem hak atas merek (sistem deklaratif dan kosntitutif)

Sistem hak atas Merek adalah sisitem yang memberikan hak ekslusif kepada pemilik
merek untuk menggunakan dan memperdagangkan merek tersebut, ada dua sistem perlindungan
merek yaitu:

1. Sistem deklaratif (pertama kali digunakan)


Sistem registrasi atau pendaftaran deklaratif adalah suatu sistem dimana orang yang
berhak mendapat perlindungan hukum adalah pengguna pertama dari merek yang bersangkutan.
Sistem pendaftaran deklarasi ini diperkenalkan dalam undang-undang nomor: 21 tahun 1961.
Dengan kata lain, pendaftaran tidak menimbulkan suatu hak merek, tetapi sebaliknya,
penggunaan yang pertama kali di indonesialah yang menimbulkan atau mengawali hak
tersebut7. Sistem pendaftaran deklaratif undang-undang nomor 21 tahun 1961 ada pada
ketentuam pasal 2 ayat (1).
Pendaftaran dengan sistem deklaratif mempunyai banyak fungsi yang lebih mudah
pembuktiannya, artinya dengan memperoleh surat pendaftaran maka akan lebih mudah untuk
membuktikan apakah dad pihak lain ynag mengaku sebagai pemilik merek tersebut 8. Hal ini
berlaku sepanjang pihak lain tidak dapat membuktikan bhwa ia adalah pengguna pertama dari
merek yang terdaftar, atau dengan kata lain bahwa pendaftaran merek yang pertama kali hanya
sekedar keraguan hukum ia adalah pengguna pertama.
Artinya, orang yang mendaftarkan mereknya belum tentu dianggap mempunyai hak
untuk menggunakan merek tersebut selamanya, karna jika orang lain dapat membuktikan bahwa
dialah pemilik asli merek tersebut. Ibarat mereka terdaftar, maka orang yang pertama kali

6
2021 Bima Satriojati pahami klausa “persamaan pada pokoknya” agar merek tidak di tolak
7
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Hukum Merek Indonesia, PT,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal.40.
hal.20
8
Sudargao Gautama, Op.Cit, hal.33
mendaftarkan merek tersebut merek dagag akan dimiliki hak untuk mengunakan merek dagag
yang dicabut.
Dalam sistem deklaratif ini, pendaftar bukanlah suatu keharusan, dan bukan suatu syarat
mutlak bagi pemilik untuk mendaftarkan mereknya, karna fungsi pendaftaran dalam sisitem ini
hanya memudahkan pembuktian bahwa pemiliknya adalah pemilik yang sah sebagai pengguna
pertama. Akibat dari sistem deklaratif ini adalah pemilik merek kurang memiliki kepatian
hukum, karna selalu ada kemungkinan akan di ambil tidakan hukum oleh pihak lain dan jika
pihak lain tersebut dapat membuktikanya, cara yang lebih memungkinakan adalah merekalah
yang pertama kali mengunakan, merek tersebut, maka pihak lainya adalah pemilik sah merek
tersebut atau orang yang memiliki merek tersebut.
Sistem deklaratif merupakan sistem pendaftaran yang hanya menimbulkan keraguaan
terhadap keberadaan hak sebagai pengguna pertama merek, siztem deklaratif dinilai kurang
menjamin kepstian hukum di banding sistem konstitutif berbasis registrasi pertama yang lebih
memberikan kepastian hukum. Sistem pendaftar pertama (first to file principle). Artinya merek
yang didaftar adalah yang memenuhi syarat dan merupakan merek yang pertama, tidak semua
merek dagang dapat didaftarkan , suatu merek tidak dapat didaftarkan berdasarkan permohonan
yang di ajukan oleh pemohon dengan itikad baik, pemohon yang bonafit adalah pemohon yang
mendaftarkan mereknya secara tidsk benar dan tidak jujur , adanya maksud tersembunyi, seperti
membonceng meniru atau meniru reputasi, menciptakan persaingan tidak sehat, dan menipu atau
membingungkan konsumen.
Sistem deklaratif ini dalam kenyataannya menyebabkan timbul banyak sekali sengketa
merek dalam dunia perdagangan, karena sistem ini sangat potensial melakukan pembajakan
terhadap merek-merek yang mempunyai reputasi tinggi atau merek yang sudah terkenal.
Disamping itu telah cukup banyak praktisi dan pengamat hukum merek berpendapat bahwa
Undang- Undang Merek 1961 memiliki+ banyak kelemahan, hal ini terjadi karena sistem yang
dianut yaitu sistem deklaratif atau first to use principle yang kerap kali menimbulkan kesulitan
dalam menentukan siapakah sebenarnya pemakai pertama (yang beritikad baik) terhadap merek
yang dipermasalahkan.
Pendaftaran merek dengan sistem deklaratif dapat menimbulkan ketidakpastian hukum
karena pendaftaran merek dapat sewaktu-waktu dibatalkan apabila pihak lain dapat
membuktikan bahwa dirinyalah pemilik pertama merek yang didaftarkan tersebut. Oleh karena
itu, pendaftaran dengan menggunakan sistem deklarasi di Indonesia sudah tidak digunakan lagi
sejak diundangkannya Undang-undang No: 19/1992 tentang Merek. Negara lain yang masih
menggunakan sistem registrasi deklaratif adalah Amerika Serikat, sebagaimana diatur dalam
Lanham Act of 1946 atau Lanham Federal Trademark Act.9

Jadi Sistem pendaftaran deklaratif adalah suatu sistem dimana pihak yang memperoleh
manfaat perlindungan hukum merupakan pengguna pertama dari Merek yang bersangkutan,
namun menimbulkan ketidakpastian hukum karena pendaftaran suatu merek dapat dibatalkan
sewaktu-waktu apabila apabila terbukti ada pihak lain. pemilik asli merek terdaftar.

2. Sistem konstitutif

Bagi merek dengan sistem konstituen, diperlukan pendaftaran untuk memperoleh hak
merek. Tanpa pendaftaran negara, pemilik merek tidak akan diberikan hak atas merek tersebut.
Artinya, tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan menikmati perlindungan hukum
negara jika mereknya ditiru oleh orang lain.
Pendaftaran merek yang digunakan di Indonesia sejak Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1992 merupakan sistem konstituen. Dalam sistem konstitutif ini, perlindungan hukum bertumpu
pada itikad baik pemohon pertama10. Hal ini juga diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 yang mengatur bahwa merek tidak boleh didaftarkan oleh pemohon yang tidak
mempunyai itikad baik.

sistem deklaratif yang lebih mempersulit penerapan hukum, sistem ketatanegaraan


dengan asas first-to-file atau dengan doktrin prioritas sementara, kerugian yang lebih ringan,
cenderung memudahkan memberikan. Kepastian hukum bagi pemilik sebenarnya dari suatu
merek adalah hal yang paling penting untuk dilindungi: kepastian hukum alat bukti, karena
hanya didasarkan pada fakta pendaftaran. Pendaftaran adalah satu-satunya bentuk bukti utama.
Hal ini tentu menimbulkan keraguan hukum mengenai siapa pemilik merek tersebut, siapa yang
mempunyai hak paling besar, dan tidak meninggalkan perselisihan antara pemohon pertama dan
pengguna pertama.

9
HD.Effendy, Hasibuan, Perlindungan Merek, Studi Mengenai Putusan Pengadilan Indonesia dan Amerika Serikat,
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 29.hal.88.
10
Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 326
Permohonan merek dagang juga harus ditolak jika merek tersebut secara substansial atau
seluruhnya mirip dengan merek dagang pihak ketiga yang sebelumnya didaftarkan untuk barang
atau jasa serupa yang secara substansial atau seluruhnya mirip dengan indikasi geografis yang
diketahui11. Persyaratan Merek Dagang Untuk dapat didaftarkan, sesuatu dapat digolongkan dan
diakui sebagai merek apabila:
a. Memiliki fungsi pembeda Merupakan tanda pada barang atau jasa (elemen gambar,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna atau kombinasi dari elemen tersebut)
b. Tidak menghormati unsur-unsur yang bertentangan dengan kesopanan dan ketertiban
umum Tidak ada kepemilikan publik Ini bukan merupakan informasi tentang atau
berkaitan dengan produk atau layanan yang memerlukan pendaftaran

Selain dilakukan pengecekan isi, mekanisme publikasi juga harus dilaksanakan dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan dengan cara memasang papan pengumuman khusus yang dapat dengan
mudah dilihat oleh masyarakat pada Berita Merek resmi yang diterbitkan oleh Departemen. Hal
ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang dirugikan dapat mengajukan keberatan terhadap
pendaftaran merek dan mencegah dilakukannya pendaftaran merek oleh pihak-pihak yang
beritikad tidak baik.

Apabila jangka waktu penerbitannya telah berakhir dan tidak ada keberatan atau
sanggahan dari pihak lain, maka Departemen Umum Merek akan mendaftarkan merek tersebut
dalam Daftar Umum Merek dan tetap menerbitkan sertifikat merek tersebut. Sertifikat merek
merupakan bukti pendaftaran merek dan juga bukti kepemilikan. Dalam hal penolakan
permohonan merek, keputusan akan diberitahukan secara tertulis oleh Departemen Umum Merek
kepada pemilik merek atau pengacaranya disertai alasannya. Penolakan terhadap keputusan ini
dapat berupa pengaduan tertulis oleh pemilik merek dagang atau perwakilannya kepada Komisi
Banding Merek Dagang. Mengenai permohonan banding dan Dewan Banding Merek diatur
dalam Pasal 29 sampai dengan 34 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.

Sistem konstitutif ini berlaku di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Merek Tahun


1992 (lihat Pasal 2). Dalam sistem konstitutif Undang-Undang Merek Dagang tahun 1992, teknik

11
Ahmadi M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm.
11
pendaftaran telah diatur selengkap mungkin, melalui pemeriksaan formal terhadap persyaratan
pendaftaran dan pemeriksaan isi merek. Sebelum melanjutkan pemeriksaan substantif, akan
dikeluarkan pemberitahuan mengenai permohonan merek. Mereka yang merasa dirugikan
dengan pengumuman ini bisa memprotesnya. Pihak yang meminta pendaftaran merek berhak
menolak keberatan tersebut.

Apabila prosedur pemeriksaan substantif telah selesai dan pendaftaran merek dilakukan
dengan memasukkan mereknya ke dalam Daftar Umum Merek, maka pemilik merek akan
menerima sertifikat merek. Sertifikat ini merupakan bukti hak merek, bukti bahwa pemilik merek
telah diberikan hak khusus oleh negara untuk menggunakan merek terdaftar tersebut. Alat bukti
tersebut tidak termasuk dalam sistem deklarasi, karena pemilik merek yang mendaftarkan
mereknya hanya menerima sertifikat pendaftaran, bukan sertifikat. Di sinilah kita dapat melihat
adanya jaminan kepastian hukum bagi pengguna merek dalam sistem pendaftaran merek
konstituen. Merek yang tidak terdaftar dapat dipastikan bahwa pemilik merek yang bersangkutan
tidak mempunyai hak atas merek tersebut.

Jadi Sistem konstitutif menekankan bahwa pendaftaran diperlukan untuk memperoleh


hak atas suatu merek, sehingga terdapat kepastian hukum dalam menentukan siapa sebenarnya
pemilik merek tersebut yang yang terpenting harus melindungi, serta 'keamanan hukum alat
bukti, karena Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pendaftaran merupakan bukti utama,
sehingga tidak terjadi perselisihan antara pendaftar pertama dan pengguna pertama

E. Prosedur pendaftaran merek


1. Pengajuan pendaftaran merek

Pengajuan pendaftaran merek dapat dimintakan untuk lebih dari satu kelas barang dan/atau
jasa dengan menyebut barang dan/atau jasa yang dimintakan sesui dalam pasal 8 Ayat 1 dan 2
UU No. 15/2001. Adapun yang dimaksud dengan kelas barang atau jasa adalah kelompok jenis
barang atau jasa yang memiliki persamaan dalam :

a. Sifat , contoh : sabuk , dompet kulit.


b. Cara pembuatan , Contoh : terasi , petis , emping
c. Cara penggunaannya, contoh : sepatu, sandal
Untuk keperluan untuk pendaftaran merek harus dipenuhi persyaratan formal selain itu harus
dipenuhi persyaratan material. Pendaftaran material atau subsantif bahwa merek yang
didaftarkan tidak bertentangan dengan alasan absolut ( pasal 4 dan pasal 5 UU No. 15/2001 serta
alasan relatif (pasal 6 UU No. 15/2001).12

2. Merek yang Tidak Dapat Didaftarkan

Merek tidak dapat didaftarkan jika merek tersebut mengandung salah satu unsur yang
diatur dalam Pasal 20 UUM dan permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal jika merek
tersebut sesuai yang di atur dalam Pasal 21 UUM.13

Dalam pasal 20 UU No. 20 tahun 2016 merek yang tidak dapat didaftarkan adalah antara
lain :

a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan , moralitas,


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
b. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut bararg dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya;
c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis,
ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis;
d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, maniaat, atau khasiat dari
barang dan/atau jasa yang diproduksi;
e. tidak memiliki daya pembeda
f. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum

3. hilangya hak atas merek

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis (UU Merek), hak merek diperoleh setelah pendaftaran merek. Hak Merek adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek terdaftar untuk jangka waktu 10

12
Prof Dr. Rahmi Jened S.H., M.H 2015 hukum merek (TRADEMARK LAW) dalam era globalisasi dan integrasi
ekonomi hal.145
13
Khoirul Hidayah, S.H., M.H.2017 HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL hal. 56-57
tahun (dapat diperpanjang). Pemilik merek dapat menggunakan mereknya sendiri atau memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk menggunakannya (lisensi).

Merek yang sudah terdaftar mendafat perlindungan tapi merek yang terdaftar bisa di
hapus dengan 3 alasan yaitu :

a. penghapusan merek oleh pemilik

Berdasarkan Pasal 72 ayat (1) UU Merek, permohonan penghapusan dapat diajukan


secara langsung atau melalui agen. Jika konten yang akan dihapus masih terikat dengan
perjanjian lisensi, penghapusan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis dari penerima
lisensi. Hal ini dikecualikan jika dalam perjanjian lisensi penerima lisensi secara tegas
menyanggupi untuk mengesampingkan perjanjian ini.

b. penghapusan merek oleh mentri

Berdasarkan Pasal 72 ayat (6) UU Merek, Menteri dapat melakukan penghapusan apabila
mempunyai kemiripan dengan indikasi geografis. Melawan ideologi negara, hukum, kesusilaan,
agama, kesusilaan, dan ketertiban umum. Ada kesamaan umum dengan instruksi tradisional.
ekspresi budaya, warisan, budaya takbenda atau nama/logo yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Penghapusan ini dapat dilakukan setelah mendapat pendapat dari Komisi Banding
Merek Dagang.

c. penghapusan merek oleh pihak lain

Pasal 74 ayat (1) UU Merek, penghapusan berupa proses di Pengadilan Niaga.


Penghapusan oleh pihak ketiga dapat dilakukan dengan alasan merek tersebut tidak digunakan
selama 3 tahun berturut-turut. 14

F. Cara pengalihan hak atas merek


Pengalihan hak atas merek terdapat dalam undang-undang nomor 20 tahun 2016 pasal 41
ayat (1) tentang merek dan indikasi geografis, hak atas merek dapat di pindahkan atau dialihkan
haknya karna:

a. Pewarisan
14
2020 M. A. Mukhlishin ini 3 alasan yang membuat merek terdaftar bisa dihapus
b. Wasiat
c. Wakaf
d. Hibah
e. Perjanjian atau

Sebab-sebab lainya yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan.

a. Pengalihan hak atas merek terdaftar oleh pemilik merek yang memiliki lebih dari satu
merek terdaftar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruanya untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis hanya dapat dilakukan jika semua merek terdaftaar
tersebut dialihkan kepada pihak yang sama.
b. Pengalihan Hak atas merek terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dimohonkan pencatatanya kepada mentri.
c. Permohonan penyampaian hak atas merek sebagaimana di maksud pada ayat (3) disertai
dengan dokumen pendukungnya.
d. Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang telah dicatat sebaagaaimana dimaksud pada
ayat (3) diumumkan pada Berita Resmi merek.
e. Pengalihan Hak atas Pendaftaran Merek yang tidak dicatat tidak berdampak hukum pada
pihak ketiga.

Pencatatan pengalihan Hak atas Merek sebagaiman di maksud pada ayat (1) dikenai biaya.

a. Pengalihan hak atas merek sebagai mana di maksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada
saat proses permohonan pendaftaran Merek.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tatacara permohonan pencatatan Hak atas
Merek sebagaimana diamaksud pada ayat (1) samapai dengan ayat (8) diatur dengan
praturan mentri.15

Intinya merek dapat dipindahkan ke pada siapa saja dan oleh siapa saja, oleh karna itu,
diperbolehkan berpindah dari satu orang atau lebih ke perusahaan, kemungkinna yang mungkin
timbul kerika mengalihkan merek dagang dari individu ke bisnis antara lain:

a. seseorang menjual mereknya kepada perusahaan tertentu, penjualan merek dagang harus
di catat dalam kontrak pengalihan merek
15
https://www.ipindo.com/pengalihan-hak-atas-merek
b. perusahaan swasta berkembang sehingga mengarah pada terbentuknya badan hukum (PT)
merek dangang dapat ditransper melalui sumbangan.

Untuk dapat mengalihkan hak merek dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan
pengalihan merek ke pada kementrian hukum dan Hak Asasi Manusia (pasal 41 ayat (3) UU
merek), syarat dan tata cara telah diatur lengkap dalam praturan kementrian hukum Hak Asasi
manusia nomor 67 tahun 2016 tentang pendaftaran merk (permenkum HAM 67/2016), sebagai
berikut:

1. Permohonan pencatatan Pengalihan Merek dapat dilakukan oleh Pemilik Merek


atau kuasanya. Permohonan dapat dilakukan secara elektronik atau
nonelektronik (Pasal 38 ayat (1))
2. Dalam mengajukan permohonan, harus melampirkan syarat-syarat berupa (i)
Akta hibah, akta perjanjian, atau bukti lain yang dibenarkan oleh Undang-
Undang; (ii) Foto kopi sertifikat Merek, petikan resmi Merek terdaftar, atau bukti
Permohonan; (iii) Salinan sah akta badan hukum, jika penerima hak merupakan
badan hukum; (iv) Foto kopi identitas pemohon; (v) Surat kuasa, jika diajukan
melalui Kuasa; dan (vi) Bukti pembayaran biaya (Pasal 39).
3. Dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen persyaratan selama
jangka waktu 15 hari. Dalam hal dokumen tidak lengkap, maka pemohon wajib
melengkapi persyaratan selama 3 bulan. Apabila dalam 3 bulan pemohon tidak
melengkapi persyaratan, permohonan dianggap ditarik kembali. (Pasal 43-44).
4. Dalam hal persyaratan telah dinyatakan lengkap, maka Menteri melakukan
pencatatan pengalihan hak atas Merek terdaftar dalam jangka waktu 6 bulan.
Menteri memberitahukan pelaksanaan pencatatan pengalihan hak atas Merek
secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya. Menteri mengumumkan
pengalihan hak atas Merek yang telah dicatatkan dalam Berita Resmi Merek.
(Pasal 45).

Faktor- faktor yang perlu di perhatikan ketika mengalihkan hak atas merek antara lain:

1. Pemindahan yang tidak didaftarkan tidak mempunyai akibat hukum bagi pihak
ketiga (pasal 42 ayat (6) UU merek).
2. Pengalihan merek oleh pemilik merek yang memiliki beberpa merek terdaftar
yang serupa untuk barang dan/atau jasa yang serupa hanya dapat dilakukan
apabila seluruh merek terdaftar tersebut dialihkan dan dialihkan kepada pihak
yang sama (pasal 41 ayat (2) UU merek).
3. Pengalihan merek dapat dilakukan terhadap merek yang sedang dalam proses
permohonan (pasal 41 ayat (8) UU merek).16

G. Jangka waktu perlindungan


Dalam pasal 35 UU No.20 tahun 2016 : (1) Merek terdaftar mendapat pelindungan
hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan. (2) Jangka waktu
pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
sama. (3) permohonan perpanjangan sebagaiman dimaksud pada ayat 2 diajukan secara
elektronik atau non elektronik dalam bahasa Indonesia oleh pemilik merek atau kuasanya dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu pelindungan bagi Merek
terdaftar tersebut dengan dikenai biaya. (4) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) masih dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)bulan setelah
berakhirnya jangka waktu perlindungan merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya dan denda
sebesar biaya pendaftaran.

H. Prosedur menuntut pelanggaran hak merek

Dalam UU No.20 tahun 2006 tentang merek dan indikasi geografis pemilik merek dapat
melakukan 3 hal jika pemilik merek merasa haknya dilanggar yaitu :

1. Gugatan Perdata

2. pengaduan pidana

3. alternatif penyelessaian sengketa17

16
https://smartlegal.id/hki/merek/2021/03/25/ini-cara-melakukan-pengalihan-merek-dari-perorangan-ke-
perusahaan/
17
2020 M. A. Mukhlishin langkah hukum yang bisa dilakukan jika merek Anda digunakan orang lain tanpa izin
Bab 3

Penutup
Kesimpulan
Dalam perkembangan hak atas merek dimulai sejak zaman kolonial sampai saat ini dari
masa dibawah kekuasaan belanda, dan setelah kemerdekaan Indonesia terbentuklah UU yang
bergerak dalam bidang merek. Adapun pengertian merek adalah tanda dengan ciri khas yang
berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, corak warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.
Adapun sistem hak atas merek terdiri dari sistem deklaratif dan sistem konstitutif dan jangka
waktu perlindungan hak atas merek terdapat dalam pasal 35 UU No. 20 tahun 2016,adapun tata
cara penuntutan pelanggaran hak merek terdapat dalam UU No. 20 tahun 2006.
Daftar Pustaka
Prof Dr. Rahmi Jened S.H., M.H 2015 hukum merek (TRADEMARK LAW) dalam era
globalisasi dan integrasi ekonomi hal. 3.
H.OK.SAIDIN,S.H.,M.HUM. Aspek hukum hak kekayaan intelektual. Hal. 331 .
Wiranto Dianggoro, 1997, Pembaharuan Undang-undang Merek dan Dampaknya Bagi Dunia
Bisnis, Jakarta: Yayasan Perkembangan Hukum Bisnis, hlm: 34.
Rosyda gramedia blog pengertian merek : sejarah, fungsi, dan Jenis-jenisnya
Kekayaan Intelektual(HKI) » Merek » Yuk, Kenali Jenis Merek Berdasarkan Undang-Undang
2021 Bima Satriojati pahami klausa “persamaan pada pokoknya” agar merek tidak di tolak
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Hukum Merek Indonesia, PT,Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1993, hal.40. hal.20
Sudargao Gautama, Op.Cit, hal.33
HD.Effendy, Hasibuan, Perlindungan Merek, Studi Mengenai Putusan Pengadilan Indonesia dan
Amerika Serikat, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,
hlm 29.hal.88.
Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 326
Ahmadi M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2004, hlm. 11
Prof Dr. Rahmi Jened S.H., M.H 2015 hukum merek (TRADEMARK LAW) dalam era
globalisasi dan integrasi ekonomi hal.145
Khoirul Hidayah, S.H., M.H.2017 HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL hal. 56-57
2020 M. A. Mukhlishin ini 3 alasan yang membuat merek terdaftar bisa dihapus
https://www.ipindo.com/pengalihan-hak-atas-merek
https://smartlegal.id/hki/merek/2021/03/25/ini-cara-melakukan-pengalihan-merek-dari-
perorangan-ke-perusahaan/
2020 M. A. Mukhlishin langkah hukum yang bisa dilakukan jika merek Anda digunakan orang
lain tanpa izin

Anda mungkin juga menyukai