Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


KASUS PT. IDEA FIELD INDONESIA VS MEDIANCE

Dosen pengampu :
Bukhari Yasin, SH.MH.

Disusun oleh :
1. MOCH. FIRZA SUSANTO 21742011009
2. RYAN IFANTANA SAPUTRA 21742011012
3.MOHAMMAD IKHSAN 21742011039
4. NURUL FAJRIYAH 21742011054
5. NELI AGUS TINA 21742011057
6. LAILATUL MUTMAINAH 21742011058
7.
8.

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmad, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Sengketa Hak Kekayaan Intelektual Mata Kuliah Hukum
Acara Peradilan Niaga dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan maksimal, sehingga kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 10 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................
1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................
2
1.3 TUJUAN..................................................................................................
2
BAB II TINJUAN PUSTAKA.................................................................................
3
2.1 PENGERTIAN MEREK..........................................................................
3
2.2 PENYELESIAN SENGKETA MEREK.................................................
4
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................
6
3.1 KASUS IDEA FIELD INDONESIA VS MEDIANCE...........................
6
3.2 PEMBAHASAN KASUS........................................................................
7
3.3 UPAYA HUKUM....................................................................................
9
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
11
4.1 KESIMPULAN........................................................................................
11

ii
4.2 SARAN....................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah
memiliki undang-undang tentang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yang
sebenarnya merupakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan
pemerintah Hindia belanda yang berlaku di Negeri Belanda, diberlakukan
di Indonesia sebagai negeri jajahan Belanda berdasar prinsipko kordansi.
HAKI menjadi sangat penting untuk menggairahkan laju perekonomian
dunia yang pada akhirnya membawa pada era perdagangan kesejahteraan
umat manusia.
HAKI dapat digambakan secara umum, seperti perlindungan
terhadap karya seni, merek, music, fotografi, film, dll. Merek merupakan
salah satu cabang HAKI. Merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada
umum dalam berbagai bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. Bentuk
nyata dari kemampuan karya intelektual tersebut berupa bidang teknologi,
ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Berdasar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis, pada era perdagangan global seperti sekarang ini,
peranan pendaftaran merek sangatlah penting dalam menjaga persaingan
usaha yang sehat, perlindungan konsumen, serta perlindungan Usaha
Mikro, Kecil, dan menengah, dan industri dalam negeri. Di era yang saat
ini, kurangnya kesadaran pentingnya merek bagi pengembang bisnis,
padahal dengan mendaftarkan hak merek atas produknya dapat
memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap produk terebut.
Perlindungan hokum di Indonesia saat ini ditandai dengan
peningkatan gerakan perlindungan hokum terhadap Hak Kekayaan
Intelektual, tepatnya pada merek.

1
Sesuai pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek dan Indikasi geografis :
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau
badan hokum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.”
Definisi merek terus mengalami perkembngan dan perubahan
dengan berstandar pada semakin meningkatnya kebutuhan perlindungan
huum terhadap produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha.
Apabila pelaku usaha tidak mendaftarkan merek logonya kepada
instansi yang berwenang, maka yang terjadi ialah kemacetan dalam
perkembangan, tidak adanya kepastian hokum terhadap merek tersebut
apabila disebarluaskan dan telah dikenal banyak orang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kronologi kasus Idea Field Indonesia vs Mediance?
2. Bagaimana analisis Yuridis dari kasus Idea Field Indonesia vs Mediance?
3. Bagaimana Upaya Hukum dan Hukuman yang berlaku dalam penyelesaian
kasus Idea Field Indonesia vs Mediance?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kronologi kasus Idea Field Indonesia vs Mediance
2. Untuk mengetahui analisis Yuridis kasus Idea Field Indonesia vs Mediance
3. Untuk mengetahui upaya Hukum dan Hukum yang berlaku dalam
penyelesaian kasus Idea Field Indonesia vs Mediance

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Merek


Merek adalah sesuatu gambar atau nama yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu produk barang atau jasa yang ada di dalam pasaran.
Merek berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil
produksi yang dihasilkan seseorang atau badan hokum. Objek atas merek
adalah karya-karya seseorang yang berupa tanda, baik tulisan, gambar,
kombinasi tulisan dan gambar yang diciptakan dengan tujuan untuk
membedakan barang satu dengan yang lainnya.setiap merek menampilkan
wujud reputasi yang bernilai moral, material, dan komersial. Merek
mempunyai posisi penting bagi berkembangnya usaha atau bisnis para
pedagang atau pengusaha yang terbaik bagi konsumen.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang merek diganti dengan
undang-undang nomor 19 tahun 1992 tentang merek diubah dengan undang-
undang nomor 14 tahun 1997 tentang perubahan atas undang-undang nomor
19 tahun 1992 tentang merek.
Hukum merek berfungsi sebagai melindungi pemilik merek tersebut dari
pihak lain yang hendak mengambil keuntungan secara tidak jujur. Saat ini
Indonesia telah mempunyai Undang-undang Merek terbaru yaitu Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 1 Agustus
2001 seiring dengan telah diratifikasinya Konvensi Pembentukan World Trade
Organization (WTO). Undang-undang ini menggantikan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan
Undang undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas
Undangundang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek mendefinisikan
merek secara lebih detail yaitu yang berbunyi sebagai berikut: 1. “Merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angkaangka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”.maka penulisan

3
ini memfokuskan pada pembahasan tentang ”perlindungan merek bagi
pemegang hak merek ditinjau dari undang-undang nomor 15 tahun 2001
tentang merek.”

2.2 Penyelesaian sengketa merek


Berdasarkan ketentuan dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang
Merek, maka upaya penyelesaian sengketa di bidang merek dapat
ditempuh melalui penyelesaian sengketa secara litigasi, alternatif
penyelesaian sengketa ataupun arbitrase.
1. Litigasi
merupakan salah satu upaya penyelesaian sengketa melalui
lembaga pengadilan. Dari Undang-Undang Nomor 15 tahun
2001 tentang merek dapat diketahui ada jenis bentuk tuntutan
gugatan atas pelanggaran merek terdaftar yang berbunyi,
yaitu :41 gugatan ganti rugi atau penghentian penggunaan merek
yang dilanggarnya. Ganti rugi disini dapat berupa ganti rugi
materiil dan ganti rugi immateriil. Ganti rugi materiil berupa
kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang. Sedangkan
ganti rugi immateriil berupa tuntutan ganti rugi yang disebabkan
oleh penggunaan merek dengan tanpa hak, sehingga pihak yang
berhak menderita kerugian secara moral.
2. Non Litigasi
Sama halnya dengan penyelesaian sengketa paten, penyelesaian
sengketa atas hak merek juga dapat dilakukan di uar pengadilan,
baik menggunakan arbitrase atau alternative penyelesaian
sengketa. Dalam Pasal 84 UndangUndang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek dinyatakan bahwa selain penyelesaian
gugatan melalui Pengadilan Niaga, para pihak dapat
menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif
Penyelesaian Sengketa.

4
a. Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatif
penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak yakni penyelesaian pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
b. Arbitrase
Menurut UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, disebutkan
bahwa :”Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata
diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”
(Pasal.1 ayat (1))
Dalam Pasal.5 ayat (1) ditentukan bahwa sengketa yang
dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh
pihak yang bersengketa.
Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa
klausul arbitrase yang tercantum dalam perjanjian tertulis
yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa
(Pactumdecompromittendo ) atau suatu perjanjian arbitrase
tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa
(Actecompromise)

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus Idea Field Indonesia vs Mediance


PT. IDEA FIELD INDONESIA berlokasi di jalan Burangrang No. 34
Bandung, Jawa Barat adalah perusahaan yang bergerak di bidang desain grafis
dan desain multimedia. Perusahaan ini menciptakan desain dengan isi dan
konteks yang kuat, menciptakan produk-produk (desain) yang indah dan tiap
kliennya di tangani dengan detail dan teliti. Karya desain grafis PT IDEA
FIELD INDONESIA bersifat dinamis dan berubah mengikuti perkembangan
aman. Perusahaan ini memasarkan dan memperdagangkan jasanya secara
nasional dan internasional, melalui pemasaran secara langsung maupun
melalui media internet agar karya desain grafisnya dikenal dan digunakan
secara internasional.
Melalui http://www.elance.com PT IDEA FIELD INDONESIA
memasarkan karya-karya desain grafisnya di dunia maya (internet), dalam
website ini PT IDEA FIELD INDONESIA dihubungkan dengan para pembeli
karya desain grafis atau pembeli jasa untuk membuat desain grafis. Dalam
website ini PT IDEA FIELD INDONESIA diharuskan meng-upload katalog
yang berisi karya-karya desain grafis, agar para pembeli bisa melihat hasil-
hasil karya yang diciptakan oleh perusahaan. salah satu katalog yang di-upload
di internet adalah :
Pada tanggal 13 Juni 2008 PT IDEA FIELD INDONESIA mendapatkan
laporan dari http://www.elance.com bahwa katalog berisi karya-karya desain
grafis digunakan tanpa izin oleh pihak MEDIANCE dalam website
elance.com dan lambang idea field diubah menjadi lambing MEDIANCE.
Sehingga katalog tersebut berhasl menarik para pembeli jasa pembuat krya
desain grafis untuk membeli karya dan jasa MEDIANCE, bahkan
MEDIANCE berhasil menjual salah satu karya desain grafis dalam katalog
tersebut.
ANALISA BUKTI

6
Dalam kasus ini bukti yang ada terletak pada desain grafis hasil karya
Idea Field Indonesia yang sangat mirip dengan design Mediance sehingga
dengan demikian dapat diketahui bahwa Mediance secara benar telah
melakukan pelanggaran Hak Cipta desain grafis karya dari Idea Field
Indonesia

3.2 Pembahasan Kasus


Kasus tersebut menggunakan Undang-undang Republik Indonesia maka
kasus tersebut akan menjerat yang bersangkutan dengan Pidana pada pasal 72.
Namun sebelumnya dijabarkan terlebih dahulu pasal-pasal yang terkait pada
kasus tersebut. Pada dasarnya, sebuah Hak Cipta bisa langsung dimiliki oleh
penipta sebuah karya walaupun belum terdaftar dalam pengesahan.oleh karena
itu, mengapa diadakannya perundang-undangan mengenai Hak Cipta agar
sebuah karya dari pencipta asli tidak dapat di palsukan atau diambil alihkan
secara tidak hormat.
Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa pada :

BAB II
LINGKUP HAK CIPTA
Bagian Ketiga
Hak Cipta Atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui

Pada pasal11 ayat 2 menyatakan bahwa jika suatu Ciptaan telah


diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada Ciptaan tersebut hanya
tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit memegang Hak Cipta atas
Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.
Dapat dijelaskan bahwa Penerbit dianggap Pemegang Hak Cipta atas
Ciptaan yang diterbitkan dengan menggunakan nama samaran Penciptanya.
Dengan demikian , suatu Ciptaan yang diterbitkan tetapi tidak diketahui
siapa penciptanya, penerbit yang namanya tertera di dalam ciptaan dan dapat
membuktikan sebagai penerbit , yang pertama kali menerbitkan ciptaan

7
tersebut dianggap sebagai Pemegang hak cipta. Hal ini tidak berlaku apabila
pencipta di kemudian hari menyatakan identitasnya dan ia dapat
membuktikan bahwa ciptaan tersebut adalah ciptaannya.
Yang artinya bahwa PT. IDEA FIELD INDONESIA memegang hak cipta
atas desain grafis tersebut.
Bagian Keempat
Ciptaan yang Dilindungi

Pasal 12 ayat 1 dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah


ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,seni, dan sastra, yang mencakup :
1. Buku, program computer, pamphlet, perwajahan (lay out) karya
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya ;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan
itu ;
3. Alat peraga yag dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantonim ;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni
ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni
terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
11. Sinematografi;
12. Terjemahan tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dari hasil pangalihwujudan

8
Penjelasan :

Huruf f, yang dimaksud dengan gambar antara lain meliputi: motif,


diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf indah, dan gambar tersebut dibuat
bukan untuk tujuan desain industri.

3.3 Upaya Hukum

Pada tanggal 24 Juni 2008 PT. IDEA FIELD INDONESIA melakukan


somasi pada MEDIANCE melalui e-mail yang berisikan, bahwa katalog
tersebut dan semua karya desain grafis di dalamnya adalah ciptaan PT. IDEA
FIELD INDONESIA yang dilindungi oleh hak cipta, sehingga MEDIANCE
harus menghentikan penggunaan katalog tersebut dan membayar sejumlah
uang karena telah menjual salah satu karya desain grafis dalam katalog
tersebut sebesar 500 US$ selambat-lambatnya pada tanggal 29 Juni 2008.

Sampai pada tanggal 29 Juni 2008 tidak ada tanggapan dari


MEDIANCE terhadap somasi PT IDEA FIELD INDONESIA. Kemudian PT
IDEA FIELD INDONESIA meminta bantuan
kepada http://www.elance.com sebagai pihak yang menyediakan layanan
untuk menyelesaikan masalah dnegan pihak MEDIANCE. Sehingga pada
tanggal 15 Juni 2008 tim Elance.com membentuk badan arbitrase Ad-Hoc
untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pihak PT IDEA FIELD INDONESIA
memilih hakim arbiter dari Asosiasi Desain Grafis Internasional dan pihak
MEDIANCE menyetujuinya.
Hasil arbitrase pada tanggal 15 Agustus 2008 adalah pihak
MEDIANCE akan mengehentikan penggunaan katalog tersebut dalam website
elance.com dan akan membayar uang sebesar 300 US$ atas penggunaan
katalog dan perbanyakan karya desain grafis tersebut. Hasil putusan Arbitrase
tersebut telah dilaksanakan oleh MEDIANCE. Tetapi uang sebesar 300 US$
harus rela dipotong sebesar 100 US$ untuk biaya arbitrase yang disediakan
oleh elance.com.

9
UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
Dalam kasus tersebut tidak dijelaskan Undang-Undang yang
berlaku, tetapi jika di analisa maka kasus tersebut terkena Undang-Undang
Hak Cipta Pasal 72 ayat 2 yang berbunyi :

“Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana di maksud pada ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”

HUKUMAN YANG BERLAKU


Dalam kasus ini jika dilihat dari Undang-Undang yang berlaku,
maka akan dikenakan hukuman penjara paling lama lima tahun dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00. Karena dalam kasus ini dilakukan
diambil sebagai mediasi atau arbitrase maka dari hasil arbitrase
MEDIANCE dijatuhi hukuman berupa denda sebesar 300 US$ walaupun
ada pemotong dengan biaya Arbitrase.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HAKI dapat digambakan secara umum, seperti perlindungan
terhadap karya seni, merek, music, fotografi, film, dll.Dalam HAKI terdapat
salah satu jenis yaitu Hak Cipta,jenis ini terlihat mencolok dari hak kekayaan
intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas
penggunaan invensi),karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk
melakukan sesuatu,melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.Merek merupakan salah satu cabang HAKI. Berdasar Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, pada
era perdagangan global seperti sekarang ini, peranan pendaftaran merek
sangatlah penting dalam menjaga persaingan usaha yang sehat, perlindungan
konsumen, serta perlindungan Usaha Mikro, Kecil, dan menengah, dan
industri dalam negeri. Hukum merek berfungsi sebagai melindungi pemilik
merek tersebut dari pihak lain yang hendak mengambil keuntungan secara
tidak jujur.
Dalam prakteknya terdapat kasus yang berkaitan dengan hak kekayaan
intelektual seperti, pada Kasus Idea Field Indonesia vs Mediance .Dalam
kasus ini terdapat bukti yang ada terletak pada desain grafis hasil karya Idea
Field Indonesia yang sangat mirip dengan design Mediance sehingga dengan
demikian dapat diketahui bahwa Mediance secara benar telah melakukan
pelanggaran Hak Cipta desain grafis karya dari Idea Field Indonesia. Pada
tanggal 24 Juni 2008 PT. IDEA FIELD INDONESIA melakukan somasi pada
MEDIANCE melalui e-mail yang berisikan, bahwa katalog tersebut dan
semua karya desain grafis di dalamnya adalah ciptaan PT. IDEA FIELD
INDONESIA yang dilindungi oleh hak cipta, sehingga MEDIANCE harus
menghentikan penggunaan katalog tersebut dan membayar sejumlah uang
karena telah menjual salah satu karya desain grafis dalam katalog tersebut
sebesar 500 US$ selambat-lambatnya pada tanggal 29 Juni 2008.Namun pada
tanggal tersebut tidak ada kejelasan dari pihak MEDIANCE.Kemudian PT
IDEA FIELD INDONESIA meminta bantuan

11
kepada http://www.elance.com sebagai pihak yang menyediakan layanan
untuk menyelesaikan masalah dnegan pihak MEDIANCE. Sehingga pada
tanggal 15 Juni 2008 tim Elance.com membentuk badan arbitrase Ad-Hoc.

Hasil arbitrase pada tanggal 15 Agustus 2008 adalah pihak


MEDIANCE akan mengehentikan penggunaan katalog tersebut dalam
website elance.com dan akan membayar uang sebesar 300 US$ atas
penggunaan katalog dan perbanyakan karya desain grafis tersebut. Hasil
putusan Arbitrase tersebut telah dilaksanakan oleh MEDIANCE. Tetapi
uang sebesar 300 US$ harus rela dipotong sebesar 100 US$ untuk biaya
arbitrase yang disediakan oleh elance.com. Dalam kasus ini jika dilihat dari
Undang-Undang yang berlaku, maka akan dikenakan hukuman penjara
paling lama lima tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00.
Karena dalam kasus ini dilakukan diambil sebagai mediasi atau arbitrase
maka dari hasil arbitrase MEDIANCE dijatuhi hukuman berupa denda
sebesar 300 US$ walaupun ada pemotong dengan biaya Arbitrase.

4.2 Saran

Melihat dari kasus PT IDEA FIELD INDONESIA vs MEDIANCE


kami memberi saran untuk pembaca, apabila mermiliki suatu karya untuk
melakukan pendaftaran merek, karena hal terebut sangatlah penting dalam
menjaga persaingan usaha yang sehat, perlindungan konsumen, serta
perlindungan Usaha Mikro, Kecil, dan menengah, dan industri dalam negeri.
Apabila pelaku usaha tidak mendaftarkan merek logonya kepada instansi
yang berwenang, maka yang terjadi ialah kemacetan dalam perkembangan,
tidak adanya kepastian hokum terhadap merek tersebut apabila
disebarluaskan dan telah dikenal banyak orang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Addhywibowo, Indrayana (2017) PEMINDAHAN TERHADAP PELAKU


PELANGGARAN HAK CIPTA DI PENGADILAN NEGERI SEMARANAG (Studi
kasus putusan nomer : a.315/Pid.B/2006/PN.Smg).
http://repository.unissula.ac.id/8546/4/BAB%20I_1.pdf, diakses pada 10 Maret
2023.

Julyanti, Reyka (2016) KASUS IDEA FIELD INDONESIA VS MEDIANCE.


https://reykaafirdhaulisia.wordpress.com/2016/03/22/contoh-kasus-hak-cipta/,
diakses pada 10 maret 2023.

https://dik.ipb.ac.id/hak-cipta/, diakses pada 10 Maret 2023

Pemerintah Indonesia. 2001. Undang Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang


Merek. Sekretariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2002. Undang Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak
Cipta. Sekretariat Negara. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai